Untuk memudahkan pemahaman mengenai pengertian tindak pidana, terlebih dahulu akan kami jelaskan perbedaan istilah hukuman dan pidana. Oleh karena itu, seseorang yang dihukum karena melakukan tindak pidana adalah orang yang bersalah melanggar hukum pidana atau melakukan tindak pidana atau pelanggaran ringan.40. Muljatno mengatakan bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan hukuman bagi orang yang melakukannya.42 Pada kesempatan lain beliau juga mengatakan bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh undang-undang untuk melindungi masyarakat, dan dapat diancam dengan pidana. berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.
Jadi, tindak pidana adalah perbuatan berbuat sesuatu, perbuatan tidak berbuat sesuatu dan menimbulkan akibat yang dilarang oleh undang-undang.43. Tindak pidana merupakan suatu istilah yang mengandung makna mendasar dalam ilmu yuridis, sebagai suatu istilah yang secara sadar dibentuk dalam memberikan ciri-ciri tertentu pada suatu peristiwa hukum. Sebagaimana dikemukakan oleh pakar hukum pidana yaitu Moeljatno yang berpendapat bahwa pengertian tindak pidana menurut istilahnya yaitu delik pidana adalah suatu delik yang dilarang undang-undang.
Berdasarkan pandangan di atas maka tindak pidana yang dimaksud adalah perbuatan pidana atau tindak pidana adalah suatu perbuatan yang tidak selaras atau bertentangan dengan suatu peraturan perundang-undangan atau suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu peraturan perundang-undangan yang disertai dengan sanksi pidana. . dimana aturannya menitikberatkan pada fakta, sedangkan ancaman atau sanksi pidana menyasar pada orang yang melakukan atau menyebabkan kejadian tersebut. Dalam hal ini, siapa pun yang melanggar aturan hukum yang berlaku dapat dikatakan sebagai pelaku tindak pidana atau pelaku tindak pidana. Terkait dengan pengertian delik pidana, Bambang Poernomo berpendapat bahwa rumusan delik pidana akan lebih lengkap bila disusun sedemikian rupa sehingga delik pidana merupakan suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu undang-undang pidana dan dapat diancam dengan pidana. bagi siapa saja yang melanggar larangan ini.46 Perihal pencantuman kalimat dengan frasa “peraturan pidana” tersebut dimaksudkan untuk menyempurnakan keadaan hukum di Indonesia yang masih mengakui adanya hukum tertulis dan tidak tertulis.
Tindak pidana merupakan bagian mendasar dari perbuatan salah yang dilakukan seseorang dalam melakukan suatu kejahatan.
Pengertian Tindak Pidana Khusus
Hal ini dimaksudkan khusus karena menyangkut tindak pidana yang pengaturannya tidak diatur dalam KUHP. Karena negara Indonesia mengambil alih hukum waris dari Belanda, perkembangan terus berjalan seiring berjalannya waktu, dan kehidupan sosial masyarakat pun ikut berubah. Dalam kaitannya dengan perubahan sosial dalam masyarakat, hal ini juga mencakup perubahan berupa munculnya pola-pola baru dalam masyarakat itu sendiri, termasuk dalam cara terjadinya tindak pidana.
Untuk menanggulangi tindak pidana atau tindak pidana yang timbul dari perkembangan zaman, maka ketentuan-ketentuan mengenai tindak pidana yang tidak diatur dalam KUHP diatur dalam peraturan-peraturan lain di luar KUHP yang dikenal dengan peraturan perundang-undangan tentang tindak pidana tertentu. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan tersirat dalam KUHP yang berbunyi: “Ketentuan dalam bab I sampai dengan bab VIII buku ini berlaku pula terhadap tindak pidana yang diancam dengan ketentuan undang-undang lain dengan ancaman pidana, kecuali dalam hal yang hukum menentukan .sebaliknya" 56.
Tindak Pidana Narkotika
Pengertian Tindak Pidana Narkotika
Jenis-Jenis Tindak Pidana Narkotika
Kategori pertama menyangkut perbuatan berupa kepemilikan, penyimpanan, penguasaan, atau penyediaan obat-obatan narkotika dan prekursor obat. Kategori kedua berkaitan dengan produksi, impor, ekspor atau distribusi obat-obatan narkotika dan prekursor obat-obatan narkotika. Ancaman pidana terhadap upaya atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika diatur dalam ketentuan Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2018.
Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan perdagangan gelap obat anestesi dan prekursor narkotika dengan Undang-undang No. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan perdagangan ilegal obat anestesi dan prekursor narkotika. Memantau, mengarahkan dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan perdagangan ilegal obat anestesi dan prekursor narkotika.
Melakukan penyidikan administratif dan penyidikan terhadap kasus penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dan prekursor narkoba. Penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dan prekursor narkoba dilakukan oleh penyidik pegawai negeri sipil, penyidik kepolisian, dan penyidik BNN.65. Serangkaian kegiatan penyidikan, penuntutan, dan persidangan di pengadilan terkait penyalahgunaan dan peredaran gelap obat-obatan terlarang dan prekursornya.
Pemeriksaan terhadap orang atau korporasi yang diduga melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika. Pemeriksaan, penggeledahan, dan penyitaan barang bukti tindak pidana penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika. Menelaah surat dan/atau dokumen lain yang berkaitan dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika.
Menangkap dan menahan orang yang diduga menyalahgunakan dan mengedarkan secara tidak sah narkotika dan prekursor narkotika. Melaksanakan larangan peredaran gelap obat-obatan narkotika dan prekursor obat-obatan narkotika dan prekursor obat-obatan narkotika di seluruh wilayah hukum nasional. Melakukan penyadapan terkait pengalihan dan peredaran gelap obat narkotika dan prekursor obat setelah tersedia bukti awal yang cukup.
Membuka dan memeriksa setiap kiriman melalui pos atau komunikasi lain yang diduga berkaitan dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika. Apabila diperlukan, meminta bantuan ahli dalam kaitannya dengan tugas penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkoba. Menghentikan apabila tidak cukup bukti adanya dugaan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika.
Meminta keterangan dan bukti kepada orang atau badan hukum mengenai penyalahgunaan obat dan prekursor obat.
Sanksi Tindak Pidana Narkotika
Hakim yang mengadili perkara pecandu narkoba dapat memutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan dan/atau pengobatan melalui rehabilitasi apabila pecandu narkoba terbukti bersalah melakukan tindak pidana narkoba, atau memutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan dan/atau pengobatan melalui rehabilitasi apabila pecandu narkotika belum terbukti bersalah melakukan tindak pidana narkotika. Masa pengobatan dan/atau pengobatan terhadap orang yang kecanduan narkotika berdasarkan keputusan memerintahkan pengobatan dan/atau pengobatan melalui rehabilitasi dihitung sebagai masa menjalani pidana. Sanksi bagi pelaku tindak pidana narkotika diatur dalam Undang-Undang Narkotika pada Bab XV tentang ketentuan pidana.
Namun ketentuan-ketentuan dalam ketentuan pidana tetap perlu disandingkan dengan bab-bab lain untuk menghubungkan hal-hal yang dimaksud dengan beberapa pasal dalam ketentuan pidana. Berdasarkan UU Narkotika, sanksi bagi pelaku tindak pidana narkoba antara lain hukuman penjara, rehabilitasi, denda, dan hukuman tambahan. Untuk menjelaskan ruang lingkup berbagai sanksi pidana yang diterapkan dalam undang-undang ini, berikut uraiannya.
Luasnya penerapan hukuman penjara ini adalah jika tindak pidana narkoba dilakukan oleh perorangan atau korporasi. Namun untuk tindak pidana narkoba yang dilakukan oleh korporasi, yang dipidana adalah pimpinan dan/atau pengurus korporasi tersebut. Hukuman penjara ini berlaku untuk semua kejahatan narkoba yang dilakukan oleh individu atau pimpinan suatu korporasi.
Ruang lingkup penerapan rehabilitasi ini adalah apabila suatu tindak pidana dilakukan oleh seseorang dalam hal orang tersebut adalah penyalahguna narkoba yang hanya menjadi korban penyalahgunaan narkoba dan pecandu narkoba. Apabila dilakukan rehabilitasi, maka pecandu atau korban penyalahgunaan Narkoba dengan sendirinya menjalani pidana bukan pidana penjara, karena selama masa rehabilitasi itu masih berlangsung dianggap sebagai penjelmaan pidana penjara. Berdasarkan alasan tersebut, seorang pecandu yang telah menyelesaikan masa rehabilitasi tidak dapat lagi dijatuhi pidana penjara.
Secara psikologis, penerapan hukuman ini memberikan rasa takut yang luar biasa kepada masyarakat terhadap kejahatan narkoba, baik bagi mereka yang belum, sedang atau pernah melakukan kejahatan narkoba tersebut. Semua itu juga dilakukan untuk memberikan efek jera bagi pelaku kejahatan narkoba agar tidak berani lagi mengulangi perbuatannya. Sanksi terhadap kejahatan narkoba diterapkan kepada orang atau korporasi yang melakukan kejahatan narkoba, sesuai dengan ketentuan pidana yang ada.