Kegiatan Pengabdian Masyarakat
“Implementasi Desain Kurikulum di Sekolah Berbasis Inklusi”
SD Yapita Surabaya
Alvia Amalani Mujaroh Putri 1); Lu’lu’ul Mukaromah 2); Ratna Ayyu Bidari 3); Rifdah Salsabila 4); Sekar Putri Pembayan 5)
1) [email protected] ,(Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya)
2) [email protected] ,(Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya)
3) [email protected] ,(Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya)
4) [email protected] ,(Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya)
5) [email protected] ,(Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya)
Article Info:
Keywords:
Curriculum design Inclusive education implementation
Article History:
Received : February 07, 2024 Revised : March 28, 2024 Accepted : April 01, 2024
Article Doi:
http://dx.doi.org/12.12244/jies.2019.5.1.00 10.22441/jam.v9i2.25713
Abstract
Community service regarding the implementation of curriculum designs in inclusive-based schools which aims to find out the curriculum designs applied in inclusive-based schools This community service uses the PRA technique method in the form of an approach involving village communities as an effort to increase knowledge in solving inclusive education problems is an effective strategy to reduce discriminatory attitudes the curriculum is a set of lesson plans that are used as a reference in the teaching and learning process that aims to achieve educational goals. there is no difference in the type of curriculum for normal children and children with special needs in inclusive-based schools. However, the school is responsible for and cares about children with special needs, the school provides time adjustments both when working and when assessing learning outcomes understanding returns to knowing the material that has been learned as an effort by the teacher to find out the response of students during learning.
Abstrak
Pengabdian kepada masyarakat mengenai implementasi desain kurikulum di sekolah berbasis inklusi yang bertujuan untuk mengetahui desain kurikulum yang diterapkan di sekolah berbasis inklusi.pengabdian kepada masyarakat ini menggunakan metode teknik PRA berupa pendekatan yang melibatkan masyarakat desa sebagai upaya peningkatan pengetahuan dalam menyelesaikan masalah.pendidikan inklusif merupakan strategi yang efektif untuk mengurangi sikap deskriminatif.kurikulum merupakan seperangkat rencana pembelajaran yang dijadikan sebagai acuan dalam proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan. tidak terdapat perbedaan jenis kurikulum bagi anak normal maupun anak berkebutuhan khusus dalam sekolah berbasis inklusi.namun pihak sekolah bertanggungjawab dan peduli dengan anak penyandang kebutuhan khusus.pihak sekolah memberikan penyesuaian waktu baik pada saat mengerjakan maupun pada saat penilaian hasil belajar.pemahaman kembali mengenai materi yang telah dipelajari sebagai upaya guru untuk mengetahui respon peserta didik pada saat pembelajaran.
Kata Kunci: desain kurikulum, pendidikan inklusif, implementasi.
162
Alvia Amalani Mujaroh Putri., Lu’lu’ul Mukaromah., Ratna Ayyu Bidari., Rifdah Salsabila., & Sekar Putri Pembayan., (2024). Kegiatan Pengabdian Masyarakat “Implementasi Desain Kurikulum di Sekolah Berbasis Inklusi” Sd Yapita Surabaya. Jurnal Abdi Masyarakat.
Volume 9 (2), 161-166
PENDAHULUAN
Pendidikan inklusi merupakan hal yang baru di Indonesia umumnya.pendidikan inklusi adalah sebuah lembaga pendidikan yang menerima seluruh peserta didik tanpa memandang potesnsi,kondis fisik,mental,emosional,agama,gender,dan latar belakang ekonomi.namun terdapat sebuah sistem yang dapat beradaptasi dengan baik anak yang normal maupun yang berkebutuhan khusus.pendidikan inklusi mensyaratkan sekolah menyesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik yang berbeda-beda.
Pendidikan inklusi dimaksudkan untuk mengakomodasi kebutuhan belajar yang berkecakupan sangat luas dalam dunia pendidikan formal dan informal dan tidak hanya mempersatukan anak-anak yang terpinggirkan dalam pendidikan utama.pendidikan inklusif adalah pendekatan guna mengubah sistem pendidikan agar dapat mengakomodasi peserta didik yang sangat beragam.tujuannya agar dapat memungkinkan baik guru maupun siswa sehingga merasa nyaman dengan adanya perbedaaan dan menganggapnya sebagai tantangan dan pengayaan dalam lingkungan belajar dan tidak menganggapnya sebagai masalah.
Sekolah penyelenggara pendidikan inklusi adalah sekolah yang menampung semua anak dikelas yang sama.pelaksanaan pendidikan inklusif atau sekolah penyelenggara pendidikan inklusif merupakan strategi yang sangat efektif guna mengurangi sikap deskriminatif,membuat masyarakat lebih terbuka,dan membuka kesempatan pendidikan untuk semua anak.sekolah penyelenggara pendidikan inklusi diharapkan harus siap dengan segala konsekuensi sebab terdapat keberagaman karakeristik peserta didik normal dan anak berkebutuhan khusus(ABK).hal ini menjadi tuntutan sekolah untuk melakukan penyesuaian baik dari segi desain kurikulum,sarana dan prasarana,sistem pembelajaran maupun sistem penilaian.
Desain kurikulum merupakan desain atau rancangan atau model yang berpusat pada pengetahuan(the knowlage centred design).dan ketika perancangnya berdasarkan struktur disiplin ilmu akan diikuti siswa dari berbagai tahap perkembangan pendidikan.pada implementasi desain kurikulum sekolah penyelenggara pendidikan inklusi,para guru sekolah dasar inklusi diharapkan mampu menerapkan desain kurikulum yang telah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didiknya.mengingat di dalam sekolah penyelenggara pendidikan inklusi terdapat berbagai anak dengan beragam latabelakang. Salah satunya adalah ABK.implementasi desain kurikulum yang di terapkan pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusi,pada tahap perencanaan guru kelas melakukan penyusunan promes,silabus dan RPP yang disusun berdasarkan kemampuan siswa regular.namun pada pelaksanaannya khusus terhadap ABK, terdapat GPK yang akan mendampingi ABK dalam proses belajar mengajar agar materi dapat diterima dengan mudah.
Dalam kegiatan pengabdian ini ditemukan permasalahan yang mendasar di SD Yapita yakni diantaranya (1) Kurikulum yang diterapkan di SD Yapita antara anak ABK dan anak normal tidak ada perbedaan (disamakan). (2) Kurangnya SDM GPK di SD Yapita dalam pengembangan kurikulum modifikasi. Selain itu, ada beberapa rumusan permasalahan yang ingin diketahui yakni: (1) Bagaimanakah Desain Kurikulum yang diterapkan di SD Yapita Surabaya?, (2) Apakah pengimplementasian kurikulum tersebut sudah berjalan dengan baik?, (3) Bagaimana respon siswa kelas 2 SD Yapita mengenai kurikulum yang diterapkan?. Dalam Hal ini, adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam pemecahan masalah tersebut yakni yang pertama
mengobservasi kurikulum pendidikan inklusi yang telah diterapkan di SD Yapita serta respon siswa terhadap kurikulum yang ada. Yang kedua melaksanakan pengabdian berupa mengisi kelas dengan kegiatan belajar mengajar sesuai kurikulum yang ada.
Dan yang terakhir adalah melakukan diskusi dengan wali kelas mengenai desain kurikulum yang biasa digunakan di sekolah inklusi.
Program pengabdian masyarakat ini tentunya memiliki manfaat dan tujuannya tersendiri. Adapun manfaat dalam program ini adalah (1) Melalui desain kurikulum ini bagi guru dapat menciptakan proses pembelajaran yang ramah bagi semua peserta didik baik reguler maupun anak berkebutuhan khusus. (2) Melalui implementasi kurikulum ini dapat membantu anak dengan berbagai kebututuhan ini dapat menerima materi sesuai dengan siswa reguler. (3) Melalui pengimplementasian desain kurikulum ini dapat membangun respon belajar yang baik ,untuk anak reguler maupun anak berkebutuhan khusus dalam menempuh proses belajar mengajar. Sedangkan Tujuan Diadakannya program ini yakni (1) untuk mengetahui desain kurikulum yang diterapkan di SD Yapita Surabaya dalam mengoptimalkan proses belajar mengajar peserta didik. (2) Untuk mengetahui keefektivan proses pengimplementasian desain kurikulum yang telah diterapkan di SD Yapita Surabaya. (3) Untuk mengetahui Respon siswa kelas 2 SD Yapita dalam proses pengimplementasian kurikulum yang telah diterapkan
Diadakannya program ini sejalan dengan adanya dasar hukum mengenai sekolah inklusi yakni Permendiknas 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang memiliki Kelainan dan memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, yang mana maksud dalam hal ini adalah memberikan kesempatan kepada ABK maupun Gifted dalam mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak normal pada umumnya. Hal ini sesuai dengan pengertian inklusi yang mana sebuah sistem pendidikan yang menempatkan anak normal dengan anak ABK dalam satu kelas yang mana bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang sama kepada siswa.
METODE
Metode yang digunakan dalam program pengabdian masyarakat ini adalah teknik PRA yakni sebuah metode atau pendekatan yang melibatkan masyarakat desa dalam usaha peningkatan pengetahuan mengenai hidup dalam suatu kondisi agar dapat membuat rencana tindakan dalam memecahkan masalah (Chambers, 1996). Adapun sempel dalam pengabdian masyarakat ini yakni siswa/siswi kelas 2 SD Yapita Surabaya. Dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini, akan dilaksanakan beberapa rancangan program, diantaranya: (1) Mengobservasi kurikulum pendidikan inklusi yang telah diterapkan di SD Yapita serta respon siswa terhadap kurikulum yang ada, (2) Melaksanakan pengabdian berupa mengisi kelas dengan kegiatan belajar mengajar sesuai kurikulum yang ada. (3) Melakukan diskusi dengan wali kelas mengenai desain kurikulum yang biasa digunakan di sekolah inklusi. (4) Mengidentifikasi problema lainnya yang berkaitan dengan Implementasi desain kurikulum yang dihadapi oleh sekolah inklusi SD Yapita Surabaya.Sebaiknya dihindari pengorganisasian penulisan ke dalam “anak sub-judul” pada bagian ini. Namun, jika tidak bisa dihindari, cara penulisannya dapat dilihat pada bagian “Hasil dan Pembahasan”.
164
Alvia Amalani Mujaroh Putri., Lu’lu’ul Mukaromah., Ratna Ayyu Bidari., Rifdah Salsabila., & Sekar Putri Pembayan., (2024). Kegiatan Pengabdian Masyarakat “Implementasi Desain Kurikulum di Sekolah Berbasis Inklusi” Sd Yapita Surabaya. Jurnal Abdi Masyarakat.
Volume 9 (2), 161-166
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dilaksanakannya kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mengetahui desain kurikulum yang diterapkan di SD Yapita serta respon siswa mengenai kurikulum tersebut. Selain itu, tujuan diadakannya kegiatan ini untuk memberitahukan mengenai desain kurikulum seperti apa yang sesuai untuk anak ABK dan hal tersebut diharapkan bisa memberikan perubahan yang lebih baik untuk kurikulum sekolah tersebut. Sasaran pada pengabdian masyarakat ini adalah guru dan siswa kelas 2, ketercapaian sasaran ini dibuktikan dengan adannya respon positif baik dari guru maupun para murid atas kegiatan yang dilakukan. Dalam hal ini, desain kurikulum yang biasa diterapkan di sekolah inklusi yakni desain kurikulum modifikasi yang mana kurikulum anak normal disesuaikan dengan kemampuan ABK.
1. Desain Kurikulum Yang Digunakan Di SD Yapita
Kurikulum pendidikan dalam dunia tarbiyah merupakan seperangkat perencanaan serta media pembelajaran yang dijadikan sebuah acuan dalam mewujudkan tujuan dari pendidikan (Langgulung, 2004). Sedangkan menurut S. Nasution, kurikulum sendiri merupakan suata rencana yang disusun sedemikian rupa guna memperlancar kegiatan belajar mengajar dibawah naungan lembaga pendidikan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasannya kurikulum merupakan seperangkat rencana pembelajaran yang dijadikan sebagai acuan dalam proses belajar mengajar yang mana bertujuan untuk menyelesaikan tingkatan pendidikan (Bahri, 2017).
SD Yapita Surabaya sendiri salah satu sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 Untuk kelas 2,3,5,dan 6 menggunakan kurikulum 2013 dan untuk kelas 1 dan 4 menggunakan kurikulum merdeka, perbedaan kurikulum tersebut dikarenakan adannya proses bertahap pergantian kurikulum 2013 ke kurikulum merdeka. Seperti yang telah dipaparkan oleh guru kelas 2 di SD Yapita bahwasannya kurikulum antara anak normal dan anak ABK tidak ada perbedaan (disamakan). Berdasarkan kompetensi inti (KI) susunana mata pelajaran dan alokasi waktu harus sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Dalam hal ini, penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar (KD) didasarkan pada jumlah minggu efektif serta alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar (KD), keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar (KD) (Fitrianti et al., n.d.).
Untuk kurikulum antara anak normal dan anak ABK memang tidak ada perbedaan, akan tetapi terkadang anak ABK sendiri diberikan penyesuaian waktu (penambahan waktu) baik pada saat mengerjakan ulangan harian, ujian, tes serta tugas lain yang berhubungan dengan penilaian hasil belajar siswa. Guru harus memberikan toleransi waktu dan tempat belajar, seperti yang dikatakan guru kelas bahwasannya pada saat ulangan ABK dibawa keruangan khusus (perpustakaan) untuk mengerjakan, pada saat itu guru pembimbing akan membantu siswa contohnya pada siswa yang belum bisa membaca guru akan membacakan soal dan murid akan disuruh menjawab.
Terkadang, soal yang diberikan akan disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak ABK tersebut.
2. Upaya Guru Kelas Dalam Mendampingi Belajar Anak Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Anak Slow Learner.
Slow learner merupakan suatu kondisi fisik peserta didik yang memiliki
keterbelakangan pada setiap pelajaran,capaian yang minim,tidak menonjol,serta berbeda dari peserta didik seusianya karena keterlambatan dalam menangkap
materi apapun yang telah diberikan oleh guru.hal ini disebabkan karena mereka ini tidak tampak secara fisik.namun mayoritas justru beranggapan bahwa anak dengan masalah ini merupakan anak yang bodoh.dan bukan mereka ini tidak mau belajar namun mereka memang masih belum menghafal dan belum bisa mencerna materi dengan baik.
Upaya guru dalam mendampingi belajar anak yang berkebutuhan khusus dalam meningkatkan hasil belajar dengan cara :
a Misalkan guru tersebut memberi instruksi untuk mencatat tulisan yang ada di papan namun anak dengan kebutuhan ini tidak bisa memahami instruksi yang telah diperintahkan guru dan mereka terlihat masih bingung.maka guru tersebut memanggil nya kedepan dan guru tersebut mengajari langsung di kursi sebelahnya yang telah disiapkan guru untuk anak berkebutuhan khusus.
b Pada saat ujian,terdapat guru pendamping yang mendampingi mereka ujian yang bertugas membacakan soal ujian tersebut,namun untuk menjawab soal tersebut mereka juga masih kebingungan.guru
memberikan arahan seperti membandingkan sesuatu yang benar dan sesuatu yang salah guna untuk ditentukan oleh anak tersebut.dan dalam menulis pun mereka juga masih perlu di dekte karena keterbatasan mereka.jika anak tersebut tidak mengetahui huruf yang akan ditulis maka guru tersebut menggambarkan seperti apakah huruf tersebut dengan cara mengambil contoh seperti benda-benda disekitar.
c Dan unutuk hasil belajar untuk anak reguler dan anak berkebutuhan
khusus ini dibedakan.untuk anak reguler ini sesuai dengan ketentuan yang ditentukan.untuk anak yang berkebutuhan khusus ini memiliki rapor
tersendiri.(Sholihah, n.d.)
3. Upaya Guru Dalam Mengetahui Respon Siswa Dalam Proses
Pengimplementasian Desain Kurikulum Yang Telah Diterapkan Di SD Yapita Desain kurikulum yang diterapkan pada SD Yapita ini menggunakan kurikulum merdeka bagi anak kelas 1 dan kelas 4,dan kurikulum 2013 ini diterapkam pada anak kelas 2,3,5 dan 6.dibedakannya kurikulum yang diterapkan di SD Yapita ini disebabkan karena memang dilaksanakannya secara bertahap.dan untuk kurikulum merdeka ini memang untuk bahan percobaan. Percobaan kurikulum ini dilakukan dengan adanya pelatihan yang telah didelegasikan.(Sunanto, 2016)
Upaya guru dalam mengetahui respon siswa dalam proses pengimplementasian desain kurikulum yang telah diterapkan adalah dengan cara :
a Guru memberikan pemahaman materi yang telah diajarkan.
b Guru menggali pemahaman atau potensi siswa tentang materi yang telah diajarkan
PENUTUP Simpulan
1. Sekolah penyelenggara pendidikan inklusi adalah sekolah yang menampung semua anak dikelas yang sama.pelaksanaan pendidikan inklusif atau sekolah penyelenggara pendidikan inklusif merupakan strategi yang sangat efektif guna mengurangi sikap deskriminatif membuat masyarakat lebih terbuka,dan membuka kesempatan pendidikan untuk semua anak.
166
Alvia Amalani Mujaroh Putri., Lu’lu’ul Mukaromah., Ratna Ayyu Bidari., Rifdah Salsabila., & Sekar Putri Pembayan., (2024). Kegiatan Pengabdian Masyarakat “Implementasi Desain Kurikulum di Sekolah Berbasis Inklusi” Sd Yapita Surabaya. Jurnal Abdi Masyarakat.
Volume 9 (2), 161-166
2. Desain kurikulum yang diterapkan di SD Yapita menggunakan kurikulm 2013 dan tidak ada modifikasi kurikulum untuk anak ABK. Namun pihak sekolah sangat bertanggung jawab dan peduli dengan siswa ABK yang mana untuk siswa ABK diberikan penyesuaian waktu (tambahan waktu) seperti pada saat mengerjakan ulangan harian, ujian, tes serta tugas lain yang berhubungan dengan penilaian hasil belajar siswa.
3. Pentingnya usaha serta kemampuan guru dalam mengenali potensi yang dimiliki setiap muridnya agar bisa menciptakan media serta metode yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar.
Saran
1. Semoga kedepannya pihak sekolah bisa lebih baik lagi dalam penerapan kurikulum untuk sekolah inklusi, khususnya penyesuaian kurikulum terhadap siswa siswi ABK nya.
2. Diharapkan pelaksanaan kegiatan pengabdian masyrakat bisa dilaksanakan dengan lebih maksimal, dan semoga kegiatan seperti sosialisasi mengenai kurikulum sekolah inklusi lebih banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, S. (2017). PENGEMBANGAN KURIKULUM DASAR DAN TUJUANNYA.
Jurnal Ilmiah Islam Futura, 11(1), 15. https://doi.org/10.22373/jiif.v11i1.61 Chambers, R. (1996). PRA Participatory Rural Appraisal = Memahami desa secara
partisipatif (Y. Sukoco, Trans.; Cetakan ke-1). Kanisius : Yayasan Mitra Tani.
Fitrianti, Y., Afifa, M., Wulandari, R., & Chasanah, U. (n.d.). Implementasi
Pembelajaran Tematik Terpadu Pada Anak Berkebutuhan Khusus Kelas 1 Di Sekolah Dasar Islam Yapita Surabaya. 9.
Langgulung, H. (2004). Manusia dan Pendidikan: Suatu analisa psikologis, filsafat dan pendidikan (1st ed.). Pustaka Al-Husna Baru.
Sholihah, N. (n.d.). IMPLEMENTASI KURIKULUM ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS SLOW LEARNER DALAM KONTEKS PENDIDIKAN INKLUSI. 99.
Sunanto, J., & Hidayat. (2016). Desain Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Kelas Inklusif. Jurnal asesmen dan intervensi anak berkebutuhan khusus, 17. https://doi.org/10.17509/jassi.v16i1.5738