KAJIAN PERUNDANG-
UNDANGAN DI INDONESIA KAJIAN PERUNDANG-
UNDANGAN DI INDONESIA
PTM IV
PTM IV
KENAPA PERLU
REGULASI
?
PERATURAN PERUNDANGAN?
• Menurut UU No. 12 Tahun 2011.
Peraturan Perundang-undangan
adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara
umum dan dibentuk atau ditetapkan
oleh lembaga negara atau pejabat
yang berwenang melalui prosedur
yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.
TIGA UNSUR MUTLAK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Berisi aturan-aturan yang mengatur dan membatasi tingkah laku
manusia dalam masyarakat
Memuat ancaman atau sanksi bagi
pelanggarnya
Memiliki sifat
memaksa
TATA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Tata Peraturan perundang-undangan mengandung makna bahwa peraturan
perundang-undangan yang berlaku memiliki hierarki atau tingkatan
Peraturan yang satu memiliki
kedudukan yang lebih tinggi
dibandingkan peraturan yang lain
PERBANDINGAN TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN RI TAHUN 1966-2004
PERBANDINGAN TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN RI TAHUN 1966-2004
• Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan menurut TAP MPR No.
XX/MPRS/1966 tentang Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan RI
• Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan menurut TAP MPR No.
III/MPR/2000 tentang Sumber hukum dan Tata Urutan Perundang- undangan.
• Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan menurut UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peratuan Perundang-undangan
• Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan menurut UU No. 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peratuan Perundang-undangan
a. Kejelasan tujuan. Asas ini menyatakan setiap pembentukan peraturan perundang- undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.
b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat. Asas ini menyatakan bahwa setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau pejabat
pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang. Peraturan perundang- undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum jika dibuat oleh lembaga yang tidak berwewenang.
c. Kesesuaian antara jenis, hirarki, dan materi muatan. Asas tersebut menjelaskan bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan materi
muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan.
d. Dapat dilaksanakan. Asas ini menyatakan untuk setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas peraturan perundang-
undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, atau yuridis.
Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan,
dijelaskan dalam pasal 5 UU Nomor 12 Tahun 2011.
d. Dapat dilaksanakan. Asas ini menyatakan untuk setiap pembentukan peraturan
perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, atau yuridis.
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan. Asas tersebut menjelaskan bahwa setiap peraturan- undangan dibuat karena benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
f. Kejelasan rumusan. Asas ini menggarisbawahi bahwa setiap peraturan perundang- undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-
undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam
pelaksanaannya.
g. Keterbukaan. Asas keterbukaan menjelaskan dalam pembentukan peraturan perundang- undangan mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau
penetapan, dan pengundangan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan
masukan dalam pembentukan.
Asas Materi muatan peraturan perundang- undangan (Pasal 6 UU No.12/2011)
1. Pengayoman 2. Kemanusiaan 3. Kebangsaan 4. Kekeluargaan 5. Kenusantaraan
6. Bhineka tunggal ika 7. Keadilan
8. Kesamaan kedudukan
9. Ketertiban dan kepastian hukum
10.Keseimbangan,
keserasian, dan keselarasan
UUD 1945 UUD 1945
UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis yang memiliki kedudukan sebagai hukum dasar yang tertinggi
Hukum dasar adalah norma dasar atau aturan dasar yang menjadi sumber hukum pembentukan peraturan perundang-undangan
dibawah UUD RI 1945 Artinya, semua peraturan perundangundangan dan peraturan lainnya harus bersumber pada UUD RI 1945.
UUD 1945 memuat peraturan-peraturan atau ketentuan tentang sistem ketatanegaraan dan sistem pemerintah yang dijalankan oleh para penguasa negara sehingga segala sesuatu yang bersifat mendasar
dan berkaitan dengan kehidupan bernegara diatur dalam UUD 1945
KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT (TAP MPR)
Ketetapan MPR (Tap MPR) artinya suatu bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh MPR dan memiliki kekuatan hukum serta mengikat ke luar dan ke dalam MPR.
Dalam landasan hukum Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebelumnya (UU No. 10 Tahun 2004) Tap MPR tidak dimasukan ke dalam hirarki.
Walaupun tidak dimasukan bukan berarti keberadaan Tap MPR tidak berlaku.
Kemudian dalam UU No. 12 Tahun 2014 Tap MPR dimasukan kembali dalam tata urutan perundang-undangan.
Hal tersebut dilakukan untuk menegaskan bahwa produk hukum yang dibuat
berdasarkan Tap MPR masih berlaku secara sah dalam sistem perundangundangan Indonesia
UNDANG-UNDANG/ PERATURAN PENGGANTI UNDANG-UNDANG
• Undang-Undang
• Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011, Undang- undang adalah peraturan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dengan persetujuan Presiden.
• Undang-Undang adalah salah satu bentuk peraturan
perundang-undangan yang berfungsi melaksanakan UUD 1945 Contohnya :
UUD 1945 Pasal 28H ayat (1),dan Pasal 34 ayat (3)
UUD 1945 Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3)
UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan UU No. 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan
PERATURAN PENGGANTI UNDANG-UNDANG
• Kedudukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) setingkat Undang-Undang dan berfungsi sebagai UndangUndang darurat (emergency law).
• Pada hakikatnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) sama dan sederajat dengan Undang-Undang, hanya syarat pembentukannya yang berbeda.
• Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) dibentuk oleh Presiden untuk antisipasi keadaan yang "genting dan memaksa” Jadi ada unsur paksaan
keadaan terhadap yang harus segera diantisipasi, tetapi masih dalam koridor hukum
• Perppu diatur dalam batang tubuh UUD 1945 Pasal 22 ayat (1), (2), (3) Contoh
Perppu : Perppu No. 1 Tahun 1999 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, Perppu tersebut kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusi
PERATURAN PEMERINTAH
• Peraturan pemerintah merupakan pelaksanaan dari suatu Undang-Undang (Pasal 5 ayat 2)
• Peraturan pemerintah memuat aturan-aturan umum untuk melaksanakan undang-undang
• Contohnya :
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang KesehatanPP No. 109 tahun 2012 tentang Pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa tembakau bagi kesehatan
PERATURAN PRESIDEN
Perpres adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau
dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintah
Penyusunan Perpres ditegaskan dalam pasal 55 UU
Nomor 12 Tahun 2011
PERATURAN DAERAH PROVINSI
• Perda Provinsi adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD Propinsi dengan persetujuan bersama gubernur.
• Perda tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang
lebih tinggi
PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
Perda Kabupaten/Kota adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota.
Perda ini dibentuk sesuai dengan
kebutuhan daerah yang bersangkutan.
UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
(PENJELASAN PASAL 8 AYAT 1)
Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh :
• a. Majelis Permusyawaratan Rakyat,
• b. Dewan Perwakilan Rakyat,
• c. Dewan Perwakilan Daerah,
• d. Mahkamah Agung,
• e. Mahkamah Konstitusi,
• f. Badan Pemeriksa Keuangan,
LANJUTAN PENJELASAN PASAL 8 AYAT (1)
g.Komisi Yudisial, h.Bank Indonesia, i. Menteri,
j. Badan, k.Lembaga,
l. Komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang,
m.Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, n.Gubernur,
o.Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,
p.Bupati/Walikota, q.Kepala Desa atau yang setingkat”
PENJELASAN PASAL 8 AYAT (2) PENJELASAN PASAL 8 AYAT (2)
“Jenis Peraturan Perundang-undangan
selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diakui keberadaannya dan mempunyai
kekuatan hukum mengikat sepanjang
diperintahkan oleh peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dibentuk
berdasarkan kewenangan”.
KETAATAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI BERBAGAI LINGKUNGAN
• Membutuhkan kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk mematuhi dan mentaatinya
• Kepatuhan berarti sikap taat atau siap sedia melaksanakan aturan
• Sikap patuh membentuk perilaku disiplin
• Kepatuhan terhadap hukum merupakan cerminan dari
kepribadian seseorang
Kesadaran hukum warga negara dapat diukur dari :
1. Pengetahuan hukum 2. Pemahaman hukum
3. Sikap terhadap norma-norma hukum
4. Perilaku hukum
SUMBER-SUMBER HUKUM
• PENGERTIAN
• Tempat di mana dapat diketemukan aturan-aturan
• segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan memaksa , yakni aturan-aturan yg
kalau dilanggar mengakibatkan timbulnya sanksi yg tegas
dan nyata
• Sumber Hukum dapat dilihat dr 2 segi :
• Sumber Hukum Materil
• Sumber Hukum Formil tempat dimana dapat
diketemukan aturan-aturan, termasuk sebagai sumber hukum formil yaitu :
• UU # Kebiasaan
• Yurisprodensi # Doktrin
• Traktat
UNDANG-UNDANG
PROF. BUYS, UU MEMPUNYAI 2 ARTI :
•
UU dalam arti Formil/UU
setiap peraturan atau ketetapan yg dibentuk oleh alat
perlengkapan negara yg diberi kekuasaan untuk membentuk UU, yaitu Presiden dan DPR
• UU dalam arti Materil/Peraturan
setiap peraturan atau ketetapan yg isinya mengikat kepada
umum, misal Perda.
SUATU UU BISA BERSIFAT FORMIL SERTA BERSIFAT MATERIL
• Misal UU No. 5 thn 1960 tentang UUPA :
• Dalam arti formil krn UU tsb dibuat pemerintah dgn DPR.
• Dalam arti materil krn UU tsb mengikat umum.
TETAPI DAPAT PULA SUATU UU HANYA MEMILIKI SATU SIFAT SAJA : o Misalnya UU Naturalisasi :
• hanya bersifat formil, krn dibuat oleh Presiden dan DPR tetapi isinya hanya mengikat pihak tertentu saja
o PP, Perda, Kepmen :
• Hanya bersifat materil, krn hanya mengikat umum tetapi tdk dibuat
oleh Presiden dan DPR
KEKUATAN MENGIKAT UU KEKUATAN MENGIKAT UU
o Agar suatu UU mempunyai kekuatan mengikat dan dapat berlaku, maka harus di undangkan dalam Lembaran Negara, dan yg mengundangkan adalah Menkumham
o Setiap UU yang telah diundangkan melalui LN maka akan berlaku fiksi Hukum : “setiap orang dianggap telah mengetahui adanya UU yang telah diundangkan tsb.”
o Setiap UU selalu disertai dgn penjelasan, penjelasan suatu UU dan Peraturan Pemerintah (PP) dimasukkan dalam Tambahan Lembaran Negara.
o Setiap UU diberi nomor urut dan tahun dibentuknya, demikian pula Lembaran Negara diberi nomor urut dan tahun. Tahun terbentuknya UU dan LN sama, tetapi nomor urut biasanya berbeda.
o Suatu UU mulai berlaku sesuai dgn tgl yang ditentukan dalam UU itu sendiri. Apabila tdk ditentukan maka UU tsb akan mulai berlaku 30 hari (jawa dan madura) dan 100 hari
(diluar jawa dan madura) setelah diundangkan dalam LN
BERITA NEGARA DAN TAMBAHAN BERITA NEGARA
o Selain Lembaran Negara, masih terdapat lg Berita Negara yang mempunyai fungsi sebagai tempat pengumuman Keppres, Kepmen.
o Tambahan Berita Negara yng memuat anggaran dasar dr perseroan, perhimpunan, yayasan, dsbnya.
SUATU UU TDK BERLAKU LAGI APABILA :
o Jangka waktu yg ditentukan dlm UU tsb sudah lampau;
o Keadaaan untuk mana UU tsb diadakan sudah tidak ada lagi;
o UU tsb dicabut oleh instansi yg membuatnya
o telah diadakan UU baru yang isinya bertentangan dgn UU yang berlaku
ASAS-ASAS PERUNDANGAN YANG DIKENAL :
•
UU tidak berlaku surut (Non Retro aktif )• Asas ketidaktahuan akan adanya undang - undang, tidaklah merupakan alasan pembenar (Ignorantia Legis Excusat Neminem )
• Setiap orang dianggap tahu akan adanya “Undang-Undang” (Presumptio iures de iure)
• UU tdk boleh diganggu gugat
• UU yg dibuat oleh penguasa yg lebih tinggi kedudukannya mempunyai kedudukan yg lebih tinggi pula. Asas hukum tinggi mengesampingkan hukum rendah (Lex superior
derogat legi inferiori)
• UU yg berlaku kemudian membatalkan UU terdahulu. Asas hukum baru mengesampingkan hukum lama (Lex posterior derogat legi priori )
• UU khusus mengesampingkan UU yang bersifat umum. Asas hukum khusus mengesampingkan hukum umum (Lex specialis derogat legi generalis)
TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN
Tap/MPRs/XX/1966 :
• UUD 1945
• Tap MPR
• UU/Perpu
• Peraturan Pemerintah (PP)
• Keputusan Presiden (Kepres)
• Peraturan Pelaksana lain : Permen, Instruksi Men.
Tap III/MPR/2000 :
• UUD 1945
• Ketetapan MPR
• UU
• Perpu
• Peraturan Pemerintah
• Keppres
• Perda
UU No. 10 Tahun 2004 :
• UUD 1945
• UU/Perpu
• PP
• Perpres
• Perda
TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN UU NO.12 TAHUN 2011 PASAL 7 AYAT 1:
a. UUD 1945
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
YURISPRUDENSI YURISPRUDENSI
PERISTILAHAN LAINNYA :
• Yurisprudentie (Belanda)
• Yurisprudence (Perancis)
• Case Law/ Judge Made Law
PENGERTIAN : “keputusan hakim terdahulu yg diikuti oleh hakim lain dan dijadikan sebagai dasar keputusan hakim lain mengenai kasus yg sama”
LATAR BELAKANG YURISPRUDENSI
Kerap kali hakim dalam memeriksa dan memutus suatu perkara, dihadapkan kpd peraturan hukum yang tidak ada atau tdk lengkap.
• Hakim tidak boleh menolak memeriksa suatu perkara dgn alasan ketiadaan peraturan (Pasal 22 AB)
• Dalam kondisi tsb hakim harus menciptakan hukumnya sendiri.
• Terdapat beberapa alasan mengapa seorang hakim mengikuti keputusan hakim lain :
• Karena keputusan tsb dibuat oleh hakim yg mempunyai kedudukan yg lebih tinggi.
• Karena alasan praktis
• Hakim mengikuti keputusan hakim lain karena sependapat
TRAKTAT
TRAKTAT
PENGERTIAN TRAKTAT :
“Perjanjian yg dibuat diantara dua atau lebih negara “
• Macam-Macam Traktat :
• Traktat Bilateral, yg dibuat antara 2 negara
• Traktat Multilateral, yg dibuat secara kolektif
• Traktat Terbuka, perjanjian yg memungkinkan masuknya negara baru sbagai peserta • Traktat Tertutup, tidak memungkinkan masuknya peserta baru
Terdapat 2 Macam Bentuk Perjanjian :
• Traktat, dibuat oleh Presiden dgn persetujuan DPR. ( Pasal 11 UUD 1945)
• Agreement, dibuat hanya dgn keputusan presiden, dan biasanya hanya menyangkut bidang Politik
KEBIASA
• Perbuatan manusia yg tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yg sama.
AN
• Peraturan yg walaupun tidak ditetapkan oleh pemerintah , tetapi ditaati oleh seluruh rakyat, krn masyarakat yakin bahwa peraturan tsb berlaku sebagai hukum.
• Agar H Kebiasaan tsb ditaati, maka ada 2 syarat yag harus dipenuhi :
• Perbuatan yg tetap dilakukan orang
• Adanya keyakinan bahwa perbuatan itu harus dilakukan krn telah merupakan kewajiban
PENDAPAT AHLI HUKUM
• “pendapat para ahli hukum/sarjana hukum yg terkenal dan mempunyai nama pengaruh dalam keputusan hakim.”
• Hakim sering berpegang pada pendapat seorang atau beberapa orang sarjana hukum terkenal dalam menetapkan dasar-dasar keputusannya.