Para pendukung institusionalisme komunitas percaya bahwa permasalahan eksternal dalam pemanfaatan sumber daya alam dan keterbukaan akses terhadap sumber daya dapat diselesaikan melalui tindakan kolektif. Selain itu, para penganut ekonomi institusional percaya bahwa masalah penipisan sumber daya dapat diselesaikan melalui mekanisme kelembagaan dan tindakan kolektif. Program Studi Manajemen Sumber Daya Alam Program Pascasarjana Universitas Andalas berupaya menyelesaikan permasalahan pemanfaatan anak sungai tersebut melalui pengembangan aksi kolektif masyarakat.
Pada tahun anggaran 2021, telah dilaksanakan pilot project pertumbuhan aksi kolektif di Jorong Kubu Nagari Panampuang, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam. Hulu sungai di Cekungan Batang Agam yang terletak di wilayah administratif Kota Bukittinggi dan bagian timur Kabupaten Agam juga tak lepas dari permasalahan tragedi akses terbuka ini. Anak-anak sungai yang berpotensi untuk budidaya ikan air tawar tidak dikelola, sementara di tempat lain masyarakat sekitar Sungai melakukan aksi kolektif dan sepakat bahwa sebagian anak sungai di wilayah desa mereka akan menjadi kota Lubuk Ban atau dikenal dengan nama Ikan Ban. Tujuan dari laporan akhir kerja masyarakat bertajuk Tumbuhnya Aksi Masyarakat dalam Eksploitasi Sumber Daya Alam di DAS Batang Agama Hulu ini adalah untuk 1) membangun pemahaman bersama masyarakat mengenai potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan;
Selain itu, pembentukan lembaga pengelolaan kolektif pemanfaatan ruas sungai untuk berbagai kegiatan ekonomi merupakan insentif yang sangat strategis.
PENDAHULUAN
Latarbelakang
Dalam taksonomi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, DAS Batang Agam berada dalam wilayah kerja DAS BP Agam Kuantan.
Permasalahan
Jika aksi kolektif dapat dikembangkan dari masyarakat sekitar hulu sungai, maka beberapa permasalahan pengelolaan DAS Batang Agam dapat teratasi. Peraturan Gubernur Sumbar Nomor 26 Tahun 2018 Tentang Klasifikasi Kualitas dan Peruntukan Air Sungai pada Pasal 5 Ayat kawasan: a.Mutu golongan II adalah air sungai yang diperuntukkan bagi prasarana/sarana rekreasi perairan, budidaya ikan air tawar, peternakan, air untuk irigasi kebun dan/atau keperluan lain yang memerlukan mutu air yang sama dengan penggunaan tersebut.
Pada prinsipnya pengelolaan sumber daya berkelanjutan memerlukan: (1) aturan yang sesuai dengan kondisi sumber daya, (2) kejelasan batas wilayah dan pengguna (hak sumber daya), (3) akuntabilitas sistem pemantauan; (4) adanya sanksi bertahap; (5) tersedia resolusi konflik berbiaya rendah; (6) melibatkan pihak-pihak terkait guna mencapai kesepakatan antar individu yang terlibat; dan (7) adanya sistem kepemimpinan yang suportif. Di sebagian besar anak sungai di hulu Batang Agam, aksi kolektif belum berkembang, meskipun sejumlah prinsip untuk mengembangkan aksi kolektif dapat ditemukan, seperti batasan sumber daya yang jelas dan batasan pengguna yang jelas. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat untuk mengembangkan aksi kolektif dalam pengelolaan wilayah hulu sungai dengan insentif yang jelas, misalnya pemanfaatan sungai untuk budidaya air tawar berbasis masyarakat.
1POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI DAERAH SUNGAI INDRAGIRI-AKUAMAN TAHUN 2013, Keputusan Menteri Pekerjaan Umum no.
Tujuan
Solusi Permasalahan
METODE PELAKSANAAN
Tempat dan waktu
Tahapan Kegiatan
Tumbuhnya aksi kolektif masyarakat yang telah dilaksanakan merupakan pilot project yang berpotensi untuk dikembangkan di bagian hulu DAS Batang Agam, beserta metode pelaksanaannya. Identifikasi jenis penggunaan sungai atau unit sumber daya yang digunakan dan teknologi ekstraksi, pengguna dan lembaga masyarakat yang dekat dengan pengelolaan sumber daya alam. Pada Minggu, 17 Oktober 2021, diberikan imbauan tumbuhnya aksi kolektif masyarakat di musala yang sedang dibangun.
Identifikasi institusi yang tepat dalam hal aspek peraturan dan organisasi. - Menyepakati rencana penguatan basis sumber daya alam. Hasil dari tahapan sebelumnya memunculkan kegiatan aksi antara lain gotong royong antar masyarakat dalam membersihkan tebing dan bantaran sungai, merumuskan peraturan masyarakat di tingkat desa, kegiatan penguatan bantaran sungai bersama masyarakat dan pemilik tanah di kedua sisi bantaran sungai, melepaskan bibit ikan. di sungai, memasang rambu ikan, larangan. Salah satu rencana yang belum terlaksana hingga laporan ini ditulis adalah peresmian larangan penangkapan ikan di Nagari Kubu Panampuang.
Spesifikasi kepakaran pengabdi
HASIL KEGIATAN
Sistem Sumberdaya
- Posisi Sistem Sumberdaya pada DAS Batang Agam
- Kondisi debit sungai
- Prasarana Terbangun
- Kualitas air
- Kondisi ekologi Bantaran Sungai
- Pemilik dan Pemanfaatan Lahan kiri kanan bantaran anak anak sungai
- Unit Sumberdaya
Lahan di kiri dan kanan tepian sungai merupakan lahan pertanian yang digunakan untuk budidaya padi dan hortikultura. Masyarakat mengatakan bahwa Kali Batang Buo tidak pernah kering, selalu berair, bahkan seorang informan kunci yang sudah lanjut usia mengatakan bahwa ia belum pernah melihat Kali Batang Buo kering. Anak sungai Batang Buo menjadi sumber air bagi persawahan masyarakat, tidak hanya bagi Jorong Kubu tetapi juga bagi para petani di hilir desa Tilatang.
Baramban Datuak Lembeng terdapat di bagian hulu ruas anak sungai Batang Buo yang diamati. Jalur pertanian ini berpotensi mendukung aksi kolektif masyarakat untuk memanfaatkan ruas sungai yang nantinya menjadi sasaran aksi kolektif. Kiri dan kanan bantaran sungai sudah banyak ditumbuhi tanaman karena petani setempat tidak lagi membersihkan bantaran sungai di dekat lahan mereka.
Sistem sumber daya belum sepenuhnya dikuasai masyarakat Jorong Kubu karena anak sungainya merupakan batas antara Nagari Kapau dan Nagari Panampuang. Pemetaan pemilik tanah di kiri dan kanan tepian sungai menunjukkan terdapat 29 bidang tanah di sebelah kanan sungai di bagian hilir dan 39 bidang tanah di sebelah kiri tepian sungai. Dua pertiga lahan di kedua sisi bantaran sungai merupakan sawah, dan sepertiga lainnya merupakan lahan kering atau tidak digunakan untuk pertanian beririgasi, padahal sebenarnya lahan tersebut beririgasi.
Sedangkan pemanfaatan lahan pertanian di sisi kiri dan kanan tepian sungai adalah untuk budidaya tanaman hortikultura, budidaya tanaman pangan terutama padi, dan terdapat juga lahan yang bera atau tidak diusahakan. Hal ini akan memudahkan pengawasan terhadap aktivitas di sungai, baik diperbolehkan maupun tidak, ketika sebagian sungai dijadikan tempat budidaya ikan sebagai bentuk aksi kolektif masyarakat. Umumnya pemilik lahan pertanian tersebut adalah masyarakat yang bermukim di Desa Kubu Nagari Panampung, sedangkan pemilik lahan yang berdomisili di Nagari Kapau dan di Desa Koto Marapak Nagari Lambah jumlahnya sedikit. Melihat sebaran utama pemilik sawah adalah masyarakat Jorong Kubu, maka batasan sosial bagi aksi kolektif eksploitasi sungai akan semakin mudah.
Meskipun petak-petak di kiri dan kanan bantaran sungai merupakan lahan pertanian yang aktif digarap oleh petani, namun kondisi bantaran sungai tersebut tidak terawat oleh para petani yang menggarap lahan pertanian. Anak sungai Batang Buo menghasilkan ikan dan tepian sungai menghasilkan rumput, pakis, dan buah-buahan liar.
Sistem Sosial
Kelembagaan
Jenis ikan yang terdapat di sungai tersebut menurut informasi masyarakat adalah ikan paweh, ikan rayo, limbek, lele, barau barau (nama lokal). Teknologi penangkapan ikan yang digunakan karena sistem kepemilikan sumber daya masih terbuka, sehingga dahulu ada penangkapan ikan yang menggunakan bahan kimia seperti FOTO dan pemingsanan. Saat ini kalium sudah tidak digunakan lagi, tidak tersedia di pasaran dan telah dilarang secara khusus oleh pemerintah.
Selain itu, sebagian petani yang bertani di dekat sungai selalu melarang penggunaan alat penangkapan ikan yang berbahaya seperti kalium dan senjata bius. Anak sungai Batang Buo mengalir ke hulu dari Jorong Tanjung Medan di Nagari Biaro dan Jorong Ladang Laweh Nagari Kapau. Ada kepentingan untuk berkoordinasi dengan Jorong Koto Marapak Nagari Lambah dan Jorong Parak Maru Nagari Kapau jika ingin mengembangkan aksi kolektif ini.
Suku dominan sebagai pemilik tanah di sepanjang bantaran anak sungai Batang Buo yang bermukim di Kampung Kubu adalah. Karang taruna setingkat Jorong Kubu juga sudah aktif, saat ini sudah terbentuk pengurus baru dan sedang mencari program unggulan. Kelompok Ternak Kubu Gadang pernah mendapat bantuan bibit sapi, namun usaha peternakan ini tidak berhasil karena hewan ternak tersebut mempunyai pakan ternak yang banyak.
Aksi kolektif yang dikembangkan dapat mengarah pada pemanfaatan unit sumber daya berupa HMT sebagai manfaat langsung terhadap pengelolaan sumber daya alam.
Pengalaman Aksi Kolektif
Hasil Penyuluhan
Pre-test dan Post-test dilaksanakan sebelum dan sesudah penyampaian materi dengan menggunakan kuis seperti pada Lampiran 6 untuk mengukur prestasi belajar. Penilaian hasil kinerja konseling dilakukan terhadap kelima topik tersebut dalam kuis yang diberikan sebelum dan sesudah konseling. Seperti terlihat pada Gambar 1, penyuluhan yang diberikan meningkatkan pengetahuan peserta dari rata-rata 6,30 menjadi 8,57.
Kegiatan Masyarakat
Gotong Royong
Buek Arek
Pokdarwis Banda Pasia hasil Implementasi Aksi Kolektif
Melepas bibit ikan
PENUTUP
Potensi sumber daya air di anak sungai Hulu Batang Agam sangat potensial untuk dikembangkan untuk budidaya ikan air tawar. Sumber daya air di lanskap Kampung Kubu juga berpotensi untuk dikembangkan untuk ekowisata dan edu wisata. Masyarakat Jorong Kubu telah bergerak membentuk Pokdarwis Banda Pasia untuk mengelola ikan terlarang di bagian anak sungai, disepakati sebagai bentuk aksi kolektif yang semakin berkembang untuk memanfaatkan sumber daya akses terbuka.
Untuk keberhasilan kegiatan yang bermanfaat secara sosial, perlu dibangun hubungan dan komitmen yang tinggi dari mitra.
Kesimpulan
Saran
Putri, “Budidaya Ikan di Lubuk Larangan (Studi Kearifan Lokal di Desa Pangkalan Indarung Kecamatan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi),” JOM FISIP, vol.. https://media.neliti.com/media/publications/ 33141- ID budaya -menangkap-ikan-di-lubuk-ban-kajian-kearifan-lokal-di-desa-masyarakat.pdf. [7] R. Q. Tambunan, L. Bathara dan Kusai, “Pengelolaan Lubuk Larangan Sebagai Kearifan Lingkungan di Desa Salambue Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara,” Universitas Riau. Lampiran 1. DAS Batang Agam dan Lokasi Pertumbuhan Aksi Kolektif Pemanfaatan Sungai Lokasi Pertumbuhan Aksi Kolektif. Nomor Petak: nomor diberikan secara berurutan dari petak pertama yang diamati Panjang langkah: memperkirakan panjang tepian sungai pada petak pengamatan Tipe penggunaan lahan: sawah/pertanian/padang rumput/tidak digunakan.
Nama pemilik : tulis nama pemilik tanah menurut orangnya atau menurut informan kunci Suku pemilik : tulis nama sukunya, misalnya Tanjung Limau Manih, Jambak, Koto Baruah Gelar ketua suku : tulis nama suku tersebut. pemimpin suku menurut sukunya. Kondisi tepi sungai dan permasalahannya: semak/pohon/tanaman yang tahan longsor/dalam kondisi longsor/rentan longsor/sarang ikan predator. MENINGKATKAN AKSI KOLEKTIF MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN SUNGAI DI DAS SUNGAI BATANG AGAM ATAS, Sumatera Barat, Pilot Project Jorong Kubu, Nagari Panampuang, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam.
Upaya manusia untuk mengendalikan keterhubungan antara sumber daya alam dan sumber daya manusia di daerah aliran sungai dan seluruh kegiatannya. Barang atau sumber daya berdasarkan sulitnya melarang penggunaannya dan berdasarkan tingkat pengurangan akibat penggunaannya dapat dibagi menjadi Untuk efisiensi dan untuk melindungi dari kerusakan, barang atau sumber daya akses terbuka harus dikelola oleh, kecuali.
Ilmuwan yang menemukan bahwa masyarakat dapat mengembangkan aturan atau institusi untuk mengelola sumber daya akses terbuka atau sumber daya bersama untuk menghindari kehancuran atau kerusakan.