• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Kekuatan tidak datang dari kemampuan fisik. Dia datang dari kemauan yang tidak dapat ditaklukkan.”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "“Kekuatan tidak datang dari kemampuan fisik. Dia datang dari kemauan yang tidak dapat ditaklukkan.” "

Copied!
43
0
0

Teks penuh

Qadar dalam erti kata takdir yang telah ditentukan oleh Allah untuk manusia adalah salah satu masalah dalaman umat Islam yang memunculkan ilmu Kalam termasuk isu-isu kontroversi. Salah seorang ulama klasik yang menarik untuk dikaji berkenaan dengan pandangan qadar ialah Muqatil bin Sulayman. Untuk itu perlu mengkaji kefahaman Muqatil bin Sulayman terhadap ayat-ayat berkaitan qadar melalui kitab Tafsīr Muqātil Muqatil bin Sulayman.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pemahaman Muqatil bin Sulaiman terhadap tafsir ayat tentang qadar, artinya pembahasan dalam kitab al-Radd 'Ala al-Qadariyah merupakan miniatur dari Tafsīr Muqatil. Keterbatasan pembahasan penelitian ini adalah terfokus pada dua permasalahan yaitu bagaimana penafsiran ayat tentang qader dalam Tafsīr Muqatil bin Sulaimān dan bagaimana gaya penafsiran Muqatil di madzhab Islam terkait dengan makna qader. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir yang telah menginspirasi dan memberikan “semangat keilmuan” yang sangat berarti bagi penulis.

Takdir, dalam erti kata takdir yang telah ditentukan oleh Tuhan untuk manusia1, sering disalahtafsirkan oleh masyarakat. 3 Mazhab Qadariyah meyakini bahawa perbuatan manusia itu diciptakan oleh manusia sendiri dengan fitrah yang dikurniakan Allah sejak mereka dilahirkan ke dunia. Untuk itu perlu mengkaji kefahaman Muqātil bin Sulaimān terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan qadar melalui kitab Tafsīr Muqātil karya Muqātil bin Sulaimān.7 Kajian ini bertujuan untuk mendapatkan huraian tentang kefahaman Muqātil bin Sulaimān terhadap tafsir ayat tentang qadar, yang berkemungkinan perbincangan daripada kitab al-Radd 'Ala al-Qadariyah adalah miniatur Tafsīr Muqātil.

Anggapan dua karya Muqātil bin Sulaimān yang sampai ke hari ini ialah terdapat keselarasan makna al-Quran iaitu makna yang ditulisnya dalam kitab al-Wujūh wa al-Naẓāir fī al. - mempunyai. Al-Qur'an sama dengan apa yang beliau tulis dalam kitab Tafsīr Muqātil.

Rumusan Masalah

Secara umum Tafsīr Muqātil masih relatif belum dikenal oleh civitas akademika Al-Qur'an dan Ilmu Tafsir (khususnya di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), apalagi bagi kalangan non-Qur'an dan Ilmu Tafsir. Maka penelitian dan pengkajian terkait kitab ini masih harus benar-benar dilanjutkan karena kitab ini juga merupakan salah satu warisan Islam yang tak ternilai harganya. Tefsīr Muqātil mempunyai keistimewaan, yaitu tafsīr ini merupakan tafsīr9 pertama yang sampai kepada kita secara utuh, mulai dari penjelasan Surah al-Fātiḥah hingga penjelasan Surah al-Nās.10 Terlebih lagi, Muqātil bin Sulaimān berada di sebuah sosok kontroversial pada masanya.

Di satu pihak, ramai ulama dan pengkritik hadith mencelanya atau memberikan nilai negatif dalam masalah penyampaian hadith. Sebaliknya, terdapat ulama yang memberikan nilai tambah kepada Muqatil berkenaan kualiti keilmuannya dalam ilmu tafsir. 11.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: Penelitian ini bertujuan untuk

  • Telaah Pustaka
  • Kerangka Teori
  • Metode Penelitian
  • Data dan Sumber Data
  • Metode Pengumpulan Data
  • Teknik Pengolahan Data
  • Pendekatan Historis
  • Sistematika Pembahasan

14 Ummi Mas’udah, “Urgensi Qadha dan Qadar dalam Mengatasi Stress (Perspektif Konseling Islam)”, disertasi fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2005. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki secara khusus penafsiran salah satu ayat tentang qadar dalam Tafsīr Muqātil. Para pemikir kalam rasional hanya mementingkan dogma-dogma yang secara jelas dan tegas tertuang dalam ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis Nabi, yaitu ayat-ayat yang qaṭ'i (teks-teks yang tidak lagi ditafsirkan).

Bagi kecenderungan penganut teologi tradisional, yang bukan sahaja terikat dengan dogma, tetapi juga kepada ayat-ayat yang mengandungi makna ẓanny (teks yang mungkin mengandungi makna selain daripada makna literal), tidak memberi kebebasan kepada orang dalam keinginan, membuat dan memberi. jadi sedikit daya penaakulan, ruang pergerakan masyarakat akan menjadi sempit, sukar untuk mengikuti perubahan dan perkembangan masyarakat moden, antara model tradisional ialah Asy„ariyah dan Maturidiyah Buhara. 24. Pengertian qadar kemudiannya dikaitkan dengan tafsiran Muqatil bin Sulaiman dalam kitab tafsirnya untuk mendapatkan gambaran tentang huraian qadar dari sudut Muqatil. Ayat-ayat tentang qadar yang akan dibincangkan dalam penelitian ini adalah ayat-ayat yang sering digunakan sebagai landasan aliran teologi Islam yang mempersoalkan apakah perbuatan manusia itu adalah kehendak bebas dan pilihan atau takdir.

Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti menggunakan buku Teologi Islam, Aliran Sejarah, Analisis Komparatif karya Harun Nasution dan Ilmu Kalam karya Abdul Rozak dan Rosihon Anwar sebagai referensi untuk menemukan ayat-ayat tersebut yaitu QS. Metode penelitian dengan mengumpulkan data dari berbagai literatur yang berkaitan dengan penafsiran ayat-ayat tentang qadar yang dilakukan oleh Muqātil bin Suliman dalam kitab tafsirnya, sebagaimana menjadi tema penelitian ini. Seluruh data yang diperoleh melalui berbagai literatur yang berkaitan dengan tema penelitian ini diolah dan kemudian dianalisis sehingga dapat mendeskripsikan dan memberikan kesimpulan tentang penafsiran ayat-ayat.

Metode pengumpulan data dalam skripsi ini adalah metode dokumentasi dengan mengumpulkan data dari bahan-bahan yang berkaitan dengan penafsiran ayat-ayat tentang qadar dalam Tafsīr Muqātil. Pada pembahasan sebelumnya telah dikatakan bahwa penelitian ini akan fokus pada ayat-ayat tentang qadar. Maka penulis menggunakan buku-buku tersebut sebagai referensi dan titik tolak untuk menemukan ayat-ayat yang berkaitan dengan qadar dalam Tafsir.

Yaitu untuk mendeskripsikan seluruh data yang diperoleh sehingga menghasilkan pemahaman yang kompleks. 27 Tujuan deskripsi dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana ayat-ayat tentang qadar dimaknai dari sudut pandang Muqātil bin Suliman. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dalam menganalisis ruang sejarah yang mewarnai penafsiran mazhab Islam terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan qadar. 25 Kitab-kitab yang menjadi rujukan dan titik tolak pencarian ayat-ayat tentang qadar dalam Tafsīr Muqātil dalam penelitian ini adalah kitab Analisis Komparatif Aliran Teologi Islam Historis karya Harun Nasution dan juga kitab Ilmu Kalam karya Abdul Rozak dan Rosihon Anwar.

26 Selain ayat-ayat tersebut yang disebut dalam kitab Teologi Islam karya Harun Nasution dan kitab Ilmu Kalam karya Abdul Rozak dan Rosihon Anwar yang menjadi rujukan dalam penelitian ini, ayat-ayat ini juga merupakan ayat-ayat yang sering dijadikan hujah untuk menguatkan iman. persefahaman. aliran mazhab yang meyakini adanya dan tidak adanya qadar. Bab empat mengandungi pembentangan definisi qadar dari sudut Muqātil, tafsir ayat tentang qadar dalam Tafsīr Muqātil, dan pola tafsiran qadar Muqātil dalam Tafsīr Muqātil bin Sulaimān.

Kesimpulan

Perlu ditegaskan, menurut Mukatil, untuk melakukan suatu perbuatan harus ada dua kekuatan, yaitu kekuatan Tuhan dan kekuatan manusia. Namun yang berpengaruh dan pada akhirnya efektif dalam menyelesaikan suatu tindakan adalah kekuasaan Tuhan. Kedua, melihat penafsiran Muqatili terhadap ayat-ayat tentang takdir – terkait dengan aspek tenaga dan usaha manusia – dalam penelitian ini, menurut penulis, Muqatili termasuk dalam gaya berpikir tradisional.

Muqātil tidak memberi kebebasan kepada manusia untuk berhasrat dan bertindak dan memberikan sedikit kuasa untuk berakal.

Saran-saran

Selain itu, kitab Tafsīr Muqātil karena sifat penafsirannya yang sangat singkat (global), tidak menjelaskan makna suatu ayat secara rinci, namun Muqātil hanya menjelaskan kata-kata yang memerlukan penjelasan. Selain itu, perlu diketahui bahwa Muqātil bin Sulaiman mempunyai cakupan pemikiran yang sangat luas dalam karya-karyanya. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai penafsiran ayat tentang qadar masih sangat relevan untuk dilakukan.

Mengingat kajian Tafsir Muqātil masih tergolong asing di kalangan civitas akademika Al-Qur'an dan Ilmu Tafsir (khususnya di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), apalagi bagi kelompok non-Qur'an dan Ilmu Tafsir. Sebagus apapun suatu karya tentu masih mempunyai celah-celah yang dapat diteliti.Penulis menyadari bahwa penelitian terhadap Muqātil bin Sulaiman merupakan bidang kajian yang sangat luas. Berdasarkan mini penelitian yang dilakukan penulis, penulis juga menyarankan agar diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai beberapa aspek lain yang tercakup dalam kitab Tafsīr Muqātil.

Perlu diketahui bahwa kitab Tafsīr Muqātil termasuk kitab tafsir klasik yang sebagian besar mengutip keterangan dari israiliyat tanpa menyebutkan sanadnya. Amin, Aḥmad Fajr al-Islām Yabḥaṡu „Ān al-Ḥayāti al-Aqliyyah fī Ṣadri al-Islām ilā Akhir al-Dawlah al-Umawiyah. “Pengaruh Keimanan Qadha dan Qadar Terhadap Penerimaan Diri Santri Wahid Hasyim,” disertasi Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

16 Salah satu karya yang menarik untuk penulis bahas ialah al-Jawȃhir al-Furqȃniyah ‘Ala Nazhmi Taisȋr al-Gharȃ`ib al-Qur`ȃniyyah, yaitu kitab yang membahas

Skripsi karya Siti Zulfatunnisa yang berjudul Etika Menuntut Ilmu (Studi Kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Karya Imam Az-Zarnuji Dan Kitab Wasaya Al-Abaa‟ Lil-Abna Karya