• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBERHASILAN PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN DI KAMPUNG TUA PONTIANAK

N/A
N/A
19-073 Jon Wilson Sihotang

Academic year: 2024

Membagikan "KEBERHASILAN PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN DI KAMPUNG TUA PONTIANAK "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

RTA 3222 – PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN SEMESTER A- 2021/2022

DOSEN PENGAMPU: DR. ANTHONI VEERY MARDIANTA S.T., M.T.

JUDUL TUGAS

KEBERHASILAN PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN DI KAMPUNG TUA PONTIANAK

DISUSUN OLEH:

JON WILSON SIHOTANG (190406073)

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Salah satu masalah utama permukiman di Indonesia yang sampai saat ini belum terpecahkan adalah masalah permukiman kumuh. Masalah ini dapat terjadi di mana saja, mulai dari perkotaan hingga pedesaan. Ada banyak program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk memberantas massalah permukiman kumuh ini. Dan masing-masing program ini memiliki tingkat keberhasilan yang beragam, ada yang berhasil, ada pula yang gagal. Pada penelitian ini penulis akan mengidentifikasi suatu program yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah permukiman kumuh ini. Metode yang digunakan adalah dengan metode studi banding dan melalui literatur atau sumber-sumber tulisan lainnya yang ada di internet. Penulis akan mengumpulkan sumber-sumber ini kemudian mengolah data-data yang ada sehingga dapat memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu program dalam mengatasi massalah permukiman kumuh pada suatu daerah.

(3)

PENDAHULUAN

Semakin bertambahnya jumlah penduduk pada suatu kawasan dapat mengakibatkan kawasan itu menjadi kumuh dan tidak terawat. Hal ini dapat diakibatkan oleh urbanisasi yang berlangsung karena kebutuhan akan mata pencaharian. Sedangkan di sisi lain, menurut Kustawartojo (2005) banyak kawasan permukiman yang standar pelayanan minimal (SPM) perkotaan-nya belum terpenuhi. Banyak pembangunan perumahan dilakukan tanpa disertai prasarana dan sarana fasilitas,, dan banyak juga yang didirikan di atas lahan yang ilegal seperti pinggiran sungai dan lahan-lahan yang tidak mendapatkan izin untuk membangun.

Salah satu wilayah permukiman yang termasuk ke dalam kategori kumuh ada pada Kampung Tua atau disebut juga Kampung Arab di Kota Pontianak. Daerah ini berada dekat dengan sungai kapuas sehingga mengakibatkan wilayah tanahnya berupa rawa-rawa dan tidak padat.

Hal ini mengakibatkan banyaknya masyarakat yang membuang sampah ke rawa-rawa tersebut dan menjadikan kampung ini terlihat kumuh.

Hal lainnya yang membuat kampung ini terlihat tidak layak adalah karena kurang memadainya saluran drainase yang ada dan jalan yang sempit. Hal ini merupakan salah satu fasilitas utama yang seharusnya ada dalam suatu wilayah yang ditinggali oleh manusia.

Berdasarkan hal ini maka Kementerian PUPR melalai program KOTAKU, melakukan upaya untuk menjadikan wilayah ini menjadi wilayah yang tidak kumuh dan menjadi salah satu tempat wisata.

Melalui laporan ini penulis akan melakukan observasi mengenai program yang diadakan ini berdasarkan tingkat keberhasilannya. Melalui sumber-sumber literatur yang ada dan sumber- sumber lainnya yang ada di internet, penulis akan merangkum data-data yang ada dan merangkumnya ke dalam sebuah laporan.

(4)

A. Deskripsi Lokasi

Kampung Tua atau Kampung Arab terletak di kota Pontianak. Lokasi berada di Gang Ikhwan, Kampung Arab, Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur. Lokasi ini terletak antara dua muara sungai, yaitu Sungai Landak dan Sungai Kapuas, Adanya kedua sungai ini mengakibatkan kawasan Kampung Tua ini memiliki lahan yang kurang padat dan berawa-rawa. Kondisi lahan yang seperti ini membuat masyarakat membangun rumah mereka dalam bentuk rumah panggung, dimana rumah-rumah yang ada memiliki kolong yang dibawahnya merupakan rawa-rawa.

Gambar: Lokasi Kampung Arab Sumber: Google Maps

Letak kawasan ini juga mengakibatkan seringnya terjadi banjir di kala air sungai meluap. Hal ini diperparah dengan kurangnya fasilitas drainase yang ada sehingga air tergenang pada rawa-rawa. Rawa-rawa ini juga penuh dengan sampah yang membuat wilayah ini kumuh dan kurang layak huni.

Kondisi tanah yang ada di kampung tua merupakan tanah yang datar tanpa perbukitan.

Wilayah ini padat dengan rumah-rumah rumah warga dengan sirkulasi yang sempit. Wilayah ini merupakan wilayah permukiman dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Kondisi rumah- rumah warga saling berhimpitan.

B. Isu dan Masalah Permukiman

Menurut Ekistics dan Doxiadis (1968), Permukiman merupakan totalitas lingkungan yang terdiri atas: 1. Alam (nature) 2. Manusia (antropos), 3 masyarakat (society), 4. Ruang Kehidupan (shell) dan 5. Jaringan (network). Lebih lanjut John Turner (1982) mengatakan bahwa sifat atau karakter permukiman kumuh jota terbentuk sesuai dengan asal daerah permukiman tersebut, hal ini dapat berupa ekonomi, kehidupan sosial dan budaya yang ada pada kawasan perkotaan. Karakter yang ada ini menimbulkan dampak terhadap kekumuhan pada kawasan permukiman yang baru, yang merupakan perluasan dari kawasan perkotaan tersebut.

(5)

Dalam Undang-undang No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman disebutkan bahwa permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian.

Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh meliputi kriteria kekumuhan ditinjau dari:

a) Kriteria kekumuhan ditinjau dari bangunan gedung, mencakup: 1). Ketidakteraturan Bangunan 2). Tingkat Kepadatan Bangunan Yang Tinggi Yang Tidak Sesuai dengan Ketentuan Rencana Tata Ruang;

b) Kriteria kekumuhan ditinjau dari jalan lingkungan, mencakup: 1).Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan atau permukiman 2).Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk

c) Kriteria kekumuhan ditinjau dari penyediaan air minum, mencakup:

1).Ketidaktersediaan akses aman air minum 2).Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu sesuai standar yang berlaku

d) Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Drainase Lingkungan, mecakup: 1) Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan 2) Ketidaktersediaan drainase 3) Tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan 4) Tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair di dalamnya 5) Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk

e) Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Air Limbah, mencakup:1). Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku 2). Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis

f) Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan persampahan, mencakup:1). Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis 2). Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis 3). Tidak Terpeliharanya Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan.

g) Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Proteksi Kebakaran, mencakup ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran seperti: pasokan air yang diperoleh dari sumber alam maupun buatan serta jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan pemadam kebakaran.

Berdasarkan Kriteria-kriteria ini dapat diambil 3 isu dan masalah permukiman yang mencakup:

1. Kondisi Fisik Lingkungan

Letak kampung tua yang berada di antara dua muara sungai besar yaitu Sungai Landak dan Sungai Kapuas, menjadikan kampung ini memiliki kondisi lingkungan yang bertanah rawa.

Jalan-jalan yang ada merupakan jalan yang sempit dengan lebar kurang lebih 3 meter menjadikan jalan ini sulit untuk dilalui oleh dua kendaraan beroda empat atau lebih. Terdapat juga banyak gang-gang sempit yang mengarah ke rumah-rumah warga yang tidak terletak di jalan utama.

(6)

Gambar: Salah satu gang di Kampung Tua

Sumber: https://tepiankapuas.com/bppw-kalbar-kunjungi-kampung-tua/

Gambar: Kondisi jalan di wilayah Kampung Tua

Sumber: https://tepiankapuas.com/bppw-kalbar-kunjungi-kampung-tua/

Drainase dan tempat persampahan yang ada di wilayah ini kurang memadai. Keadaan drainase sangat minim, karena air yang ada langsung dialirkan ke rawa-rawa dan sungai-sungai yang ada. Diperparah dengan sampah-sampah yang dibuang secara sembarangan karena kurangnya tempat sampah mengakibatkan rawa-rawa dan sungai ini menjadi tercemar.

(7)

Gambar: Kondisi Parit dan rawa yang penuh dengan sampah Sumber: Google maps

2. Kondisi Hukum dan Status Lahan

Berdasarkan penggunaan lahan Kota Pontianak tahun 2010 yang bersumber dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pontianak tahun 2013-2033 dapat dilihat bahwa wilayah Kampung Tua digunakan sebagai wilayah perumahan yang tidak teratur.

Gambar: Penggunaan lahan Kota Pontianak tahun 2010

Sumber: https://www.scribd.com/document/364297088/Peta-Penggunaan-Tanah-Kota- Pontianak-2010

(8)

Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Tahun 2013-2033 wilayah ini merupakan wilayah permukiman padat yang tidak teratur, dapat dilihat dari susunan perumahan masyarakat yang ada yang tidak teratur mengikuti pola jaringan jalan dan gang yang ada.

Hal ini membuat wilayah ini terlihat semrawut dan kurang baiknya sistem sirkulasi yang ada.

Susunan rumah warga yang tidak teratur dan terlalu padat ini menciptakan kawasan yang kumuh.

Kepadatan ini juga dapat berakibat bahaya dalam aspek kebakaran. Apabila terjadi kebakaran di suatu rumah, maka api akan dapat menyambar dengan cepat karena jarak yang terlalu dekat dan bahan utama rumah yang kebanyakan terbuat dari kayu.

Banyak juga rumah yang didirikan di dekat pinggiran sungai, yang seharusnya sempadan sungai adalah 50 meter dari bibir sungai. Hal ini membuat banyak masyarakat yang dengan mudahnya membuang sampah ke dalam sungai yang memperparah kekumuhan kampung ini.

3. Kondisi Sosial Budaya

Kampung Tua ini merupakan tempat bermukimnya orang-orang Melayu, yang memiliki bentuk arsitektur rumah panggung. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi sosial masyarakat Melayu yang masih suka berinteraksi antara satu sama lain.

Hal ini menjadikan rumah-rumah yang ada pada kampung ini memiliki bentuk rumah panggung dengan kolong di bawahnya. Rumah-rumah ini biasanya terbuat dari kayu dan memiliki atap yang miring dengan teras di depan rumah.

Gambar: Salah satu rumah yang ada di Kampung Tua Sumber: Google Street View

(9)

C. Program Yang Dilakukan

Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) adalah salah satu program Kementerian PUPR untuk menangani masalah permukiman kumuh. Program ini menyasar desa-desa dan kampung-kampung kumuh yang ada di Indonesia, melalui pembangunan infrastruktur dan penanganan kekumuhan pemukiman yang berbasis masyarakat dengan memberikan peranan masyarakat yang lebih besar. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) ini dilaksanakan secara nasional di 271 kabupaten/kota di 34 Provinsi yang menjadi “platform kolaborasi” atau basis penanganan permukiman kumuh yang mengintegrasikan berbagai sumber daya dan sumber pendanaan (pinjaman) Kota Tanpa Kumuh yang berasal dari World Bank (Bank Dunia), Islamic Development Bank (IDB), dan Asian Infrastructure Investment Bank (IIB).

Program yang dilakukan ini berlangsung sejak 13 Juli 2020 dan Berakhir pada 10 November 2020, dengan total dan BPM sebesar 1 miliar rupiah. Kawasan yang ditata mencakup 9,79 kilometer persegi, di mana Kelurahan Dalam Bugis memiliki permasalahan pada infrastruktur drainase dan jalan. Dengan alokasi dana (Bantuan Pemerintah Masyarakat) BPM senilai Rp1 miliar, pekerjaan yang telah dilakukan melalui padat karya KOTAKU Dalam Bugis ini meliputi peningkatan kualitas jalan sepanjang 163 m. Pembangunan drainase sepanjang 136 m, pembangunan gerbang kawasan, pembangunan dua unit jembatan. Serta penghijauan dengan konsep taman vertikal. Padat karya ini juga memanfaatkan 53 orang tenaga kerja yang sebagian besar berasal dari warga setempat.

Program ini dilaksanakan oleh Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Kalimantan Barat, Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR.

D. Dasar Hukum Yang Menjadi Rujukan

Program KOTAKU ini diadakan sejak tahun 2016 untuk menanggapi banyaknya masalah permukiman kumuh perkotaan yang belum diselesaikan. Pada Tahun 2016 Sendiri terdapat 35.291 Ha permukiman kumuh di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Kondisi ini akan terus mengalami penambahan apabila tidak adanya program untuk memberantas permukiman kumuh ini.

Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 mengamanatkan pembangunan dan pengembangan kawasan perkotaan melalui penanganan kualitas lingkungan permukiman yaitu peningkatan kualitas permukiman kumuh, pencegahan tumbuh kembangnya permukiman kumuh baru, dan penghidupan yang berkelanjutan.

Dasar dari pembentukan program ini tertuang dalam Surat Edaran Kementerian PUPR Nomor:

40/SE/DC/2016 Tentang Pedoman Umum Program Tanpa Kumuh. Peraturan-peraturan yang menjadi dasar program ini yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

(10)

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

3. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);

4. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 16);

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42/M Tahun 2015 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Jabatan Struktural Eselon I di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Penyelenggaraan Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga.

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh.

E. Implementasi Program a. Stakeholder Yang Terlibat

• Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Kalimantan Barat, Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR, sebagai pelaksana program.

• World Bank (Bank Dunia) dan Islamic Development Bank (IDB) sebagai sumber dana pinjaman ditambah dengan APBD.

• Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono, sebagai Wali Kota Pontianak.

• Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

• Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Corak Insang Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur

• Masyarakat Kampung Tua b. Komponen Yang Ditangani

Komponen-Komponen yang ditangani yaitu pembangunan drainase sepanjang 136 m, pembangunan gerbang kawasan, pembangunan dua unit jembatan. Serta penghijauan dengan konsep taman vertical. Sungai-sungai yang kotor dibersihkan dan diubah menjadi tempat wisata.

(11)

Gambar: Kondisi Kampung Tua setelah diperbaiki

Sumber: https://www.facebook.com/InfrastrukturK1/photos/pcb.838538703591294/

c. Pembiayaan

Pembiayaan program ini berasal dari alokasi dana (Bantuan Pemerintah Masyarakat) BPM senilai Rp1 miliar rupiah.

d. Tahapan Pelaksanaan

Program KOTAKU di tingkat kelurahan/desa dan kecamatan mempunyai tahapan siklus program yang sinergis dengan program perencanaan pembangunan tingkat kelurahan/desa dan kecamatan serta menjadi satu kesatuan dan sinkron dengan program tingkat kabupaten/kota yang dirajut melalui forum-forum konsultasi intensif. Untuk mewujudkan tujuan program, berikut tahapan pelaksanaan di tingkat kelurahan/desa yang menjadi satu kesatuan dengan tahapan tingkat kabupaten/kota, yaitu:

I. Tahap Persiapan II. Tahap Perencanaan III. Tahap Pelaksanaan

IV. Tahap Keberlanjutan Tahapan tersebut dapat berulang secara dalam kurun waktu tertentu mengikuti tahapan kegiatan perencanaan pembangunan reguler. Secara detail tahapan kegiatan di tingkat kelurahan/desa sebagai berikut:

(12)

Gambar: Tahapan Kegiatan Program Kotaku tingkat kelurahan Sumber: Website resmi KOTAKU

Di kampung tua ini sendiri, pelaksanaan dilakukan berdassarkan skema di atas. Setelah melalui proses-proses di atas maka masyarakat yang ikut andil dalam pembangunan ini mulai bekerja dan mereka mendapat upah.

Kegiatan yang dilakukan berupa perbaikan jalan, perbaikan drainase, dan juga pembangunan gerbang dan jembatan.

Gambar: Peresmian wisata Baru kampung Arab Sumber: Ditjen Cipta Karya

(13)

1. Tahapan Persiapan

Tahap persiapan dilaksanakan untuk membangun kapasitas, peran dan kontribusi Pemerintah kecamatan, pemerintah Kelurahanl/Desa, masyarakat dan pemangku kepentingan pembangunan Kelurahanl/Desa dalam peyelenggaraan kolaborasi; dan penggalangan relawan untuk terlibat dalam kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman.

Tahap persiapan meliputi dua kegiatan utama, yaitu: (1) sosialisasi dan membangun komitmen masyarakat yang dilakukan melalui berbagai kegiatan termasuk lokakarya orientasi tingkat Desa/Kel , (2) Pembentukan/Penguatan TIPP.

Sebagai bahan sosialisasi, pemerintah Kecamatan/Kelurahan/desa memulai dengan mempersiapkan: a. Pemetaan pelaku yang sekiranya terkait dengan isu kekumuhan di Kecamatan maupun di Kelurahan/desa. Pelaku tersebut akan berperan sebagai agen sosialisasi dan Tim Inti Perencanaan Partisipatif.

b. Pemahaman awal mengenai kondisi atau skala kumuh di tingkat Kecamatan/Kelurahan/desa

c. Kajian awal terhadap berbagai instansi dan program yang sudah dan sedang dilaksanakan oleh pemerintah, termasuk kebijakan dalam RPJMD/Desa, yang terkait dengan program KOTAKU.

2. Tahap Perencanaan Tahap Perencanaan dimulai dengan merumuskan kondisi permukiman layak huni di tingkat kelurahan/desa atau antar kelurahan/desa yang diinginkan oleh masyarakat pada masa mendatang, sesuai dengan visi dan misi pembangunan permukiman tingkat kelurahan/desa untuk mencapai 0 ha permukiman kumuh yang dituangkan dalam Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) dengan kedalaman rencana teknis.

Dokumen RPLP Kumuh atau perencanaan yang setara, merupakan rencana makro Kelurahan/desa yang memuat arahan pencegahan dan rencana peningkatan kualitas permukiman kumuh yang terintegrasi antar Kelurahan/desa yang berbatasan.

Perencanaan disajikan pada peta dengan skala ketelitian 1:5000 dan 1:1000 3. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahapan pelaksanaan kegiatan baik kegiatan sosial, ekonomi maupun infrastruktur harus sesuai dengan perencanaan yang disusun dalam dokumen RPLP.

Pelaksanaan semua kegiatan harus dilakukan dengan transparan dan akuntabel dimana setiap transaksi harus dapat dipertanggungjawabkan dan dicatatkan dalam pembukuan.

Tahapan pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setelah dokumen RPLP disyahkan oleh pihak yang berwenang. Kegiatan yang dilaksanakan merupakan kegiatan yang tertera di RPLP serta merupakan kegiatan prioritas penanganan permukiman kumuh yang sudah ditetapkan sebelumnya. Adapun sumber pembiayaan kegiatan pembangunan dapat berasal dari beberapa sumber diantaranya :

a. APBN/ Bantuan dana investasi

(14)

b. APBD c. APB desa d. Swasta e. Swadaya f. Dll

Pelaksanaan tingkat kelurahan/desa meliputi kegiatan ekonomi, social, dan infrastruktur, antara lain sbb:

a. Kegiatan investasi infrastruktur skala lingkungan dan Pemeliharaan hasil pembangunan, secara lebih rinci diuraikan dalam POS Penyelenggaraan Infrastruktur Lingkungan tingkat Kelurahan/desa ;

b. Kegiatan ekonomi terdiri dari :

• Pengembangan/peningkatan penghidupan masyarakat/PPMK.

• Kegiatan ekonomi lainnya sesuai kebutuhan masyarakat. Kegiatan ekonomi yang dimaksud di atas secara jelas telah diatur secara rinci dalam POS Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas (PPMK).

c. Kegiatan sosial, antara lain pengembangan kapasitas ditingkat Kelurahanl/Desa dapat terdiri dari:

• Kegiatan peningkatan kapasitas, misalnya: i) pelatihan /on the job training kepada LKM/BKM, UPUP, pemerintahan kelurahan/desa, relawan, TIPP, KSM/Panitia, dan masyarakat; ii) sosialisasi menerus; iii) Pelatihan /on the job training vocational; iv) dll.

• Pengembangan media warga dan media social untuk kepentingan masyarakat

• Pelaksanaan aturan Bersama

• Pelaksanaan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat

• Kegiatan pemasaran program permukiman.

• Kegiatan social lainnya sesuai kebutuhan masyarakat untuk mencapai tujuan program dan visi Permukiman Penjelasan rinci mengenai tahap peningkatan kapasitas masyarakat telah diatur secara jelas dan rinci dalam POS Pengembangan Kapasitas tingkat Kelurahan/desa;

4. Tahap Keberlanjutan

Tahapan keberlanjutan ini diartikan sebagai tahap setelah pelaksaaan lapangan dilakukan meskipun demikian hal tersebut tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan harus diupayakan sejak awal proses dari tahapan persiapan, perencanaan dan pelaksanaan di mana di dalamnya ada tahapan monitoring dan evaluasi.

F. Analisa Ketepatan Program

(15)

Isu dan permasalahan yang terjadi di kampung tua adalah masalah jalan yang kecil dan sedikit, drainase yang minim, dan kekotoran sungai dan selokan yang ada. Area ini dahulunya kumuh dengan kondisi jalan yang sempit dan kurang bagus dan kondisi drainase yang tidak memadai.

Melalui Program ini dapat dilihat perubahan yang cukup signifikan. Dahulunya kampung ini kurang hidup dan kumuh, setelah dilakukan perbaikan maka kampung ini menjadi salah satu tempat wisata.

Berdasarkan data-data yang ada, baik itu melalui koran online, sosial media dan Ditjen Cipta Karya, dapat diambil kesimpulan bahwa program ini kurang berhasil menangani kekumuhan pada wilayah ini.

Ada hal yang masih belum bisa teratasi yaitu ketidakteraturan bangunan. Bangunan- bangunan yang ada tersusun dengan tidak teratur dan beberapa masih berdiri di dekat sungai dan lahan yang tidak berizin.

Setelah melakukan penelusuran melalui google street view, Masih banyak dijumpai sampah-sampah pada wilayah kampung tua ini. Ini dikarenakan program ini tidak menyediakan tempat pembuangan sampah bagi masyarakat.

Ditambah dengan masyarakat yang tidak sadar akan kebersihan menjadikan kondisi ini semakin parah.

Program ini justru lebih berfokus kepada pembangunan tempat wisata di salah satu sungai di kawasan itu, bukan mengatasi kekumuhan. Hal ini menjadikan program ini kurang tepat sasaran.

Gambar: Wilayah menjadi fokus program ini Sumber: Facebook

(16)

Gambar: Kekumuhan yang masih dapat dtemukan di lokasi Sumber: Google maps

G. Kesimpulan

Program Kota Tanpa Kumuh adalah program yang dicanangkan pemerintah pusat dalam Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dari Direktorat Jenderal Cipta Karya melalui platform kolaborasi stakeholder yang terkait.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dari sumber-sumber di internet, keberhasilan implementasi program kotaku di Kampung Tua, Pontianak, kurang berjalan dengan optimal.

Program yang dilakukan lebih berfokus kepada pembangunan tempat wisata, meskipun juga dilakukan perbaikan jalan dan drainase, namun keadaan kampung ini masih tetap kumuh. Hal ini juga dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga limgkungan.

Saran

Saran dari penulis adalah agar masyarakat kampung tua dapat memelihara dan menjaga lingkungannya. Program yang dilakukan oleh Kementerian PUPR ini sudah baik, namun tidak diimbangi oleh keinginan masyarakat dalam menjaga kebersihan kampungnya.

Pelaksana program juga sebaiknya melakukan perbaikan untuk berfokus kepada hal yang menjadi masalah utama permukiman pada kampung ini, yaitu kebersihan sungai, drainase, dan perbaikan jalan, bukan membangun tempat wisata. Sebab tempat wisata ini akan sepi pengunjung apabila kawasan ini masih kumuh.

Referensi

Dokumen terkait

Pemetaan persebaran kualitas permukiman di Kecamatan Batam Kota berdasarkan parameter yang ditentukan yaitu kepadatan permukiman, tata letak bangunan, lebar jalan masuk,

1) Fisik bangunan: bangunan di bantaran sungai tidak teratur mengganggu estetika kawasan, sebagian bangunan merupakan semi permanen. 2) Sarana prasarana: jalan