PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebakaran juga terjadi di gedung Universitas. Berdasarkan hasil observasi objek aktif proteksi kebakaran di lingkungan Gedung X Universitas, ternyata yang ada hanya APAR dalam penanganan kebakaran.
Karena adanya beberapa faktor pemicu kebakaran dan belum tersedianya sistem proteksi kebakaran yang lengkap termasuk alat pendeteksi kebakaran, maka besar kemungkinan jika terjadi kebakaran dengan tingkat intensitas yang tinggi, Gedung Universitas X tidak akan mampu meredamnya. penyebaran api. Berdasarkan penelusuran awal, jumlah dan penempatan alat pendeteksi kebakaran di gedung universitas kurang memadai
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Kebakaran
- Pengertian Kebakaran
- Faktor Penyebab Kebakaran
- Proses Kebakaran
- Klasifikasi Kebakaran
- Klasifikasi Tingkat Potensi Bahaya Kebakaran
- Kebijakan Penanggulangan Kebakaran
8 Salah satu faktor manusia adalah pekerja yang sering disebut-sebut sebagai faktor penyebab terjadinya kecelakaan. Kurangnya pengalaman kerja, kurangnya pendidikan dan keterampilan, usia dan penurunan kesehatan, serta kelelahan dapat menyebabkan kebakaran tempat kerja yang disebabkan oleh pekerja.(9) . 2). Menempatkan bahan mentah yang termasuk bahan mudah terbakar seperti minyak, gas, atau kertas di dekat sumber api atau panas dapat menyebabkan kebakaran. (8) . 2). Kondisi peralatan yang dapat menimbulkan kebakaran antara lain peralatan yang sudah tua, peralatan rusak, pemasangan yang tidak tepat, gesekan alat yang dapat menimbulkan panas. (8) . 9 3).
Tempat kerja yang mempunyai kadar api yang rendah dan mudah terbakar serta mengeluarkan sedikit haba sekiranya berlaku kebakaran, menyebabkan api merebak dengan perlahan. Tempat kerja yang terbakar sederhana dan mudah, menyusun bahan pada ketinggian maksimum 2.5 meter dan membebaskan haba sederhana semasa kebakaran supaya api merebak dengan sederhana. Tempat kerja yang terbakar sederhana dan mudah, menyusun bahan pada ketinggian maksimum 4 meter dan, jika berlaku kebakaran, lepaskan haba sederhana supaya api merebak dengan sederhana.
Bangunan
- Pengertian Bangunan
- Klasifikasi Bangunan
Setiap bangunan umum yang berpenduduk sedikitnya 500 jiwa atau mempunyai luas minimal 5.000 m2 atau mempunyai tinggi bangunan lebih dari 8 lantai wajib membentuk Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung (MKKG) (14). Tempat tinggal yang berada pada suatu bangunan golongan 5, 6, 7, 8 atau 9 dan merupakan tempat tinggal yang berada dalam suatu bangunan. Bangunan yang digunakan untuk tujuan bisnis profesional, manajemen administrasi atau kegiatan komersial di luar kelas 6, 7, 8 atau
Bangunan toko atau bangunan lain yang digunakan untuk penjualan eceran barang atau jasa secara langsung kepada masyarakat. Gedung laboratorium dan bangunan yang digunakan untuk pengolahan suatu produk, perakitan, pengubahan, perbaikan, pengemasan, penyelesaian akhir atau pembersihan barang-barang manufaktur untuk tujuan perdagangan atau penjualan.
Sistem Proteksi Kebakaran Aktif
- Alarm Kebakaran
- Pengertian Alarm Kebakaran
- Jenis Alarm Kebakaran
- Titik Panggil Manual
- Persyaratan Alarm Kebakaran
- Panel Deteksi dan Alarm
- Pemeliharan dan Pengujian Alarm
- Detektor Kebakaran
- Pengertian Detektor Kebakaran
- Klasifikasi Detektor Kebakaran
- Perhitungan Detektor Kebakaran
- Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
- Sprinkler
- Hidrant
Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati komponen-komponen sistem proteksi kebakaran aktif khususnya detektor kebakaran di Gedung Universitas X. Penelitian mengenai perancangan kebutuhan dan tata letak alarm detektor pada Gedung Universitas energi listrik atau instalasi listrik).
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di Gedung Universitas X menunjukkan bahwa Gedung Universitas X belum memiliki kebijakan penanggulangan kebakaran yang terdokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian berupa observasi dan wawancara mendalam mengenai kebijakan penanggulangan kebakaran dan perancangan jumlah alat pendeteksi kebakaran yang dibutuhkan serta tata letak alat pendeteksi kebakaran pada gedung Universitas X, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) . Apakah kebijakan mengenai penanggulangan kebakaran di Gedung Universitas X sudah tersosialisasikan dengan baik kepada seluruh pengelola dan penghuni gedung?
Upaya apa yang telah Anda lakukan terhadap sistem proteksi kebakaran yang rusak/tidak layak dioperasikan di universitas
Krangka Teori
METODE PENELITIAN
Kerangka Konsep
Dengan mengacu pada kerangka teori dan tinjauan pustaka serta variabel-variabel yang akan diteliti pada Gedung Universitas X, peneliti mengembangkan kerangka konseptual input, proses dan output.
Jenis dan Rancangan Penelitian
Objek Penelitian
Definisi Operasional
Sumber data Penelitian
Instrumen Penelitian
Pengumpulan data
Hal ini dikarenakan Gedung Universitas X banyak terdapat ruangan kosong (pasif) yang tidak dapat dilakukan aktivitas. 26/PRT/M/2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada gedung gedung, gedung Universitas X termasuk dalam kelas 5 : gedung perkantoran. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di Gedung Universitas
Berdasarkan pengamatan pada ruangan-ruangan di gedung Universitas X mengenai pemasangan detektor, masih banyak ruangan kosong yang tidak digunakan untuk beraktivitas. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan MBB, Gedung Universitas X belum memiliki kebijakan pencegahan kebakaran dan sarana dan prasarana sistem proteksi kebakaran yang lengkap. Dilihat dari aspek konstruksi Gedung Universitas X terdapat dinding ruangan yang mudah retak dan atap kelas yang mudah rapuh.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa dalam menanggulangi kebakaran, gedung Universitas Binawan hanya menyediakan alat pemadam kebakaran pada setiap lantainya. Hal ini menandakan belum tersedianya alat proteksi kebakaran yang aktif secara penuh, sehingga ketika terjadi kebakaran dengan intensitas tinggi maka gedung Universitas X tidak mampu menahan kebakaran itu sendiri. Belum adanya kebijakan penanggulangan kebakaran mengenai penyediaan sarana dan prasarana proteksi kebakaran yang aktif membuat gedung Universitas Binawan tidak mampu menangani kebakaran dengan intensitas tinggi.
Gedung Universitas X belum memiliki sistem detektor di seluruh lantai dan hanya memiliki satu APAR untuk penanggulangan kebakaran. Setelah merancang kebutuhan dan tata letak alat pendeteksi kebakaran pada gedung Universitas X, diperoleh saran-saran yang dapat digunakan oleh pihak pengelola gedung Universitas X dan Universitas.
Pengolahan dana Analisa Data
Jadwal Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengukuran secara manual menggunakan laser meter, karena Gedung Universitas X hanya mempunyai denah saja dan belum mempunyai standar pengukuran mengenai luas bangunan. Penelitian ini hanya membahas kebijakan dan menghitung jumlah kebutuhan dan jarak pemasangan alarm kebakaran, dengan fokus pada satu lantai yaitu lantai 3 yang dianggap ramai dengan kegiatan kemahasiswaan dan sekretariat. Penelitian ini tidak membahas secara rinci mengenai penempatan smoke detector yang benar (penempatan di atas material yang dapat menimbulkan kebakaran) dan smoke detector yang dihubungkan pada konektor sistem alarm kebakaran pusat.
Hasil Penelitian
- Profil Gedung Universitas X
- Visi Gedung Universitas X
- Misi Gedung Universitas X
- Struktur Organisasi
- Data Umum Gedung Universitas X
- Konstruksi Bangunan Gedung
- Klasifikasi nagunan Gedung
- Hasil Observasi
- Identifikasi dan Klasifikasi Bahaya Kebakaran . 48
- Sistem Detektor Kebakaran
- Hasil Wawancara
Struktur organisasi pengelola gedung universitas Konstruksi bangunan gedung universitas X Pembangunan gedung universitas Identifikasi dan klasifikasi bahaya kebakaran Sumber potensi bahaya kebakaran pada gedung Sumber potensi bahaya kebakaran pada universitas
Dalam hal pencegahan kebakaran terkait pengadaan sarana dan prasarana sistem proteksi kebakaran aktif belum dilaksanakan, yang ada hanya APAR untuk menanggulangi kebakaran. Penyebab Kebakaran Universitas Upaya apa yang telah anda lakukan terhadap sistem proteksi kebakaran yang rusak/tidak dapat dioperasikan?
Jika akan dipasang alat pendeteksi kebakaran, terlebih dahulu dibuat zonasi kemudian ditentukan peralatan pendeteksi yang digunakan yaitu alat pendeteksi asap di setiap ruang kelas dan alat pendeteksi panas di pantry dan basement jika nantinya akan dibangun.
Pembahasan
- Kebijakan Penanggulangan Kebakaran
- Perancangan Detektor Kebakaran
- Tipe Detektor Kebakaran
- Hasil Perhitungan Kebutuhan dan Tata Letak
- Tata Letak Detektor Asap
- Layout Gedung Universits X
- Layout Tata Letak Detektor Kebakaran
Detektor asap merupakan alarm yang bekerja berdasarkan akumulasi asap dalam jumlah tertentu. Detektor asap sangat cocok digunakan pada bangunan yang banyak terdapat kebakaran Kelas A (bahan padat seperti kertas, kain, plastik dan kayu) yang menghasilkan asap. Langkah pertama dalam menghitung jumlah detektor asap yang dibutuhkan adalah menentukan panjang, lebar dan tinggi setiap ruangan yang akan dipasang detektor asap.
Jadi jumlah detektor yang digunakan untuk kelas 301 adalah 1 (satu) detektor asap dan untuk ruangan 302 adalah 1 (satu) detektor asap. Untuk layout lantai 3 dipilih 7 area yaitu area Kelas, Area Belajar, Area Keuangan, Area Perpustakaan, Area Laboratorium, Area Kantor, Area Kepala Sekolah dan seluruh area menggunakan detektor asap. Saat memasang detektor asap, Anda juga harus memperhatikan jarak dan lokasi di atas material yang berpotensi menimbulkan kebakaran.
Asap tergolong kebakaran kelas A (bahan padat) dan kelas C (listrik) sehingga detektor asap dapat digunakan. Oleh karena itu, detektor asap ditempatkan di tengah ruangan, menutupi seluruh ruangan dengan radius maksimal 12 meter. Selain itu juga terdapat perangkat elektronik seperti komputer, AC, dan printer, sehingga alat pendeteksi asap ditempatkan di tengah ruangan, mencakup seluruh ruangan dengan radius maksimal 12 meter.
Asap tergolong Kelas A (bahan padat) dan Kelas C (listrik), sehingga detektor asap dapat digunakan. Dengan demikian, alat pendeteksi asap ditempatkan di tengah ruangan, menutupi seluruh ruangan dengan radius maksimal 12 meter.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kep:186/MEN/1999, Bangunan Universitas X termasuk dalam potensi risiko kebakaran ringan, iaitu risiko terbakar di tempat yang terdapat bahan yang mempunyai nilai mudah terbakar yang rendah dan apabila berlaku kebakaran, ia mengeluarkan haba yang rendah dan penyebaran api adalah perlahan.
Saran
Prosedur perancangan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk mencegah bahaya kebakaran pada bangunan gedung. Tiga kasus kebakaran yang terjadi di Jakarta dalam seminggu https://megapolitan.kompas.com/read tiga-kasus-of-kebakaran-yang-terjadi-di-jakarta-dalam-sepekan. Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem sprinkler otomatis untuk mencegah bahaya kebakaran pada gedung.
Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan selang untuk pencegahan kebakaran pada gedung atau bangunan.