Kajian Strategis: Apa Urgensi Pemerintah Mempensiunkan Dini PLTU Batu Bara?
Daniswara Kumaradipta1, Much. Faisal Hamid2, Muh. Mufid Al-Dayyan3
Apa Latar Belakang dan Urgensi Pemerintah Mempensiunkan Dini PLTU Batu Bara?
Dilihat dari Lingkungan Global
Pembakaran energi dari fosil memiliki kontribusi besar terhadap kenaikan emisi gas rumah kaca (GRK). Pembakaran energi fosil ini memiliki dampak besar pada kenaikan rata-rata suhu global di bumi. Pada 2020, Indonesia tercatat sebagai salah satu dari tujuh penyumbang emisi terbanyak di dunia. Ke tujuh negara tersebut ialah Cina, USA, India, Uni Eropa, Indonesia, Rusia, dan Brazil. Ketujuh negara tersebut memiliki kontribusi dalam peningkatan emisi gas rumah kaca sebesar setengah dari total gas rumah kaca global.
Sektor yang paling banyak berpengaruh terhadap peningkatan gas rumah kaca di Indonesia adalah dari sektor energi. Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan inventarisasi gas rumah kaca dan monitoring, pelaporan, verifikasi (IGRK dan MPV) 2021, sektor energi berpengaruh sebesar 56% atau lebih dari setengah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan di Indonesia.
Tabel 1. Laporan IGRK dan MPV 2021 (sumber: Laporan IGRK dan MPV 2021)
Tahun Energi (Gg CO2e)
IPPU (Gg CO2e)
Pertanian (Gg CO2e)
FOLU (Gg CO2e)
Peat Fire (Gg CO2e)
Limbah (Gg CO2e)
Total (Gg CO2e) 2015 574.103 48.745 100.685 742.843 822.736 97.539 2.339.650 2016 529.576 53.766 102.640 417.385 90.267 102.105 1.295.739 2017 553.974 57.085 105.363 476.005 12.512 108.939 1.313.879 2018 593.027 57.481 104.053 602.188 121.322 114.637 1.592.708 2019 636.453 58.173 105.301 466.397 456.427 120.333 1.843.085 2020 584.284 57.194 98.703 164.974 18.460 126.797 1.050.413 Sektor energi di Indonesia didominasi oleh PLTU. Jumlah PLTU yang banyak tersebut menyumbang besar pada emisi di sektor energi. Salah satu solusi dari pemerintah untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan pemensiunan dini PLTU yang ada di Indonesia yang dinilai
telah berumur dan kurang mengimplementasikan teknologi carbon capture, utilization, and storage (CCUS). Sektor keandalan juga diperhatikan dalam pemensiunan dini PLTU ini.
Dilihat dari Kepentingan Internasional
Selain dari masalah lingkungan, emisi karbon juga berdampak pada segi politik internasional. Pada bulan Maret 2021, Climate Investment Funds (CIF) membentuk program ACT (Accelerating Coal Transition) bagi negara berkembang untuk mendukung percepatan transisi energi. Indonesia menjadi salah satu negara yang tergabung pada program tersebut. Terdapat 4 negara yang ditunjuk menjadi ACT pilot country untuk mengembangkan ACT Investment Plan (IP), keempat negara tersebut adalah Indonesia, Afrika Selatan, India, dan Filipina. ACT IP adalah business plan yang dikembangkan Asian Development Bank (ADB) dan World Bank Group (WBG), bertujuan untuk mengidentifikasi potensi investasi dari ADB dan WBG dalam menginisiasi percepatan pemensiunan dini, repurposing PLTU dan tambang batu bara, dan juga membiayai alternatif energi bersih.
Selain ACT IP, Indonesia juga ikut serta dalam penandatangan Paris Agreement. Paris Agreement adalah sebuah perjanjian global yang ditandatangani oleh negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2015. Tujuannya adalah untuk menekan kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2 derajat celcius dengan menekan emisi karbon.
Dilihat dari Kondisi Kelistrikan Indonesia
Pada tahun 2021 jumlah permintaan (demand) terhadap listrik negara mengalami kenaikan.
Menurut data dari laporan kinerja PLN 2021, energi listrik diproduksi pada tahun 2021 mencapai 289,471 GWh, produksi ini terjadi peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 274,851 GWh. Peningkatan ini terjadi karena sektor industri telah mulai beroperasi normal kembali setelah sebelumnya merosot jauh pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19.
Tabel 2.Energi yang Diproduksi (sumber: Laporan kinerja tahunan PLN 2021)
Energi yang Diproduksi (GWh)/Produced Energy (GWh)
2017 2018 2019 2020 2021
Produksi Listrik Pembangkit PLN 167.978 178.194 186.457 172.622 177.485 Produksi Listrik dari Sewa 13.447 10.505 7.086 5.070 5.488
Produksi Listrik dari IPP 73.235 78.387 85.399 97.159 106.497 Total Produksi Listrik 223.133,72 234.617,88 278.942 274.851 289.471
Kemudian, untuk daya tersambung, pasokan listrik paling banyak dari sektor rumah tangga, seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Daya Tersambung per Kelompok Pelanggan (sumber : Laporan kinerja tahunan PLN 2021)
Daya Tersambung per Kelompok Pelanggan (MVA)
2017 2018 2019 2020 2021
Rumah Tangga 59.257,37 63.576,71 67.877,52 72.096,64 76.566,84 Industri 27.584,67 29.136,29 30.433,91 31.146,41 33.151,52 Bisnis 26.197,72 27.751,75 29.180,45 30.277,65 31.974,05 Sosial 4.897,48 5.462,73 5.993,45 6.431,26 6.954,40 Gedung Kantor Pemerintah 2.979,73 3.195,56 3.360,50 3.465,80 3.624,91 Penerangan Jalan Umum 1.100,66 1.157,51 1.230,70 1.260,45 1.294,24
Jumlah 122.017,63 130.280,55 138.076,53 144.678,21 153.565,96
Kapasitas terpasang seluruh pembangkit di Indonesia mencapai 64.533 MW pada tahun 2021 dengan unit1 sebanyak 6.760. Pertanyaannya adalah apakah angka itu relevan jika dibandingkan dengan kondisi permintaan beban di Indonesia?
Jawa-Bali dan Sumatra adalah dua area dengan sistem interkoneksi independen yang memiliki permintaan beban tertinggi. Oleh karena itu, data kelistrikan pada Tabel 5 dan 6 adalah data pada area Jawa-Bali dan Sumatra. Pengembangan PLTU di area tersebut memiliki kontribusi besar dalam oversupply di Indonesia.
Tabel 4. Kondisi kelistrikan di sektor pembangkitan dan transmisi distribusi pada tahun 2021 (sumber : Laporan kinerja tahunan PLN 2021)
Jumlah Unit Pembangkit Kapasitas Terpasang (MW) Produksi Listrik (GWh)
6.760 64.533,04 289.471
Daya Mampu (MW) Panjang Jaringan Transmisi (kms) Panjang Jaringan Distribusi (kms)
57.679,27 64.807 1.022.124
Penjualan Tenaga Listrik (GWh) 257,63
Bagaimana Bisa Terjadi Oversupply?
Jumlah PLTU yang banyak menyebabkan pasokan listrik dalam negeri mengalami oversupply atau kelebihan pasokan listrik. Oversupply terjadi karena banyaknya pembangkit
1 Satu pembangkit bisa mempunyai satu/lebih unit, misal PLTU dengan kapasitas 3x330 MW, berarti PLTU tersebut memiliki tiga unit dengan kapasitas masing-masing 330 MW
baseload2 yang sudah committed3 sehingga kelebihan pembangkit terjadi ketika keadaan di luar beban puncak. Hal itu bisa terjadi karena salahnya proyeksi PLN terhadap permintaan beban pada tahun-tahun selanjutnya. Berdasarkan analisis PLN di RUPTL 2021-2030 terhadap neraca daya4 Sistem Sumatra, oversupply akan terjadi sampai tahun 2030.
Mengapa Oversupply Menyebabkan Kerugian Bagi PLN?
Meskipun dalam prinsip jual beli, surplus merupakan hal yang menguntungkan. Namun, dalam ketenagalistrikan PLTU berbasis batubara, surplus bukanlah hal yang selalu menguntungkan bagi negara.
Terdapat sebuah skema perjanjian jual beli atau Power Purchase Agreement (PPA), dimana dalam skema tersebut terdapat skema Take or Pay (TOP) yang memaksa PLN agar tetap mengambil listrik atau membayar denda kepada independent power producer (IPP)5 bila pasokan yang diambil tidak sesuai dengan kontraknya. Sehingga dalam hal ini, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi denda yang diperoleh dari perjanjian TOP tersebut adalah dengan melakukan pemensiunan dini PLTU Batu Bara.
Seberapa Besar Kontribusi PLTU Batu Bara terhadap Oversupply di Indonesia?
Reserve margin6 menandakan apakah pada daerah tertentu terjadi oversupply atau tidak.
PLN telah menetapkan reserve margin optimal untuk area Jawa-Bali adalah 35%, sedangkan untuk luar Jawa-Bali adalah 40%. Penentuan nilai itu adalah karena untuk area luar Jawa-Bali, jumlah pembangkit lebih sedikit, ukuran unit pembangkit relatif besar dibandingkan dengan beban puncak, persentase derating7 pembangkit lebih besar, rendahnya keandalan pembangkit terpasang, dan adanya potensi peningkatan jumlah pelanggan yang lebih tinggi daripada Jawa-Bali.
2 Baseload adalah permintaan beban minimum dalam satu tahun yang harus dipenuhi oleh utility dalam 24 jam/hari
3 Committed merupakan istilah untuk proyek yang telah jelas pengembang dan pendanaannya
4 Neraca daya adalah neraca yang menggambarkan keseimbangan antara beban puncak dengan kapasitas pembangkit
5 IPP atau independent power producer adalah perusahaan pembangkit listrik swasta yang menjual listriknya ke PLN
6 Reserve margin adalah cadangan daya pembangkit terhadap beban puncak, dinyatakan dalam %
7 Derating adalah turunnya daya mampu suatu pembangkit listrik terhadap daya terpasang pembangkit
Tabel 5, 6, dan 7 adalah proyeksi kebutuhan listrik dan daya mampu listrik yang dirancang oleh PLN berdasarkan RUPTL 2021-2030 jika tidak melibatkan pemensiunan dini PLTU Batu Bara. Dapat dilihat bahwa sampai tahun 2030, area Jawa-Bali masih akan mengalami oversupply yang sangat signifikan dengan tren menurun, tertinggi sebesar 24,5% pada tahun 2021 dan terendah sebesar 1,8% pada tahun 2030. Kemudian, oversupply di area Sumatra mengalami tren naik turun, tertinggi sebesar 12,2% pada tahun 2025 dan mencapai nilai optimal pada tahun 2030.
Jika dilihat dari keseluruhan Indonesia, sistem kelistrikan Indonesia memiliki reserve margin yang sangat tinggi yang berarti bahwa nilai oversupply juga sangat tinggi.
Berdasarkan tabel, juga dapat dilihat bahwa PLTU berkontribusi pada pemenuhan energi di Jawa-Bali dengan memanfaatkan 76%-83% energi dari total energi yang mampu disuplai oleh seluruh PLTU. Kemudian, Sumatra-Bangka berkisar antara 53%-78%. Terakhir, jika dilihat dari keseluruhan Indonesia, pemanfaatan pembangkitan energi listrik dengan PLTU Batu Bara berkisar antara 69%-83% dari total energi yang mampu disuplai oleh PLTU.
PLTU akan lebih efisien jika dioperasikan hampir pada kapasitas rating-nya. Akan tetapi, dapat dilihat bahwa Sumatra-Bangka tidak memanfaatkan hampir sebesar 50% dari DMN PLTU- PLTU nya. Begitupun, juga Jawa-Bali dan keseluruhan Indonesia dengan nilai yang tidak serendah Sumatra-Bangka, sehingga dapat disimpulkan bahwa optimasi operasi tenaga listrik tidak dilakukan dengan baik. Mengapa?
Tabel 5. Proyeksi kebutuhan dan rencana produksi energi listrik, Daya Mampu Netto (DMN)8, dan komposisi PLTU Batu Bara9 area Jawa, Madura, Bali berdasarkan RUPTL 2021-2030
Tahun 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Jawa, Madura, Bali DMN (GW)
Total 45,185 45,968 45,358 45,560 48,949 50,936 50,991 52,124 52,959 53,837 PLTU 22,479 23,403 23,403 23,403 25,063 26,723 26,723 26,723 26,723 26,723
Energi Mampu PLTU
(GWh) 196.916 205.01 205.01 205.01 219.552 234.093 234.093 234.093 234.093 234.093 Produksi Total10 205.536 212.556 221.06 230.017 240.916 251.353 260.63 270.909 281.982 292.345
8 Daya Mampu Neto (DMN) adalah kapasitas nyata pembangkit dalam menghasilkan MW
9 Semua “PLTU” yang disajikan pada tabel merujuk pada PLTU Batu Bara
10 “Total” di sini maksudnya adalah total produksi listrik untuk seluruh pembangkit di areanya
Listrik (GWh)
PLTU
(GWh) 152.879 155.937 161.324 167.261 162.486 173.912 180.003 182.414 188.799 194.859
PLTU
(%) 77,64% 76,06% 78,69% 81,59% 74,01% 74,29% 76,89% 77,92% 80,65% 83,24%
Reserve Margin (%) 59,50% 56,70% 48,60% 43,30% 48,10% 48,90% 43,70% 42,10% 39,60% 36,80%
Energy Mix PLTU (%) 74,00% 73,36% 72,98% 72,72% 67,45% 69,19% 69,06% 67,33% 66,95% 66,65%
Tabel 6. Proyeksi kebutuhan dan rencana produksi energi listrik, DMN, dan komposisi PLTU Batu Bara area Sumatra-Bangka berdasarkan RUPTL 2021-2030
Tahun 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Sumatra (2021) dan Sumatra-Bangka (2021-2030)11
DMN (GW)
Total 8,534 10,027 11,612 12,062 13,750 14,312 14,922 15,317 15,881 16,221 PLTU 3,340 4,540 5,840 6,140 6,140 6,740 7,340 7,340 7,340 7,340
Energi Mampu PLTU
(GWh) 29.258 39.77 51.158 53.786 53.786 59.042 64.298 64.298 64.298 64.298
Produksi Listrik
Total (GWh) 44.127 48.633 52.175 56.035 59.957 63.133 66.672 70.366 74.053 78.559
PLTU
(GWh) 22.852 23.133 28.03 34.557 30.239 31.519 35.337 38.805 41.231 44.419
PLTU (%) 78,10% 58,17% 54,79% 64,25% 56,22% 53,38% 54,96% 60,35% 64,12% 69,08%
Reserve Margin (%) 34,8% 41,2% 48,4% 43,1% 52,2% 50,0% 48,3% 45,5% 44,3% 39,1%
Energy Mix PLTU (%) 47,04% 44,74% 51,06% 58,63% 47,95% 47,44% 50,34% 52,00% 52,17% 52,29%
Tabel 7. Proyeksi kebutuhan dan rencana produksi energi listrik, DMN, dan komposisi PLTU Batu Bara se-Indonesia berdasarkan RUPTL 2021-2030
Tahun 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Indonesia (Skenario Optimal12)
DMN (GW)
Total 59,654 64,573 68,459 70,719 78,524 81,922 83,632 86,090 88,604 92,144 PLTU 29,846 32,290 33,832 34,182 36,073 38,333 38,957 38,957 38,977 38,977
Energi Mampu PLTU 261.45 282.86 296.367 299.433 315.999 335.796 341.262 341.262 341.438 341.438 Produksi Total (GWh) 290.477 304.405 319.401 336.061 354.459 372.029 388.424 406.587 425.433 445.096
11 PLN merencanakan membangun interkoneksi antara Sumatra dan Bangka pada tahun 2022. Oleh karena itu, proyeksi tahun 2021 dan 2022-2030 dipisah
12 Skenario optimal adalah perencanaan dari PLN yang tidak hanya mempertimbangkan bauran EBT sebesar 23%
pada 2025, tetapi juga memperhatikan least cost sehingga porsi bauran energi batu bara tahun 2030 masih cukup tinggi, sekitar 64%
Listrik PLTU
(GWh) 198.103 209.128 219.795 231.446 220.032 233.074 244.352 257.953 270.94 284.637
PLTU (%) 75,77% 73,93% 74,16% 77,29% 69,63% 69,41% 71,60% 75,59% 79,35% 83,36%
Energy Mix PLTU (%) 66,98% 66,12% 66,95% 67,71% 60,95% 61,70% 61,58% 60,34% 59,83% 59,37%
Mengapa PLN Tidak Memanfaatkan Hampir 100% Kapasitas Eksisting PLTU di Indonesia padahal Indonesia sedang Mengalami Oversupply?
Berdasarkan data yang diperoleh, hal ini dilakukan karena pertama, Indonesia telah berkomitmen untuk memenuhi bauran EBT 23% pada tahun 2025, dan juga telah berkomitmen untuk mencapai Carbon Neutral pada tahun 2060 melalui perjanjian-perjanjian internasional.
Kedua, banyak PLTU-PLTU di Indonesia yang sudah mengalami derating sehingga justru lebih tidak efisien jika dioperasikan pada nilai kapasitasnya. Ketiga, terdapat PPA jual beli tenaga listrik energi fosil batu bara dengan skema Take or Pay (TOP) yang mengakibatkan pihak PLN harus mengalah kepada IPP untuk menghindari denda TOP.
Setiap pembangkit, terutama pembangkit termal seperti PLTU memiliki karakteristik operasinya masing-masing sehingga dispatch untuk setiap pembangkit tidak dapat disamaratakan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan optimasi economic dispatch13 untuk memperoleh harga listrik yang seminimal mungkin oleh dispatcher (PLN P2B). Akan tetapi, dengan adanya TOP ini, optimasi economic dispatch PLTU Batu Bara tidak dapat dilakukan dengan baik, sehingga biaya listrik yang dihasilkan pun juga sulit untuk dioptimasi, padahal PLN tetap harus memenuhi kriteria biaya listrik untuk konsumennya. Hal ini mengakibatkan PLN merugi.
Skema Pemensiunan Dini PLTU Melalui Energy Transition Mechanism (ETM)
Energy Transition Mechanism (ETM)14 adalah program peningkatan pembangunan infrastruktur energi dan percepatan transisi energi menuju emisi nol bersih pada tahun 2060.
Dalam konteks pemensiunan dini PLTU, ETM adalah mekanisme pendanaan untuk mendorong
13 Economic dispatch adalah pembebanan unit-unit pembangkit oleh dispatcher (PLN P2B) untuk meminimalkan biaya pemenuhan beban secara andal dan aman
14 Informasi lengkap mengenai ETM: https://fiskal.kemenkeu.go.id/fiskalpedia/2022/11/10/21-energy-transition- mechanism
pensiun dini PLTU dan menggantikannya dengan energi terbarukan. Terdapat dua skema ETM, yaitu Carbon Reduction Fund (CRF) dan Clean Energy Fund (CEF). CRF berfokus pada pemensiunan dini PLTU, sedangkan CEF berfokus pada pembangunan EBT.
Kementerian Keuangan berperan sebagai steering committee ETM. Lalu, siapakah pelaksana dari ETM ini? Pelaksana ETM dinamakan ETM Country Platform (ETMCP).
Pemerintah membentuk ETMCP dan pada 14 November 2022, dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) ditunjuk sebagai pelaksana sekaligus manajer ETMCP. ETMCP bertujuan untuk melakukan early decommissioning/repurposing PLTU dan berkontribusi terhadap pencapaian NDC/NZE.15
Skema Pendanaan ETM
ETM akan didanai melalui blended finance. Jadi seluruh pembiayaan untuk transisi energi akan diimplementasikan oleh manajer ETMCP, yaitu PT SMI Indonesia sendiri sudah mendapat pendanaan sejumlah US$24,05 miliar melalui Just Energy Transition Partnership (JETP), ETM, dan Clean Investment Fund-Accelerated Coal Transition (CIF-ACT).
Tahapan Mekanisme ETM16
Tahapan pemensiunan dini berdasarkan ETM terbagi menjadi tiga fase, di mana ETM ini akan disesuaikan dengan kondisi kelistrikan di Indonesia yang saat ini tengah mengalami oversupply.
1. Fase 1: Mendorong pensiun dini PLTU tanpa penggantian energi terbarukan (kondisi oversupply)
2. Fase 2: Proses transisi energi sesuai dengan RUPTL yang telah ditetapkan
3. Fase 3: Setelah kondisi baseload terpenuhi, energi dipenuhi dari pembangkit energi terbarukan (keamanan suplai energi menjadi prioritas)
15 Informasi mengenai strategi Kemenkeu, KESDM, PLN, dan PT SMI terkait ETM dapat dilihat di https://fia.ui.ac.id/energy-transition-mechanism-etm-sebagai-solusi-indonesia-pensiun-dini-pakai-pltu/
16 Fase pemensiunan disesuaikan dengan arahan Kemenkeu pada 6 Juni 2022
Strategi Pemerintah dalam Mempensiunkan Dini PLTU
PT PLN (Persero) berkomitmen mengurangi emisi karbon menuju Carbon Neutral 2060 dengan salah satunya mempensiunkan dini PLTU Batu Bara. Pemerintah mendapatkan dukungan finansial dari Asian Development Bank (ADB) yang disahkan dengan penandatangan MoU antara Direktur Utama PLN dengan Director General Southeast Asia Department ADB di acara COP 26 pada 1 November 2021. Lingkup kerjasama PLN dan ADB meliputi, studi kelayakan penuh yang mencakup aspek teknis dan finansial dari pengurangan PLTU Batu Bara. Berikutnya adalah, evaluasi struktur ETM, mencari program atau mekanisme lain yang sesuai dan merancang program bantuan teknis transisi yang adil.
Komitmen tersebut diperkuat oleh Peraturan Presiden No 112 Tahun 2022 Pasal 3 Ayat 1 dan 3b, yaitu memerintahkan Kementrian RI membuat peta jalan pemensiunan dini PLTU Batubara. Sampai sekarang, peta jalan pemensiunan dini PLTU masih dalam tahap pengembangan oleh KESDM dan PLN.
Terlepas dari itu, Pemerintah Indonesia bersama ADB ETM feasibility team, KESDM, dan PLN telah melakukan studi terkait strategi pemensiunan dini PLTU Batu Bara. Berdasarkan studi tersebut, Pemerintah Indonesia akan memfokuskan pemensiunan dini PLTU pada wilayah Jawa- Bali dan Sumatra karena dua wilayah tersebut mempunyai dua jaringan terpisah dengan tingkat demand paling tinggi. PLN akan memulai pensiunan dini PLTU pada tahun 2026 kemudian berlanjut hingga 2055.
Gambar 1. Rencana mula-mula pemensiunan dini PLTU oleh PLN (sumber: PLN)
ADB ETM feasibility team, KESDM, dan PLN merancang strategi dengan pendekatan yang berbeda-beda sebagai berikut
● ADB ETM feasibility team menggunakan Multi Criteria Analysis yang mengikutsertakan grid security, karakteristik operasional dan teknis pembangkit, komersial dan finansial, lingkungan, dan pertimbangan dari Just Transition
● KESDM menggunakan dua langkah pendekatan, pertama menganalisis PLTU yang layak dipensiunkan berdasarkan grid security, kemudian menganalisis biaya pemensiunan dininya
● PLN memfokuskan aset PLTU PLN daripada IPP untuk dipensiunkan untuk mempertimbangkan pembangkit yang layak untuk diasetkan kepada perusahaan lain, kemudian baru mempertimbangkan karakteristik operasional dan teknis pembangkit, komersial dan finansial, dan lingkungan. Contohnya adalah proses akuisisi PLTU Pelabuhan Ratu dari PT PLN ke PT Bukit Asam.
Dengan ketiga pendekatan tersebut, pemensiunan dini PLTU akan dibagi menjadi dua tahap:
1. Pre 2030: Sembilan aset PLTU PLN yang paling cocok untuk dipensiunkan dini sudah diidentifikasi oleh PLN. Semua aset tersebut berada di Jawa-Bali dan terkoneksi dengan jaringan 500 kV
● Sembilan aset tersebut diurutkan dari biaya operasi terendah dan emisi karbon tertinggi untuk dijadikan prioritas
● Pemensiunan dini kemudian dijadwalkan per tahun mulai dari 2026 – 2029 dengan porsi yang seimbang tiap tahunnya
2. Post 2030: Tidak hanya aset PLN saja, tetapi aset IPP juga ikut dipensiunkan dini
● Untuk aset PLN (Jawa-Bali dan Sumatra) diurutkan dari heat rates tertinggi di mana mempunyai tingkat efisiensi terendah yang akan diprioritaskan
● Untuk aset IPP, seluruh aset diasumsikan beroperasi selama 20 tahun. Pemensiunan dini IPP tidak bisa direncanakan secara akurat karena hampir sepenuhnya tergantung pada IPP
PLTU Mana Saja yang Akan Dipensiunkan Dini?
Walaupun peta jalan pemensiunan dini PLTU Batu Bara masih dalam tahap pengembangan, terdapat beberapa informasi mengenai jumlah kapasitas PLTU yang akan dipensiunkan. Berdasarkan informasi dari focus group discussion (FGD) ke-4 ADB pada September 2022, PLN merencanakan memensiunkan total 6,7 GW PLTU dengan 3,2 GW pemensiunan natural dan 3,5 GW pemensiunan dini sampai 2040. Berdasarkan informasi dari konferensi “JETP’s Pathway towards Energy Transition” pada Februari 2023, PLN merencanakan akan mempensiunkan PLTU sebesar 5,2 GW di seluruh Indonesia dengan porsi 4,5 GW di Pulau Jawa pada tahun 2028 – 2030 17.
Terkait dengan pemensiunan dini PLTU, pada Juni 2022, ADB ETM feasibility team bersama KESDM dan PLN melakukan studi mengenai PLTU-PLTU yang akan dipensiunkan mulai dari 2025 – 2035 dengan kapasitas kumulatif sebesar ~14 GW. Perlu diperhatikan bahwa studi ini hanya digunakan sebagai input bagi KESDM dan PLN terhadap perencanaan pemensiunan dini PLTU yang sekarang masih dalam pengembangan.
Tabel 8. PLTU yang akan dipensiunkan berdasarkan studi ADB ETM (CIF-ACT)18
Tahun PLTU/Unit Kapasitas (MW) Kapasitas Per Tahun (MW)
Kapasitas Kumulatif (MW)
Pemilik Aset/Lokasi
2026
PLTU Suralaya #1 400
1200 1200
PLN (Jawa-Bali)
PLTU Suralaya #2 400 PLN (Jawa-Bali)
PLTU Paiton #1 400 PLN (Jawa-Bali)
2027
PLTU Suralaya #5 600
1200 2400
PLN (Jawa-Bali)
PLTU Suralaya #6 600 PLN (Jawa-Bali)
2028
PLTU Suralaya #7 600
1260 3660
PLN (Jawa-Bali)
PLTU Paiton #9 660 PLN (Jawa-Bali)
2029
PLTU Suralaya #8 625
1285 4945
PLN (Jawa-Bali)
PLTU Adipala 660 PLN (Jawa-Bali)
2030
PLTU Labuan #1 300
3127 8072
PLN (Jawa-Bali)
PLTU Labuan #2 300 PLN (Jawa-Bali)
17 Strategi ETM oleh PT SMI dapat dilihat di PPT: https://reinvestindonesia.com/assets/source/materials/japan- 2023/PT%20SMI%20-%20Mr.%20Ekha%20Yudha%20Pratama.pdf
18 Detail PLTU bisa dilihat di proposal CIF-ACT: https://cif.org/sites/cif_enc/files/meeting- documents/CTF_TFC_IS_3_04_Indonesia_ACT_IP.pdf
PLTU Lontar #1 315 PLN (Jawa-Bali)
PLTU Lontar #2 315 PLN (Jawa-Bali)
PLTU Labuhan Angin #1 115 PLN (Jawa-Bali)
PLTU Paiton #5 610 IPP (Jawa-Bali)
PLTU Paiton #6 610 IPP (Jawa-Bali)
PLTU Cilacap #1 281 IPP (Jawa-Bali)
PLTU Cilacap #2 281 IPP (Jawa-Bali)
2031
PLTU Lontar #3 315
1130 9202
PLN (Jawa-Bali)
PLTU Tanjung Awar-Awar #1 350 PLN (Jawa-Bali)
PLTU Tanjung Awar-Awar #2 350 PLN (Jawa-Bali)
PLTU Labuhan Angin #2 115 PLN (Sumatra)
2032
PLTU Rembang #1 315
1805 11007
PLN (Jawa-Bali)
PLTU Rembang #2 315 PLN (Jawa-Bali)
PLTU Pacitan #1 315 PLN (Jawa-Bali)
PLTU Ombilin #1 100 PLN (Sumatra)
PLTU Ombilin #2 100 PLN (Sumatra)
PLTU Cirebon 660 IPP (Jawa-Bali)
2033
PLTU Pacitan #2 315
1475 12482
PLN (Jawa-Bali)
PLTU Pelabuhan Ratu #1 350 PLN (Jawa-Bali)
PLTU Pelabuhan Ratu #2 350 PLN (Jawa-Bali)
PLTU Pelabuhan Ratu #3 350 PLN (Jawa-Bali)
PLTU Nagan Raya #1 110 PLN (Sumatra)
2034
PLTU Indramayu #1 330
1475 13957
PLN (Jawa-Bali)
PLTU Indramayu #2 330 PLN (Jawa-Bali)
PLTU Indramayu #3 330 PLN (Jawa-Bali)
PLTU Nagan Raya #2 110 PLN (Sumatra)
PLTU Celukan Bawang #1 125 IPP (Jawa-Bali)
PLTU Celukan Bawang #2 125 IPP (Jawa-Bali)
PLTU Celukan Bawang #3 125 IPP (Jawa-Bali)
Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa hasil studi berfokus pada pemensiunan dini PLTU aset milik PLN. Hal ini berkaitan dengan kondisi oversupply yang terjadi kelistrikan Indonesia. Kondisi oversupply membuat PLN tetap harus membayar denda TOP pada IPP sehingga jika listrik dari IPP tidak dimanfaatkan, PLN akan merugi sehingga PLN harus mengalah dengan IPP. Dengan pemensiunan dini PLTU, setidaknya sampai kondisi oversupply tidak terjadi lagi, pemensiunan dini PLTU dapat membuat PLN mengurangi kerugiannya.
Apa Dampak dari Pemensiunan Dini PLTU dan Solusinya?
Dalam kerangka kajian analitis, pemensiunan dini PLTU jelas membawa dampak yang signifikan, terutama di berbagai lini kehidupan masyarakat seperti pada bidang sosial, ekonomi, politik serta lingkungan. Berikut ini adalah analisis mengenai dampak-dampak tersebut.
A. Dampak Sosial
Hilangnya pekerjaan dan pendapatan (job and income losses) jadi salah satu dampak sosial yang kemungkinan besar akan timbul akibat dari rencana pemensiunan dini PLTU.
Dalam Booklet batubara 2020 KESDM, industri batubara telah menyerap tenaga kerja di Indonesia hingga setidaknya 150 ribu pada 2019. Jumlah tenaga kerja tersebut belum termasuk penyerapan tenaga kerja di bidang operasional PLTU. Jika ditambah pekerja di PLTU, maka jumlah lapangan kerja yang hilang pun semakin besar.
Secara matematis, kerugian pendapatan dapat dihitung melalui estimasi jumlah pekerjaan yang hilang per tahun dikalikan dengan rata-rata pendapatan tahunan untuk pekerja.
Adapun jumlah kehilangan pekerjaan per tahun dihitung pada level pabrik-per-pabrik, dengan asumsi bahwa pabrik dengan kapasitas yang lebih tinggi kehilangan lebih banyak pekerja per megawatt (MW) penggunaan yang berkurang.
Tabel 9. Jumlah pekerja dan kerugian pendapatan tahunan per MW menurut capacity class19
Capacity Class Pekerja/MW Total Kerugian Pendapatan Tahunan/MW
>600 MW 0.15 $484.89
19 https://iesr.or.id/en/pustaka/financing-indonesias-coal-phase-out
300-600 MW 0.44 $1,380.05
100-300 MW 0.60 $1,882.96
<100 MW 1.51 $4,737.77
Job and income losses bisa diatasi dengan memberlakukan apa yang disebut sebagai dukungan fiskal (fiscal support) bagi para pekerja yang terkena dampak pemensiunan dini PLTU. Dukungan yang diberikan pada dasarnya dapat dibagi menjadi 3 kategori: kesehatan, kompensasi pendapatan, dan pengembalian kerja. Jika melihat relevansinya dengan persoalan pemensiunan dini PLTU, maka kategori yang dapat diterapkan ialah dukungan pengembalian kerja, yang meliputi insentif perekrutan (misalnya memberikan dana kepada perusahaan untuk merekrut mantan pekerja PLTU), dukungan relokasi, serta dana pelatihan ulang bagi para pekerja.
B. Dampak ekonomi
Pemensiunan dini PLTU jelas berdampak pada sektor ekonomi Indonesia, terutama terkait nominal biaya yang diperlukan untuk merealisasikan rencana tersebut. Berdasarkan analisis dari lembaga kajian TransitionZero menyebutkan bahwa dibutuhkan dana sekitar US$37 miliar atau sekitar Rp569 triliun (kurs rupiah Rp15.396 per dolar AS) untuk menghentikan 118 pembangkit listrik batu bara lebih awal. Sementara itu, KESDM memperkirakan dibutuhkan dana hingga US$ 1 triliun atau Rp15.387 triliun (kurs rupiah Rp15.387 per dolar AS). Angka dari ESDM tersebut termasuk untuk investasi di sektor Energi Baru dan Terbarukan (EBT) untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada sampai 2060.
Dengan demikian, kebutuhan pembiayaan transisi energi akan semakin meningkat seiring dengan diterapkannya pensiun dini PLTU batu bara.
Meski begitu, nominal tersebut sebenarnya masih lebih kecil jika dibandingkan dengan akumulasi besarnya denda yang harus dibayarkan PLN setiap tahunnya dikarenakan adanya skema TOP serta beban yang ditanggung PLN akibat dari oversupply energi listrik.
Plt Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menyebutkan bahwa jumlah yang harus dibayar oleh PLN bisa mencapai Rp3,5 triliun untuk setiap 1.000 megawatt (MW) atau 1 gigawatt (GW) per tahunnya. Sementara itu, dalam hitungan INDEF sebelumnya, dari kelebihan pasokan listrik 25% yang pernah dialami PLN pada tahun 2021, PLN menanggung beban hingga Rp122,8 triliun. Ekonom INDEF, Abra Talatov mengatakan,
nilai tersebut berasal dari asumsi biaya pokok perolehan listrik Rp1.333 per kWh, lalu jika dikonversi dengan oversupply sebesar 26,3% pada 2021, maka diperoleh potensi pemborosan akibat oversupply sebesar Rp122,8 triliun pada 202120.
Pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa dari segi ekonomi, pemensiunan dini PLTU cenderung lebih menguntungkan bagi PLN dan juga pemerintah.
C. Dampak politik
Pada dasarnya sektor politik berhubungan erat dengan pengelolaan resources agar pemanfaatannya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan publik secara lebih adil. Kenyataannya, salah satu resources yang menjadi kebutuhan dasar manusia adalah energi, sehingga segala kebijakan di sektor energi akan berpengaruh terhadap politik baik secara langsung maupun tidak langsung.
Adanya rencana pemensiunan dini PLTU tentu akan menyebabkan haluan politik dalam industri energi mengalami perubahan yang signifikan, dari yang semula lebih dominan memanfaatkan batubara/sumber energi tak terbarukan perlahan mulai bergeser ke arah sumber energi terbarukan. Di sisi lain, pemensiunan dini PLTU juga dinilai mampu memperkuat posisi politik Indonesia di mata global, terutama di antara negara-negara yang memang fokus dalam pengembangan energi terbarukan. Sejalan dengan komitmen Indonesia dalam Paris Agreement, pemensiunan dini PLTU juga dapat menjadi bentuk nyata keseriusan pemerintah terhadap komitmen tersebut.
D. Dampak lingkungan
Salah satu faktor pendorong dari pemensiunan dini PLTU di Indonesia adalah karena dampak positif terhadap lingkungan yang kemungkinan besar bakal ditimbulkan kedepannya.
Tabel berikut menyajikan peringkat risiko dan peluang lingkungan utama yang telah diidentifikasi untuk pemensiunan dini PLTU (dan penutupan tambang batubara di Indonesia sebagai tambahan) . Peringkat risiko dan peluang disajikan dalam tiga kategori: Tinggi (H), sedang (M), dan rendah (L). Peringkat ini ditentukan menggunakan hasil laporan cakupan SESA (Social and Environmental Strategic Assessment) regional serta penilaian profesional dari tim SESA.
20 Informasi dapat dilihat di https://www.cnbcindonesia.com/news/20230131163717-4-409798/listrik-banyak- nganggur-pln-bisa-kena-denda-sebesar-ini
Tabel 10. Risiko dan Peluang Lingkungan Utama dari ETM di Indonesia21
Isu Risiko Rating Peluang Rating
Emisi Gas Rumah Kaca
(GRK)
● Emisi GRK dapat terjadi di lokasi lain akibat penjualan batubara ke pasar lain
● Emisi akibat peninggalan tambang yang tidak terkontrol
M
H
● Pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) dari penutupan PLTU batubara
H
Kualitas udara
● Partikel yang dilepaskan oleh kebakaran di tambang yang tidak terkontrol dan ditinggalkan
● Polusi udara dari mesin dan kendaraan
M
L
● Kualitas udara yang meningkat dengan penurunan emisi setelah penutupan PLTU/bekas tambang
H
Manajemen limbah
● Limbah berbahaya dan penampungan toksik yang tersisa setelah penutupan PLTU/tambang - dapat menyebabkan polusi
● Material sisa dari
konstruksi sumber energi terbarukan
● Pembongkaran fasilitas yang berbahaya dan limbah komponen pengganti dari
pembangkit listrik tenaga angin dan surya
H
M
H
● Remediasi situs
terkontaminasi H
Kontaminasi daratan dan air
● Pencemaran warisan dari PLTU dan tambang batubara
● Keruntuhan lubang tambang bawah tanah
● Kegagalan bendungan ekstraksi dan tumpukan material
● Erosi tanah dari
H
H H
M
● Perbaikan lanskap melalui remediasi dan pengalihan fungsi PLTU dan tambang batubara
H
21 Tabel ini telah disesuaikan, untuk data lengkapnya dapat dilihat di https://cif.org/sites/cif_enc/files/meeting- documents/CTF_TFC_IS_3_04_Indonesia_ACT_IP.pdf
konstruksi proyek energi terbarukan dan
infrastruktur terkait seperti pembangunan jalan dan jalur transmisi
● Penimbunan air yang disebabkan oleh kontur tanah buatan dan pola drainase
M
Keanekaragama n hayati darat
● Peningkatan perburuan dan perburuan liar akibat peningkatan akses dan/atau hilangnya pekerjaan di PLTU atau tambang batubara
● Peningkatan penebangan hutan dan pengambilan kayu secara ilegal akibat hilangnya pekerjaan di PLTU atau tambang batubara
● Perkenalan spesies invasif M
M
M
● Keanekaragaman hayati yang meningkat setelah restorasi habitat di lokasi PLTU dan tambang batubara
H
Kualitas air
● Pencemaran air tanah dan permukaan dari tambang dan PLTU yang
ditinggalkan
H
● Peningkatan kualitas air melalui
pengurangan pembuangan dari PLTU dan tambang
● Remediasi air tanah dan permukaan yang tercemar oleh PLTU dan tambang
H
H
Akses sumber daya lahan dan
air
● Akses terbatas pada
sumber daya lahan dan air H
● Pemulihan akses pada lahan dan air melalui reklamasi situs PLTU dan tambang yang ditinggalkan
M
Apa Saja Tantangannya dan Bagaimana Cara Pemerintah Menanggulanginya?
Ada beberapa kendala atau tantangan yang ditemui di tengah upaya pemerintah dalam merealisasikan rencana pemensiunan dini PLTU. Salah satunya adalah seperti yang diungkapkan oleh Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati, di mana banyak investor yang tertarik untuk membiayai proyek transisi energi di Indonesia. Akan tetapi, mereka hanya mau mendanai proyek Energi Baru Terbarukan (EBT), dan tidak mau berinvestasi dalam membantu memensiunkan dini PLTU batubara. Alasan banyaknya investor yang menolak untuk ikut membantu pemerintah Indonesia dalam memensiunkan PLTU batubara, sebab investor merasa bahwa hal ini sangat berlawanan dengan prinsip pembiayaan energi hijau. Masih menurut Sri Mulyani, dikarenakan adanya kata 'batu bara' di sana, maka para investor akan melihat bahwa mereka melakukan pembiayaan yang bertentangan dengan pembiayaan hijau.22
Bagi Pemerintah Indonesia, apa yang dilakukan saat ini telah konsisten dengan apa yang sudah disampaikan pada saat Indonesia menjadi tuan rumah Presidensi G20. Indonesia pun didukung oleh banyak negara anggota G20 lainnya dan juga lembaga multilateral dan bilateral untuk mendeklarasikan Just Energy Transition Partnership (JETP), dan berhasil memperoleh komitmen sebesar US$ 20 miliar. Di samping itu, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN juga telah mengumumkan bakal menjalin kerja sama dengan International Energy Agency (IEA) untuk mematangkan Just Energy Transition Partnership Investment and Policy Plan (JETP IPP) dalam mengakselerasi transisi energi di Indonesia. IEA sendiri merupakan suatu lembaga independen yang diisi oleh para profesional untuk menjadi rujukan dunia terkait dengan analisis, data, rekomendasi kebijakan, solusi pembangunan ketahanan energi, ekonomi berkelanjutan dan pembangunan lingkungan. Lembaga ini berbasis di Paris, yang diinisiasi dalam kerangka Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi pada tahun 1974 pasca adanya krisis minyak di tahun 1973.23
Tantangan lain yang juga membayangi rencana pemensiunan dini PLTU adalah terkait potensi keberlanjutan dari proyek ini kedepannya. Sebagai salah satu proyek ambisius yang diagendakan oleh pemerintah, pemensiunan dini PLTU tentu tidak serta merta bisa direalisasikan
22 Informasi dapat dilihat di https://www.cnbcindonesia.com/news/20230330064450-4-425676/investor-ogah-bantu- ri-pensiunkan-pltu-batu-bara-kenapa
23 Informasi dapat dilihat di https://ekonomi.bisnis.com/read/20230420/44/1648806/pln-libatkan-badan-energi- internasional-iea-dalam-proyek-pensiun-dini-pltu-batu-bara
hanya dalam waktu satu atau dua tahun saja, akan tetapi memerlukan jangka waktu yang panjang untuk mewujudkan proyek tersebut secara bertahap. Maka dari itu, penting untuk memastikan konsistensi dan komitmen pemerintah sebagai salah satu stakeholder dalam menyusun kebijakan, terutama yang berkaitan dengan sektor energi, sehingga proyek pemensiunan dini PLTU ini dapat berjalan sesuai target. Akan tetapi dengan adanya pergantian kabinet, membuka kemungkinan bahwa kebijakan-kebijakan yang diambil akan cenderung berbeda tiap periodenya sesuai dengan arah politik kabinet yang dilantik. Jika demikian, nasib keberlanjutan dari proyek ini dapat terancam, apabila tidak ada akselerasi komitmen di sektor energi antara kabinet pemerintahan periode lama dengan periode baru, atau dengan kata lain ancaman proyek mangkrak bisa saja terjadi.
Sikap DEM UGM terhadap Pemensiunan Dini PLTU Batu Bara
Pemensiunan PLTU Batu Bara sudah sejalan dengan kepentingan internasional bagi Indonesia untuk mencapai Carbon Neutral pada 2060 dan juga kondisi kelistrikan Indonesia yang tengah mengalami oversupply yang diperkirakan sampai tahun 2030 dan kerugian PLN karena adanya skema TOP.
DEM UGM setuju dengan program pemensiunan dini PLTU Batu Bara dengan memperhatikan beberapa poin. Poin-poin penting tersebut adalah pertama, Indonesia dipilih sebagai ETMCP untuk menginisiasi percepatan transisi energi melalui pemensiunan dini PLTU Batu Bara; kedua, masalah lingkungan dan sosial yang dapat diakibatkan oleh pemensiunan dini PLTU; ketiga politik Indonesia mengenai proyek ambisius pemensiunan dini PLTU. Dari ketiga poin tersebut,
1. Pemerintah Indonesia, KESDM, Kemenkeu, PLN, dan PT SMI harus transparan mengenai penggelontoran dana oleh JETP, ETM, CIF-ACT, dan stakeholder lainnya. Hal ini dikarenakan penggelontoran dana dari JETP berupa hibah, pinjaman lunak, pinjaman tarif pasar, guarantees, dan pendanaan swasta sehingga harus dikaji lebih secara matang agar tidak berpotensi menjerat Indonesia dengan utang
2. Pemerintah Indonesia harus memiliki mekanisme penjagaan yang jelas dan tegas untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan terhadap sektor energi dan ketenagalistrikan karena investasi ini melibatkan banyak investor internasional dan nasional
3. Pemerintah Indonesia harus mengkaji secara komprehensif mengenai dampak sosial terutama pada para pekerja yang sudah lama bekerja di PLTU sehingga bukannya membuat hilangnya pekerjaan dan pendapatan, tetapi justru meningkatkan peluang pekerjaan 4. Selain emisi karbon, Pemerintah Indonesia bersama dengan KESDM, dan PLN harus jelas
dan tegas perihal perencanaan rehabilitasi, reklamasi, dan alokasi fungsi area eksplorasi dan produksi batu bara yang dipensiunkan agar tidak menjadi situs yang terbengkalai 5. Konsistensi pemerintah harus diperhatikan sebagaimana sudah dijelaskan pada poin kajian
tentang tantangan pemerintah dan cara menanggulanginya.
Referensi
Indonesia. (2022). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. Diakses dari https://drive.esdm.go.id/wl/?id=o8WDm5f2AXpP9Awt2y4CFnvB3t2JdOAf
Institute for Essential Service Reform. Pilihan untuk PLTU di Tengah Pengembangan Energi Terbarukan. Diakses pada 30 April 2023 dari https://iesr.or.id/tag/pensiun-dini-pltu Kementerian ESDM Republik Indonesia. 2022. Berkenalan dengan Net Zero Emission.
Diakses pada 29 April 2023 dari https://ppsdmaparatur.esdm.go.id/berita/berkenalan- dengan-net-zero-emission
Kementerian Keuangan Indonesia. (n.d.). Energy Transition Mechanism. Retrieved from Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Indonesia:
https://fiskal.kemenkeu.go.id/fiskalpedia/2022/11/10/21-energy-transition-mechanism Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan. 2021. Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Monitoring, Pelaporan, Verifikasi (MPV)
Muhammad Fajar Riyandanu. 2022. PLN Tetapkan 4 Kriteria Pensiun Dini PLTU, Utamakan PLTU di Jawa. Diakses pada 30 April 2023 dari https://katadata.co.id/happyfajrian/berita/63441bdab6014/pln-tetapkan-4-kriteria-
pensiun-dini-pltu-utamakan-pltu-di-jawa
Muliawati, Firda Dwi. 2023. Listrik Banyak 'Nganggur', PLN Bisa Kena Denda Sebesar
Ini.. Diakses pada 29 April 2023 dari
https://www.cnbcindonesia.com/news/20230131163717-4-409798/listrik-banyak- nganggur-pln-bisa-kena-denda-sebesar-ini
Pemerintah Indonesia. (2022, Oktober 26). CIF Accelerating Coal Transition (ACT):
Indonesia Country Investment Plan (IP). Diakses dari Intersessional Meeting of the CTF Trust Fund Committee: https://cif.org/sites/cif_enc/files/meeting- documents/CTF_TFC_IS_3_04_Indonesia_ACT_IP.pdf
PT PLN (Persero). (2021). Laporan Tahunan PLN 2021. Diakses dari PLN:
https://web.pln.co.id/statics/uploads/2022/08/Laporan-Tahunan-2021.pdf
PT PLN (Persero). (2021). Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021- 2030. Diakses dari https://web.pln.co.id/statics/uploads/2021/10/ruptl-2021-2030.pdf PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). (2023, Maret 3). Energy Transition Mechanism (ETM) in Indonesia. Diakses dari RE Invest Indonesia – Renewable Energy Investment Forum: https://reinvestindonesia.com/assets/source/materials/japan- 2023/PT%20SMI%20-%20Mr.%20Ekha%20Yudha%20Pratama.pdf
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). (2023, March 29). Peran PT SMI dalam Mendinamisasi Mekanisme Transisi Energi di Indonesia. Diakses dari https://bit.ly/MateriWebinarETM29032023
Putri, Cantika Adinda. 2023. Investor Ogah Bantu RI Pensiunkan PLTU Batu Bara,
Kenapa? Diakses pada 27 April 2023 dari
https://www.cnbcindonesia.com/news/20230330064450-4-425676/investor-ogah-bantu- ri-pensiunkan-pltu-batu-bara-kenapa
Syahni, D. (2023, March 2023). Pemerintah Janji Selesaikan Peta Jalan Pensiun Dini PLTU Batubara, JETP Harus Transparan. Diakses dari MONGABAY Situs Berita Lingkungan: https://www.mongabay.co.id/2023/03/05/pemerintah-janji-selesaikan-peta- jalan-pensiun-dini-pltu-batubara-jetp-harus-transparan/
United Nations. 2022. Most Emissions Come From Just a Few Country. Diakses pada 30 April 2023 dari https://www.un.org/en/climatechange/net-zero-coalition
Wahyudi, Nyoman Ary. 2023. PLN Libatkan Badan Energi Internasional (IEA) dalam Proyek Pensiun Dini PLTU Batu Bara. Diakses pada 27 April 2023 dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20230420/44/1648806/pln-libatkan-badan-energi-
internasional-iea-dalam-proyek-pensiun-dini-pltu-batu-bara
Reviewer:
1. Daffa Indraprawira Izaohar 2. Tito Aron Palti S
3. Daniswara Kumaradipta