• Tidak ada hasil yang ditemukan

KASUS DEFORESTASI HUTAN INDONESIA MENGENAI ASAS INTERGENERATIONAL DALAM HUKUM LINGKUNGAN

N/A
N/A
Muhammad Fadjran Noverikza

Academic year: 2024

Membagikan "KASUS DEFORESTASI HUTAN INDONESIA MENGENAI ASAS INTERGENERATIONAL DALAM HUKUM LINGKUNGAN "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KASUS DEFORESTASI HUTAN INDONESIA MENGENAI ASAS INTERGENERATIONAL DALAM HUKUM LINGKUNGAN

A. PENDAHULUAN

Deforestasi hutan di Indonesia telah menjadi permasalahan yang mendesak dalam ranah lingkungan. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan kegiatan industri, laju deforestasi meningkat, menyebabkan kerusakan lingkungan yang signifikan dan mengancam keberlanjutan sumber daya alam. Kasus-kasus deforestasi ini tidak hanya memiliki dampak langsung terhadap ekosistem hutan dan keanekaragaman hayati, tetapi juga mempengaruhi kesejahteraan masyarakat lokal yang bergantung pada hutan sebagai sumber mata pencaharian dan budaya. Namun, dampak yang lebih luas dari deforestasi ini juga mencakup implikasi jangka panjang bagi generasi mendatang, yang memperkuat pentingnya menerapkan asas intergenerational dalam penanganan masalah lingkungan.

Asas intergenerational dalam konteks deforestasi hutan Indonesia tidak dapat diabaikan. Asas ini menegaskan bahwa tindakan saat ini harus memperhitungkan kepentingan dan hak-hak generasi yang akan datang untuk menikmati lingkungan yang sehat dan berkelanjutan. Ketika menghadapi kasus deforestasi, perlindungan lingkungan harus dilihat bukan hanya sebagai kewajiban moral, tetapi juga sebagai tanggung jawab hukum untuk melestarikan warisan alam bagi generasi mendatang.1

Salah satu contoh kasus deforestasi hutan yang memperkuat pentingnya asas intergenerational adalah pembukaan lahan hutan untuk perkebunan kelapa sawit atau pertambangan. Praktik deforestasi ini sering kali mengabaikan dampak jangka panjangnya terhadap keseimbangan lingkungan dan kehidupan berkelanjutan di masa depan. Oleh karena itu, dalam menanggapi kasus-kasus seperti ini, lembaga hukum perlu mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari tindakan tersebut, serta hak-hak generasi mendatang untuk lingkungan yang sehat dan berkelanjutan.

Kasus deforestasi hutan di Indonesia juga sering kali melibatkan konflik antara kepentingan ekonomi dan perlindungan lingkungan. Di tengah tuntutan untuk pertumbuhan ekonomi yang cepat, upaya untuk menegakkan asas intergenerational

1 Khalisah Hayatuddin, S. H., & Serlika Aprita, S. H. (2021). Hukum Lingkungan. Prenada Media. Hal 67

(2)

dalam hukum lingkungan sering kali dihadapkan pada tantangan politik, ekonomi, dan sosial yang kompleks. Namun, dengan adanya peningkatan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan lingkungan, terdapat dorongan yang semakin kuat untuk mengadopsi pendekatan yang memperhitungkan kepentingan jangka panjang generasi mendatang dalam pengambilan keputusan.

Dalam konteks ini, penegakan hukum yang efektif dan konsisten merupakan kunci dalam memastikan penerapan asas intergenerational dalam menanggapi kasus deforestasi hutan di Indonesia. Melalui kerjasama antara pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta, upaya perlindungan lingkungan harus diperkuat untuk menjaga keberlanjutan sumber daya alam bagi masa depan. Kasus-kasus deforestasi dapat diatasi dengan memperhitungkan kepentingan dan hak-hak generasi mendatang, memastikan bahwa lingkungan yang kita tinggalkan akan tetap lestari untuk mereka yang akan datang.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana praktik deforestasi hutan di Indonesia mempengaruhi keberlanjutan lingkungan, dan dalam konteks ini, sejauh mana asas intergenerational tercermin dalam respons hukum terhadap kasus-kasus deforestasi tersebut?

2. Apa tantangan utama dalam menerapkan asas intergenerational dalam menanggapi kasus deforestasi hutan di Indonesia, termasuk konflik kepentingan antara pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan, serta kendala- kendala hukum dan kelembagaan yang mungkin terjadi dalam penegakan hukum lingkungan?

C. PEMBAHASAN

1. Kasus Deforestasi Hutan Di Indonesia Kaitannya Dengan Asas Intergenerational Dalam Hukum Lingkungan

Menurut data dari Global Forest Watch, Indonesia memiliki salah satu laju deforestasi tertinggi di dunia. Sebagai contoh, antara tahun 2001 dan 2019,

(3)

Indonesia kehilangan lebih dari 24 juta hektar hutan, atau sekitar 10% dari total luas hutan negara ini. Deforestasi ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perambahan hutan untuk perkebunan kelapa sawit, pertambangan, dan kegiatan ilegal lainnya. Data tersebut mencerminkan tingginya tekanan yang diberikan pada ekosistem hutan Indonesia dan keanekaragaman hayati yang terancam akibat praktik deforestasi yang tidak terkendali. 2

Indonesia memiliki berbagai undang-undang dan peraturan yang bertujuan untuk melindungi lingkungan, termasuk hutan. Salah satu dasar hukum utama adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menetapkan kewajiban pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan lingkungan hidup bagi generasi sekarang dan mendatang. Indonesia juga memiliki Peraturan Pemerintah tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Hutan yang mengatur tentang pengelolaan hutan dan penegakan hukum terkait dengan deforestasi. Namun, kendati adanya kerangka hukum ini, implementasinya sering kali menghadapi tantangan, terutama dalam menegakkan asas intergenerational dan mengatasi tekanan ekonomi serta politik yang mempromosikan eksploitasi hutan secara tidak bertanggung jawab.3

Meskipun adanya kerangka hukum yang cukup kuat, implementasinya sering kali terhambat oleh berbagai tantangan. Tekanan ekonomi dan politik seringkali mempromosikan eksploitasi hutan yang tidak bertanggung jawab, yang bertentangan dengan asas intergenerational. Konflik kepentingan antara pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan juga menjadi kendala utama dalam menanggapi deforestasi hutan.

Penerapan asas intergenerational dalam penegakan hukum lingkungan menjadi penting untuk memastikan bahwa kepentingan jangka panjang generasi mendatang dipertimbangkan secara serius. Ini mencakup tidak hanya melindungi hutan yang tersisa, tetapi juga memulihkan ekosistem yang rusak dan menghukum pelaku deforestasi secara adil. Dengan mengintegrasikan asas

2 Widyatmoko, D. (2019). Strategi dan inovasi konservasi tumbuhan Indonesia untuk pemanfaatan secara berkelanjutan. Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) Ke-4.

3 Nugraha, A. A., Handayani, I. G. A. K. R., & Najicha, F. U. (2021). Peran Hukum Lingkungan Dalam Mencegah Kerusakan Dan Pencemaran Lingkungan Hidup. Jurnal Hukum To-Ra: Hukum Untuk Mengatur Dan Melindungi Masyarakat, 7(2), 283-298.

(4)

intergenerational dalam respons hukum terhadap deforestasi hutan, diharapkan Indonesia dapat memastikan keberlanjutan sumber daya alam bagi masa depan yang lebih baik.4

Respons hukum terhadap deforestasi hutan di Indonesia juga melibatkan upaya untuk memperkuat penegakan hukum dan sistem pengawasan. Meskipun ada peraturan yang mengatur pengelolaan hutan dan sanksi bagi pelaku deforestasi ilegal, realitas lapangan seringkali menunjukkan kelemahan dalam penegakan hukum. Penegakan hukum yang lemah atau tidak konsisten memungkinkan terjadinya praktik deforestasi yang merusak, yang pada akhirnya dapat merugikan generasi mendatang. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kapasitas dan koordinasi antara lembaga penegak hukum, pemerintah daerah, dan masyarakat sipil untuk meningkatkan efektivitas penegakan hukum lingkungan.

Perlindungan lingkungan juga melibatkan peran aktif dari masyarakat sipil dan organisasi non-pemerintah dalam mengawasi dan melaporkan praktik deforestasi ilegal. Partisipasi masyarakat dalam pemantauan lingkungan dapat membantu mendeteksi pelanggaran lingkungan lebih awal dan mendorong transparansi serta akuntabilitas dalam pengelolaan sumber daya alam. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga hukum, dan masyarakat sipil menjadi kunci dalam memperkuat respons terhadap deforestasi hutan dan menerapkan asas intergenerational secara efektif.

Penegakan hukum, pemerintah juga perlu mendorong adopsi kebijakan yang mendukung pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan. Ini termasuk langkah-langkah untuk membatasi konversi lahan hutan untuk kepentingan ekonomi, mengembangkan praktik pertanian yang ramah lingkungan, serta menggalakkan rehabilitasi dan restorasi lahan yang rusak akibat deforestasi. Kebijakan-kebijakan ini harus dirancang dengan memperhitungkan kepentingan jangka panjang generasi mendatang, sehingga mampu memberikan manfaat ekonomi yang berkelanjutan sambil menjaga kelestarian lingkungan.

4 Fina Izmi, C. (2019). Tinjauan Prinsip Hukum Internasional Tentang Inter-Generational Equity Responsibility Dalam Rangka Penerapan Prinsip Sustainable Development Di Sektor Pertambangan Indonesia (Doctoral Dissertation, Universitas Andalas).

(5)

Berdasarkan hukum internasional, deforestasi hutan di Indonesia memiliki kesepakatan terhadap berbagai perjanjian dan kerangka hukum lingkungan internasional. Salah satu dasar hukum utamanya adalah Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) yang telah diratifikasi oleh Indonesia. Melalui UNFCCC, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, yang salah satu sumber utamanya adalah deforestasi. Prinsip- prinsip dan tujuan dalam UNFCCC menggarisbawahi pentingnya mengatasi deforestasi sebagai bagian dari upaya global untuk mengatasi perubahan iklim.

Perjanjian Paris yang ditetapkan dalam Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) juga memiliki dampak yang relevan dalam konteks deforestasi hutan di Indonesia. Dalam Kesepakatan Paris, negara- negara termasuk Indonesia setuju untuk meningkatkan upaya mereka dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperkuat ketahanan terhadap dampak perubahan iklim, termasuk melalui langkah-langkah untuk menghentikan deforestasi dan mengelola hutan secara berkelanjutan.

Kemudian terdapat Konvensi Keanekaragaman Biologi (CBD), Indonesia juga terikat untuk mempertahankan keanekaragaman hayati di hutan-hutan yang ada di negara ini. CBD memberikan kerangka kerja hukum internasional yang penting dalam upaya pelestarian hutan dan keanekaragaman hayati di Indonesia, dengan menekankan pentingnya pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan perlindungan terhadap ekosistem hutan.deforestasi hutan di Indonesia terkait erat dengan sejumlah perjanjian dan kerangka hukum lingkungan internasional, yang menegaskan pentingnya pelestarian hutan dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan global.5

Deforestasi hutan di Indonesia juga memiliki dampak terhadap perubahan iklim dan keanekaragaman hayati secara global. Oleh karena itu, Indonesia juga memiliki tanggung jawab internasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang berasal dari deforestasi dan degradasi hutan. Kolaborasi antar negara dalam hal ini, termasuk dukungan teknis dan keuangan, dapat membantu Indonesia

5 Fadli, M., & Lutfi, M. (2016). Hukum dan Kebijakan lingkungan. Universitas Brawijaya Press. Hal 80

(6)

dalam upaya mitigasi perubahan iklim dan pelestarian hutan secara berkelanjutan.

Dengan mengambil pendekatan yang asas intergenerational dan berkelanjutan dalam menanggapi deforestasi hutan, Indonesia dapat memastikan bahwa hak-hak generasi mendatang untuk lingkungan yang sehat dan lestari dijamin. Implementasi asas intergenerational dalam respons hukum terhadap deforestasi bukan hanya tentang melindungi hutan saat ini, tetapi juga tentang memberikan warisan alam yang berharga bagi generasi mendatang, sehingga mereka dapat menikmati sumber daya alam yang sama seperti generasi saat ini.

2. Tantangan Utama Dalam Menerapkan Asas Intergenerational Dalam Menanggapi Kasus Deforestasi Hutan Di Indonesia

Tantangan utama dalam menerapkan asas intergenerational dalam menanggapi kasus deforestasi hutan di Indonesia adalah konflik antara kepentingan ekonomi dan perlindungan lingkungan. Indonesia adalah negara berkembang dengan ekonomi yang tumbuh pesat, dan kebutuhan akan sumber daya alam seperti kayu dan lahan untuk pertanian sering kali bertentangan dengan tujuan konservasi lingkungan. Pemerintah dihadapkan pada tekanan untuk mempercepat pembangunan ekonomi, sementara sekaligus harus mempertimbangkan dampak jangka panjang dari deforestasi terhadap lingkungan dan kesejahteraan generasi mendatang.

Permasalahan lainnya adalah kelemahan dalam penegakan hukum dan pengawasan terhadap pelaku deforestasi ilegal. Meskipun ada peraturan yang mengatur pengelolaan hutan dan sanksi bagi pelanggar, penegakan hukum sering kali tidak konsisten atau tidak efektif. Hal ini memungkinkan terjadinya praktik deforestasi yang merugikan lingkungan tanpa akibat hukum yang memadai bagi para pelaku, sehingga mengabaikan asas intergenerational yang menekankan pentingnya keberlanjutan sumber daya alam bagi generasi mendatang.

Keterlibatan berbagai pihak dalam pengambilan keputusan juga menjadi hal yang perlu diatasi. Keterlibatan industri, masyarakat lokal, dan pihak-pihak lain dalam pengelolaan hutan dan penegakan hukum memperumit proses

(7)

pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan lingkungan. Seringkali, kepentingan ekonomi atau politik tertentu mendominasi atas kepentingan lingkungan dan keberlanjutan, sehingga mengabaikan asas intergenerational.

Kemudian dalam hal pengelolaan sumber daya manusia dan kapasitas lembaga juga menjadi hal yang penting. Dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidang lingkungan untuk dapat melaksanakan tugas pengawasan dan penegakan hukum secara efektif. Namun, seringkali terdapat kekurangan dalam hal ini, baik dalam hal pelatihan maupun alokasi sumber daya, yang menghambat upaya untuk menerapkan asas intergenerational dengan baik.

Tantangan dalam hal koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah juga perlu diperhatikan. Pengelolaan hutan dan penegakan hukum lingkungan sering kali melibatkan banyak aktor dari tingkat pusat hingga lokal. Ketidakselarasan kebijakan dan kurangnya koordinasi antara level pemerintahan ini dapat menyulitkan upaya untuk menanggapi deforestasi dengan tegas dan efektif.

Diperlukan sinergi dan kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak untuk dapat mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan menerapkan asas intergenerational secara efektif dalam menanggapi kasus deforestasi hutan di Indonesia.

Permasalahan keuangan juga menjadi hal yang signifikan dalam menerapkan asas intergenerational dalam menanggapi deforestasi hutan di Indonesia. Upaya untuk melaksanakan kegiatan konservasi lingkungan dan penegakan hukum memerlukan alokasi anggaran yang memadai. Namun, terkadang anggaran yang tersedia tidak mencukupi untuk membiayai seluruh kegiatan yang diperlukan. Hal ini dapat menghambat upaya pemerintah dalam menegakkan asas intergenerational dan memperkuat respons terhadap deforestasi.6

Pertumbuhan populasi dan urbanisasi juga memberikan dampak yang signifikan terhadap deforestasi hutan di Indonesia. Pertumbuhan populasi dan urbanisasi meningkatkan tekanan terhadap sumber daya alam, termasuk permintaan akan kayu, lahan untuk pertanian, dan infrastruktur. Dalam konteks

6 Gustira, Z., & Kusniati, R. (2020). Pengaturan Aspek Lingkugan Hidup dalam Perdagangan Internasional Berdasarkan GATTWTO. Uti Possidetis Journal of International Law, 1(2), 224-242.

(8)

ini, upaya untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan menerapkan asas intergenerational menjadi semakin rumit karena adanya permintaan yang terus meningkat akan sumber daya alam.

Selanjutnya terdapat tantangan eksternal juga berperan dalam respons terhadap deforestasi hutan di Indonesia. Faktor-faktor seperti permintaan global akan komoditas seperti kelapa sawit dan kayu sering kali memengaruhi kebijakan dan praktik pengelolaan hutan di Indonesia. Tekanan dari pasar global untuk memenuhi permintaan akan produk-produk tersebut dapat mengesampingkan pertimbangan lingkungan dan keberlanjutan, sehingga merugikan generasi mendatang.

Perubahan iklim juga merupakan tantangan serius yang memperburuk situasi deforestasi hutan di Indonesia. Perubahan iklim dapat meningkatkan risiko kebakaran hutan, mempercepat kerusakan ekosistem, dan mengurangi keberlanjutan sumber daya alam. Dalam konteks ini, respons terhadap deforestasi harus lebih proaktif dan adaptif untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks akibat perubahan iklim.7

Dalam mengatasi semua tantangan ini, kerja sama antara pemerintah, masyarakat sipil, sektor swasta, dan komunitas internasional menjadi sangat penting. Diperlukan sinergi antara berbagai pihak untuk mengatasi deforestasi hutan secara efektif dan menjaga keberlanjutan lingkungan bagi generasi mendatang. Dengan memahami tantangan-tantangan ini dan berkolaborasi secara aktif, diharapkan Indonesia dapat mengambil langkah-langkah yang lebih kuat dalam menjaga keberlanjutan sumber daya alam dan menerapkan asas intergenerational dalam respons terhadap deforestasi hutan.

D. PENUTUP

Deforestasi merupakan ancaman serius terhadap ekosistem hutan, keanekaragaman hayati, dan kesejahteraan manusia, baik secara lokal maupun global.

Dalam menjawab tantangan ini, penting untuk mempertimbangkan kepentingan jangka panjang generasi mendatang dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil.

7 Kusumaria, W. T. (2019). Implementasi Kebijakan Nasional Dan Daerah Terhadap Pengelolaan Hutan Berbasis Perubahan Iklim Melalui Instrumen Mitigasi Perubahan Iklim (Studi Kasus Di Kabupaten Mukomuko) (Doctoral dissertation, UIN FAS BENGKULU).

(9)

Indonesia dapat mengatasi tantangan deforestasi hutan dan menerapkan asas intergenerational dengan lebih efektif. Perlindungan hutan bukan hanya tanggung jawab saat ini, tetapi juga merupakan investasi untuk masa depan yang lebih baik, di mana lingkungan yang sehat dan lestari dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Dengan upaya bersama, kita dapat menjaga warisan alam yang berharga bagi keberlangsungan hidup seluruh makhluk di Bumi.

Asas intergenerational memberikan dasar hukum dalam menanggapi deforestasi hutan, menegaskan tanggung jawab kita untuk melestarikan lingkungan bagi generasi masa depan. Namun, implementasinya sering kali dihadapi oleh berbagai tantangan.

Konflik antara kepentingan ekonomi dan perlindungan lingkungan, kelemahan dalam penegakan hukum, keterlibatan berbagai pihak, serta masalah keuangan dan eksternal merupakan beberapa hal yang menjadi hambatan. Dalam mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat sipil, sektor swasta, dan komunitas internasional. Koordinasi yang lebih baik dalam pengambilan keputusan, penegakan hukum yang lebih kuat, kebijakan yang mendukung keberlanjutan lingkungan, serta peningkatan kesadaran publik akan pentingnya pelestarian hutan menjadi kunci dalam menjaga keberlanjutan sumber daya alam bagi masa depan.

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Khalisah Hayatuddin, S. H., & Serlika Aprita, S. H. (2021). Hukum Lingkungan. Prenada Media.

Fadli, M., & Lutfi, M. (2016). Hukum dan Kebijakan lingkungan. Universitas Brawijaya Press.

Jurnal :

Anwar, M. S., & Sari, R. (2021). Penegakan Hukum Lingkungan Berbasis Asas Tanggung Jawab Negara Di Indonesia. PROGRESIF: Jurnal Hukum, 15(1), 112-129.

(10)

Nugraha, A. A., Handayani, I. G. A. K. R., & Najicha, F. U. (2021). Peran Hukum Lingkungan Dalam Mencegah Kerusakan Dan Pencemaran Lingkungan Hidup. Jurnal Hukum To-Ra: Hukum Untuk Mengatur Dan Melindungi Masyarakat, 7(2), 283-298.

Fina Izmi, C. (2019). Tinjauan Prinsip Hukum Internasional Tentang Inter-Generational Equity Responsibility Dalam Rangka Penerapan Prinsip Sustainable Development Di Sektor Pertambangan Indonesia (Doctoral Dissertation, Universitas Andalas).

Gustira, Z., & Kusniati, R. (2020). Pengaturan Aspek Lingkugan Hidup dalam Perdagangan Internasional Berdasarkan GATTWTO. Uti Possidetis Journal of International Law, 1(2), 224-242.

Kusumaria, W. T. (2019). Implementasi Kebijakan Nasional Dan Daerah Terhadap Pengelolaan Hutan Berbasis Perubahan Iklim Melalui Instrumen Mitigasi Perubahan Iklim (Studi Kasus Di Kabupaten Mukomuko) (Doctoral dissertation, UIN FAS BENGKULU).

Referensi

Dokumen terkait