• Tidak ada hasil yang ditemukan

KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS OLEH PT. MEGASARI MAKMUR

N/A
N/A
297@Ahmad Yundani

Academic year: 2024

Membagikan "KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS OLEH PT. MEGASARI MAKMUR"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS OLEH PT. MEGASARI MAKMUR

Dosen: Dr. Ir. Moh. Alfit A. Laihi, SP., M.Agr. IPM

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Hukum Bisnis

Oleh:

Kelompok IV

Fanu Maharani E32122036 I Made Gede Ari E32122081 Irmawati E32122101 Kristin E32122117 Moh. Fikri S. Maru E32122165

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TADULAKO PALU

2023

KATA PENGANTAR

(2)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kesehatan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah etika hukum bisnis dengan judul “Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Di PT. Megasari Makmur”. Makalah ini disusun guna memberikan informasi mengenai kasus yang terjadi pada PT. Megasari Makmur yang melanggar etika bisnis.

Tak lupa juga penulis memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekeliruan, baik itu pemilihan kata maupun penyusunan kalimat yang kurang sesuai karena penulis hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.

Akhirnya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca.

Palu, Desember 2023

(3)

HALAMAN JUDUL……….. i

KATA PENGANTAR………... ii

DAFTAR ISI………..iii

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang………...1

1.2 Rumusan Masalah………..2

1.3 Tujuan………2

BAB II PEMBAHASAN………....……4

2.1 Profil PT. Megasari Makmur………..4

2.2 Kasus Pelanggaran Etika Bisnis……….5

2.3 Analisis Permasalahan………6

2.4 Undang-Undang Yang Telah Dilanggar...………..………7

2.5 Penyelesaian Masalah Oleh Tindakan Pemerintah……….9

BAB III KESIMPULAN………11

3.1 Kesimpulan………...…………..11

3.2 Saran……….……...12 DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perjalanan obat nyamuk bermula pada tahun 1996, diproduksi oleh PT Megasari Makmur yang terletak di daerah Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat.

Penggunaan obat nyamuk di Indonesia cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya iklan obat nyamuk yang ditayangkan di televisi, radio, dan media sosial. Selain itu, obat nyamuk juga mudah dijumpai di berbagai toko, baik toko swalayan, toko kelontong, maupun toko online. Obat nyamuk tersedia dalam berbagai bentuk, seperti bakar, semprot, dan elektrik. Setiap bentuk memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Masyarakat Indonesia menggunakan produk HIT untuk berbagai keperluan, seperti melindungi diri dari gigitan nyamuk, mencegah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, dan menciptakan suasana yang nyaman di dalam ruangan. Namun masyarakat Indonesia masih kurang sadar akan pentingnya keamanan produk- produk yang digunakannya. Hal ini menyebabkan masyarakat tidak melakukan pemeriksaan terlebih dahulu sebelum menggunakan obat nyamuk. Sehingga memakan korban yaitu seorang pembantu rumah tangga yang mengalami pusing, mual dan muntah akibat keracunan, setelah menghirup udara yang baru saja disemprotkan obat anti-nyamuk HIT.

Pada tanggal 20 Juni 2006, BPOM melakukan inspeksi di pabrik PT Megasari Makmur dan menemukan bahwa obat nyamuk HIT mengandung zat aktif Propoxur dan Diklorvos. BPOM kemudian mengeluarkan surat keputusan

(5)

untuk menarik obat nyamuk HIT dari peredaran. Obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari Makmur dinyatakan ditarik dari peredaran karena penggunaan zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap manusia. Departemen Pertanian, dalam hal ini Komisi Pestisida, telah melakukan inspeksi di pabrik HIT dan menemukan penggunaan pestisida yang menganggu kesehatan manusia seperti keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung. HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk ampuh dan murah ternyata sangat berbahaya karena bukan hanya menggunakan Propoxur tetapi juga Diklorvos (zat turunan Chlorine yang sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia). Obat anti- nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT 17 L (cair isi ulang).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam makalah ini, yaitu:

1. Bagaimana profil PT. Megasari Makmur?

2. Bagaimana kasus yang melanggar etika bisnis?

3. Bagaiamana analisis permasalahan atas kasus yang terjadi?

4. Apa undang-undang yang telah dilanggar atas kasus yang terjadi?

5. Bagaimana tindakan pemerintah dalam menyelesaikan masalah?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini, yaitu:

1. Mendeskripsikan profil PT. Megasari Makmur.

(6)

2. Mendeskripsikan kasus yang melanggar etika bisnis.

3. Mendeskripsikan analisis permasalahan atas kasus yang terjadi.

4. Mengetahui undang-undang yang telah dilanggar atas kasus yang terjadi.

5. Mendeskripsikan tindakan pemerintah dalam menyelesaikan masalah.

(7)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Profil PT. Megasari Makmur

PT. Megasari Makmur adalah perusahaan yang bergerak di bidang produk perawatan rumah tangga. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1996 oleh PT.

Reckitt Benckiser Indonesia, sebuah perusahaan multinasional yang berkantor pusat di Inggris. PT. Megasari Makmur memiliki kantor pusat di Jakarta, dan memiliki pabrik di beberapa kota di Indonesia, termasuk Jakarta, Bekasi, dan Surabaya. Perusahaan ini memiliki berbagai macam produk perawatan rumah tangga, termasuk sabun cuci, sabun mandi, deterjen, dan obat nyamuk.

Produk-produk PT. Megasari Makmur telah dikenal luas di Indonesia, dan menjadi salah satu merek produk perawatan rumah tangga paling populer di Indonesia. Perusahaan ini telah meraih berbagai penghargaan, termasuk Top Brand Award dan Superbrands Award.

Visi PT. Megasari Makmur adalah menjadi perusahaan terdepan dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Sedangkan untuk misi, PT. Megasari Makmur yaitu: (1) Menjadi pemimpin pasar dalam kategori produk perawatan rumah tangga di Indonesia, (2) Mengembangkan produk-produk inovatif yang berkualitas dan terjangkau, dan (3) Memberikan layanan terbaik kepada pelanggan.

(8)

Berikut adalah beberapa produk PT. Megasari Makmur yang populer di Indonesia:

a. Sabun cuci: Rinso, Sunlight, Ciptadent b. Sabun mandi: Dettol, Lifebuoy, Protex c. Detergen: Rinso, Sunlight, Superpell d. Obat nyamuk: HIT, Baygon

2.2 Kasus Pelanggaran Etika Bisnis

Pada tahun 2006, PT Megasari Makmur, produsen obat nyamuk HIT, ditarik dari peredaran oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena mengandung zat aktif Propoxur dan Diklorvos. Kedua zat tersebut merupakan turunan Chlorine yang sudah dilarang penggunaannya di Indonesia sejak tahun 1998 karena berbahaya bagi kesehatan.

Kasus ini bermula dari laporan Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan (LBHK) pada tanggal 11 Juni 2006. LBHK melaporkan PT Megasari Makmur ke Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya karena telah menjual obat nyamuk yang membahayakan kesehatan. Korbannya yaitu seorang pembantu rumah tangga yang mengalami pusing, mual dan muntah akibat keracunan, setelah menghirup udara yang baru saja disemprotkan obat anti-nyamuk HIT.

Pada tanggal 20 Juni 2006, BPOM melakukan inspeksi di pabrik PT Megasari Makmur dan menemukan bahwa obat nyamuk HIT mengandung zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap manusia. Departemen Pertanian, dalam hal ini Komisi Pestisida, telah

(9)

melakukan inspeksidi pabrik HIT dan menemukan penggunaan pestisida yang menganggu kesehatan manusia sepertikeracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel padatubuh, kanker hati dan kanker lambung. BPOM kemudian mengeluarkan surat keputusan untuk menarik obat nyamuk HIT dari peredaran. Kasus ini menimbulkan keresahan di masyarakat.

Banyak masyarakat yang merasa dirugikan karena telah menggunakan obat nyamuk HIT yang berbahaya bagi kesehatan.

2.3 Analisis Permasalahan

Dari kasus diatas terlihat bahwa perusahaan melakukan pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kejujuran, perusahaan berani untuk mengambil tindakan kecurangan untuk menekan biaya produksi produk. Mereka melakukan hal itu untuk mendapatkan laba yang besar dan ongkos produksi yang minimal.

Mengenyampingkan aspek kesehatan konsumen dan membiarkan penggunaan zat berbahaya dalam produknya.

Kasus ini juga melanggar terhadap prinsip tanggung jawab, dimana PT Megasari Makmur tidak bertanggung jawab atas dampak negatif yang ditimbulkan oleh produk obat nyamuknya. Dalam kasus, mereka sengaja menambahkan zat diklorvos untuk membunuh serangga padahal bila dilihat dari segi kesehatan manusia, zat tersebut bila dihisap oleh saluran pernafasan dapat menimbulkan kanker hati dan lambung. Dan walaupun perusahaan sudah meminta maaf dan juga mengganti barang dengan memproduksi barang baru yang tidak mengandung zat berbahaya tapi seharusnya perusahaan juga memikirkan

(10)

efek buruk apa saja yang akan konsumen rasakan bila dalam penggunaan jangka panjang.

Kasus ini juga memberikan dampak negative pada aspek hukum maupun sosial, dimana pada aspek hukum kasus ini melanggar Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Undang-undang tersebut mengatur bahwa pelaku usaha wajib memberikan informasi yang benar dan lengkap kepada konsumen tentang produk yang ditawarkan dan pada aspek sosial, kasus ini menimbulkan keresahan di masyarakat. Banyak masyarakat yang merasa dirugikan karena telah menggunakan obat nyamuk HIT yang berbahaya bagi kesehatan. Sebagai produsen merupakan kewajiban memberikan kualitas produk yang baik dan aman bagi kesehatan konsumen selain memberikan harga yang murah yang dapat bersaing dengan produk sejenis lainnya.

2.4 Undang-Undang Yang Telah Dilanggar

Jika dilihat menurut UUD, PT Megarsari Makmur sudah melanggar beberapa pasal, yaitu :

Pasal 4, hak konsumen adalah :

Ayat 1: “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa”.

Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barangdan/atau jasa”.

(11)

PT Megarsari tidak pernah memberi peringatan kepada konsumennya tentang adanya zat-zatberbahaya di dalam produk mereka.Akibatnya, kesehatan konsumen dibahayakan dengan alasanmengurangi biaya produksi HIT.1.

Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah :

Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”

PT Megarsari tidak pernah memberi indikasi penggunaan pada produk mereka, dimana seharusnyaapabila sebuah kamar disemprot dengan pestisida, harus dibiarkan selama setengah jam sebelumboleh dimasuki lagi.1.

Pasal 8

Ayat 1 : “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuanperaturan perundang-undangan”

Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran”

PT Megarsari tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk HIT tersebut tidak memenuhistandar dan ketentuan yang berlaku bagi barang tersebut.Seharusnya, produk HIT tersebut sudahditarik dari peredaran agar tidak

(12)

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi mereka tetapmenjualnya walaupun sudah ada korban dari produknya.1.

Pasal 19 :

Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran,dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan”

Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang ataupenggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatandan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”

Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggaltransaksi”

Menurut pasal tersebut, PT Megarsari harus memberikan ganti rugi kepada konsumen karena telahmerugikan para konsumen

2.5 Penyelesaian Masalah Oleh Tindakan Pemerintah

Pihak produsen (PT. Megasari Makmur) menyanggupi untuk menarik semua produk HIT yang telah dipasarkan dan mengajukan izin baru untuk memproduksi produk HIT Aerosol Baru dengan formula yang telah disempurnakan, bebas dari bahan kimia berbahaya. HIT Aerosol Baru telah lolos uji dan mendapatkan izin dari Pemerintah. Pada tanggal 08 September 2006 Departemen Pertanian dengan

(13)

menyatakan produk HIT Aerosol Baru dapat diproduksi dan digunakan untuk rumah tangga (N0. RI.2543/9-2006/S). Sementara itu pada tanggal 22 September 2006 Departemen Kesehatan juga mengeluarkan izin yang menyetujui pendistribusiannya dan penjualannya di seluruh Indonesia.

(14)

BAB III PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Pelanggaran etika bisnis itu dapat melemahkan daya saing hasil industry di pasar internasional. Lebih extreme bila pengusaha Indonesia menganggap remeh etika bisnis yang berlaku secara umum dan tidak mengikat itu. Kencenderungan makin banyaknya pelanggaran etika bisnis membuat ke prihatinan banyak pihak.

Pengabdian etika bisnis dirasakan akan membawa kerugian tidak saja buat masyarakat, tetapi juga bagi tatanan ekonomi nasional. Disadari atau tidak, para pengusaha yang tidak memperhatikan etika bisnis akan menghancurkan nama mereka sendiri dan Negara.

Seperti pada kasus PT Megarsari Makmur (produk HIT) masalah yang terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai kandungan- kandungan apa saja yang terkandung dalam produk tersebut. PT. Megarsari Makmur sudah melakukan perbuatan yang sangat merugikan dengan memasukkan 2 zat berbahaya pada produk mereka yang berdampak buruk pada konsumen yang menggunakan produk mereka. Salah satu sumber mengatakan bahwa meskipun perusahaan sudah melakukan permintaan maaf dan berjanji menarik produknya, namun permintaan maaf itu hanyalah sebuah klise dan penarikan produk tersebut seperti tidak di lakukan secara sungguh – sungguh karena produk tersebut masih ada dipasaran.

(15)

5.2 Saran

Berikut adalah beberapa rekomendasi untuk mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan, yaitu:

1. Pemerintah perlu memperkuat regulasi yang mengatur tentang keamanan produk-produk yang beredar di masyarakat. Pemerintah juga perlu melakukan pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan regulasi tersebut.

2. Perusahaan harus mematuhi etika bisnis dalam menjalankan usahanya.

Perusahaan harus memberikan informasi yang benar dan lengkap kepada konsumen tentang produk yang ditawarkan.

3. Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan produk-produk yang digunakannya. Masyarakat juga perlu melakukan pemeriksaan terlebih dahulu sebelum menggunakan produk-produk tersebut.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.04.11.2006 tanggal 20 Juni 2006 tentang Penarikan Obat Nyamuk HIT dari Peredaran

Berita "Obat Nyamuk HIT Ditarik dari Peredaran" oleh Kompas.com

Berita "Obat Nyamuk HIT Ditarik karena Mengandung Zat Berbahaya" oleh Antara News

Artikel "Kasus PT Megasari Makmur: Pelanggaran Etika Bisnis dan Hukum" oleh Tirto.id

Referensi

Dokumen terkait

Setiap pelaku usaha dilarang memperdagangkan Barang dan atau Jasa dengan menggunakan sistem elektronik yang tidak sesuai dengan data dan atau informasi dan

Jenis-jenis tindak pidana yang merugikan konsumen terjadi apabila pelaku usaha memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan

Selain Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), Pedagang Pengumpul yang memperoleh dan memperdagangkan Barang hasil produksi Pelaku Usaha Mikro dan Pelaku Usaha

Bisnis adalah usaha perdagangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terorganisasi untuk mendapatkan laba dengan memproduksi dan menjual barang atau jasa untuk memenuhi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Tinjauan fiqih mu’amalah terhadap perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha dalam memproduksi dan

Setiap pelaku usaha dilarang memperdagangkan Barang dan atau Jasa dengan menggunakan sistem elektronik yang tidak sesuai dengan data dan atau informasi dan

7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, terdapat Pasal 65 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pelaku usaha yang memperdagangkan barang dan/atau jasa dengan

Kemudian, Pasal 24 UU 5/1999 mengatur bahwa: “Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha