• Tidak ada hasil yang ditemukan

karya ilmiah terapan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "karya ilmiah terapan"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA ILMIAH TERAPAN

PENERAPAN PERAWATAN SEKOCI PENOLONG AGAR SIAP DIGUNAKAN KETIKA TERJADI KEADAAN DARURAT SESUAI STANDAR SOLAS DI KAPAL MT.

KATOMAS

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

TIASYA AFISA ROKMANA NIT. 05.17.024.2.41 / N AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA

TAHUN 2021

(2)

i

PENERAPAN PERAWATAN SEKOCI PENOLONG AGAR SIAP DIGUNAKAN KETIKA TERJADI KEADAAN

DARURAT SESUAI STANDAR SOLAS DI KAPAL MT. KATOMAS

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

TIASYA AFISA ROKMANA NIT. 05.17.024.2.41 / N AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA

TAHUN 2021

(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Tiasya Afisa Rokmana

Nomor Induk Taruna : 05.17.024.2.41/N

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul :

PENERAPAN PERAWAAN SEKOCI PENOLONG AGAR SIAP DIGUNAKAN KETIKA TERJADI KEADAAN DARURAT SESUAI STANDAR SOLAS DI KAPAL MT. KATOMAS

Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam Karya Ilmiah Terapan (KIT) tersebut, kecuali tema dan yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri.

Jika pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya sendiri menerima sanksi yang di tetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

SURABAYA, ... 2021

TIASYA AFISA ROKMANA NIT. 05 17 024 2 41

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v

(7)

vi

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan proposal ini dengan tepat waktu.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan arahan, bimbingan, petunjuk dalam segala hal yang sangat berarti dan menunjang dalam penyelesaian proposal penelitian ini.

Perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Direktur Politeknik pelayaran Surabaya Bapak Capt. Dian Wahdiana, M.M, beserta jajarannya yang telah menyediakan fasilitas dan pelayanannya, sehingga saya dapat menyelesaikan karyah ilmiah terapan ini.

2. Bapak M. Imam Firdaus selaku pembimbing I, yang telah membantu serta membimbing saya dalam penulisan karya ilmiah terapan ini.

3. Bapak Manungku Trinata Pramudhita selaku pembimbing II, yang dengan penuh kesabaran membimbing saya dalam penulisan karyah ilmiah terapan ini.

4. Bapak/Ibu dosen Politeknik Pelayaran Surabaya, khususnya lingkungan Jurusan Nautika Politeknik Pelayaran Surabaya yang telah memberikan bekal ilmu sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah terapan ini.

5. Ibu yang saya cintai Ibu Kusmiati telah memberikan semangat dan motivasi sehingga terselesaikan karya ilmiah terapan ini.

6. Rekan-rekan Taruna/i khususnya kelas Nautika A angkatan VIII yang telah memberikan dorongan dan semangat sehingga penulisan Karya Ilmiah Terapan ini dapat terselesaikan.

(8)

vii

Saya sadar bahwa dalam penulisan proposal ini masih terdapat banyak kekurangan. Kekurangan tersebut tentunya dapat dijadikan peluang untuk peningkatan penulisan selanjutnya.

Akhir kata penulis berharap semoga Karya Ilmiah Terapan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya dan untuk pihak operasional pelabuhan. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa memberikan petunjuk dan lindungan dalam melakukan penelitian yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk karya ilmiah.

Surabaya ... 2021 Penulis

TIASYA AFISA ROKMANA NIT. 05.17.024.2.41

(9)

viii

ABSTRAK

TIASYA AFISA ROKMANA, Penerapan Perawatan Sekoci Penolong Agar Siap Digunakan Ketika Terjadi Kecelakaan Sesuai Standar SOLAS. Dibimbing oleh M. Imam Firdaus dan Manungku Trinata Pramudhita.

Keadaan darurat merupakan situasi yang dapat terjadi kapan saja dan dimana saja dalam kegiatan pelayaran. Dalam keadaan seperti ini, tidak sedikit yang memakan korban jiwa. Salah satu faktor selain kehendak Tuhan adalah kurangnya pengetahuan awak kapal dalam mengaplikasikan alat keselamatan saat digunakan. Melihat banyaknya kasus seperti ini, sebab akibatnya tidak terlepas dari pengetahuan awak kapal, baik perawatan alat keselamatan, maupun pengetahuan dalam hal alat keselamatan. Hal inilah yang menjadi titik awal tentang pentingnya pengetahuan dan keterampilan dalam merawat alat keselamatan diatas kapal. Karena tanpa disadari keacuhan awak kapal dalam merawat alat keselamatan merupakan ketidak disiplinan yang nantinya akan berujung pada kecelakaan.

Landasan teori dalam penulisan Karya Ilmiah Terapan ini, berdasarkansatndar SOLAS 1974 mengenai perawatan sekoci, serta buku – buku referensi yang ada diatas kapal.

Penelitian ini dilaksanakan saat prala di atas kapal untuk memperoleh data primer melalui riset lapangan, maka penulis akan menggunakan teknik sebagai berikut dengan melakukan pengamatan secara langsung pada obyek yang diselidiki dan wawancara dengan awak kapal.

Dari pengalaman yang diperoleh penulis selama praktek di kapal, didapati beberapa kekurangan dalam perawatan sekoci diatas kapal yng dibuktikan dengan wawancara kepada perwira yang ada diatas kapal MT.

Katomas.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ketrampilan dan pengetahuan awak kapal berdampak positif dalam perawatan alat keselamatan (sekoci penolong) karena dapat meminimalisir kerugian saat keadaan darurat terjadi.

Kata kunci : perawatan, sekoci

(10)

ix

ABSTRACT

TIASYA AFISA ROKMANA, Application of Care for Lifeboats to Be Ready to Use When Accidents occur according to SOLAS Standards. Supervised by M. Imam Firdaus and Manungku Trinata Pramudhita.

Emergency is a situation that can happen anytime and anywhere in a shipping activity. In these circumstances, not a few take the casualties. One factor besides God's will is the lack of knowledge of the crew in applying safety equipment when used. Seeing the number of cases like this, because the result can not be separated from the knowledge of the crew, both the care of safety equipment, as well as knowledge in terms of safety equipment. This is the starting point on the importance of knowledge and skills in caring for safety equipment on board. Because the unwittingness of the crew of the ship in the care of the safety device is ketidk discipline that will lead to an accident.

The theoretical basis in writing this Applied Scientific Paper is based on SOLAS 1974 standards regarding lifeboat maintenance, as well as reference books on board.

This research was conducted during prale on the ship to obtain primary data through field research, the writer will use the following technique by doing direct observation on the object being investigated and interview with crew.

From the experience gained by the author during his practice on the ship, he found several deficiencies in the maintenance of the lifeboats on board as evidenced by interviews with officers on board the MT ship. Katomas.

The results of this study show that the skills and knowledge of the crew have a positive impact in the maintenance of the tool safety (lifeboat) because it can minimize losses when an emergency occurs.

Keywords: maintenance, lifeboat

(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK… ... vii

ABSTRACT. ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 4

C. BATASAN MASALAH ... 4

D.TUJUAN PENELITIAN ... 5

E. MANFAAT PENELITIAN ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. REVIEW PENELITIAN SEBELUMNYA ... 6

B. LANDASAN TEORI ... 6

1. Sekoci Luncur ... 8

2. Sekoci Tertutup ... 8

3. Sekoci Terbuka ... 10

4. Persyaratan Sekoci Sesuai Standar SOLAS 1974 ... 10

5. Perawatan Sekoci Sesuai Standar SOLAS 1974 ... 11

C. KERANGKA PENELITIAN ... 18

(12)

xi

BAB III METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN... 19

1. Metode Kualitatif ……....………. 19

2. Metode Pengumpulan Data ………...……….... 19

B. LOKASI PENELITIAN... 20

1. Waktu Penelitian ………...… 20

2. Tempat Penelitian ………...…………. 20

C. JENIS DAN SUMBER DATA... 21

1. Metode Interview ………... 21

2. Metode Observasi ………...……… 21

3. Metode Library Research ………..………...…... 22

D. TEKNIK ANALISIS DATA ………...……….. 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN ... 23

B. HASIL PENELITIAN ... 24

1. Penyajian Data ... 25

2. Analisis Data ... 29

C. PEMBAHASAN ... 31

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ... 37

B. SARAN... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN ... 40

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2.1 sekoci luncur... 8

Gambar 2.2.2.a sekoci tertutup penuh... 9

Gambar 2.2.2.b sekoci tertutup sebagian... 9

Gambar 2.2.3.a sekoci terbuka... 10

Gambar 2.2.4.a lifeboat inspection... 14

Gambar 2.2.4.b lifeboat inspection... 14

Gambar 2.2.4.c lifeboat inspection... 15

Gambar 2.2.4.d lifeboat inspection... 15

Gambar 4.1 kapal MT. Katomas... 24

Gambar 4.2.1.a sekoci MT. Katomas... 26

Gambar 4.2.1.b SOP perawatan sekoci diatas kapal MT. Katomas... 27

Gambar 4.2.1.c checklist perawatan sekoci diatas kapal MT. Katomas 28 Gambar 4.2.1.d daftar peralatan yang ada di sekoci kapal MT. Katomas 29 Gambar 4.3.a peralatan didalam lifeboat MT. Katomas... 35

Gambar 4.3.b pengecekan mesin sekoci MT. Katomas... 36

Gambar 4.3.c pemberian grease wire sekoci MT. Katomas... 36

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.3.a perbandingan perwatan sekoci... 31

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dunia pelayaran merupakan bisnis yang penuh resiko. Transportasi laut yang menghubungkan pulau - pulau, negara - negara dan benua – benua merupakan faktor yang sangat penting dalam perekonomian dunia. Angkutan laut adalah salah satu jenis moda transportasi yang sekarang ini perkembangannya sangat potensial dalam pengembangan sektor ekonomi maupun sektor sosial. Negara Indonesia yang terdiri dari beribu - ribu pulau.

Selain sebagai sarana transportasi antar pulau di Indonesia juga dapat membina hubungan antar negara dalam tukar menukar teknologi dan perekonomian termasuk juga ekspor dan impor barang yang sebagian besar melalaui laut, karena membuat suatu jaminan biaya pengangkutan yang jauh lebih murah bila dibandingkan melalui angkutan udara. Dengan adanya jalur pelayaran akan meningkatkan tingkat perdagangan yang mengacu pada tingkat pertumbuhan ekonomi dari sektor laut. Guna mencapai mutu pelayaran yang baik dan berkualitas perlu ditingkatkan bagaimana mengembangkan sumber daya manusia yang bergerak dalam bisnis pelayaran ini agar terjadi peningkatan mutu pelayanan jasa sebaik mungkin.

Dalam operasionalnya bisnis pelayaran bukanlah bisnis yang tanpa resiko, salah satu resiko yang sering terjadi adalah kecelakaan kapal, baik yang di sebabkan oleh faktor dari luar maupun faktor dari dalam seperti cuaca buruk, gelombang tinggi atau kebakaran yang dapat menenggelamkan kapal.

1

(16)

2

Kecelakaan di laut yang terjadi dapat mengakibatkan banyak korban jiwa, salah satu penyebab banyak jatuhnya korban jiwa adalah karena kurangnya perawatan serta kemampuan anak buah kapal merawat dan mengoperasikan alat – alat keselamatan yang ada di atas kapal.

Alat – alat keselamatan di kapal sangat penting bagi anak buah kapal maupun orang – orang yang menggunakan jasa angkutan laut sebagai alat pengangkutan barang maupun penumpang. Diharuskan bagi anak buah kapal memiliki keterampilan menggunakan alat – alat keselamatan sehingga apabila mendapat kecelakaan di laut dapat menolong diri sendiri maupun orang lain dengan cepat dan tepat. Khususnya bagi para pelaut yang memiliki sertifikat BST (Basic Safety Training). Sesuai dengan STCW’ 78 Amandemen 2010, hendaklah menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang berlaku. Sehubungan dengan tercapainya manusia yang cekatan dan terampil dalam menghadapi situasi atau keadaan darurat seluruh pengelola sarana angkutan laut harus membina sumber daya manusia yang terlibat guna siap pakai. Dalam keadaan seperti inilah maka para anak buah kapal tidak akan mengalami kesulitan dalam mengoperasikan alat – alat keselamatan atau memberikan pertolongan di atas kapal sehingga keamanan yang mutlak diperlukan dalam pelayaran akan tercapai.

Sekoci penolong merupakan salah satu alat keselamatan di atas kapal, alat penolong ini berupa perahu yang pada umumnya mempunyai motor penggerak dan berkapasitas angkut lebih banyak bila di bandingkan dengan alat penolong lainnya. Seiring dengan kemajuan teknologi khususnya pada dunia perkapalan mengakibatkan perubahan yang cukup banyak pada perlengkapan

(17)

3

atau peralatan kapal salah satunya pada sekoci. Sekoci tidak lagi terbuat dari kayu atau logam yang cukup berat dan memerlukan perawatan yang khusus tetapi pada zaman sekarang ini terbuat dari bahan – bahan sintetis seperti fiberglass atau bahan lainnya yang cukup kuat, ringan dan tahan terhadap cuaca. Namun demikian bukan tidak memerlukan perawatan sama sekali, karena masih banyak bagian – bagian yang memerlukan perawatan yang cukup.

Suatu kenyataan di atas kapal dimana kegagalan dalam menanggulangi suatu kecelakaan di atas kapal disebabkan karena kurangnya pengetahuan dalam penggunaan alat – alat keselamatan di atas kapal dan kondisi dari alat – alat keselamatan itu sendiri yang kurang terawat sehingga tidak dapat digunakan pada saat dibutuhkan.

Pada tanggal 7 Februari 2020, saat kapal MT. Katomas melaksanakan drill rutin setiap bulan, simulasi abandon ship dilaksanakan menggunakan sekoci penolong. Sebelum crew memasuki sekoci, didapati FPD (Fall Preventer Device) sekoci kanan mengalami kerusakan (tali hampir putus) sedangkan itu wajib terpasang dengan sempurna sebelum awak kapal memasuki sekoci saat dilaksanakan latihan maupun saat dilaksanakan perawatan sekoci sesuai dengan SOLAS Chapter III Regulation 20. Masinis III dan mualim III melakukan pengecekan bahan bakar, oli, battery, dan perlengkapan lainnya. Kemudian dilakukan uji coba mesin maju dan mundur beserta tes kemudi, didapati mesin sekoci kanan berfungsi dengan baik. Pada pengecekan weekly test dan hasilnya mesin dapat bekerja dengan baik selama 15 menit. Tidak adanya FPD dapat menghambat pengecekan dan perawatan sekoci di atas kapal.

(18)

4

Perawatan sekoci adalah rutinitas umum bagi mualim dan masinis di atas kapal, namun pada umumnya sering dianggap remeh dan terabaikan.

Merawat sekoci bukan saja merupakan rutinitas daripada pelaksanaan pekerjaan mualim dan masinis tetapi memerlukan perhatian dan kepedulian terhadap pekerjaan tersebut. Dengan perhatian dan kepedulian yang cukup serta di dukung dengan manajemen kerja yang baik diharapkan tidak ada pekerjaan yang terabaikan, karena dalam prakteknya ternyata hal – hal yang di anggap remeh dapat berakibat fatal karena kurangnnya perhatian tersebut. Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka penulis terdorong untuk mengambil judul dalam kertas kerja ini yaitu :

“ PENERAPAN PERAWATAN SEKOCI PENOLONG AGAR SIAP DIGUNAKAN KETIKA TERJADI KEADAAN DARURAT

SESUAI STANDAR SOLAS DI KAPAL MT. KATOMAS“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan sebelumnya maka penulis mengambil perumusan masalah sebagai berikut :

Apakah perawatan sekoci di atas kapal MT. Katomas sudah sesuai dengan SOLAS ?

C. Batasan Masalah

Dilihat dari perumusan masalah yang dapat mengakibatkan terhambatnya proses penyelamatan jiwa ketika terjadi keadaan darurat, maka penulis mencoba membatasi masalah yang akan di bahas agar lebih terarah pada saat pembahasannya. Yang akan dibahas dalam kertas kerja ini adalah hanya

(19)

5

yang terjadi diatas kapal MT. Katomas selama taruni melaksanaan praktek layar, khususnya dan dalam hal perawatan sekoci penolong .

D. Tujuan Penelitian

Dalam penulisan penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah : Untuk mengetahui kesesuaian penerapan perawatan sekoci di atas kapal yang mengacu pada standar SOLAS.

E. Manfaat Penelitian

Dalam penulisan penelitian ini, kegunaan dari penelitian yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti maupun pembaca tentang perawatan sekoci di atas kapal sesuai standar SOLAS.

2. Sebagai bahan untuk mempraktekkan ilmu yang diperoleh taruni selama menjalani pendidikan untuk digunakan di atas kapal nantinya.

3. Memperdalam pengetahuan tentang perawatan sekoci di atas kapal sesuai standar SOLAS agar siap digunakan ketika terjadi keadaan darurat, merupakan hal penting yang menunjang keselamatan bersama di atas kapal.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Sebelumnya

Menurut penelitian oleh Vega Hardiyati (2015) dengan judul

“KETERAMPILAN DAN PENGETAHUAN DALAM MERAWAT ALAT KESELAMATAN (SEKOCI PENOLONG) UNTUK MENUNJANG

KESELAMATAN DIATAS KAPAL“ mendapatkan hasil bahwa keterampilan dan pengetahuan awak kapal berdampak positif dalam perawatan alat keselamatan terutama sekoci penolong karena dapat meminimalisir kerugian saat keadaan darurat terjadi.

B. Landasan Teori

Dalam sub bab ini akan menjelaskan teori - teori yang relevan tentang perawatan alat keselamatan (sekoci penolong), hal ini bertujuan untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dari penelitian ini, maka pustaka yang diambil adalah dari beberapa referensi buku dan juga referensi dari website internet yang sudah terakreditasi oleh lembaga pemerintahan yang mendukung untuk menyelesaikan masalah, terutama masalah tentang perawatan alat keselamatan (sekoci penolong) yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab perwira dan ABK (Anak Buah Kapal). Lalu juga akan diuraikan beberapa aspek yang berhubungan dengan masalah tersebut

Safety, pada aspek ini yang pertama diuraikan adalah mengenal prosedur pengecekan, yaitu merupakan salah satu aspek penting pada perawatan alat keselamatan (sekoci penolong), apabila perawatan sekoci tidak

6

(21)

7

dilakukan sesuai prosedur, maka akan berakibat negatif terhadap penggunaannya itu sendiri. Prosedur harus selalu dilaksanakan oleh crew kapal khususnya perwira yang langsung bertanggung jawab terhadap alat - alat keselamatan di atas kapal. Sebelum masuk kedalam cara perawatannya, penulis memaparkan jenis - jenis sekoci terlebih dahulu.

Sekoci adalah salah satu alat keselamatan yang paling penting di atas sebuah kapal, yang digunakan pada saat keadaan darurat untuk meninggalkan kapal. Sekoci merupakan kapal kayu yang lebih kecil, diletakkan di atas kapal dilengkapi dengan davits (alat penurunnya atau dewi - dewi) sehingga dapat diluncurkan dari sisi kapal dengan waktu minimal dan bantuan mekanik mungkin untuk menyelamatkan crew kapal.

Sekoci juga bisa diartikan sebagian dari perlengkapan pelayaran yang harus dipenuhi pada syarat - syarat pembuatan kapal, termasuk kontruksi, mekanis perlengkapannya untuk menurunkan dan mengangkat sekoci. Sekoci penolong adalah jenis sekoci yang terbuka dengan lambung tetap dan disisi dalamnya terdapat kotak udara. Sedangkan sekoci biasa ialah sekoci yang terbuka tanpa ada perubahan kotak - kotak udara. Sebagai alat penambah daya apung, diperlukan agar sekoci yang terbuka, tetap terapung apabila banyak kemasukan air. Alat ini harus dipasang dekat sekali pada sekoci dan terdiri dari beberapa kotak - kotak dan setiap kotak yang tak boleh lebih dari 1,25 Meter, untuk mengurangi hilangnya daya apung tambahannya apabila terdapat kebocoran. Dahulu kotak udara dibuat dari bahan tembaga, kuningan atau besi yang diberi lapisan galvanis. Sedangkan seng kurang baik digunakan karena akan rusak bila terkena hujan. Bentuk kotak udara harus sesuai dengan

(22)

8

sekocinya (pas) dan pemasangannya menggunakan penyangga, hingga tidak boleh menempel pada pinggiran. Sekoci juga memiliki jenis yang berbeda - beda. Berikut adalah jenis - jenis sekoci dan perawatannya :

1. Sekoci luncur

Sekoci jatuh bebas adalah sama dengan sebuah sekoci tertutup namun proses peluncuran sama sekali berbeda. Mereka aerodinamis di alam dan dengan demikian perahu dapat menembus air tanpa merusak badan sekoci saat diluncurkan dari kapal. Sekoci ini terletak dibagian belakang kapal, yang menyediakan area yang jelas maksimum untuk jatuh bebas. Jenis ini biasanya hanya disediakan satu di kapal. (lihat gambar 2.2.1)

Gambar 2.2.1 Sekoci luncur

Sumber :

https://4.bp.blogspot.com/rGKUY06wKys/TdUsyuD6gpI/AAAAAAAA AHk/rWkXzD-IwgY/s1600/blog47.jpg

Diakses pada Senin, 29 April 2019 pukul 09.55 WIB 2. Sekoci tertutup

Digunakan pada kebanyakan kapal tanker. Sekoci tertutup adalah sekoci paling banyak yang digunakan pada kapal, karena mereka tertutup yang melindungi crew dari air laut, kencang, dan cuaca buruk. Selain itu,

(23)

9

integritas air ketat lebih tinggi pada jenis ini sekoci dan juga mendapatkan tegak sendiri jika terguling oleh gelombang. Sekoci tertutup adalah lebih diklasifikasikan sebagai sekoci tertutup penuh dan sekoci tertutup sebagian. (lihat gambar 2.2.2.a dan 2.2.2.b)

Gambar 2.2.2.a Sekoci tertutup penuh

Sumber :

https://4.bp.blogspot.com/-uIY67dB1c-

c/TdUr5KlpO4I/AAAAAAAAAHY/Rduq2MTxbkM/s1600/blog45.jpg Diakses pada Senin, 29 April 2019 pukul 10.07 WIB

Gambar 2.2.2.b Sekoci tertutup sebagian

Sumber :

https://1.bp.blogspot.com/-

FDNQhvIkv0w/TdUrfWBrkpI/AAAAAAAAAHU/8LGw85gOStI/s1600/blog44.j pg

Diakses pada Senin, 29 April 2019 pukul 10.11 WIB 3. Sekoci terbuka

Seperti namanya, sekoci terbuka memiliki tanpa atap dan biasanya didorong oleh tenaga manual dengan menggunakan tangan bijih didorong.

(24)

10

Kompresi motor bakar juga dapat diberikan untuk tujuan propulsi. Namun, sekoci terbuka menjadi usang sekarang karena norma – norma keselamatan yang ketat, tetapi masih kadang ditemukan di kapal tua.

Sekoci terbuka tidak banyak membantu saat hujan atau cuaca buruk dan kemungkinan masuknya air kedalam tinggi. (lihat gambar 2.2.3 a)

Gambar 2.2.3.a Sekoci terbuka

Sumber :

https://1.bp.blogspot.com/-rXGTdnC7-

W4/TdUsZ6d1DsI/AAAAAAAAAHg/VrLhL1_9RwI/s1600/blog46.jpg Diakses pada Senin, 29 April 2019 pukul 10.27 WIB

4. Persyaratan sekoci sesuai standar SOLAS 1974

Adapun dalam SOLAS 1974 ditentukan bahan sekoci penolong harus memenuhi persyaratan - persyaratan sebagai berikut :

a. Harus cukup kuat diturunkan ke dalam air dengan aman jika dimuati penuh dengan penopang atau orang yang diizinkan beserta perlengkapan yang diharuskan.

b. Dilengkapi dengan tangki - tangki udara sebagai (sebagai cadangan daya apung) untuk menghindari tenggelam walaupun sekoci dalam keadaan terbalik.

(25)

11

c. Umumnya bentuknya gemuk dan bagian belakangnya runcing dan kedua tingginya sedapat mungkin tajam agar dapat bergerak baik, maju maupun mundur.

d. Kelincahan atau kecepatan sedemikian rupa sehingga dapat menghindari dengan cepat terhadap kapal yang mendapat kecelakaan.

e. Papan tempat duduk yang melintang dan bangku - bangku pinggir, harus ditempatkan serendah mungkin dalam sekoci.

f. Untuk sekoci penolong “tanker”, dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran yang portable dan bisa mengeluarkan busa atau bahan lain yang baik untuk memadamkan kebakaran minyak.

5. Perawatan sekoci sesuai standar SOLAS 1974

Adapun maksud dari dibuatnya karya ilmiah ini adalah mengetahui bagaimana cara perawatan sekoci agar sekoci tersebut memiliki tingkat kesiapan ketika digunakan untuk menolong korban maupun untuk pelatihan. Sekoci yang baik tidak dilihat dari baru atau tidaknya sekoci tersebut. Sekoci juga mempunyai cara perawatannya sehingga memiliki kualitas yang baik.

Adapun cara perawatan sekoci penolong berdasarkan standar SOLAS 1974 Chapter 3 Regulation 20 dilakukan secara berkala adalah sebagai berikut :

a. Tiap minggu :

Lakukan pemeliharaan, terhadap alat penggerak awal (battery starting), cek kondisi baterai, cek air baterai, cek battery charger, untuk mesin

(26)

12

sekoci yang penggerak awalnya secara manual lakukan perawatan terhadap alat engkol dan tempatkan di tempat yang mudah dijangkau dan lakukan running test.

b. Tiap 3 bulan :

Lakukan pemeliharaan, bersihkan filter DO/FO, cek kebocoran pada system, exhaust manifold.

c. Tiap 6 bulan :

Lakukan pemeliharaan dan pengecekan, ganti baru lub oil mesin dan gear box, cek propeller conditions, pipa dan baut - baut pondasi.

d. Tiap 30 bulan, docking :

Open up survey, buka cylinder head dan bagian bagian utamanya, cabut piston dan bagian bagiannya, buka main bearing dan crank pin bearing, cek kondisi mean bearing, cek kondisi crank journal, cek cylinder liner, gear box, ring piston, cek kondisi propeller, pipa dan baut - baut pondasi.

Adapun cara perawatan lainnya adalah sebagai berikut : 1) Selalu di update masa pemakaiannya .

2) Mata blok atau roda kerek dewi - dewi (davit sheavest), harus bebas dari karat.

3) Tali pegang pada lunas (under keel grabilens ) jangan biarkan membusuk (rotted).

4) Tali pegang samping sekoci harus kaut dan terpelihara.

5) Batang pegangan samping (bilge grab rail), selalu terpelihara.

6) Penerangan persiapan penurunan sekoci, yakinkan bekerja dengan baik.

(27)

13

7) Plastik tempat air (plastic water containers) terpelihara dengan baik.

8) Penutup sekoci (exposure cover) jangan biarkan membusuk.

9) Layer/ tiang/ laberang harus selalu diperiksa, jangan biarkan sobek.

10) Tempatkan pemadam api (APAR), pada tempatnya.

11) Bangku melintang pada sekoci harus selalu baik.

12) Tangki - tangki pengapung (buoyancy tanks) selalu terpelihara.

13) Selalu blow down (keringkan) cek dry plugs.

14) Baut - baut pengaman kait pengangkat (lifting hook securing bolts) pada bagian tegak lurus (keelson) harus selalu terpelihara.

15) Tali - tali gantung / penahan (trying pendant) dijamin mampu untuk pelepasan sekoci.

Adapun cara perawatan lainnya adalah dengan cara lifeboat inspection yakni pemeriksaan untuk mengetahui kondisi terkini lifeboat yang terpasang, baik perlengkapan lifeboatnya, kondisi mesinnya, maupun davitnya sudah sesuai dengan ketentuan yang ada didalam SOLAS 1974, agar pada saat dioperasikan untuk drill maupun keadaan sesungguhnya, lifeboat tersebut siap dan layak untuk meninggalkan kapal atau platform. (lihat gambar 2.2.4.a sampai gambar 2.2.4.d). Pemeriksaan davit atau dewi - dewi juga harus dilakukan dalam perawatan sekoci penolong, pemeriksaan dewi - dewi (davit) biasanya dilakukan dengan system NDT (Not destructive test) : a) Visual inspection and function test

b) Dye penetrant test

c) Magnetic particle inspection

(28)

14

Gambar 2.2.4.a Lifeboat inspection

Sumber :

https://3.bp.blogspot.com/-

JfHhYfHxST8/Td4h9TUJ83I/AAAAAAAAAHo/ojhMX4_9TB4/s1600/BLOG4 8.jpg

Diakses pada Senin, 29 April 2019 pukul 11.07 WIB Gambar 2.2.4b Lifeboat inspection

Sumber :

https://3.bp.blogspot.com/-sOd0R7JeHxA/Td4pb-

gG6kI/AAAAAAAAAHw/eb8mRmWGwkU/s1600/blog50.png Diakses pada Senin, 29 April 2019 pukul 11.09 WIB

(29)

15

Gambar 2.2.4.c Lifeboat inspection

Sumber :

https://2.bp.blogspot.com/-

L10G1q9_Wu8/Td4nLPySIkI/AAAAAAAAAHs/av2IsIb7wvU/s1600/blog49.p ng

Diakses pada Senin, 29 April 2019 pukul 11.10 WIB

Gambar 2.2.4.d Lifeboat inspection

Sumber :

https://2.bp.blogspot.com/-

BnZaoayFvQI/Td4q5qoKRGI/AAAAAAAAAH0/3V8p- JfXO7M/s1600/blog51.png

Diakses pada Senin, 29 April 2019 pukul 11.12 WIB

(30)

16

Selain melakukan perawatan, sekoci juga memerlukan perbaikan apabila ditemukan bahan atau bagian sekoci yang rusak atau kurang memungkinkan bila dibiarkan.

Berikut adalah cara perbaikan dan penempatan sekoci penolong :

(1) Awak kapal harus proaktif untuk selalu, memeriksa dan memperbaiki setiap kerusakan kerusakan yang terjadi terhadap alat - alat penolong ini.

(2) Awak kapal juga harus proaktif untuk selalu melaporkan kepada ship owners tentang kerusakan, perbaikan dan permintaan suku cadang alat - alat terkait.

(3) Buatkan selalu jurnal kegiatan perbaikan untuk dijadikan referensi pemeliharaan atau perbaikan selanjutnya.

(4) Harus ditempatkan sedemikian rupa hingga dapat diluncurkan atau diturunkan ke air dalam waktu sesingkat mungkin.

(5) Dapat diturunkan dengan mudah, cepat dan aman walaupun miring 15 derajat.

(6) Para pelaut harus dapat cepat dan aman masuk kedalam sekoci

(7) Tidak boleh pada sisi atau bagian belakang kapal, bilamana diturunkan ke air akan membahayakan karena dekat propeller.

(8) Diatas kapal penumpang penempatan sekoci - sekoci itu diperbolehkan satu di atas lainnya atau berjejer dengan catatan apabila penempatan yang satu di atas yang lainnya harus terdapat alat yang baik untuk menumpu serta menjaga kerusakan pada sekoci yang dibawanya.

(31)

17

(9) Untuk kapal barang berukuran kecil, yang daerah pelayaranya terbatas yang prakatis hanya dapat membawa satu sekoci penolong saja maka penempatannya sedemikian rupa dapat diturunkan dengan baik dari sisi kiri ataupun dari sisi kanan dengan mudah umumnya pada derek dibelakang cerobongnya.

(32)

18

Kru kapal belum memahami tentang

cara perawatan sekoci sesuai standar SOLAS Kurangnya

pengetahuan pada kru kapal tentang pentingnya perawatan

sekoci

Sekoci siap dan layak digunakan sewaktu-waktu dalam menghadapi keadaaan darurat

KESESUAIAN PROSEDUR PERWATAN SEKOCI PENOLONG DI ATAS KAPAL DENGAN

STANDAR SOLAS

Tidak maksimalnya perawatan sekoci di atas

kapal

Pengecekan rutin sekoci oleh nakhoda atau perwira untuk memastikan perawatan dan kondisi

sekoci agar siap digunakan

Bagaimana kesesuaian perawatan sekoci di atas kapal dengan standar SOLAS agar sekoci siap digunakan dalam keadaan

darurat

Melaksanakan pelatihan dan training untuk memberikan pemahaman tentang perawatan sekoci yang benar sesuai SOLAS C. Kerangka Penelitian

Faktor - faktor yang menyebabkan ketidaksesuaian dalam perawatan sekoci

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

1.

Metode Kualitatif

Sebelum mengumpulkan data, didalam membuat karya ilmiah penelitian ini menggunakan metode studi kasus yaitu penelitian dilakukan terhadap satu aspek tertentu yang telah ditentukan, pengumpulan data dilakukan terhadap populasi yang mewakili, hanya pada permasalahan yang ditemukan, yaitu tidak sedikit kasus – kasus yang terjadi ketika proses penggunaan sekoci penolong pada saat terjadi keadaan darurat maupun melaksanakan pelatihan penyelamatan diri menggunakan sekoci penolong.

Objek penelitiannya adalah kurangnya tingkat efisiensi sekoci penolong yang digunakan. Metode pengumpulan data adalah merupakan suatu bagian yang paling penting dan harus ada dalam suatu penelitian ilmiah, berhasil tidaknya suatu penelitian didalam pengambilan data, objektif dan dapat dipertanggung jawabkan, itu diperlukan agar dapat diolah dan disajikan menjadi gambaran dan pandangan yang benar.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penulisan Karya Ilmiah Terapan ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu teknik analisis yang menggambarkan atau memaparkan peristiwa di kapal yang terkait dengan masalah yang dibahas. Dalam Karya Ilmiah Terapan ini juga dideskripsikan

19

(34)

20

saran – saran yang baik berdasarkan teori yang ada maupun pengetahuan dan pengalaman yang didapat di kapal.

Penulis mencoba untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi di kapal terkait dalam masalah yang dibahas. Dari permasalahan yang ada penulis menganalisa penyebab permasalahan tersebut serta mencari pemecahan masalahnya dan memberikan saran – saran yang baik didasarkan atas teori – teori yang ada maupun pengetahuan yang penulis dapat di atas kapal.

B. Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan ketika penulis melaksanakan praktek layar diatas kapal kurang lebih selama 12 bulan di atas kapal MT. Katomas terhitung mulai tanggal 19 Agustus 2019 sampai dengan 07 September 2020.

Dengan tujuan bisa menjawab dan melakukan observasi secara langsung tentang rumusan masalah yang ada. Sehingga pada bagian akhir, penulis bisa memperoleh kesimpulan atas semua masalah yang ada pada Karya Ilmiah Terapan ini .

2. Tempat Penelitian

Penulis akan melaksanakan penulisan ini disebuah kapal tanker salah satu perusahaan pelayaran yaitu PT. Pertamina yaitu MT. Katomas.

Sekaligus guna memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan.

(35)

21

C. Jenis Dan Sumber Data

1. Metode interview

Yaitu dengan cara mengadakan tanya jawab kepada mualim III sebagai perwira kapal MT. Katomas yang bertanggung jawab atas alat - alat keselamatan di atas kapal contohnya seperti sekoci penolong. Sehingga penulis mendapatkan data pengetahuan tentang keterampilan merawat sekoci penolong dengan cara selalu melakukan latihan bersama secara terencana, sistematik, untuk membiasakan mengenal dan mengatur tempo saat melakukan perawatan sekoci. Pada penggunaannya akan berpacu pada waktu, agar bisa menyelamatkan jiwa manusia dilaut ketika terjadi keadaan darurat. Juga melakukan pemeriksaan ganguan kerusakan pada sekoci.

Pemeriksaan ini dilakukan secara berkala.

2. Metode observasi

Di dalam suatu penelitian, selain menggunakan metode pokok digunakan juga metode pelengkap yang saling mengisi atau melengkapi.

Observasi adalah metode pelengkap, teknik observasi digunakan dengan maksud untuk mendapatkan atau mengumpulkan data secara langsung mengenai gejala - gejala tertentu dengan melakukan pengamatan serta mencatat data yang berkaitan dengan pokok masalah yang diteliti.

Teknik yang digunakan adalah deskriptif kualitatif tentang kondisi di atas kapal pada setiap kejadian. Metode yang diambil adalah studi kasus dengan mengangkat kasus – kasus yang terjadi. Penganalisisan dilakukan dengan melakukan analisa penyebab utama yang menyebabkan kasus - kasus tersebut bisa terjadi.

(36)

22

3. Metode library research

Metode yang didapat dari daftar buku - buku yang ada di perpustakaan maupun pencarian di website internet yang berhubungan dengan judul dan telah dipilih guna penulisan karya ilmiah ini.

D. Teknik Analisis Data

Berdasarkan analisis data yang diperoleh, maka digunakan teknik deskriptif kualitatif yaitu menganalisa temuan - temuan yang terdapat di kapal MT. Katomas dengan alat ukur berupa teori - teori yang relevan dengan masalah. Dengan menggunakan metode ini segala permasalahan yang ditemukan dan diamati di atas kapal akan digambarkan dan dijelaskan dengan terperinci. Baik dan buruknya penelitian tergantung dari metode pengumpulan data dan metode analisis data yang digunakan. Pengumpulan data yang dimaksud adalah dengan memperoleh data - data yang relevan, akurat dan mengidentifikasi data yang ada. Data - data yang diperoleh dari kapal MT.

Katomas kemudian dianalisa dan hasil analisa ini diharapkan akan menghasilkan suatu gambaran yang lebih jelas dari penyusunan Karya Ilmiah Terapan ini, baik dari permasalahannya maupun hasil akhirnya. Dalam hal ini adalah tidak semua sekoci yang ada di atas kapal memiliki kualitas yang menjanjikan untuk dipakai ketika keadaan darurat, sebab - sebab mengapa hal ini terjadi dan tindakan apa yang harus diambil oleh nakhoda atau perwira yang ada di atas kapal, agar dapat menemukan solusi yang tepat dalam mencegah terjadinya masalah ini.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad.(2013).perawatan sekoci penolong

http://pelayaran.blogspot.com/2013/11/perawatan ( Diakses pada tanggal 20 April 2019 )

Fajar s.(2012).ilmu pelayaran : basic safety training (online)

http://pelayarannautika.blogspot.com/2011/06/basic-safety-training.html.

( Diakses pada tanggal 11 April 2019 ) Gigih.(2014).cara perawatan sekoci

http://perawatansekoci.blogspot.com/2014/14/perawatansekoci ( Diakses pada tanggal 21 April )

Imam.(2014).perbaikan sekoci penolong

http://perbaikansekoci.blogspot.com/2014/12/perbaikansekoci ( Diakses pada tanggal 21 April 2019 )

Marindo.(2012).sekoci penolong (online)

http://doinmarine.blogspot.com/2012/12/sekoci-penolong-sekoci-adalah- sebagian.html.

( Diakses pada tanggal 24 April 2019 ) Peraturan solfafas tentang sekoci (online), No.1.

http://www.scribd.com/doc/222380618/peraturan-solfafas-tentang- sekoci#scribd.

( Diakses pada tanggal 22 Maret 2019 Sanusi.(2013).solas sekoci penolong

http://solassekoci.blogspot.com/2013/11/solas ( Diakses pada tanggal 12 April 2019)

Gambar

Gambar 2.2.1 Sekoci luncur
Gambar 2.2.2.a Sekoci tertutup penuh
Gambar 2.2.2.b Sekoci tertutup sebagian
Gambar 2.2.3.a Sekoci terbuka
+4

Referensi

Dokumen terkait

Theoretical Linguistics focuses on the examination of the structure of English in all its manifestations (phonetics, phonology, morphology, syntax, grammar at large). Other

Based on the explanation above, this study aims to examine the influence of managerial ownership, audit committees, independent commissioners, and company size on the integrity of