MAKALAH
KEDUDUKAN HUKUM JAMINAN DI DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA
Dosen Pengampu:
Oleh :
Laila Mustika Anggre NIM : 21302300235
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dengan ini penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ini.
Adapun makalah ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca, walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun.Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Juli 2024
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iii
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Perumusan Masalah... 2
C. Tujuan Penelitian... 2
BAB II PEMBAHASAN ... 3
A. Pengertian Hukum Jaminan... 3
B. Sejarah Hukum Jaminan di Indonesia... 5
C. Sumber Pengaturan Hukum Jaminan... 7
BAB III PENUTUP ... 10
A. Kesimpulan ... 10
B. Saran ... 10
DAFTAR PUSTAKA... 11
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang berkesinambungan, para pelaku pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat, baik perseorangan maupun badan hukum, memerlukan dana yang besar.
Dalam hal kehidupan bermasyarakat, upaya manusia untuk memenuhi berbagai kepentingan salah satunya dapat diwujudkan dalam suatu perikatan sebagaimana diatur dalam Pasal 1233 KUH Perdata, yakni perikatan itu bersumber pada undang-undang atau perjanjian. Maksudnya para pihak dengan sengaja dan disadari sepenuhnya berusaha untuk sepakat mengikatkan diri dengan pihak lain, maka lahirlah perjanjian yang mengikat kedua belah pihak tersebut. Tentunya dalam rangkaian janji-janji itu terangkum hak dan kewajiban masing-masing pihak dan janji-janji tersebut harus ditepati. Aturan Aturan hukum telah menyediakan menyediakan sarananya sarananya yaitu seperti seperti yang tertuang dalam ketentuan-ketentuan Hukum Jaminan yang dapat dicermati dalam KUH Perdata. Jaminan secara hukum mempunyai fungsi untuk mengcover utang, karena itu jaminan merupakan sarana perlindungan bagi para Kreditor/pemberi pinjaman/pengguna jasa/penerima jaminan, yaitu kepastian akan pelunasan utang atau suatu prestasi dari
Debitor/peminjam/penyedia jasa/penjamin. jasa/penjamin. Jaminan Jaminan kebendaan kebendaan dan jaminan jaminan perorangan perorangan timbul dari 5 perjanjian yang bertujuan untuk menjamin kepastian hukum bagi Kreditor hukum bagi Kreditor atas pelunasan utang atau pelaksanaan suatu prestasi sebagaimana telah diperjanjikan oleh Debitor atau pihak ketiga
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan di atas maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam hal ini adalah:
1. Bagaimana kedudukan hukum jaminan di dalam hokum perdata di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Makalah ini dibuat untuk menerangkan bagaimana kedudukan hokum jaminan di dalam hokum positif di Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Jaminan
Jaminan merupakan terjemahan dari bahasa zekerbeid atau cautie.
Zekerbeid atau cautie mencakup secara umum cara-cara kreditor menjamin sepenuhnya tagihannya, di samping pertanggungan jawab umum debitor terhadap barang-barangnya. Di dalam Seminar Badan Pembinaan Hukum Nasional yang diselenggarakan di Yogyakarta dari tanggal 20 sampai dengan 30 Juli 1997, disimpulkan bahwa pengertian Jaminan adalah “menjamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum”. Sedangkan pengertian Hukum Jaminan adalah kaidah atau peraturan hukum yang mengatur ketentuan mengenai jaminan dari pihak debitur atau dari pihak ketiga bagi kepastian pelunasan piutang kreditur atau pelaksanaan suatu prestasi. Pengertian hukum jaminan dari berbagai pendapat para ahli gai pendapat para ahli:
a. Salim H.S
Hukum jaminan adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit.
b. J.Satrio
Hokum jaminan adalah peraturan hokum yang mengatur jaminan-jaminan piutang seorang kreditor terhadap debitor. Definisi ini difokuskan pada pengaturan pada hak-hak kreditor semata-mata,tetapi tidak memperhatikan hak-hak debitor.Padahal subjek kajian hukum jaminan tidak hanya menyangkut kreditor semata-mata,tetapi juga erat kaitannya dengan debitor.
Berdasarkan pengertian di atas, unsur-unsur yang terkandung didalam perumusan hukum jaminan, yakni sebagai berikut:
a. Adanya kaidah Adanya kaidah hukum. Kaidah hukum. Kaidah hukum dalam hukum dalam bidang jaminan dap bidang jaminan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu kaidah hukum jaminan tertulis dan kaidah hukum jaminan tidak tertulis;
b. Adanya penerima dan pe Adanya penerima dan pemberi jaminan. Pemberi jamina mberi jaminan. Pemberi jaminan adalah n adalah orang-orang atau badan hukum yang menyerahkan barang jaminan jaminan kepada penerima penerima jaminan jaminan (debitur). (debitur). Penerima Penerima jaminan jaminan adalah orang atau badan hukum yang menerima barang jaminan dari pemberi jaminan (orang atau badan hukum). Badan hukum adalah lembaga yang memberikan fasilitas kredit, dapat berupa lembaga perbankan dan/atau lembaga keuangan non bank;
c. Adanya jamina Adanya jaminan. Jaminan n. Jaminan yang dise yang diserahkan kepa rahkan kepada kreditur a da kreditur adalah jaminan jaminan materiil materiil dan immateriil. immateriil. Jaminan Jaminan materiil materiil adalah jaminan jaminan berupa hak-hak kebendaan, seperti jaminan atas benda bergerak dan jaminan atas benda-benda tidak bergerak. Jaminan immateriil merupakan jaminan non kebendaan;
d. Adanya fasilitas kredit. Pe Adanya fasilitas kredit. Pembebanan jaminan y mbebanan jaminan yang dilakukan oleh ang dilakukan oleh pemberi jaminan bertujuan untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank atau lembaga keuangan non bank. Pemberian kredit merupakan pemberian uang berdasarkan kepercayaan, dalam arti bank atau lembaga keuangan non bank percaya bahwa debitur sanggup untuk mengembalikan pokok pinjaman dan bunganya.
B. Sejarah Hukum Jaminan di Indonesia
Keadaan lembaga jaminan di Indonesia setelah Perang Dunia II mengalami perkembangan yang lamban, dalam arti tidak terjadi pembaharuan hukum ataupun pengaturan-pengaturan yang baru mengenai lembaga jaminan yang telah lama dikenal sejak berlakunya Kitab Undangundang Hukum Perdata , juga tidak terjadi pengaturan hukum mengenai lembaga jaminan yang telah lama tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan telah lama diakui oleh Yurisprudensi, misalnya lembaga jaminan fidusia, lembaga s jaminan fidusia, lembaga sewa beli,dan seterusnya.1
Jaminan kebendaan benda bergerak diikat dengan hak gadai sebagaimana diatur dalam Kitab Undang- undang Hukum Perdata pada Buku Kedua Bab XX pasal 1150 sampai dengan pasal 1161. Adapun obyek hak gadai adalah benda atau barang bergerak baik bertubuh/ berwujud / berbentuk (lichamelijke zaken ) maupun tidak bertubuh/ berwujud/ berbentuk (onlichamelijke zaken). Setelah berlakunya Undang- undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria , hak - hak adat yang bersifat bertentangan dengan ketentuan- ketentuan undang- undang tersebut tetapi berhubung dengan keadaan masyarakat sekarang ini belum dapat dihapuskan diberi sifat sementara dan akan diatur . Contohnya adalah hak gadai yang disebut dalam pasal 53 jo pasal 52 ayat(2) daan ayat (3) Undangundang Pokok Agraria yang menentukan , bahwa hak gadai sebagai hak yang bersifat sementara diatur untuk membatasi sifat- sifatnya yang bertentangan dengan Undang - undang Pokok Agraria dan hak gadai itu diusakan hapusnya didalam waktu yang singkat, karena didalam hak gadai ada unsur-unsurnya yang bersifat pemerasan.2
Hipotik adalah suatu lembaga jaminan yang diperuntukan bagi khusus tanah yyang tunduk pada hukum barat , sedangkan jaminan yang sama bagi tanah- tanah Indonesia telah dikeluarkan S. 1908-542 jo S. 1909- 586, yaitu
1 Sofwan, Sri Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen, Beberapa Masalah Pelaksanaan Lembaga Jaminan Khususnya Fidusia Di Dalam Praktek Pelaksanaannya Di Indonesia, ,Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1987, hlm. 3
2 Rachmadi Usman, Pasal- pasal tentang Hak Tanggungan Atas Tanah, n Atas Tanah, Djambatan , Jakarta, 2007, hlm.5
Regeling betreffede het creditverband yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1910 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan S.1917 - 497 jo S. 1917 -645, S. 1925-434, S.1939-287, S. 1931-168 jo S. 1931- 423, S. 1937- 190 jo S.
1931-191, S. 1938- 373 jo S. 1938-264, menurut peraturan mana terhadap tanah - tanah hak milik Indonesia dapat dijaminkan dengan credietverband.
(Abdurrahman 1979 :173) Sejak tahun 1960 telah terjadi perubahan mendasar terhadap Kitab Undang- undang Hukum Perdata Indonesia., dengan disahkannya Undang- undang Pokok Agraria yang bermaksud mengadakan unifikasi hukum pertanahan nasional . Perubahan yang besar terlihat pada Buku Kedua Kitab Undang -undang Hukum Perdata , dalam diktum Undang- undang Pokok Agraria memutuskan Buku Kedua KUH Perdata sepanjang yang mengenai bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya , kecuali ketentuan-ketentuan mengenai hipotik yang masih berlaku pada mulai berlakunya Undang-undang Pokok Agraria dinyatakan tidak berlaku.
Credietverband merupakan suatu lembaga jaminan yang diciptakan untuk memberikan kesempatan kepada golongan pribumi untuk dapat memperoleh kredit dari lembaga - lembaga perbankan , dengan jaminan hak- hak atas tanah yang bukan merupakan hak- hak yang dikenal dalam Kitab Undangundang Hukum Perdata yaitu hak- hak atas tanah menurut hukum adat yang mereka punyai. Karena hipotik hanya dapat diterapkan pada hak- hak atas tanah yang dikenal dalam Burgerlijk Wetboek.3 Oleh karena itu pemerintah Hindia Belanda memandang perlu menciptakan lembaga hukum jaminan atas jaminan atas hak atas tanah dengan jalan mereduksi lembaga dan ketentuan - ketentuan mengenai hipotik.
Hak jaminan yang lain adalah fidusia (fiduciare- eigendomsoverdracht ), yang diciptakan melalui Yurisprudensi. Fidusia adalah hak jaminan berupa penyerahan hak atas benda berdasarkan kepercayaan yang disepakati sebagai jaminan bagi pelunasan utang. Jadi fidusia pada hakekatnya adalah penyerahan hak milik atas suatu benda kepada kreditor dengan
3 trio, Hukum Jaminan , Hak- J. Satrio, Hukum Jaminan , Hak- hak Jaminan Kebend hak Jaminan Kebendaan , PT Citra Aditya Bakti, Band aan , PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 20 ung, 2003.
perjanjian bahwa penyerahan tersebut hanya untuk menjamin atas pembayaran kembali uang pinjaman . Debitor dan Kreditor saling percaya bahwa penyerahan. benda tersebut hanya untuk jaminan .Subekti mengemukakan,bahwa begitu sukarnya memperjuangkan kedudukan fidusia sebagai hak kebendaan ,disebabkan karena dalam hukum perdata sudah lama dianut suatu sistem, bahwa hak kebendaan itu terbatas jumlahnya dan hanya dapat diciptakan oleh peraturan undang-undang. Pada awalnya dianggap sebagai gadai yang gelap (klandestio), tetapi karena kebutuhan masyarakat yang begitu mendesak akan adanya suatu bentuk jaminan barang bergerak yang tetap dapat dikuasai oleh si berutang , yaitu barang-barang yang diperlukan untuk menjalankan usaha , maka akhirnya fidusia ini diberikan legalitas.4
Untuk melaksanakan amanat Undang-undang Pokok Agraria maka pada tanggal 9 April 1996 telah disahkan Undang- undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Dengan demikian maka ketentuan-ketentuan mengenai hipotik dan credietverband dalam Buku Kedua Kitab Undang -undang Hukum Perdata dan S. 1908-542 serta perubahannya dinyatakan tidak berlaku. Demikian juga dengan lembaga jaminan fidusia telah diatur dalam Undangundang No. 42 Tahun 1999.
C. Sumber Pengaturan Hukum Jaminan
Istilah sumber hukum dapat dipergunakan dalam tiga pengertian berbeda yang satu dengan yang lainnya, meskipun sebenarnya antara pengertian yang satu dengan yang lainnya mempunyai hubungan yang erat, bahkan menyangkut substansi yang sukar dipisahkan, yakni:
a. Sumber hukum Sumber hukum dalam pengg dalam penggunaan penge unaan pengertian sebagai as rtian sebagai asalnya hukum pisitif, wujudnya
4 Subekti, R, Jaminan - jaminan untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm. 66
dalam bentuk yang konkret, yakni berupa keputusan dari yang berwenang untuk mengambil keputusan mengenai soal yang bersangkutan.
b. Sumber huk Sumber hukum dalam um dalam pengertiannya pengertiannya sebagai sebagai tempat ditemuka tempat ditemukan aturan dan ketentuan hukum positif merupakan pula yang penting bagi setiap orang yang ingin mengetahui atau menyelidiki hukum positif dari suatu tempat pada waktu tertentu.
c. Sumber hukum dalam artian ketig artian ketiga, yakni hal-hal yang hal-hal yang seharusnya seharusnya dijadikan pertimbangan oleh penguasa yang berwenang didalam nanti akan menentukan isi hukum positifnya, juga harus memperhatikan faktor-faktor politis, agama, hubungan inter n internasional nasional dan lain-lainnya.
Pengertian sumber hukum jaminan disini, yakni tempat ditemukannya aturan dan ketentuan hukum serta perundang-undangan (tertulis) yang mengatur mengenai jaminan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan jaminan. jaminan. Aturan dan ketentuan ketentuan hukum dan perundang- undangan perundang-undangan jaminan jaminan yang dimaksud adalah hukum positif, yaitu ketentuan jaminan yang sedang berlaku pada saat ini.
Ketentuan yang secara khusus atau yang berkaitan dengan jaminan, dapat ditemukan dalam:
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) b. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUH Dagang)
c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria
d. Undang-Undang Undang-Undang Nomor 4 Nomor 4 Tahun 1996 Tahun 1996 Tentang Hak Tentang Hak Tanggungan Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah
e. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia f. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun
g. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
h. Undang-Undang Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang tentang Penerbangan
i. Undang-Undang Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang tentang Pelayaran
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang ditelah disampaikan oleh makalah ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Dalam perspektif perspektif hukum kebendaan, kebendaan, lembaga lembaga hak jaminan jaminan merupakan hak kebendaan, yaitu hak kebendaan yang memberi jaminan jaminan dan dengan sendirinyapengatura sendirinyapengaturannya terdapat terdapat di dalam Buku II KUH Perdata. Apabila menilik sistematika KUH Perdata, terkesan hukum jaminan hanya merupakan jaminan kebendaan saja, berhubung pengaturannya terdapat dalam Buku II KUH Perdata. Padahal di samping jaminan kebendaan, dikenal pula jaminan perseorangan (persoonlijke zekerheidsrechten, personal guaranty), yang pengaturannya terdapat di dalam Buku III yang pengaturannya terdapat di dalam Buku III KUH Perdata. erdata.
2. Ada beberapa beberapa prinsip prinsip yang berlaku/menjadi berlaku/menjadi dasar bagi hukum jaminan, jaminan, seperti seperti pada gadai, hipotek, hipotek, hak tanggungan, tanggungan, dan fidusia. fidusia.
Prinsip-prinsip hukum jaminan dalam Undang-Undang Hak Tanggungan adalah prinsip absolute mutlak, prinsip droit de suite, prinsip droit de preference, prinsip prinsip droit de preference, prinsip spesialitas, d spesialitas, dan prinsip publisitas
DAFTAR PUSTAKA
J. Satrio, Hukum Jaminan , Hak- hak Ja J. Satrio, Hukum Jaminan , Hak- hak Jaminan Kebenda minan Kebendaan , PT Citra Aditya an , PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003
Kitab Undang-Undang Undang-Undang Hukum Dagang 3. Undang-Undang Kitab Undang-Undang Undang-Undang Hukum Perdata Perdata
Nunik Yuli Setyowati, Setyowati, PRINSIP PRINSIP – PRINSIP JAMINAN DALAM UNDANG – UNDANG HAK TANGGUNGAN, Jurnal Repertorium, Volume III No. 2
R. Subekti, Jaminan - jaminan untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997 Bandung, 1997
Rachmadi Usman, Pasal- pasal tentang Hak Tanggungan Atas Tanah, Djambatan , Jakarta, 2007
Sri Soedewi Masjchoen Sofyan, Beberapa Masalah Pelaksanaan Lembaga Jaminan Khususnya Fidusia Di Dalam Praktek Pelaksanaannya Di Indonesia, ,Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, ,Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1987 arta, 1987
Undang-Undang No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 T mor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tang entang Hak Tanggungan Atas Tana gungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah
Undang-Undang Nomor 5 Tahun Nomor 5 Tahun 1960 tentang 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pok Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Undang-Undang Undang-Undang Nomor 15 T Nomor 15 Tahun 1992 ahun 1992
tentang Pene tentang Penerbangan rbangan
Undang-Undang Undang-Undang Nomor 16 Nomor 16 Tahun 1985 Tahun 1985 tentang Rum tentang Rumah Susun ah Susun
Undang-Undang Undang-Undang Nomor 21 Nomor 21 Tahun 1 Tahun 1992 tentan 992 tentang Pelayaran
Undang-Undang Undang-Undang Nomor 4 Tah Nomor 4 Tahun 1992 un 1992 tentang Peruma tentang Perumahan dan han dan Permukiman Permukiman Undang-undang Undang-undang Nomor 42 Nomor 42 Tahun 1999 Tahun 1999
Tentang Jamin Tentang Jaminan Fidusia an Fidusia