• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Upaya Polri Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perjudian Toto Gelap (Togel) Di Kalangan Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Upaya Polri Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perjudian Toto Gelap (Togel) Di Kalangan Masyarakat"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang

Dalam era yang serba sulit ini bangsa Indonesia dihadapkan kepada

berbagai macam permasalahan keamanan yang mengganggu ketenteraman dan

kenyamanan hidup. Berbagai macam bentuk perbuatan tindak pidana muncul

ke permukaan sehingga terkadang memberikan sebuah momentum bahwa

setiap individu harus dapat menjaga dirinya masing-masing dari akibat-akibat

yang tidak diinginkan.

Salah satu tindak pidana yang semakin merebak umumnya di Indonesia

dan khususnya di Kota Medan adalah perihal perjudian, sehingga tidak heran

apabila aparat kepolisian akhir-akhir ini semakin giat memberantas judi

tersebut.

Judi dijadikan sebuah perbuatan yang dilarang oleh

perundang-undangan disebabkan oleh karena banyak akibat-akibat yang negatif timbul

dari perbuatan tindak pidana perjudian tersebut, baik itu akibat kemerosotan

moral maupun juga kehancuran sebuah rumah tangga hingga akhirnya

kehancuran sebuah bangsa.

Judi sangat dilarang oleh agama, tetapi meskipun demikian tetap saja

perjudian ini tumbuh secara sembunyi-sembunyi, dikarenakan judi dianggap

(2)

melakukan usaha yang membanting tulang.1

Di satu sisi kepolisian sebagai suatu instansi pengayom dan pelindung

kehidupan masyarakat, agar masyarakat dapat hidup tenteram dan nyaman,

kurang mendapat penilai yang positif dari masyarakat itu sendiri. Hal ini

diakibatkan oleh adanya tindakan yang sebagian oknum kepolisian tersebut

yang dalam tata cara bekerjanya melebihi batas kesewenangannya, sehingga Judi menurut KUHP Pasal 303 ayat (3) adalah setiap permainan yang

memungkinkan akan menang pada umumnya tergantung pada

untung-untungan saja, juga kalau menungkinkan itu ditambah besar karena pemain

lebih pandai atau mahir. Main judi juga meliputi segala peraturan tentang

keputusan perlombaan atau permainan lain yang tidak diadakan oleh mereka

yang turut berlomba atau permainan itu, demikian pula segala peraturan

lainnya. Karena main judi merupakan kegemaran yang dapat menjadi rasa

ketagihan yang akhirnya dapat menghabiskan harta benda dan akhirnya

mendorong untuk melakukan kejahatan. Maka KUHP melarangnya dengan

ancaman pidana Pasal 303 dan untuk perjudian ringan dalam Pasal 542.

Bahkan secara jelas Pasal 1 Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 tentang

Penertiban Perjudian menyebutkan “semua tindak pidana perjudian sebagai

kejahatan”.

Tindakan kepolisian terhadap perjudian bersifat relatif, menangkap para

pelakunya untuk di ajukan kepengadilan.

(3)

masyarakat bukan terkesan terlindungi tetapi malah menyangsikan keberadaan

kepolisian itu sendiri.

Begitu juga perihal keberadaan kepolisian di dalam hubungannya

dengan penindakan dan pemberantasan terhadap judi yang dilakukan

akhir-akhir dianggap oleh masyarakat hanya sebagai suatu tindakan yang sesaat saja,

tidak terus menerus dan berkelanjutan. Sehingga dari akibat perbuatan tersebut

maka judi dapat saja tidak dilakukan hari ini tetapi dapat timbul kembali

kemudian.

Permasalahan judi khususnya dalam kajian skripsi ini judi toto gelap

(togel) adalah salah satu permasalahan penyakit masyarakat yang banyak

melanda kota-kota besar bahkan sampai ke pelosok pedesaan, bahkan sangat

sering kita dengar dan hal ini sudah lama dipermasalahkan untuk

penanggulangannya. Hal ini dapat kita ketahui bahwa merebaknya kasus-kasus

perjudian di seantero tempat akan menimbulkan berbagai efek yang bersifat

negatif, dimana efek dari menjalarnya perjudian tersebut dapat merubah pola

pikir masyarakat ke arah yang bertentangan dengan norma hukum maupun

norma kesusilaan dan norma agama.

B. Permasalahan

Dalam pembuatan suatu karya ilmiah khususnya Skripsi, maka untuk

mempermudah penulis dalam pembahasan, perlu dibuat suatu permasalahan

(4)

Jadi yang menjadi masalah-masalah pokok didalam Skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana penegakan hukum dalam rangka menanggulangi perjudian

togel di kalangan masyarakat?

2. Bagaimana hambatan kepolisian dalam menanggulangi perjudian togel di

kalangan msyarakat ?

3. Bagaimana upaya pencegahan dan penanggulangan perjudian togel?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisaan

Adapun tujuan penulisan dalam skripsi ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui penegakan hukum dalam rangka menanggulangi

perjudian togel di kalangan masyarakat.

2. Untuk mengetahui hambatan kepolisian dalam menanggulangi perjudian

togel di kalangan msyarakat.

3. Untuk mengetahui upaya pencegahan dan penanggulangan perjudian togel.

Sedangkan yang menjadi faedah penulisaan dalam hal ini adalah:

1. Secara teoritis untuk menambah literatur tentang perkembangan hukum itu

sendiri khususnya dalam bidang hukum pidana khususnya masalah peranan

polri dalam penanggulangan tindak pidana perjudian toto gelap.

2. Secara praktis ini juga diharapkan kepada masyarakat dapat mengambil

manfaatnya terutama dalam hal mengetahui tentang hal-hal yang dapat

(5)

D. Keaslian Penulisan

Adapun penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Polri Dalam

Menanggulangi Tindak Pidana Perjudian Toto Gelap (Togel) di Kalangan

Masyarakat”, dan penulisan skripsi ini tidak sama dengan penulisan skripsi

lainnya. Sehingga penulisan skripsi ini masih asli serta dapat

dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Tugas dan Fungsi Polri

Secara teoritis pengertian mengenai polisi tidak ditemukan, tetapi

penarikan pengertian polisi dapat dilakukan dari pengertian kepolisian

sebagamana diatur di dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 2 Tahun

2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berbunyi :

“Kepolisian adalah segala hal ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan

lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan“.

Dari kutipan atas bunyi pasal tersebut maka kita ketahui polisi adalah

sebuah lembaga yang memiliki fungsi dan pelaksanaan tugas sebagaimana

yang ditentukan oleh perundang-undangan.

Di dalam perundang-undangan yang lama yaitu Undang-Undang No.

13 Tahun 1961 ditegaskan bahwa kepolisian negara ialah alat negara penegak

hukum. Tugas inipun kemudian ditegaskan lagi dalam Pasal 30 (4) a

(6)

Negara, disingkat Undang-Undang Hankam.

Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 yang

mencabut Undang-Undang No. 28 Tahun 1997 maka Kepolisian ini

tergabung di dalam sebutan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia,

dimana di dalamnya Kepolisian merupakan bagian dari Angkatan Laut,

Angkatan Darat, serta Angkatan Udara. Sesuai dengan perkembangan zaman

dan bergulirnya era reformasi maka istilah Angkatan Bersenjata Republik

Indonesia kembali kepada asal mulanya yaitu Tentara Nasional Indonesia dan

keberadaan Kepolisian berdiri secara terpisah dengan angkatan bersenjata

lainnya.

Telah dikenal oleh masyarakat luas, terlebih di kalangan Kepolisian

bahwa tugas yuridis kepolisian tertuang di dalam Undang-Undang No. 2 tahun

2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan di dalam

Undang-Undang Pertahanan dan Keamanan. Untuk kepentingan pembahasan, ada

baiknya diungkapkan kembali pokok-pokok tugas yuridis Polisi yang terdapat

di dalam kedua undang-undang tersebut sebagai berikut :

1. Dalam Undang-Undang Kepolisian Negara Republik Indonesia ( UU No.

2 Tahun 2002).

Pasal 13

Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat

(7)

c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat.

Selanjutnya dalam Pasal 14 dikatakan :

(1)Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal

13, Kepolisian Republik Indonesia bertugas :

a. Melaksanakan pengaturan penjagaan, pengawalan dan patroli

terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan

b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan,

c. Membina masyarakat unuk meningkatkan partisipasi masyarakat

kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat

terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.

d. Turut serta dalam pembinaan hukumk nasional,

e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum

f. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap

kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan

bentuk-bentuk pengamanan swakarsa,

g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak

pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan

perundang-undangan,

h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,

(8)

tugas kepolisian,

i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan

lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana

termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan

menjunjung tinggi hak azasi manusia,

j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum

ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang

k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan

kepentinganya dalam lingkup tugas kepolisian, serta

l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

(2)Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

huruf f diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 15 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 menyebutkan :

(1)Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum

berwenang :

a. Menerima laporan dan/atau pengaduan,

b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang

dapat mengganggu ketertiban umum,

c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat,

(9)

mengancam persatuan dan kesatuan bangsa

e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan

administratif kepolisian,

f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindaka

kepolisian dalam rangka pencegahan.

g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian,

h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret

seseorang,

i. Mencari keterangan dan barang bukti,

j. Menyelenggrakan Pusat informasi kriminal nasional,

k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan

dalam rangka pelayanan masyarakat,

l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan

putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan

masyarakat,

m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

(2)Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan

perundang-undangan lainnya berwenang

a. memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan

kegiatan masyarakat lainnya berwenang :

b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor

(10)

d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik,

e. Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan

peledak dan senjata tajam,

f. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap

badan usaha di bidang jasa pengamanan,

g. Memberikan petunjuk, mendidik dan melatih aparat kepolisian

khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis

kepolisian,

h. Melakukan kerjasama dengan kepolisian negara lain dalam

menyidik dan memberantas kejahatan internasional,

i. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing

yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi

terkait,

j. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi

kepolisian internasional,

k. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup

tugas kepolisian.

(3)Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

huruf a dan d diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 14 :

Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

(11)

Indonesia berwenang untuk :

a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.

b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian

perkara untuk kepentingan penyidikan.

c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka

penyidikan.

d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta

memeriksa tanda pengenal diri.

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperika sebagai tersangka atau

saksi.

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara.

h. Mengadakan penghentian penyidikan.

i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum.

j. Merngajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi

dalam keadaan mendesak untuk melaksanakan cegah dan tangkal

terhadap orang yang disangka melakukan tindak pidana.

k. Memberikan petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik

pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan pegawai negeri

sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum.

(12)

Tugas pokok tersebut dirinci lebih luas sebagai berikut :

1. Aspek ketertiban dan keamanan umum

2. Aspek perlindungan terhadap perorangan dan masyarakat (dari

gangguan/perbuatan melanggar hukum/kejahatan dari penyakit-penyakit

masyarakat dan aliran-aliran kepercayaan yang membahayakan termasuk

aspek pelayanan masyarakat dengan memberikan perlindungan dan

pertolongan.

3. Aspek pendidikan sosial di bidang ketaatan / kepatuhan hukum warga

masyarakat.

4. Aspek penegakan hukum di bidang peradilan, khususnya di bidang

penyelidikan dan penyidikan.

Mengamati tugas yuridis Kepolisian yang demikian luas, tetapi luhur

dan mulia itu, jelas merupakan beban yang sangat berat. Terlebih ditegaskan

bahwa di dalam menjalankan tugasnya itu harus selalu menjunjung tinggi

hak-hak asasi rakyat dan hukum Negara, khususnya dalam melaksanakan

kewenangannya di bidang penyidikan, ditegaskan pula agar senantiasa

mengindahkan norma-norma keagamaan, perikemanusiaan, kesopanan dan

kesusilaan. Beban tugas yang demikian berat dan ideal itu tentunya harus

didukung pula oleh aparat pelaksana yang berkualitas dan berdedikasi tinggi.2 Memperhatikan perincian tugas dan wewenang Kepolisian seperti telah

dikemukakan di atas, terlihat bahwa pada intinya ada dua tugas

(13)

Kepolisian di bidang penegakan hukum, yaitu penegakan hukum di bidang

peradilan pidana (dengan sarana penal), dan penegakan hukum dengan sarana

non penal. Tugas penegakan hukum di bidang peradilan (dengan sarana penal)

sebenarnya hanya merupakan salah satu atau bagian kecil saja dari tugas

Kepolisian. Sebagian besar tugas Kepolisian justru terletak di luar penegakan

hukum pidana (non penal).

Tugas Kepolisian di bidang peradilan pidana hanya terbatas di bidang

penyelidikan dan penyidikan. Tugas lainnya tidak secara langsung berkaitan

dengan penegakan hukum pidana, walaupun memang ada beberapa aspek

hukum pidananya. Misalnya tugas memelihara ketertiban dan keamanan

umum, mencegah penyakit-penyakit masyarakat, memelihara keselamatan,

perlindungan dan pertolongan kepada masyarakat, mengusahakan ketaatan

hukum warga masyarakat tentunya merupakan tugas yang lebih luas dari yang

sekadar dinyatakan sebagai tindak pidana (kejahatan/pelanggaran) menurut

ketentuan hukum pidana positif yang berlaku.

Dengan uraian di atas ingin diungkapkan bahwa tugas dan wewenang

kepolisian yang lebih berorientasi pada aspek sosial atau aspek

kemasyarakatan (yang bersifat pelayanan dan pengabdian) sebenarnya lebih

banyak daripada tugas yuridisnya sebagai penegak hukum di bidang peradilan

pidana. Dengan demikian dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

Kepolisian sebenarnya berperan ganda baik sebagai penegak hukum maupun

(14)

Kongres PBB ke-5 (mengenai Prevention of Crime and The Treatment of

Offenders) pernah menggunakan istilah “ Service oriented task “ dan Law

enforcement duties “.

Perihal Kepolisian dengan tugas dan wewenangnya ada diatur di dalam

Undang-Undang Nol. 2 Tahun 2002 tentang kepolisian Negara Republik

Indonesia.

Dalam undang-undang tersebut dikatakan bahwa kepolisian adalah

segala hal-ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai

dengan perundang-undangan.

Dari keterangan pasal tersebut maka dapat dipahami suatu kenyataan

bahwa tugas-tugas yang diemban oleh polisi sangat komplek dan rumit sekali

terutama di dalam bertindak sebagai penyidik suatu bentuk kejahatan.

2. Pengertin Tindak Pidana Perjudian

Berdasarkan literatur hukum pidana sehubungan dengan tindak pidana

banyak sekali ditemukan istilah-istilah yang memiliki makna yang sama

dengan tindak pidana. Istilah-istilah lain dari tindak pidana tersebut adalah

antara lain :

1. Perbuatan melawan hukum.

2. Pelanggaran pidana.

(15)

4. Perbuatan yang dapat dihukum.3

Menurut R. Soesilo, tindak pidana yaitu suatu perbuatan yang dilarang

atau yang diwajibkan oleh undang-undang yang apabila dilakukan atau

diabaikan, maka orang yang melakukan atau mengabaikan diancam dengan

hukuman. 4

Menurut Moeljatno “peristiwa pidana itu ialah suatu perbuatan atau

rangkaian perbuatan manusia yang bertentangan dengan undang-undang atau

peraturan undang-undang lainnya terhadap perbuatan mana diadakan tindakan

penghukuman Simons, peristiwa pidana adalah perbuatan melawan hukum

yang berkaitan dengan kesalahan (schuld) seseorang yang mampu bertanggung

jawab, kesalahan yang dimaksud oleh Simons ialah kesalahan yang meliputi

dolus dan culpulate.5

1. Perbuatan yang dilarang.

Secara dogmatis masalah pokok yang berhubungan dengan hukum

pidana adalah membicarakan tiga hal, yaitu :

Dimana dalam pasal-pasal ada dikemukakan masalah mengenai

perbuatan yang dilarang dan juga mengenai masalah pemidanaan seperti

yang termuat dalam Titel XXI Buku II KUH Pidana.

2. Orang yang melakukan perbuatan dilarang.

3

Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Aksara Baru, Jakarta, 1983, hal. 32.

4

R. Soesilo, Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum dan Delik-Delik Khusus, Politeia, Bogor, 1991, hal. 11.

5

(16)

Tentang orang yang melakukan perbuatan yang dilarang (tindak pidana)

yaitu : setiap pelaku yang dapat dipertanggung jawabkan secara pidana atas

perbuatannya yang dilarang dalam suatu undang-undang.

3. Pidana yang diancamkan.

Tentang pidana yang diancamkan terhadap si pelaku yaitu hukuman

yang dapat dijatuhkan kepada setiap pelaku yang melanggar

undang-undang, baik hukuman yang berupa hukuman pokok maupun sebagai

hukuman tambahan.6

Pembentuk Undang-undang telah menggunakan perkataan

Straafbaarfeit” yang dikenal dengan tindak pidana. Dalam Kitab

Undang-undang hukum Pidana (KUHP) tidak memberikan suatu penjelasan mengenai

apa yang sebenarnya dimaksud dengan perkataan “Straafbaarfeit”.7

Perkataan “feit” itu sendiri di dalam Bahasa Belanda berarti “sebagian

dari suatu kenyataan” atau “een gedeele van werkwlijkheid” sedang “straaf

baar” berarti “dapat di hukum” hingga cara harafia perkataan “straafbaarfeit”

itu dapat diterjemahkan sebagai “sebagian dari suatu kenyataan yang dapat di

hukum” oleh karena kelak diketahui bahwa yang dapat di hukum itu

sebenarnya adalah manusia sebagai pribadi dan bukan kenyataan, perbuatan

ataupun tindakan.8

Oleh karena seperti yang telah diuraikan diatas, ternyata pembentuk

6

Pipin Syarifin, Hukum Pidana di Indonesia, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hal. 44. 7Ibid

(17)

Undang-undang telah memberikan suatu penjelasan mengenai apa yang

sebenar-nya telah dimaksud dengan perkataan “straafbaarfeit” sehingga

timbullah doktrin tentang apa yang dimaksud dengan “straafbaarfeit”

Hazewinkel Suringa dalam Hilaman memberi defenisi tentang

straafbaarfeit” adalah sebagai perilaku manusia yang pada saat tertentu

telah ditolak didalam suatu pergaulan hidup dan dianggap sebagai perilaku

yang harus ditiadakan oleh hukum pidana dengan menggunakan sarana-sarana

yang bersifat memaksa yang terdapat didalamnya.9

Selanjutnya Van Hamel memberi defenisi tentang “straafbaarfeit

sebagai suatu serangan atas suatu ancaman terhadap hak-hak orang lain.10 Menurut Pompe straafbaarfeit dirumuskan sebagai “suatu pelanggaran

norma (gangguan terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja atau tidak

sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman

terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan

terjaminya kepentingan umum.11

9

Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, Alumni, Bandung, 1992, hal. 21. 10

EY Kanter dan SR Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Storia Grafika,

Simons memberi defenisi “straafbaarfeit” adalah sebagai suatu

tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak

dengan sengaja oleh seorang yang dapat dipertanggung jawabkan atas

tindakannya dan yang oleh Undang-undang telah dinyatakan suatu tindakan

(18)

Hukum pidana Indonesia mengenal istilah tindak pidana. Istilah ini di

pakai sebagai pengganti perkataan straafbaarfeit, yang berasal dari Bahasa

Belanda.

Tindak pidana merupakan suatu pengeritan dasar dalam hukum

pidana. Tindak pidana adalah suatu pengertian yuridis. Lain halnya dengan

istilah perbuatan jahat atau kejahatan yang dapat diartikan secara yuridis

(hukum) atau secara kriminologis.

Mengenai isi dari pengertian tindak pidana ada kesatuan pendapat di

antara para sarjana. Menurut ajaran Causalitas (hubungan sebab akibat) di

sebutkan pada dasarnya setiap orang harus bertanggung jawab atas segala

perbuatan yang dilakukannya, namun harus ada hubungan kausa antara

perbuatan dengan akibat yang di larang dan di ancam dengan pidana. Hal ini

tidak selalu mudah , peristiwa merupakan rangkaian peristiwa serta tiada

akibat yang timbul tanpa sesuatu sebab.

Kemampuan bertanggung jawab, menurut Kitab Undang-Undang

Pidana Indonesia seseorang yang dapat dipidana tidak cukup apabila orang

tersebut telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau

bersifat melawan hukum, akan tetapi dalam penjatuhan pidana orang tersebut

juga harus memenuhi syarat “Bahwa orang yang melakukan perbuatan itu

mempunyai kesalahan atau bersalah. Dengan perkataan lain orang tersebut

dapat dipertanggung jawabkan atas perbuatannya atau jika dilihat dari sudut

(19)

berlaku asas tiada pidana tanpa kesalahan (Nulla poena sine culpa)12

1. Simons

.

Berdasarkan rumusan di atas disebutkan bahwa untuk adanya

pertanggung jawaban pidana diperlukan syarat bahwa pembuat mampu

bertanggung jawab. Tidaklah mungkin seseorang dapat dipertanggung

jawabkan apabila ia tidak mampu untuk di pertanggung jawabkan.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tidak memberikan

rumusan tentang pertanggung jawaban pidana. Akan tetapi dalam literatur

hukum pidana Indonesia dijumpai beberapa pengertian untuk pertanggung

jawaban pidana yaitu :

13

2. Van Hamel

Simons menyatakan kemampuan bertanggung jawab dapat diartikan

sebagai suatu keadaan psychis sedemikian, yang membenarkan adanya

penerapan sesuatu upaya pemidanaan, baik dilihat dari sudut umum

maupun orangnya, kemudian Simons menyatakan bahwa seseorang mampu

bertanggung jawab.

14

3. Van Bemmelen

Van Hamel menyatakan bahwa pertanggung jawaban pidana adalah suatu

keadaan normalitas psyhis dan kematangan yang membawa adanya

kemampuan pada diri perilaku.

(20)

Van Bemmelen menyatakan bahwa seseorang dapat dipertanggung

jawabkan ialah orang yang dapat mempertahankan hidupnya dengan cara

yang patut.

Di dalam Pasal 303 KUH Pidana diterangkan bahwa permainan judi

tersebut adalah :

Tiap-tiap permainan, dimana pada umumnya kemungkinan mendapat untung tergantung pada peruntungan belaka, juga apabila kemungkinan itu main besar karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Disitu termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya, yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga sela pertaruhan lainnya.16

Muchlis mengatakan bahwa Judi adalah “ suatu permainan yang

mengandung unsur taruhan yang dilakukan secara berhadap-hadapan, dimana

dalam berhadap-hadapan itu terkandung penyebab timbulnya permusuhan dan

kebencian antara pelaku dan menyebabkan mereka lupa pada Tuhannya serta

melalaikan kewajibannya “.

Dengan kutipan di atas maka pada dasarnya judi adalah sebuah

permainan untung-untungan, kadang kalah dan kadang menang, permainan

tersebut kadang digantungkan kepada keahlian seseorang untuk

memainkannya, tetapi pada kenyataan perjudian juga merupakan pertaruhan.

17

Definisi di atas mempunyai kelemahan karena dikatakan bahwa

permainan judi tersebut dilakukan berhadapa-hadapan, dan dalam

perkembangannya sekarang ini permainan judi tidak saja dilakukan secara

16

(21)

berhadap-hadapan, misalnya permainan jackpot (mesin judi) tak pernah akan

berhadapan dengan pemiliknya (bandar) yang sebenarnya, tetapi tidak ada

orang yang sehat pikirannya yang menyangkal bahwa jackpot itu judi.

Selanjutnya menurut beliau lagi :

Ada dua unsur yang merupakan syarat formal untuk dinamakan judi

ialah:

1. Harus ada dua pihak yang masing-masing terdiri dari satu orang atau lebih yang bertaruh : yang menang dibayar oleh yang kalah menurut perjanjian dan rumusan tertentu.

2. Menang atau kalah dikaitkan dengan kesudahan sesuatu peristiwa yang berada di luar kekuasaan dan di luar pengetahuan terlebih dahulu dari para petaruh.18

Dalam perkembangannya judi ini sekarang semakin meluas, tidak saja

dalam suatu permainan yang dilakukan secara berhadap-hadapan tetapi juga di

luar hal tersebut seperti yang disebut di atas yaitu jackpot dan lain sebagainya.

Dengan adanya definisi di atas dapatlah dipahami pengertian bahwa

judi tersebut pada dasarnya adalah sebuah permainan yang dilakukan dengan

mempertaruhkan sesuatu baik uang atau barang, sedang siapa pihak yang

menang tidak dapat diterangkan sebelum permainan tersebut berakhir.

Perjudian adalah permainan naluri dan adu nasib, mempertaruhkan

moral, suatu perbuatan tercela, merugikan, tetapi judi juga merupakan bagian

(22)

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Sifat/materi penelitian

Sifat/materi penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi

ini adalah bersifat deksriptif analisis mengarah pada penelitiasn yuridis

normatif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan atau ditujukan hanya pada

peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain.19

2. Sumber data

Sumber data penelitian ini diambil berdasarkan data sekunder. Data

sekunder didapatkan melalui:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni

undang-undang yang di dalamnya mengandung pengaturan tentang

kepolisian dan salah tembak, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia,

dan KUHP/

b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan

hukum primer, seperti: hasil-hasil penelitian, karya dari kalangan hukum

dan sebagainya.

c. Bahan hukum tertier atau bahan hukum penunjang mencakup:

1) Bahan-bahan yang memberi petunjuk-petunjuk maupun penjelasan

(23)

terhadap hukum primer dan sekunder.

2) Bahan-bahan primer, sekunder dan tertier (penunjang) di luar bidang

hukum seperti kamus, insklopedia, majalah, koran, makalah, dan

sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan.

3. Alat pengumpul data

Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah melalui studi dokumen dengan penelusuran kepustakaan.

4. Analisis data

Untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran

kepustakaan, studi dokumen, dan penelitian lapangan maka hasil penelitian ini

menggunakan analisa kualitatif. Analisis kualitatif ini pada dasarnya

merupakan pemaparan tentang teori-teori yang dikemukakan, sehingga dari

teori-teori tersebut dapat ditarik beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan

dan pembahasan skripsi ini.

G. Sistematika Penulisan

Dalam membantu penulis dan pembaca untuk pemahaman suatu Skripsi

perlu dibuat sistematika (gambaran isinya) dengan menguraikan secara singkat

materi-materi yang terdapat didalam uraian mulai dari bab I sampai dengan

bab yang terakhir sehingga tergambar hubungan antara bab yang satu dengan

(24)

Jadi gambaran isi yang dimaksud adalah sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam Bab ini akan diuraikan pembahasan tentang : Latar

Belakang, Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian

Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian serta

Sistematika Penulisan.

BAB II. PENEGAKAN HUKUM DALAM RANGKA

MENANGGULANGI PERJUDIAN TOGEL DI KALANGAN

MASYARAKAT

Dalam Bab ini akan diuraikan pembahasan tentang : Sanksi Hukum

Terhadap Perjudian, Bentuk-Bentuk Perjudian di Dalam Masyarakat

serta Penegakan Hukum Dalam Rangka Menanggulangi Perjudian

Togel di Kalangan Masyarakat.

BAB III. HAMBATAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI

PERJUDIAN TOGEL DI KALANGAN MASYARAKAT

Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan tentang : Faktor

Penyebab Terjadinya Perjudian serta Hambatan Kepolisian Dalam

Menanggulangi Perjudian Togel di Kalangan Masyarakat.

BAB IV UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

PERJUDIAN TOGEL

Dalam Bab ini akan diuraikan pembahasan tentang: Upaya

(25)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bagian akhir ini akan diberikan Kesimpulan dan

Referensi

Dokumen terkait

Sebelumnya diolah dengan Microsoft Excel dan kemudian diolah dengan bantuan komputer SPSS for windows release 16.0 untuk mengetahui hubungan antara konformitas

Hal ini dapat dilihat dari hasil dari cerpen tersebut dari sikap para ibu-ibu yang menuduh Bu Zus karena suaminya tergila-gila oleh suara saat Bu Zus menyanyi di kamar mandi

Pelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah utama dan sub masalah. Masalah utamanya yaitu seperti apakah media pembelelajaran yang inovatif pada pelajaran PKn

Al-ÊuÃÍn Al-ManÏ‘ah An-Nabawiyyah Aku meminta perlindungan untuk diriku dan anak-anakku semuanya, dan ahli keluargaku semuanya, dan harta-hartaku semuanya, dan saudarasaudaraku

Data Flow Diagram (DFD) adalah alat pembuatan model yang memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses fungsional yang dihubungkan satu

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi saya yang berjudul: Pertumbuhan Rumput Gajah Kate yang Ditanam Bersama Leguminosa dengan Jenis Pupuk Berbeda, adalah asli karya saya

Ruang lingkup pengembangan meliputi fasilitas ( airside) bandar udara yaitu landas pacu ( runway) , landas penghubung ( taxiway dan exit taxiway) dan juga landas parkir

Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor internal, eksternal serta merumuskan kebijakan karantina ikan, dan menetapkan prioritas kebijakan karantina ikan