1.
FAMILY TREE PUU
2.
ALUR PIKIR
3.
KETENTUAN UMUM
4.
KRITERIA DAN TIPOLOGI
5.
PENETAPAN LOKASI DAN
PERENCANAAN
PENANGANAN
6.
POLA-POLA PENANGANAN
7.
PENGELOLAAN
8.
POLA KEMITRAAN, PERAN
MASYARAKAT DAN
KEARIFAN LOKAL
Peraturan Perundang-Undangan
terkait Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas
Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh
PP Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman
(proses penandatanganan oleh Presiden)
UU-PR
PERPRES RTR
KSN
Perda RTRW
Provinsi
Perda RTRW
Kab/Kota
Perda RDTR
Kws Perkot.
SK Bupati/Walikota tentang
Penetapan Lokasi Perumahan
Kumuh dan Permukiman
Kumuh
Permen PUPR No. 2 Tahun 2016 tentang
Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh
Perda tentang Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas terhadap
Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh
Perbup/wal tentang Rencana
Penanganan Perumahan
Kumuh dan Permukiman
Kumuh
LANDASAN
LATAR BELAKANG
KRITERIA KUMUH
1. Bangunan Gedung
2. Jalan Lingkungan
3. Penyediaan Air
Minum
4. Drainase
Lingkungan
5. Pengelolaan Air
Limbah
6. Pengelolaan
Persampahan
7. Proteksi Kebakaran
PENINGKATAN
KUALITAS
Penetapan Lokasi:
a.Identifikasi lokasi
b.Penetapan lokasi
Pola penanganan:
a. Pemugaran
b. Peremajaan
c. Pemukiman
kembali
Pengelolaan
CITA-CITA
Terwujudnya
perumahan
dan
permukiman
layak huni dan
bebas kumuh
PERAN MASYARAKAT
Peran dalam
penetapan lokasi
Peran dalam
Meningkatkan mutu kehidupan
dan penghidupan masyarakat
melalui perumahan dan
permukiman yang sehat, aman,
serasi, dan teratur.
PERMUKIMAN
TANPA KUMUH
2019
PERTIMBANGAN LAIN:
1. Nilai Strategis
Lokasi
2. Kependudukan
3. Sosial, Ekonomi,
Budaya
Kelompok Swadaya
Masyarakat
KEARIFAN LOKAL
Berlaku pada masyarakat setempat
dengan tidak bertentangan pada
ketentuan peraturan
perundang-undangan
KEMITRAAN
Pemerintah
dan/atau pemda
dengan BUMN,
BUMD, atau BUMS
Pemerintah
dan/atau pemda
dengan masyarakat
Maksud:
Peraturan menteri ini dimaksudkan sebagai
acuan bagi Pemerintah, Pemerintah daerah, dan
setiap
orang
dalam
penyelenggaraan
peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh.
Tujuan:
Peraturan
menteri
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan
mutu
kehidupan
dan
penghidupan masyarakat penghuni perumahan
kumuh dan permukiman kumuh.
Lingkup:
Lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini
meliputi:
a. kriteria dan tipologi;
b. penetapan lokasi dan perencanaan
penanganan;
c.
pola-pola penanganan;
d. pengelolaan;
e. pola kemitraan, peran masyarakat, dan
kearifan lokal.
2
1.
Rumah
2.
Perumahan
3.
Permukiman
4.
Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan
Permukiman
5.
Perumahan Kumuh
6.
Permukiman Kumuh
7.
Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan
Kumuh Dan Permukiman
Kumuh
8.
Prasarana
9.
Sarana
10. Utilitas umum
11. Pencegahan
12. Pemeliharaan
13. Perbaikan
14. Pemugaran
15. Peremajaan
16. Pemukiman Kembali
17. Kearifan lokal
18. Pemerintah pusat
19. Pemerintah daerah
20. Setiap orang
21. Badan hukum
22. Kelompok swadaya
masyarakat
23. Menteri
•
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dirumuskan karakteristik perumahan kumuh dan
permukiman kumuh sebagai berikut, yaitu:
1.
Merupakan satuan
entitas perumahan dan permukiman
, yang mengalami degradasi kualitas;
2.
Kondisi
bangunan
memiliki kepadatan tinggi, tidak teratur dan tidak memenuhi syarat;
3.
Kondisi
sarana dan prasarana
tidak memenuhi syarat (batasan sarana dan prasarana ditetapkan
dalam lingkup keciptakaryaan), yaitu:
a.
Jalan Lingkungan,
b.
Drainase Lingkungan,
c.
Penyediaan Air Bersih/Minum,
d.
Pengelolaan Persampahan,
e.
Pengelolaan Air Limbah,
f.
Proteksi Kebakaran.
•
Karakteristik tersebut selanjutnya menjadi
dasar perumusan kriteria dan indikator
dalam proses
identifikasi lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
•
Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman:
•
Perumahan kumuh adalah
perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai
tempat hunian.
•
Permukiman Kumuh adalah
permukiman yang tidak laik huni karena ketidakteraturan bangunan,
tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana
yang tidak memenuhi syarat
.
Kenapa
ini
kumuh ?
Kenapa
ini
kumuh?
Kenapa
ini
kumuh?
Tidak tersedianya
sarana
Kenapa
ini
kumuh?
Tidak
tersedianya
sarana
KRITERIA
DAN
TIPOLOGI
3
Kriteria
Perumahan
Kumuh Dan
Permukiman
Kumuh
a. tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam RDTR;
dan/atau
b. tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas
lingkungan dalam RTBL
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan
RDTR, dan/atau RTBL; dan/atau
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan
dalam RDTR, dan/atau RTBL;
kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman
yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis, sbb:
a. pengendalian dampak lingkungan;
b. pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah
tanah, di atas dan/atau di bawah air, di atas dan/atau di bawah
prasarana/sarana umum
c. keselamatan bangunan gedung;
d. kesehatan bangunan gedung;
e. kenyamanan bangunan gedung; dan
f. kemudahan bangunan gedung.
Kekumuhan
Ditinjau dari
Bangunan Gedung
Kekumuhan Ditinjau
dari Jalan
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Penyediaan Air
Minum
Kekumuhan Ditinjau
dari Drainase
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan Air
Limbah
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan
Persampahan
Kekumuhan Ditinjau
dari Proteksi
Kebakaran
a. ketidakteraturan
bangunan;
b. tingkat kepadatan
bangunan yang
tinggi yang tidak
sesuai dengan
ketentuan rencana
tata ruang;
dan/atau
c. kualitas
bangunan
yang tidak
memenuhi
syarat.
kabupaten/kota belum memiliki RDTR dan/atau RTBL, maka penilaian ketidakteraturan dan
kepadatan bangunan merujuk pada persetujuan sementara mendirikan bangunan.
bangunan gedung tidak memiliki IMB dan persetujuan sementara mendirikan bangunan,
penilaian ketidakteraturan dan kepadatan bangunan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan
mendapatkan pertimbangan dari Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG).
Kriteria
Perumahan
Kumuh Dan
Permukiman
Kumuh
Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan
Gedung
Kekumuhan
Ditinjau dari Jalan
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Penyediaan Air
Minum
Kekumuhan Ditinjau
dari Drainase
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan Air
Limbah
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan
Persampahan
Kekumuhan Ditinjau
dari Proteksi
Kebakaran
sebagian lingkungan perumahan
atau permukiman tidak terlayani
dengan jalan lingkungan.
a. jaringan jalan lingkungan
tidak melayani seluruh
lingkungan perumahan atau
permukiman; dan/atau
b. kualitas permukaan jalan
lingkungan buruk.
sebagian atau seluruh jalan
lingkungan terjadi kerusakan
Kriteria
Perumahan
Kumuh Dan
Permukiman
Kumuh
Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan
Gedung
Kekumuhan Ditinjau
dari Jalan
Lingkungan
Kekumuhan
Ditinjau dari
Penyediaan Air
Minum
Kekumuhan Ditinjau
dari Drainase
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan Air
Limbah
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan
Persampahan
Kekumuhan Ditinjau
dari Proteksi
Kebakaran
masyarakat tidak dapat mengakses
air minum yang memenuhi syarat
kesehatan.
a. ketidaktersediaan akses
aman air minum; dan/atau
b. tidak terpenuhinya
kebutuhan air minum setiap
individu sesuai standar yang
berlaku.
kebutuhan air minum masyarakat
dalam lingkungan perumahan atau
permukiman tidak mencapai minimal
Kriteria
Perumahan
Kumuh Dan
Permukiman
Kumuh
Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan
Gedung
Kekumuhan Ditinjau
dari Jalan
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Penyediaan Air
Minum
Kekumuhan
Ditinjau dari
Drainase
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan Air
Limbah
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan
Persampahan
Kekumuhan Ditinjau
dari Proteksi
Kebakaran
a. drainase lingkungan tidak
mampu mengalirkan
limpasan air hujan sehingga
menimbulkan genangan;
b. ketidaktersediaan drainase;
c. tidak terhubung dengan
sistem drainase perkotaan;
menimbulkan genangan dengan tinggi lebih
dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi
lebih dari 2 kali setahun.
saluran tersier, dan/atau saluran lokal tidak
tersedia.
saluran lokal tidak terhubung dengan saluran
pada hirarki di atasnya sehingga menyebabkan
air tidak dapat mengalir dan menimbulkan
genangan.
d. tidak dipelihara sehingga
terjadi akumulasi limbah
padat dan cair di dalamnya;
dan/atau
pemeliharaan saluran drainase tidak
dilaksanakan, baik pemeliharaan rutin dan/atau
pemeliharaan berkala.
e. kualitas konstruksi drainase
lingkungan buruk.
kualitas konstruksi drainase buruk, karena
berupa galian tanah tanpa material pelapis atau
Kriteria
Perumahan
Kumuh Dan
Permukiman
Kumuh
Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan
Gedung
Kekumuhan Ditinjau
dari Jalan
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Penyediaan Air
Minum
Kekumuhan Ditinjau
dari Drainase
Lingkungan
Kekumuhan
Ditinjau dari
Pengelolaan Air
Limbah
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan
Persampahan
Kekumuhan Ditinjau
dari Proteksi
Kebakaran
a. sistem pengelolaan air limbah tidak
sesuai dengan standar teknis yang
berlaku; dan/atau
b. prasarana dan sarana pengelolaan air
limbah tidak memenuhi persyaratan
teknis.
a.
kloset leher angsa tidak terhubung dengan
tangki septik; atau
b. tidak tersedianya sistem pengolahan
limbah setempat atau terpusat.
tidak memiliki sistem:
a.
pengelolaan limbah domestik;
b. pengelolaan limbah komunal; atau
c.
pengelolaan limbah terpusat.
Kriteria
Perumahan
Kumuh Dan
Permukiman
Kumuh
Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan
Gedung
Kekumuhan Ditinjau
dari Jalan
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Penyediaan Air
Minum
Kekumuhan Ditinjau
dari Drainase
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan Air
Limbah
Kekumuhan
Ditinjau dari
Pengelolaan
Persampahan
Kekumuhan Ditinjau
dari Proteksi
Kebakaran
a. prasarana dan sarana
persampahan tidak sesuai dengan
persyaratan teknis;
b. sistem pengelolaan persampahan
tidak memenuhi persyaratan
teknis; dan/atau
c. Tidak terpeliharanya sarana dan
prasarana pengelolaan
persampahan sehingga terjadi
pencemaran lingkungan sekitar.
tidak tersedianya:
a. tempat sampah dengan pemilahan
sampah pada skala domestik atau
rumah tangga;
b. tempat pengumpulan sampah (TPS)
atau TPS 3R (
reduce, reuse, recycle
)
pada skala lingkungan;
c. gerobak sampah dan/atau truk sampah
pada skala lingkungan; dan
d. tempat pengolahan sampah terpadu
(TPST) pada skala lingkungan.
tidak tersedianya:
a. sistem pewadahan dan pemilahan
domestik;
b. sistem pengumpulan skala lingkungan;
c. sistem pengangkutan skala lingkungan;
d. sistem pengolahan skala lingkungan.
pemeliharaan sarana dan prasarana
pengelolaan persampahan tidak
dilaksanakan, baik pemeliharaan rutin
Kriteria
Perumahan
Kumuh Dan
Permukiman
Kumuh
Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan
Gedung
Kekumuhan Ditinjau
dari Jalan
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Penyediaan Air
Minum
Kekumuhan Ditinjau
dari Drainase
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan Air
Limbah
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan
Persampahan
Kekumuhan
Ditinjau dari
Proteksi Kebakaran
a. Prasarana proteksi kebakaran;
dan
b. Sarana proteksi kebakaran.
Tidak tersedianya:
a. pasokan air yang diperoleh dari sumber
alam maupun buatan;
b. jalan lingkungan yang memudahkan
masuk keluarnya kendaraan pemadam
kebakaran;
c. sarana komunikasi untuk pemberitahuan
terjadinya kebakaran kepada Instansi
Pemadam Kebakaran; dan/atau
d. data tentang sistem proteksi kebakaran
lingkungan yang mudah diakses.
Tidak tersedianya:
a.
Alat Pemadam Kebakaran Ringan (APAR)
b.
Kendaraan pemadam kebakaran
c.
Mobil tangga sesuai kebutuhan; dan/atau
Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Permukiman Kumuh Atas Air - Banjarmasin
Permukiman Kumuh Tepi Air - Jakarta
Permukiman Kumuh Rawan Bencana - Jogjakarta
Permukiman Kumuh Perbukitan- Jayapura
Permukiman Kumuh Dataran Rendah - Jakarta
1
2
3
4
5
PENETAPAN
LOKASI DAN
PERENCANAAN
PENANGANAN
4
PROSES PENDATAAN
(oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat)
Identifikasi
Lokasi
PENETAPAN LOKASI
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Bagian Kesatu: Umum
PERENCANAAN PENANGANAN
Pasal 15
IDENTIFIKASI
dilakukan oleh pemerintah daerah
melibatkan peran masyarakat pada
lokasi Pemda menyiapkan
format isian dan prosedur pendataan
Kondisi Kekumuhan
Kumuh Kategori Ringan Kumuh Kategori Sedang Kumuh Kategori Berat
Legalitas Lahan
Status Lahan LegalStatus Lahan Tidak Legal
Pertimbangan Lain
Kategori Rendah Kategori Sedang Kategori Tinggi
Identifikasi Kondisi Kekumuhan
menentukan tingkat kekumuhan pd satuan perumahan &permukiman dgn menemukenali permasalahan kondisi bangunan gedung beserta sarana&prasarana pendukungnya.
dilakukan
berdasarkan
kriteria
perumahan kumuh
dan permukiman kumuh
Perumahan dan
Permukiman Formal
Identifikasi lokasi didahului dengan mengidentifikasi satuan perumahan dan permukiman
Perumahan dan
Permukiman Swadaya
Pendekatan Fungsional Identifikasi Deliniasi Pendekatan
Administratif Permukiman = kel / desa
Perumahan = RW
Identifikasi Legalitas Lahan
menentukan status legalitas lahan pada setiap lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagai dasar
untuk menentukan pola penanganan.
status penguasaan lahan
kesesuaian dengan rencana
tata ruang
bukti dokumen sertifikat hak atas tanah
kesesuaian peruntukan
bukti izin pemanfaatan tanah dari pemilik tanah kepemilikan
sendiri kepemilikan pihak
lain
bukti Surat Keterangan Rencana Kab/Kota
Identifikasi Pertimbangan Lain
identifikasi terhadap beberapa hal lain yang bersifat non fisik untuk menentukan skala prioritas penanganan perumahan
kumuh dan permukiman kumuh
nilai strategis lokasi
kepadatan penduduk
kondisi sosial,
ekonomi, dan
budaya
lokasi pada fungsi strategis ka/kota lokasi bukan pada fungsi strategis ka/kota
rendah: kepadatan < 150 jiwa/ha
potensi sosial tingk partisipasi masy dlm pembangunan sedang: kepadatan 151-200 jiwa/ha
tinggi: kepadatan 201-400 jiwa/ha sangat padat: kepadatan > 401 jiwa/ha
potensi ekonomi keg ekonomi tertentu yg strategis bg masy potensi budaya adanya kegiatan / warisan budaya tertentu Berdasarkan Pertimbangan Lain Menentukan Prioritas Penanganan
Dlm bntk Keputusan Bup/Wal (gubernur utk DKI)
Dilengkapi Tabel Daftar Lokasi & Peta SebaranPeninjauan ulang min 1x dlm 5 thn Untuk mengetahui pengurangan jumlah
lokasi dan/atau luasan Dilakukan melalui proses pendataan Hasil peninjauan ulang ditetapkan dlm keputusan Bup/Wal (Gub untuk DKI)
Bagian Ketiga: Perencanaan Penanganan
Pemerintah daerah dengan melibatkan
masyarakat
ditetapkan dalam bentuk peraturan
bupati/walikota atau gubernur untuk DKI
Jakarta
sebagai dasar penanganan perumahan
kumuh dan permukiman kumuh
Tahap perencanaan penanganan
a. persiapan;
b. survei;
c. penyusunan data dan fakta;
d. analisis;
e. penyusunan konsep penanganan; dan
f.
penyusunan
rencana
penanganan
(rencana
penanganan jangka pendek, jangka menengah,
dan/atau jangka panjang beserta pembiayaannya).
Mengkaji dan merencanakan pola
penanganan sesuai dengan hasil
penetapan lokasi
Pelaku:
Tujuan:
PERENCANAAN PENANGANAN
Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh
Rencana Penanganan
Perumahan Kumuh dan
POLA-POLA
PENANGANAN
5
Bagian Kesatu: Umum
Pola-Pola
Penanganan
dilakukan oleh Pemerintah
dan pemerintah daerah
sesuai dengan
kewenangannya dengan
melibatkan peran
masyarakat
Pemugaran Peremajaan Pemukiman
Kembali
Pertimbangan Pola-Pola Penanganan Berdasarkan
Tipologi Perumahan Kumuh & Permukiman Kumuh
a. Kumuh di atas air
memperhatikan karakteristik daya guna, daya
dukung, daya rusak air serta kelestarian air
b. Kumuh di tepi air
memperhatikan karakteristik daya dukung tanah
tepi air, pasang surut air serta kelestarian air dan tanah
c. Kumuh di dataran
memperhatikan karakteristikdaya dukung
tanah, jenis tanah serta kelestarian tanah
d. Kumuh di perbukitan
memperhatikan karakteristik kelerengan,
daya dukung tanah, jenis tanah serta kelestarian tanah
e. Kumuh di kawasan rawan bencana
memperhatikan karakteristik
kebencanaan, daya dukung tanah, jenis tanah serta kelestarian tanah
Pertimbangan Pola-Pola Penanganan Berdasarkan
Klasifikasi Kekumuhan dan Status Legalitas Lahan
a. Kumuh berat & status lahan legal
Peremajaan
b. Kumuh berat & status lahan tidak legal
Pemukiman Kembali
c. Kumuh sedang & status lahan legal
Peremajaan
d. Kumuh sedang & status lahan tidak legal
Pemukiman Kembali
e. Kumuh ringan & status lahan legal
Pemugaran
f.
Kumuh ringan & status lahan tidak legal
Pemukiman Kembali
Berdasarkan kondisi kekumuhan dan
legalitas lahan
Sesudah
Sebelum
Kegiatan
: Peningkatan Kualitas Jalan Lingkungan
Lokasi
: Candikuning, Tabanan, Bali
Saluran Drainase
Kegiatan
: Pembangunan Saluran Drainase
Lokasi
: Kawasan Sinarmanik, Bangka Belitung
Persampahan
Sebelum
Sesudah
Kegiatan
: Pembangunan Landasan Kontainer
Dilakukan untuk perbaikan dan/atau
pembangunan kembali perumahan dan
permukiman menjadi perumahan dan permukiman
yang layak huni.
Merupakan kegiatan perbaikan rumah, prasarana,
sarana, dan/atau utilitas umum.
Dilakukan untuk mengembalikan fungsi
sebagaimana semula.
Tahap pra konstruksi:
a. identifikasi permasalahan & kebutuhan pemugaran; b. sosialisasi & rembuk warga terdampak;
c. pendataan masyarakat terdampak; d. penyusunan rencana pemugaran; dan e. musyawarah dan diskusi penyepakatan.
Tahap konstruksi:
a. proses pelaksanaan konstruksi pemugaran; dan b. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan konstruksi
peremajaan.
Tahap pasca konstruksi:
Pemanfaatan dan pemeliharaan & perbaikan.
Dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah,
perumahan, dan permukiman yang lebih baik guna
melindungi keselamatan dan keamanan penghuni
dan masyarakat sekitar.
Dilakukan melalui pembongkaran dan penataan
secara menyeluruh terhadap rumah, prasarana,
sarana, dan/atau utilitas umum
Harus dilakukan dengan terlebih dahulu
menyediakan tempat tinggal sementara bagi
masyarakat terdampak
Tahap pra konstruksi:
a. identifikasi permasalahan & kebutuhan peremajaan; b. penghunian sementara untuk masyarakat terdampak; c. sosialisasi dan rembuk warga terdampak;
d. pendataan masyarakat terdampak; e. penyusunan rencana peremajaan; dan f. musyawarah dan diskusi penyepakatan.
Tahap konstruksi:
a. ganti rugi bagi masyarakat terdampak;
b. penghunian sementara masyarakat terdampak; c. pelaksanaan konstruksi peremajaan;
d. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan konstruksi; dan e. penghunian kembali masyarakat terdampak.
Tahap pasca konstruksi:
Pemanfaatan dan pemeliharaan & perbaikan.
Dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah,
perumahan, dan permukiman yang lebih baik guna
melindungi keselamatan dan keamanan penghuni
dan masyarakat.
Tahap pra konstruksi:
a. kajian pemanfaatan ruang dan/atau kajian legalitas lahan;
b. penghunian sementara (pada lokasi rawan bencana); c. sosialisasi dan rembuk warga terdampak;
d. pendataan masyarakat terdampak;
e. penyusunan rencana pemukiman baru, rencana pembongkaran pemukiman eksisting dan rencana pelaksanaan pemukiman kembali; dan
f. musyawarah dan diskusi penyepakatan.
Tahap konstruksi:
a. ganti rugi bagi masyarakat terdampak; b. proses legalitas lahan pada lokasi baru;
c. proses pelaksanaan konstruksi pembangunan baru; d. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan konstruksi; e. penghunian kembali masyarakat terdampak; dan f. pembongkaran pada lokasi pemukiman eksisting.
Tahap pasca konstruksi:
Pemanfaatan dan pemeliharaan & perbaikan.