• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Namun, dalam perjalanannya, beberapa bakteri yang merupakan patogen penting biasanya berasal dari flora normal sehingga terjadi infeksi (Carroll et al., 2016). Menurut World Health Organization, terdapat sebanyak 25 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2011, sepertiganya disebabkan oleh penyakit menular (WHO, 2011), peringkat 10 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Klebsiella pneumoniae adalah bakteri Gram-negatif berbentuk batang dari kelompok Enterobacteriaceae yang berkapsul dan non-motil dan umumnya terdapat di kulit dan saluran pencernaan manusia (Brooks, Carroll, Butel, & Morse, 2012).

Kajian epidemiologis di Indonesia menunjukkan bahwa Klebsiella pneumoniae 100% resisten terhadap beberapa antibiotik yaitu amoksisilin-klavulanat, ampisilin, ampisilin-sulbaktam, cefotaxime, ceftriaxone, cefepime dan fosfomisin (Kusuma; 1020; 2019). Perawatan dan terapi yang kurang efektif menyebabkan infeksi Klebsiella pneumoniae memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang jauh lebih tinggi daripada infeksi bakteri yang tidak resisten (CDC, 2013). Data epidemiologi di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, Indonesia menunjukkan bahwa kerentanan antibiotik Klebsiella pneumoniae menurun.

Peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik merupakan peluang pemanfaatan senyawa bioaktif dari tumbuhan sebagai agen antibakteri. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat adalah tanaman kayu manis atau biasa dikenal dengan nama Cinnamomum burmannii. Kayu manis mengandung minyak atsiri, safrole, cinnamaldehyde, tanin, resin, kalsium oksalat, flavonoid, triterpenoid dan saponin.

Komponen minyak atsiri tersebut memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan Salmonella aureus (Balchin, 2006). Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui apakah bubuk kayu manis dapat menghambat pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae pada infeksi saluran pernafasan. Oleh karena itu penulis akan melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh “aktivitas antibakteri bubuk kayu manis (Cinnamommum burmannii) terhadap pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae”.

Rumusan Masalah

Batasan Masalah

Tujuan penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

  • Bagi Penulis
  • Bagi Masyarakat
  • Bagi Instansi Pendidikan

TINJAUAN PUSTAKA

  • Kayu Manis (Cinnamommum burmannii)
    • Deskripsi Tanaman
    • Klasifikasi
    • Kandungan
    • Manfaat
  • Klebsiella pneumoniae
    • Klasifikasi dan Taksonomi
    • Morfologi Klebsiella pneumoniae
    • Infeksi Klebsiella pneumonia
  • Prinsip Kerja Antimikroba
    • Penghambat Terhadap Sintesis Dinding Sel
    • Penghambat Fungsi Membran Sel
    • Penghambat Terhadap Sintesis Protein
  • Uji Aktivitas Antibakteri
    • Metode Difusi Cakram
    • Metode Dilusi Tabung
    • Uji In Vitro
  • Antibiotik
    • Pengertian Antibiotik

Kayu manis tumbuh di tanah yang subur, gembur, dan berdrainase baik, kaya akan bahan organik. Komponen utama minyak kulit kayu manis adalah cinnamaldehyde yang mencapai 51-76% tergantung jenis, varietas, iklim dan umur kayu, sedangkan eugenol berkisar 5-18% (Evizal, 2013). Kandungan ekstrak kulit kayu manis umumnya mengandung flavonoid, alkaloid, tanin dan saponin (Qomar et al, 2018).

Aktivitas flavonoid dalam menghambat pertumbuhan bakteri yaitu dengan cara menyebabkan kerusakan membran sel dan menghambat sintesis makromolekul sel bakteri (Doughari, 2012). Saponin adalah senyawa yang larut dalam air dan alkohol, tetapi tidak larut dalam pelarut organik non-polar seperti benzena dan n-heksana. Selain itu, terdapat pula Klebsiella oxytoca yang telah diisolasi dari sampel klinis manusia, namun persentasenya jauh di bawah Klebsiella pneumoniae (Mardiyantoro, 2018).

Gambaran makroskopik bakteri Klebsiella pneumonia adalah adanya koloni yang tampak mukoid dengan konsistensi yang kental (Brooks et al., 2012). Klebsiella pneumoniae tidak memiliki flagella tetapi memiliki fimbriae (Paczosa and Mecsas, 2016) sehingga memiliki mobilitas yang rendah (non motile) (Brooks et al., 2012). Selain itu Klebsiella pneumoniae memiliki membran sel yaitu membran plasma yang memiliki struktur yang sama dengan membran luar.

Klebsiella pneumoniae adalah bakteri gram negatif yang berbentuk batang (bacilli), tidak bergerak (non-motile), dan tergolong bakteri anaerob fakultatif. Zat antibakteri terbagi menjadi dua golongan, yaitu antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. bakteriostatik) dan antibakteri yang dapat membunuh bakteri (bakteriosida) (Tritiyanto, 2009). Agen antimikroba bekerja langsung pada membran sel dan mempengaruhi permeabilitas dan menyebabkan pelepasan senyawa intraseluler bakteri.

Metode ini dikenal dengan metode difusi cakram Kirby-Bauer, yang merupakan metode pengujian kerentanan yang ditemukan oleh W. Tujuan metode ini adalah untuk menentukan kerentanan atau resistensi bakteri patogen aerob dan anaerob fakultatif terhadap berbagai senyawa antimikroba agar dapat membantu dokter dalam memilih pilihan. Selain itu, metode ini merupakan metode yang banyak digunakan untuk menguji efek antimikroba dari ekstrak tumbuhan, minyak atsiri dan obat lain (Balouiri et al., 2016).

Pertumbuhan bakteri diamati dengan melihat kekeruhan pada tabung yang disebabkan oleh inokulum bakteri. Keuntungan dari metode ini adalah satu konsentrasi zat antibakteri yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa bakteri uji (Pratiwi, 2008).

Gambar 2.1.1 Kayu manis (Ariwansa, 2015)
Gambar 2.1.1 Kayu manis (Ariwansa, 2015)

METODE PENELITIAN

  • Jenis/Desain Penelitian
  • Waktu dan Tempat Penelitian
    • Waktu Penelitian
    • Tempat Penelitian
  • Kriteria Sampel
  • Variabel Penelitian
    • Variabel Bebas
    • Variabel Terikat
  • Alat dan Bahan
    • Alat
    • Bahan
  • Sterilisasi Alat
  • Prosedur Penelitian
    • Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)
    • Media Cair NB
    • Pembuatan Larutan Mc Farland
    • Cakram (Disk)
    • Pembuatan Serbuk Kayu Manis
  • Prosedur Kerja
    • Pembuatan Konsentrasi Serbuk Kayu Manis (Cinnamommum burmannii)
    • Pembuatan Suspensi Bakteri
    • Penanaman Pada Media MHA
    • Pembacaan Daya Hambat
    • Uji Aktivitas Bakteri Terhadap Antibiotik
    • Uji Kepekaan Bakteri
  • Analisis Data

Pengamatan dilakukan setelah biakan diinkubasi selama 24 jam, biakan 1 x 24 jam diperiksa dan diamati adanya zona bening yang terbentuk di sekitar kertas cakram yang berisi sampel serbuk kayu manis (Cinnamommum burmannii). Kemudian bandingkan apakah bubuk kayu manis dapat membunuh bakteri Klebsiella pneumoniae atau hanya menghambat pertumbuhannya saja. Piring kertas yang direndam dalam bubuk kayu manis yang dilarutkan dalam berbagai konsentrasi (2,5 gr/ml, 5 gr/ml, 7,5 gr/ml, 10 gr/ml) diletakkan di atas media.

Ambil cakram yang telah direndam dalam larutan bubuk kayu manis, tunggu hingga larutan serbuk kayu manis tidak menetes lagi dari cakram, kemudian letakkan cakram pada media MH dan inkubasi pada Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terfaktor yang terdiri dari satu faktor yaitu bubuk kayu manis. Uji aktivitas antibakteri serbuk kayu manis (Cinnamommum burmannii) terhadap pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae dilakukan di laboratorium mikrobiologi Universitas Perintis Indonesia, yang menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah kayu manis yang telah digiling menjadi serbuk.

Uji daya hambat debu kayu manis menggunakan metode difusi cakram atau dikenal dengan Metode Cakram Kirby-Bauer yang ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekitar cakram. Pada kontrol positif (+) kloramfenikol bubuk kayu manis efektif menghambat pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae pada ulangan 1 diperoleh hasil 22,00 mm, ulangan 2 diperoleh hasil 25,00 mm, ulangan 3 diperoleh hasil 25,00 mm3, dengan rata-rata 25,00 mm2 . Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terlihat bahwa kemampuan antibakteri bubuk kayu manis dapat menghambat pertumbuhan bakteri namun kurang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae, hal ini terlihat dari kebersihan area sekitar discus. yang sangat kecil.

Salah satu kemungkinan yang dapat menyebabkan kecilnya zona hambat yang terbentuk adalah kurangnya difusivitas larutan bubuk kayu manis ke dalam medium. Semakin tinggi konsentrasi bubuk kayu manis maka kelarutannya semakin rendah (mengental seperti gel), hal ini dapat memperlambat difusi bahan aktif ke dalam medium dan pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan bubuk kayu manis konsentrasi tinggi untuk menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae. bakteri (Popi et al, 2019). Pada penelitian ini, bubuk kayu manis yang telah dilarutkan dalam air suling dan kemudian dipanaskan menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih rendah.

Hasil uji aktivitas antibakteri serbuk kayu manis kurang efektif dalam menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae yang ditunjukkan dengan konsentrasi tertinggi 10 g/ml dengan diameter 8,66 mm. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menguji ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmannii) untuk kemampuannya dalam menghambat atau membunuh bakteri atau mikroorganisme lainnya. Efektivitas Perbedaan Konsentrasi Daun Kayu Manis (Cinnamommum burmannii) Terhadap Diameter Zona Hambatan Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus epidermidis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pada konsentrasi 5 g/ml, ulangan 1 memberikan hasil hambatan 6,00 mm, ulangan 2 7,00 mm, ulangan 3 7,00 mm, dengan rerata 6,66 mm.

Pembahasan

Jika lapisan dinding sel bakteri tidak terbentuk sempurna karena komponen peptidoglikan terganggu maka menyebabkan kematian sel. Tanin menyebabkan membran sel bakteri menyusut sehingga menyebabkan permeabilitas sel bakteri sehingga metabolisme bakteri terganggu dan akhirnya lisis dan kematian (Angelica, 2013). Namun pada penelitian ini zona hambat yang terbentuk dapat dikategorikan intermediet dengan diameter <10,00 mm yang tidak cukup kuat untuk menghambat Klebsiella pneumoniae.

Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa ekstrak kayu manis menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih baik pada bakteri gram positif dibandingkan bakteri gram negatif (Natalia, 2013). Hal ini disebabkan rusaknya senyawa antibakteri sebagaimana telah dijelaskan bahwa flavonoid merupakan senyawa yang tidak tahan terhadap panas dan mudah teroksidasi pada suhu tinggi. Berdasarkan zona hambat bakteri pada konsentrasi 2,5 g/ml dengan diameter 6,00 mm, konsentrasi 5 g/ml dengan diameter 6,66 mm, konsentrasi 7,5 g/ml dengan diameter 7,33 mm, konsentrasi 10 g/ml dengan diameter 8,66 mm.

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana Mill) terhadap bakteri Salmonella typhy dan Staphylococcus aureus. Uji daya hambat bakteri ekstrak daun tapak liman (Elephentos scaber L) terhadap Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi.

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick and Adelberg, Ed.23, a translation of medical microbiology by Jawetz, Melnick and Adelberg.

Gambar Hasil Penelitian
Gambar Hasil Penelitian

Gambar

Gambar 2.1.1 Kayu manis (Ariwansa, 2015)
Gambar 2.2.2 Klebsiella pneumoniae (Kuswiyanto, 2017)
Tabel 2.4.1 Kategori Daya Hambat Bakteri  Diameter Zona Hambat  Kategori
Tabel  4.1  Hasil  uji  aktivitas  antibakteri  serbuk  kayu  manis  terhadap  pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae
+3

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Ekstrak Etil asetat, Ekstrak Metanol dan Ekstrak Air yang diperoleh dilakukan uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi agar terhadap bakteri S.aureus dan