• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekerasan Terhadap Anak Jalanan (Studi Kasus di Perempatan Jalan Kawasan Sekitar Pasar Aksara Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Kekerasan Terhadap Anak Jalanan (Studi Kasus di Perempatan Jalan Kawasan Sekitar Pasar Aksara Kota Medan)"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Anak jalanan di Indonesia terus meningkat dengan konsentrasi terbesar di Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Medan. Kasus kekerasan tidak hanya terjadi pada anak-anak yang biasa menghabiskan waktu di rumah saja, anak jalanan menjadi salah satu korban yang paling sering terjadi.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan sosiologi perkotaan, sosiologi keluarga dan yang berkaitan dengan permasalahan perkotaan. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam menulis artikel ilmiah serta menambah pengetahuan tentang kekerasan terhadap anak jalanan.

Defenisi Konsep

Kekerasan terhadap anak adalah suatu peristiwa yang mengakibatkan kerugian fisik, mental atau seksual, biasanya dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab atas kesejahteraan anak, yang kesemuanya diwujudkan dalam bentuk kerugian dan ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak. Pelaku kekerasan adalah seseorang yang melakukan tindakan kekerasan terhadap anak, baik secara fisik maupun psikis.

KAJIAN PUSTAKA

Anak Jalanan

Anak jalanan merupakan anak-anak yang terpinggirkan, terpinggirkan dan terasing dari perlakuan penuh kasih sayang, karena sebagian besar dari mereka pada usia yang relatif dini harus menghadapi lingkungan kota yang keras bahkan sangat bermusuhan. Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah membantu memperkuat dukungan ekonomi keluarga, karena beban atau tekanan kemiskinan yang harus ditanggung tidak dapat diselesaikan oleh orang tuanya sendiri.

Kekerasan Terhadap Anak

Anak jalanan, yaitu anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Anak dari keluarga jalanan yaitu anak dari keluarga yang hidup di jalanan.

Kemiskinan

3 Faktor internal, dalam hal ini kemiskinan berasal dari dalam diri individu yang mengalami kemiskinan yang hakikatnya berupa disabilitas. Kemiskinan dalam hal ini bersumber dari luar individu atau keluarga yang mengalami dan menghadapi kemiskinan yang menjadikannya miskin pada suatu waktu tertentu, seperti terbatasnya kesempatan kerja, terbatasnya pelayanan sosial dan kondisi geografis yang sulit.

Keretakan Dalam Keluarga

Anak-anak yang orang tuanya bercerai sering kali menderita, terutama secara finansial, dan kehilangan rasa aman secara emosional. Umumnya permasalahan kesulitan ekonomi ini dialami terutama oleh anak-anak yang berada dalam pengasuhan ibunya dan berasal dari kalangan bawah.

Tahap Perkembangan Anak

Pada tahap ini, anak kecil mulai belajar mengambil peran orang lain di sekitarnya. Pada tahap ini, seseorang dianggap mampu berkomunikasi dengan orang lain dalam masyarakat karena ia memahami perannya sendiri dan peran orang lain yang berinteraksi dengannya.

Sosialisasi Sekunder Dan Sosialisasi Primer

Terakhir, universalisme berarti jika seorang anak di rumah mendapat perlakuan khusus di rumah. Misalnya, ketika seorang anak pertama kali berada di lingkungan anak-anak yang baik, kemudian masuk ke dalam lingkungan anak-anak pemakai narkoba, maka dengan sendirinya ia akan mengisolasi dirinya dari pola perilaku para pengguna narkoba tersebut dan begitu pula sebaliknya.

Kelompok Primer Dan Kelompok Sekunder

Media massa berperan besar dalam menyebarkan informasi tentang berbagai kebijakan pemerintah, seperti undang-undang, peraturan daerah dan berbagai kebijakan publik lainnya. Adanya tujuan bersama di antara anggotanya berarti setiap individu mempunyai keinginan dan sikap yang sama dalam upaya mencapai tujuan tersebut dan salah satu pihak harus rela berkorban demi kepentingan pihak lain. Hubungan tersebut tidak berdasarkan kenalan pribadi dan sifatnya juga tidak langgeng, misalnya: hubungan kontrak jual beli (Soekanto.

Pada kelompok sekunder tidak terdapat loyalitas antar anggota terhadap kelompoknya, sehingga tidak tercapai kesejahteraan bersama seperti pada kelompok primer.

Labeling Terhadap Anak Jalanan

Status mereka sebagai anak jalanan membuat mereka menghadapi berbagai hinaan, pelecehan, hinaan, kekejaman dan citra buruk di masyarakat. Artinya, ketika permasalahan sosial menimpa keluarga dan dirinya, otomatis ia merasa hak-haknya sebagai seorang anak dirampas oleh masyarakat, termasuk pemerintah. Stigma negatif masyarakat dan tidak berfungsinya pemerintah dalam memenuhi kewajiban memberikan yang terbaik bagi anak membuat posisi anak jalanan semakin terpinggirkan.

Hal ini pula yang menyebabkan anak jalanan selalu mengalami perlakuan yang tidak hanya mengabaikan keberadaannya sebagai anak di suatu negara, namun juga melanggar hak asasinya.

Undang-Undang Terhadap Perlindungan Anak

Stigma negatif dan latar belakang status memudahkan seseorang atau kelompok melakukan tindakan yang bertentangan dengan konsep bermasyarakat dan bernegara yang sebenarnya (French, 1999: 12). Sebagai wujud komitmen Pemerintah dalam meratifikasi Konvensi Hak Anak, maka pada tanggal 22 Oktober 2002, Pemerintah Indonesia meratifikasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang secara keseluruhan materi pokoknya dimuat dalam undang-undang ini, memuat ketentuan dan prinsip konvensi hak – Hak Anak. Sehubungan dengan konsep perlindungan anak yang utuh dan komprehensif, UU No. 23 membebankan kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan prinsip-prinsip berikut.

Jika diperhatikan banyaknya anak jalanan yang saat ini berada di jalanan merupakan bukti bahwa undang-undang yang ditetapkan pemerintah belum berjalan sesuai harapan.

METODE PENELITIAN

  • Jenis Penelitian
  • Lokasi Penelitian
  • Unit Analisis dan Informan
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Interpretasi Data
  • Jadwal Kegiatan
  • Keterbatasan Penelitian

Terkadang penjaga toko juga akan membela anak-anak jalanan perempuan di sana jika mereka di-bully oleh teman laki-lakinya. Anak jalanan di Pasar Aksara tidak selalu berjalan bersama-sama saat naik bus. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, anak jalanan di pasar literasi mengaku sering mengalami kekerasan fisik.

Hasil observasi peneliti di lapangan menunjukkan bahwa anak-anak juga sering mendapat kekerasan verbal dan intimidasi dari anak jalanan yang lebih tua darinya.

TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA

Deskripsi Lokasi Penelitian

Luas wilayah Kecamatan Bantan Timur adalah 88,8 ha/m² dengan luas pemukiman 80 ha/m² dan luas perkantoran 8,8 ha/m². Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Medan, jumlah penduduk Kecamatan Bantan Timur pada tahun 2010 mencapai 26.815 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 12.408 jiwa dan perempuan sebanyak 14.407 jiwa dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak 5.363 kepala keluarga. Mayoritas penduduk Bantan Timur adalah suku Batak Mandailing dan agama mayoritas di wilayah tersebut adalah Islam.

Tabel 4.2  Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di kelurahan   Bantan Timur tahun 2010
Tabel 4.2 Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di kelurahan Bantan Timur tahun 2010

Profil Informan

Reni merasa tidak nyaman berdiam diri di rumah dan akhirnya memilih kabur dari rumah dan hidup di jalanan. Di jalanan, ia kerap merasa takut saat mengamen karena sering kali ada anak punk yang mencuri uang hasil karyanya. Kondisi keuangan yang kurang memadai membuatnya menuruti ajakan salah satu temannya untuk turun ke jalan.

Immanuel sudah terbiasa dengan kehidupan jalanan, karena ia sudah hidup di jalanan sejak ia berusia 6 tahun.

Penyebab Anak Menjadi Anak Jalanan

Ciri-ciri struktur keluarga yang rapuh adalah ketidakmampuan orang tua dalam membesarkan anaknya dengan sebaik-baiknya, yaitu tidak adanya perhatian, kelembutan dan kasih sayang orang tua terhadap anak. Anak akan merasa diabaikan, kehilangan rasa aman, kecewa berat terhadap orang tuanya, sehingga akibatnya mereka lebih memilih hidup di jalanan. Dari pernyataan informan di atas terlihat jelas bahwa pengaruh lingkungan dan pengabaian orang tua menjadi penyebab anak menjadi anak jalanan.

Ketika anak bisa berkontribusi secara ekonomi pada keluarga, maka orang tua menganggap hal tersebut sangat menguntungkan.

Gambaran Umum Kehidupan Anak Jalanan Di Jalan Aksara Medan

Rumah anak jalanan tidak memadai untuk berteduh sehingga mereka harus pindah saat hujan. Seperti yang biasa terjadi pada anak-anak jalanan, mereka pun nyaris tidak hidup tanpa menjaga kebersihan dan kesehatannya. Biasanya anak-anak jalanan yang tinggal di Aksara sesekali mandi di kamar mandi umum sekitar pasar Aksara, mereka juga sesekali mencuci pakaian di sana saat pasar sedang sepi.

Bahkan sebatang rokok pun akan dihisap oleh anak-anak tersebut secara bergantian, tidak peduli apakah itu laki-laki atau perempuan.

Perilaku Menyimpang Anak Jalanan Sebagai Dampak Kekerasan dan

Para informan di atas juga mengakui bahwa kekerasan yang dialaminya juga cenderung membuat anak melakukan perilaku menyimpang seperti melakukan kekerasan.

Kekerasan Terhadap Anak Jalanan

Kekerasan terhadap anak jalanan dapat berupa kekerasan fisik, kekerasan sosial, kekerasan psikis, dan kekerasan seksual. Anak jalanan seringkali melontarkan kata-kata kotor yang bersifat seksual, seperti kata “mompa”, “pompon” yang sering mereka gunakan. Kekerasan ekonomi terhadap anak jalanan sebenarnya bermula dari kekerasan yang berasal dari keluarga.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kekerasan tersebut merupakan kekerasan yang selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari anak jalanan di Jalan Aksara.

Pelaku Kekerasan Terhadap Anak Jalanan

Terlihat saat peneliti bergabung, salah satu warga sekitar jalan malah meneriaki salah satu anak kecil jalanan karena dituduh mencuri. Setelah dilakukan penelitian di lapangan, diketahui bahwa bagi anak jalanan perempuan yang mempunyai pacar, pacarnya berpotensi menjadi pelaku kekerasan terhadap dirinya. Maka tak heran jika anak jalanan perempuan seringkali bergantung pada pacarnya, terutama dalam urusan keuangan.

Salah satu motivasi terjadinya aksi kekerasan yang dilakukan anak punk terhadap anak jalanan adalah persaingan kehidupan jalanan, sehingga mereka tidak senang dengan kehadiran kelompok lain di jalanan.

Pandangan dari Lembaga PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak)

PKPA bergerak dalam bidang advokasi, pendidikan, kesehatan dan perlindungan anak dalam situasi sulit, termasuk anak jalanan. Dampak langsung dari program ini terhadap anak jalanan adalah terpenuhinya hak-hak dasar anak terutama di bidang kesehatan, pendidikan dan perlindungan khusus. Hal ini disebabkan oleh munculnya anak-anak yang baru memasuki jalan, dimana anak jalanan selalu berpindah-pindah dan tidak berdiam diri pada satu tempat.

Dari pantauan PKPA, setelah melakukan pendampingan terhadap anak jalanan, seringkali masih terdapat anak-anak baru yang turun ke jalan sehingga sulit untuk secara serius menanggulangi permasalahan anak jalanan.

Pandangan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Terhadap Keberadaan Anak

Ada kendala dalam pengawasan, ketika dilakukan pengawasan maka anak jalanan akan melarikan diri dan pindah, sehingga tidak semua anak jalanan di kota Medan bisa ditangkap. “Nah, setelah penggerebekan, anak-anak itu langsung kita bawa ke Panti Asuhan Punge Binjai” (Zailun). Setelah membimbing anak keluar jalanan, biasanya mereka kembali ke orang tuanya, jika masih memiliki orang tua.

Dinas sosial sendiri mengatakan saat ini upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi jumlah anak jalanan adalah dengan menyadarkan masyarakat dan anak-anak tersebut bahwa mencari uang di jalanan itu tidak baik dan dilarang.

Pandangan Negatif Anak Jalanan Terhadap Petugas Keamanan

Kekerasan yang dialami anak jalanan membuat mereka semakin agresif karena kerasnya kehidupan sosial mereka di jalanan. Tampaknya undang-undang tentang perlindungan anak khusus anak jalanan saat ini masih belum bisa menjawab seluruh permasalahan anak. Orang tua sebagai orang yang harus bertanggung jawab mempunyai pengaruh yang besar terhadap tumbuh kembang anak, sehingga harus dibina secara khusus, karena akar permasalahan anak jalanan saat ini berasal dari permasalahan keluarga.

Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat harus bekerja sama dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan anak jalanan saat ini.

PENUTUP

Kesimpulan

Anak jalanan seringkali mengalami kekerasan ketika mereka bekerja di jalanan, dan pelakunya rata-rata adalah orang dewasa atau lebih tua dari dirinya, termasuk anak jalanan, punk, keluarga, penjahat lokal, dan juga pengemudi kernel. Terjadinya tindak kekerasan di jalanan terhadap anak jalanan biasanya disebabkan oleh adanya perasaan persaingan dari kelompok tertentu, yang juga bekerja di jalanan, karena ingin membalas dendam, atau karena merasa terganggu dengan keberadaan suatu kelompok. Keluarga yang tidak mampu mempertahankan fungsinya akan berdampak buruk pada anak, sehingga berpotensi berperilaku menyimpang dan menjadi anak jalanan.

Anak jalanan tidak hanya dihadapkan pada ancaman kekerasan, namun juga dari berbagai pengaruh lain yang akan menghambat tumbuh kembang anak, baik secara fisik, mental, dan intelektual.

Saran

Anak-anak hendaknya dibekali secara serius dengan pendidikan agama serta pembinaan mental dan moral agar tidak berperilaku menyimpang di masyarakat namun dapat berpartisipasi mulai dari hal-hal sederhana dalam keluarga. Untuk meningkatkan minat, perhatian dan empati di seluruh masyarakat terhadap masalah kekerasan yang dihadapi anak jalanan, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa menanggapi masalah ini melalui rasa kasih sayang saja tidak cukup untuk ditunjukkan oleh anak-anak. siapa saja yang menjadi korban. Yang diperlukan adalah langkah-langkah konkrit untuk mencegah bertambahnya jumlah korban anak, atau setidaknya bersedia melaporkan kasus-kasus kekerasan yang terjadi di sekitar kita kepada lembaga-lembaga yang berkompeten menanggulangi permasalahan ini, baik kepolisian maupun lembaga-lembaga sosial di masyarakat yang berdedikasi. untuk memberikan perlindungan sosial kepada anak jalanan.

Maka yang diperlukan saat ini adalah menciptakan perhatian masyarakat yang benar-benar intensif terhadap kasus-kasus kekerasan.

Gambar

Tabel 4.2  Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di kelurahan   Bantan Timur tahun 2010
Tabel 4.3  Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Di Kelurahan Bantan  Timur Pada Tahun 2010
Tabel 4.4 Tingkat pendidikan penduduk di kelurahan Bantan Timur pada  tahun 2010 adalah sebagi berikut:
Tabel 4.5  Prasarana Peribadatan Di Kelurahan Bantan Timur Pada Tahun    2010
+3

Referensi

Dokumen terkait

akan tetapi anak jalanan ini tetap Kembali ke jalanan walaupun sudah dilaksanakan pemberdayaan dan anak jalanan ini masih tetap eksis berkeliaran di jalanan Kota Palembang berdasarkan

1 2022 46 http://philstat.org.ph Figure 8: Model Accuracy between algorithms of Data mining Figure 9: Model accuracy comparison of our proposed approach used CONCLUSIONS AND OUTLOOK