• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PERUNDANGUNDANGAN DI INDONESIA

N/A
N/A
Nazihah Khairunnisa

Academic year: 2023

Membagikan "KAJIAN PERUNDANGUNDANGAN DI INDONESIA"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PERUNDANG-

UNDANGAN DI INDONESIA KAJIAN PERUNDANG-

UNDANGAN DI INDONESIA

PTM IV

PTM IV

(2)

KENAPA PERLU

REGULASI

?

(3)
(4)

PERATURAN PERUNDANGAN?

• Menurut UU No. 12 Tahun 2011.

Peraturan Perundang-undangan

adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara

umum dan dibentuk atau ditetapkan

oleh lembaga negara atau pejabat

yang berwenang melalui prosedur

yang ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan.

(5)

TIGA UNSUR MUTLAK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Berisi aturan-aturan yang mengatur dan membatasi tingkah laku

manusia dalam masyarakat

Memuat ancaman atau sanksi bagi

pelanggarnya

Memiliki sifat

memaksa

(6)

TATA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Tata Peraturan perundang-undangan mengandung makna bahwa peraturan

perundang-undangan yang berlaku memiliki hierarki atau tingkatan

Peraturan yang satu memiliki

kedudukan yang lebih tinggi

dibandingkan peraturan yang lain

(7)

PERBANDINGAN TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN RI TAHUN 1966-2004

PERBANDINGAN TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN RI TAHUN 1966-2004

• Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan menurut TAP MPR No.

XX/MPRS/1966 tentang Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan RI

• Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan menurut TAP MPR No.

III/MPR/2000 tentang Sumber hukum dan Tata Urutan Perundang- undangan.

• Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan menurut UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peratuan Perundang-undangan

• Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan menurut UU No. 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peratuan Perundang-undangan

(8)
(9)

a. Kejelasan tujuan. Asas ini menyatakan setiap pembentukan peraturan perundang- undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.

b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat. Asas ini menyatakan bahwa setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau pejabat

pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang. Peraturan perundang- undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum jika dibuat oleh lembaga yang tidak berwewenang.

c. Kesesuaian antara jenis, hirarki, dan materi muatan. Asas tersebut menjelaskan bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan materi

muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan.

d. Dapat dilaksanakan. Asas ini menyatakan untuk setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas peraturan perundang-

undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, atau yuridis.

Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan,

dijelaskan dalam pasal 5 UU Nomor 12 Tahun 2011.

(10)

d. Dapat dilaksanakan. Asas ini menyatakan untuk setiap pembentukan peraturan

perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, atau yuridis.

e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan. Asas tersebut menjelaskan bahwa setiap peraturan- undangan dibuat karena benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

f. Kejelasan rumusan. Asas ini menggarisbawahi bahwa setiap peraturan perundang- undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-

undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam

pelaksanaannya.

g. Keterbukaan. Asas keterbukaan menjelaskan dalam pembentukan peraturan perundang- undangan mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau

penetapan, dan pengundangan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan

masukan dalam pembentukan.

(11)

Asas Materi muatan peraturan perundang- undangan (Pasal 6 UU No.12/2011)

1. Pengayoman 2. Kemanusiaan 3. Kebangsaan 4. Kekeluargaan 5. Kenusantaraan

6. Bhineka tunggal ika 7. Keadilan

8. Kesamaan kedudukan

9. Ketertiban dan kepastian hukum

10.Keseimbangan,

keserasian, dan keselarasan

(12)

UUD 1945 UUD 1945

UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis yang memiliki kedudukan sebagai hukum dasar yang tertinggi

Hukum dasar adalah norma dasar atau aturan dasar yang menjadi sumber hukum pembentukan peraturan perundang-undangan

dibawah UUD RI 1945 Artinya, semua peraturan perundangundangan dan peraturan lainnya harus bersumber pada UUD RI 1945.

UUD 1945 memuat peraturan-peraturan atau ketentuan tentang sistem ketatanegaraan dan sistem pemerintah yang dijalankan oleh para penguasa negara sehingga segala sesuatu yang bersifat mendasar

dan berkaitan dengan kehidupan bernegara diatur dalam UUD 1945

(13)

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT (TAP MPR)

Ketetapan MPR (Tap MPR) artinya suatu bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh MPR dan memiliki kekuatan hukum serta mengikat ke luar dan ke dalam MPR.

Dalam landasan hukum Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebelumnya (UU No. 10 Tahun 2004) Tap MPR tidak dimasukan ke dalam hirarki.

Walaupun tidak dimasukan bukan berarti keberadaan Tap MPR tidak berlaku.

Kemudian dalam UU No. 12 Tahun 2014 Tap MPR dimasukan kembali dalam tata urutan perundang-undangan.

Hal tersebut dilakukan untuk menegaskan bahwa produk hukum yang dibuat

berdasarkan Tap MPR masih berlaku secara sah dalam sistem perundangundangan Indonesia

(14)

UNDANG-UNDANG/ PERATURAN PENGGANTI UNDANG-UNDANG

Undang-Undang

• Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011, Undang- undang adalah peraturan yang dibentuk oleh Dewan

Perwakilan Rakyat dengan persetujuan Presiden.

• Undang-Undang adalah salah satu bentuk peraturan

perundang-undangan yang berfungsi melaksanakan UUD 1945 Contohnya :

UUD 1945 Pasal 28H ayat (1),

dan Pasal 34 ayat (3)

UUD 1945 Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3)

UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan UU No. 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan

(15)

PERATURAN PENGGANTI UNDANG-UNDANG

• Kedudukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) setingkat Undang-Undang dan berfungsi sebagai UndangUndang darurat (emergency law).

• Pada hakikatnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) sama dan sederajat dengan Undang-Undang, hanya syarat pembentukannya yang berbeda.

• Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) dibentuk oleh Presiden untuk antisipasi keadaan yang "genting dan memaksa” Jadi ada unsur paksaan

keadaan terhadap yang harus segera diantisipasi, tetapi masih dalam koridor hukum

• Perppu diatur dalam batang tubuh UUD 1945 Pasal 22 ayat (1), (2), (3) Contoh

Perppu : Perppu No. 1 Tahun 1999 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, Perppu tersebut kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusi

(16)

PERATURAN PEMERINTAH

• Peraturan pemerintah merupakan pelaksanaan dari suatu Undang-Undang (Pasal 5 ayat 2)

• Peraturan pemerintah memuat aturan-aturan umum untuk melaksanakan undang-undang

• Contohnya :

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

PP No. 109 tahun 2012 tentang Pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa tembakau bagi kesehatan

(17)

PERATURAN PRESIDEN

Perpres adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau

dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintah

Penyusunan Perpres ditegaskan dalam pasal 55 UU

Nomor 12 Tahun 2011

(18)

PERATURAN DAERAH PROVINSI

Perda Provinsi adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD Propinsi dengan persetujuan bersama gubernur.

Perda tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang

lebih tinggi

(19)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

 Perda Kabupaten/Kota adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota.

 Perda ini dibentuk sesuai dengan

kebutuhan daerah yang bersangkutan.

(20)

UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

(PENJELASAN PASAL 8 AYAT 1)

Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh :

• a. Majelis Permusyawaratan Rakyat,

• b. Dewan Perwakilan Rakyat,

• c. Dewan Perwakilan Daerah,

• d. Mahkamah Agung,

• e. Mahkamah Konstitusi,

• f. Badan Pemeriksa Keuangan,

(21)

LANJUTAN PENJELASAN PASAL 8 AYAT (1)

g.Komisi Yudisial, h.Bank Indonesia, i. Menteri,

j. Badan, k.Lembaga,

l. Komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang,

m.Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, n.Gubernur,

o.Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,

p.Bupati/Walikota, q.Kepala Desa atau yang setingkat”

(22)

PENJELASAN PASAL 8 AYAT (2) PENJELASAN PASAL 8 AYAT (2)

“Jenis Peraturan Perundang-undangan

selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diakui keberadaannya dan mempunyai

kekuatan hukum mengikat sepanjang

diperintahkan oleh peraturan Perundang-

undangan yang lebih tinggi atau dibentuk

berdasarkan kewenangan”.

(23)

KETAATAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI BERBAGAI LINGKUNGAN

• Membutuhkan kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk mematuhi dan mentaatinya

• Kepatuhan berarti sikap taat atau siap sedia melaksanakan aturan

• Sikap patuh membentuk perilaku disiplin

• Kepatuhan terhadap hukum merupakan cerminan dari

kepribadian seseorang

(24)

Kesadaran hukum warga negara dapat diukur dari :

1. Pengetahuan hukum 2. Pemahaman hukum

3. Sikap terhadap norma-norma hukum

4. Perilaku hukum

(25)

SUMBER-SUMBER HUKUM

• PENGERTIAN

• Tempat di mana dapat diketemukan aturan-aturan

• segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang

mempunyai kekuatan memaksa , yakni aturan-aturan yg

kalau dilanggar mengakibatkan timbulnya sanksi yg tegas

dan nyata

(26)

• Sumber Hukum dapat dilihat dr 2 segi :

• Sumber Hukum Materil

• Sumber Hukum Formil tempat dimana dapat

diketemukan aturan-aturan, termasuk sebagai sumber hukum formil yaitu :

• UU # Kebiasaan

• Yurisprodensi # Doktrin

• Traktat

(27)

UNDANG-UNDANG

PROF. BUYS, UU MEMPUNYAI 2 ARTI :

UU dalam arti Formil/UU

setiap peraturan atau ketetapan yg dibentuk oleh alat

perlengkapan negara yg diberi kekuasaan untuk membentuk UU, yaitu Presiden dan DPR

• UU dalam arti Materil/Peraturan

setiap peraturan atau ketetapan yg isinya mengikat kepada

umum, misal Perda.

(28)

SUATU UU BISA BERSIFAT FORMIL SERTA BERSIFAT MATERIL

Misal UU No. 5 thn 1960 tentang UUPA :

• Dalam arti formil krn UU tsb dibuat pemerintah dgn DPR.

• Dalam arti materil krn UU tsb mengikat umum.

TETAPI DAPAT PULA SUATU UU HANYA MEMILIKI SATU SIFAT SAJA : o Misalnya UU Naturalisasi :

• hanya bersifat formil, krn dibuat oleh Presiden dan DPR tetapi isinya hanya mengikat pihak tertentu saja

o PP, Perda, Kepmen :

• Hanya bersifat materil, krn hanya mengikat umum tetapi tdk dibuat

oleh Presiden dan DPR

(29)

KEKUATAN MENGIKAT UU KEKUATAN MENGIKAT UU

o Agar suatu UU mempunyai kekuatan mengikat dan dapat berlaku, maka harus di undangkan dalam Lembaran Negara, dan yg mengundangkan adalah Menkumham

o Setiap UU yang telah diundangkan melalui LN maka akan berlaku fiksi Hukum : “setiap orang dianggap telah mengetahui adanya UU yang telah diundangkan tsb.”

o Setiap UU selalu disertai dgn penjelasan, penjelasan suatu UU dan Peraturan Pemerintah (PP) dimasukkan dalam Tambahan Lembaran Negara.

o Setiap UU diberi nomor urut dan tahun dibentuknya, demikian pula Lembaran Negara diberi nomor urut dan tahun. Tahun terbentuknya UU dan LN sama, tetapi nomor urut biasanya berbeda.

o Suatu UU mulai berlaku sesuai dgn tgl yang ditentukan dalam UU itu sendiri. Apabila tdk ditentukan maka UU tsb akan mulai berlaku 30 hari (jawa dan madura) dan 100 hari

(diluar jawa dan madura) setelah diundangkan dalam LN

(30)

BERITA NEGARA DAN TAMBAHAN BERITA NEGARA

o Selain Lembaran Negara, masih terdapat lg Berita Negara yang mempunyai fungsi sebagai tempat pengumuman Keppres, Kepmen.

o Tambahan Berita Negara yng memuat anggaran dasar dr perseroan, perhimpunan, yayasan, dsbnya.

SUATU UU TDK BERLAKU LAGI APABILA :

o Jangka waktu yg ditentukan dlm UU tsb sudah lampau;

o Keadaaan untuk mana UU tsb diadakan sudah tidak ada lagi;

o UU tsb dicabut oleh instansi yg membuatnya

o telah diadakan UU baru yang isinya bertentangan dgn UU yang berlaku

(31)

ASAS-ASAS PERUNDANGAN YANG DIKENAL :

UU tidak berlaku surut (Non Retro aktif )

Asas ketidaktahuan akan adanya undang - undang, tidaklah merupakan alasan pembenar (Ignorantia Legis Excusat Neminem )

• Setiap orang dianggap tahu akan adanya “Undang-Undang” (Presumptio iures de iure)

• UU tdk boleh diganggu gugat

• UU yg dibuat oleh penguasa yg lebih tinggi kedudukannya mempunyai kedudukan yg lebih tinggi pula. Asas hukum tinggi mengesampingkan hukum rendah (Lex superior

derogat legi inferiori)

• UU yg berlaku kemudian membatalkan UU terdahulu. Asas hukum baru mengesampingkan hukum lama (Lex posterior derogat legi priori )

• UU khusus mengesampingkan UU yang bersifat umum. Asas hukum khusus mengesampingkan hukum umum (Lex specialis derogat legi generalis)

(32)

TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN

Tap/MPRs/XX/1966 :

UUD 1945

• Tap MPR

• UU/Perpu

• Peraturan Pemerintah (PP)

• Keputusan Presiden (Kepres)

• Peraturan Pelaksana lain : Permen, Instruksi Men.

Tap III/MPR/2000 :

• UUD 1945

• Ketetapan MPR

• UU

• Perpu

• Peraturan Pemerintah

• Keppres

• Perda

UU No. 10 Tahun 2004 :

UUD 1945

• UU/Perpu

• PP

• Perpres

• Perda

(33)

TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN UU NO.12 TAHUN 2011 PASAL 7 AYAT 1:

a. UUD 1945

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

(34)

YURISPRUDENSI YURISPRUDENSI

PERISTILAHAN LAINNYA :

Yurisprudentie (Belanda)

• Yurisprudence (Perancis)

• Case Law/ Judge Made Law

PENGERTIAN : “keputusan hakim terdahulu yg diikuti oleh hakim lain dan dijadikan sebagai dasar keputusan hakim lain mengenai kasus yg sama”

LATAR BELAKANG YURISPRUDENSI

Kerap kali hakim dalam memeriksa dan memutus suatu perkara, dihadapkan kpd peraturan hukum yang tidak ada atau tdk lengkap.

• Hakim tidak boleh menolak memeriksa suatu perkara dgn alasan ketiadaan peraturan (Pasal 22 AB)

• Dalam kondisi tsb hakim harus menciptakan hukumnya sendiri.

• Terdapat beberapa alasan mengapa seorang hakim mengikuti keputusan hakim lain :

• Karena keputusan tsb dibuat oleh hakim yg mempunyai kedudukan yg lebih tinggi.

• Karena alasan praktis

• Hakim mengikuti keputusan hakim lain karena sependapat

(35)

TRAKTAT

TRAKTAT

PENGERTIAN TRAKTAT :

Perjanjian yg dibuat diantara dua atau lebih negara “

Macam-Macam Traktat :

Traktat Bilateral, yg dibuat antara 2 negara

• Traktat Multilateral, yg dibuat secara kolektif

• Traktat Terbuka, perjanjian yg memungkinkan masuknya negara baru sbagai peserta • Traktat Tertutup, tidak memungkinkan masuknya peserta baru

Terdapat 2 Macam Bentuk Perjanjian :

Traktat, dibuat oleh Presiden dgn persetujuan DPR. ( Pasal 11 UUD 1945)

• Agreement, dibuat hanya dgn keputusan presiden, dan biasanya hanya menyangkut bidang Politik

(36)

KEBIASA

Perbuatan manusia yg tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yg sama.

AN

Peraturan yg walaupun tidak ditetapkan oleh pemerintah , tetapi ditaati oleh seluruh rakyat, krn masyarakat yakin bahwa peraturan tsb berlaku sebagai hukum.

Agar H Kebiasaan tsb ditaati, maka ada 2 syarat yag harus dipenuhi :

• Perbuatan yg tetap dilakukan orang

• Adanya keyakinan bahwa perbuatan itu harus dilakukan krn telah merupakan kewajiban

PENDAPAT AHLI HUKUM

“pendapat para ahli hukum/sarjana hukum yg terkenal dan mempunyai nama pengaruh dalam keputusan hakim.”

• Hakim sering berpegang pada pendapat seorang atau beberapa orang sarjana hukum terkenal dalam menetapkan dasar-dasar keputusannya.

(37)

TERIMA KASIH

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

2Penggalangan sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan Pasal 53 Masyarakat dapat melaporkan petugas panti yang melakukan