DESKRIPSI TEMUAN MIKROSKOPIK PARASIT MALARIA PADA PEMERIKSAAN DARAH KENTAL PADA HEMOLISIS DENGAN AIR DAN DI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui temuan mikroskopis pemeriksaan malaria menggunakan apusan darah kental yang dihemolisis dengan air dan dihemolisis dengan larutan Giemsa. Kata kunci: Parasit malaria, Sampel darah kental mengalami hemolisis dengan air dan tidak mengalami hemolisis.
Judul : Deskripsi hasil pemeriksaan mikroskopis parasit malaria pada apusan darah kental yang dihemolisis dengan air dan dihemolisis dengan larutan Giemsa. Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah berjudul Deskripsi hasil mikroskopis parasit malaria pada sediaan darah kental yang dihemolisis dengan air dan dihemolisis dengan larutan Giemsa ini tidak memuat karya yang pernah diajukan untuk gelar A.Md.AK di suatu perguruan tinggi maupun, Sepanjang pengetahuan saya, apakah saya mempunyai karya atau pendapat yang ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis yang dirujuk dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Karya tulis ilmiah ini berjudul “Deskripsi Hasil Mikroskopis Parasit Malaria Pada Sediaan Darah Kental Yang Di Hemolisis Dengan Air Dan Di Hemolisis Dengan Larutan Giemsa” Disusun Untuk Memenuhi Syarat Untuk Mengikuti Ujian Jenjang Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan/TLM .
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan perbaikan, dan kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya berkenaan dengan hasil mikroskopis parasit malaria pada apusan darah kental yang dihemolisis dengan air dan dihemolisis dengan larutan Giemsa.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertukaran cuaca yang terdiri dari suhu, kelembaban, curah hujan, cahaya dan pola angin berdampak langsung pada vektor, perkembangannya, umur panjang dan perkembangan parasit dalam tubuh vektor. Pada tubuh manusia, parasit ini mengalami perkembangan aseksual yang meliputi beberapa tahapan (sporogoni eksoeritrositik dan sporogoni eritrositik), sedangkan pada tubuh nyamuk terjadi perkembangan seksual yang menghasilkan sporozoit sebagai bentuk infeksius yang siap ditularkan melalui gigitan nyamuk. Akibat dari siklus hidup yang kompleks tersebut, muncul kendala dalam upaya mengatasi masalah malaria seperti polimorfisme antigenik, antigen yang kurang imunogenik dan kondisi imunosupresif yang diinduksi oleh kelenjar ludah vektor arthropoda parasit (Donovan, et al., 2007).
Selain itu, malaria juga merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi protozoa dan genus Plasmodium, mengakibatkan kematian yang tinggi dengan proses penularan yang sangat cepat. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak di dalam sel darah manusia. Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya resistensi Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax terhadap obat antimalaria.
Masalah malaria diperparah oleh resistensi vektor terhadap insektisida yang digunakan di lapangan, seperti penggunaan insektisida DDT terhadap nyamuk pembawa malaria, sehingga resistensi nyamuk pembawa terhadap insektisida menyebabkan KLB malaria berulang. Kendala dalam mengatasi masalah malaria adalah rumitnya siklus hidup parasit malaria yang terdiri dari beberapa stadium baik di tubuh manusia maupun di tubuh nyamuk Anopheles sebagai vektornya (Lavasec, 2007; Targett, 2008). . ). Karena kompleksitas siklus hidup Plasmodium, upaya lain perlu dikembangkan yang dapat menimbulkan respon imun protektif terhadap setiap tahap siklus hidup Plasmodium falciparum.
Kendala lain dalam mengatasi masalah malaria adalah adanya 3 polimorfisme dan antigen protein karena bentuk alel yang berbeda akan memberikan kemampuan mengenali respon imun tubuh yang berbeda (Sandjaja, 2007). Pemeriksaan darah merupakan alat yang diperlukan untuk menilai berbagai unsur sel darah tepi, seperti eritrosit, leukosit dan trombosit, selain itu juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya parasit seperti malaria, mikrofilaria dan lain-lain (Harjanto, 2010). Pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan Giemsa masih menjadi baku emas untuk skrining malaria. Pewarnaan Giemsa digunakan untuk mendeteksi parasit malaria dengan kepadatan rendah.
Rumusan Masalah
Pemeriksaan malaria dengan apusan darah kental yang baik biasanya dihemolisis terlebih dahulu, namun saat di lapangan sering dijumpai pemeriksaan malaria dengan apusan darah kental tanpa hemolisis sebelumnya, tetapi langsung diwarnai dengan larutan Giemsa.
Batasan Masalah
- Tujuan Khusus
Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan parasit malaria menggunakan sediaan darah kental yang dihemolisis dengan air dan dihemolisis dengan larutan Giemsa.
Bagi Penulis
Bagi Masyarakat
- Gejala Klinis Malaria
- Stadium Frigoris (Menggigil)
- Stadium Akme (Puncak Demam)
- Stadium Sudoris (Berkeringat Banyak, Suhu Turun)
- Siklus Hidup Malaria
- Siklus Pada Manusia
- Siklus Pada Nyamuk Anopheles
- Diagnosa Malaria
- Cara Penularan Malaria
- Pencegahan malaria
- Pencegahan Primer a. Tindakan terhadap manusia
Penularan malaria disebabkan oleh nyamuk Anopheles ditemukan 67 spesies yang dapat menularkan penyakit malaria dan 24 diantaranya terdapat di Indonesia (Haddijaja, P. 2000). Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak di dalam sel darah merah manusia (Departemen Kesehatan RI, 2011). Malaria merupakan parasit yang memiliki banyak stadium (multistage parasite) yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina yang berperan sebagai vektor penularan.
Setelah merasa kedinginan dan menggigil, pasien akan mengalami demam pada tahap ini, wajah pasien memerah, kulit kering dan sangat panas saat disentuh, seperti terbakar, sakit kepala berlebihan, dan sering merasa mual dan muntah. Saat nyamuk Anopheles menghisap darah manusia, sporozoit yang terdapat pada kelenjar ludah nyamuk masuk ke aliran darah selama kurang lebih setengah jam. Merozoit menjadi skizon hati dan kemudian pecah, masuk ke aliran darah dan menginfeksi sel darah merah.
2-3 siklus skizogoni darah, beberapa merozoit menginfeksi sel darah merah membentuk stadium seksual (genosit jantan dan betina). Nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina dibuahi menjadi zigot. Pencegahan Malaria Ada tiga faktor penting yang harus diperhatikan dalam penyebaran penyakit malaria, yaitu host (host/manusia), agent (penyebab penyakit) dan environment (lingkungan). Penyebaran penyakit malaria akan terjadi jika ketiga komponen tersebut saling mendukung.
Oleh karena itu, upaya pencegahan penyakit malaria terutama ditujukan untuk memutus mata rantai penularan ketiga faktor tersebut. Pendidikan merupakan faktor penting dalam pencegahan malaria, diberikan kepada setiap pekerja yang bekerja di daerah endemik. Mengubah gaya hidup, seperti mengurangi aktivitas di luar ruangan dari senja hingga fajar saat nyamuk Anopheles umumnya menyengat.
Tindakan Terhadap Vektor
- Pengendalian Secara Mekanis
- Pencegahan Sekunder a. Pencarian Penderita Malaria
- Pemeriksaan Laboratorium 1. Pemeriksaan mikroskopis
- Pemeriksaan penunjang
- Pengobatan
- Pembuatan Sediaan Malaria .1 Sediaan Malaria
Seseorang harus menghindari gigitan nyamuk dengan mengenakan pakaian lengkap, tidur dengan kelambu, menggunakan obat nyamuk dan tidak mengunjungi tempat-tempat yang rentan terhadap malaria. Cara pencegahan malaria pada orang yang berkunjung ke daerah malaria, pemberian obat dilakukan setiap minggu yaitu memulai pemberian obat 1-2 minggu sebelum bepergian ke daerah endemis malaria, dilanjutkan setiap minggu selama perjalanan atau di tempat tinggal penderita malaria selama 4 minggu setelah kembali dari daerah tersebut. Gejala Klinis Diagnosis malaria memerlukan anamnesis yang akurat dari keluhan utama pasien (demam, menggigil, berkeringat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri atau nyeri otot), riwayat mengunjungi daerah endemik malaria 1 sampai sampai 4 minggu, riwayat tinggal di daerah endemik malaria, riwayat penyakit malaria, riwayat minum obat malaria dalam sebulan terakhir, riwayat menerima transfusi darah juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik seperti: demam, anemia, pembesaran limpa ( splenomegali) ) dan hati (hepatomegali).
Penanganan penyakit parasiter harus dilakukan dengan baik dengan tindakan yang tepat dengan pemberian obat antiparasit sesuai penyebabnya, tindakan pembedahan bila perlu dan pemberian suplemen nutrisi yang cukup untuk memperkuat daya tahan tubuh pasien. Mengingat obat antiparasit dapat menimbulkan efek samping pada pasien, maka dosisnya harus tepat agar tidak menimbulkan efek samping pada kesehatan fisik pasien. Sediaan malaria yang digunakan untuk diagnosis malaria dapat dibuat di laboratorium dengan berbagai metode.
Salah satu cara untuk mengetahui jenis dan stadium parasit Plasmodium adalah dengan membaca sediaan darah malaria.
Sediaan Darah Tipis
- Kelebihan Dan Kekuranngan
- Sediaan Darah Tipis Yang Baik
- Sediaan Darah Tebal
Kelemahan sediaan darah yang encer adalah kemungkinan ditemukannya parasit lebih kecil karena volume darah yang digunakan sangat kecil (Irianto, 2009).
Kelebihan Dan Kekurangan
Ciri-Ciri Sediaan Yang Baik
Selain dengan menggunakan jam tangan, Anda juga bisa membubuhkan noda darah yang kental di atas koran, jika tulisan di bawah koran terbaca, berarti poinnya cukup bagus (Sandjaja, 2007).
Hasil Sediaan Darah Tebal Yang Baik
- Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT)
- Jenis Dan Desain Penelitian
- Waktu Dan Tempat Penelitian .1 Waktu Penelitian .1 Waktu Penelitian
- Populasi Dan Sampel .1 Populasi .1 Populasi
- Persiapan Penelitian .1 Persiapan alat .1 Persiapan alat
- Prosedur Penelitian
- Pembahasan
- Saran
Jenis penelitian ini adalah eksperimen deskriptif cross-sectional yang dilakukan di RSUD Sawahlunto, yang bertujuan untuk mendeskripsikan hasil penelitian mikroskopis malaria dengan menggunakan preparat darah kental pada 12 orang. Tempatkan preparat kering pada rak pewarnaan Larutan Giemsa dibuat dengan perbandingan 3 tetes Giemsa dengan 1 cc air atau buffer. Tuang larutan Giemsa di atas sampel darah, biarkan selama 7-10 menit, cuci dengan air mengalir sampai semua larutan Giemsa hilang, keringkan, tambahkan setetes minyak imersi, periksa di bawah mikroskop dengan lensa 100x.
Pemeriksaan malaria menggunakan apusan darah kental dengan membedakan sediaan darah kental yang dihemolisis dengan air dan yang dihemolisis dengan larutan Giemsa. Data hasil apusan darah kental dianalisis berdasarkan hasil perbandingan dengan apusan darah kental standar yang dihemolisis dengan air. Penelitian dilakukan di laboratorium RSU Sawahlunto yaitu untuk melihat hasil mikroskopis parasit malaria pada sediaan darah kental yang dihemolisis dengan air dan dihemolisis dengan larutan Giemsa.
Berdasarkan tabel 4.1.1 diatas didapatkan 12 sampel suspek malaria di RSUD Sawahlunto, didapatkan 2 sampel positif yaitu Plasmodium falciparum dengan stadium gametosit, dan Plasmodium vivax dengan stadium troposoid Secara mikroskopis apusan darah kental dihemolisis dengan air dan dihemolisis dengan giemsa pada pasien suspek malaria di RSUD Sawahlunto. Pemeriksaan malaria dengan apusan darah kental yang baik biasanya dilakukan dengan hemolisis terlebih dahulu, namun ketika di lapangan sering dijumpai pemeriksaan malaria dengan sediaan darah kental tanpa dihemolisis terlebih dahulu tetapi langsung diwarnai dengan larutan Giemsa. Dilihat dari tabel hasil pemeriksaan malaria terdapat perbedaan hasil pemeriksaan menggunakan sediaan darah kental yang dihemolisis dengan air dan yang dihemolisis dengan larutan Giemsa yaitu Plasmodium falcifarum dengan stadium gametosit dengan kromatin merah, sitoplasma ungu dan warna sediaan lebih bening, lebih mudah untuk mengidentifikasi parasit.
Pada noda darah kental yang segera diwarnai dengan larutan Giemsa ditemukan parasit yaitu Plasmodium vivax dengan stadium trofozoit dengan ciri yang tidak jelas karena sel eritrosit menumpuk, warna sediaan kurang jelas, lebih sulit diidentifikasi. Sediaan darah kental yang dihemolisis dengan air ditemukan Plasmodium falcifarum dengan stadium gametosit dan Plasmodium vivax trofozoit yang stadiumnya lebih jelas terwarnai sehingga memudahkan identifikasi parasit malaria. Ditemukan sediaan darah kental yang dihemolisis langsung dengan larutan Giemsa yaitu Plasmodium vivax dengan stadium trofozoit dan Plasmodium falciparum, namun stadium yang ditemukan tidak terwarnai dengan jelas sehingga cukup sulit untuk mengidentifikasi parasit malarianya.
Spesimen darah kental yang dihemolisis dengan air noda lebih baik dan lebih jelas daripada spesimen darah kental yang langsung diwarnai dengan larutan Giemsa. Disarankan petugas laboratorium pada saat melakukan pemeriksaan malaria menggunakan sediaan darah kental yang dihemolisis dengan air sebelum pewarnaan agar parasit lebih jelas terlihat.