KEKUATAN HUKUM HAK ATAS TANAH KESULTANAN YANG DI KUASAI MASYARAKAT
(Studi Di Kelurahan Patehan Kecamatan Keraton Kota Yogyakarta)
SKRIPSI
Oleh:
Abd Wahab M. Said 21801021056
UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS HUKUM
ILMU HUKUM MALANG
2022
KEKUATAN HUKUM HAK ATAS TANAH KESULTANAN YANG DI KUASAI MASYARAKAT
(Studi Di Kelurahan Patehan Kecamatan Keraton Kota Yogyakarta)
SKRIPSI
Oleh:
Abd Wahab M. Said 21801021056
UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS HUKUM
ILMU HUKUM MALANG
2021
KEKUATAN HUKUM HAK ATAS TANAH KESULTANAN YANG DI KUASAI MASYARAKAT
(Studi Di Kelurahan Patehan Kecamatan Keraton Kota Yogyakarta) ABD WAHAB M. Said
Fakultas Hukum Islam Malang RINGKASAN
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah suatu daerah yang istimewa baik dalam segi pemerintahan maupun adat istiadat bisa dilihat dalam mengurusi pemerintahannya yang di pimpin oleh Sultan sekaligus di jadikan Gubernur karena Yogyakarta mempunyai hak istimewa di lihat dari segi kekuatan dalam pemerintahan dimana dalam segi pertanahan bisa di bilang masyarakat tidak bisa menguasai tanah karena, tanah yang ada di Yogyakarta hampir seluruhnya dikuasai oleh pihak Kesultanan.
1. Bagaimana Mekanisme Perolehan Hak Atas Tanah Yang Berasal Dari Tanah Kesultanan Di Kelurahan Patehan Kecamatan Keraton Kota Yogyakarta? 2. Bagaimana Kekuatan Hukum Hak Atas Tanah Kesultanan Yang Di Kuasai Masyarakat Kelurahan Patehan Kecamatan Keraton Kota Yogyakarta? Tujuan 1. Untuk mengetahui mekanisme perolehan hak milik atas tanah berasal dari tanah kesultanan di Kelurahan Patehan kecamatan Keraton Kota Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui kekuatan hukum hak atas tanah kesultanan yang di kuasai masyarakat Kelurahan Patehan kecamatan Keraton Kota Yogyakarta. Metode yang dipakai yaitu, wawancara dengan lurah dan masyarakat sekitar, Dokumentasi sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi, sebagian besar data yang tersedia yaitu berbentuk surat, catatan harian, laporan, dan foto. Observasi teknik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data dengan jalan melakukan pengamatan dan keterlibatan langsung di lokasi yang diteliti. Hasil Penelitian 1. Mekanisme Perolehan Hak Atas Tanah Yang Berasal Dari Tanah Kesultanan Di Kelurahan Patehan Kecamatan Keraton Kota Yogyakarta di dapatkan dengan turun temurun ada juga masyarakat yang ini tinggal di atas tanah milik kesultanan yaitu dengan cara mengajukan identitas diri kepada Dinas pertanahan dan tata ruang karena Dispentaru yang mengurusi Tanah Sultan Ground (SG) selanjutnya akan melalui Panitikiso dan akan di keluarkan Serat Kekancingan.2. Kekuatan Hukum Hak Atas Tanah Kesultanan Yang Di Kuasai Masyarakat Kelurahan Patehan Kecamatan Keraton Kota Yogyakarta dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis melihat bahwa tanah yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri adalah Hak pakai atas tanah milik kesultanan.
KEKUATAN HUKUM HAK ATAS TANAH KESULTANAN YANG DI KUASAI MASYARAKAT
(Studi Di Kelurahan Patehan Kecamatan Keraton Kota Yogyakarta) ABD WAHAB M. Said
Fakultas Hukum Islam Malang
SUMMARY
The Special Region of Yogyakarta is an area that is privileged both in terms of government and customs, it can be seen in managing its government which is led by the Sultan and is also made Governor because Yogyakarta has special rights in terms of strength in government where in terms of land it can be said that the community cannot control the land because, the land in Yogyakarta is almost entirely controlled by the Sultanate. 1. What is the Mechanism of Acquisition of Land Rights Originating from Sultanate Lands in the Kehuraham Patehan District of Yogyakarta City Palace? 2. What is the Legal Strength of the Sultanate Land Rights Controlled by the Patehan Kehurahan Community, Keraton District, Yogyakarta City? Objectives 1. To know the mechanics of acquiring ownership rights to land originating from the sultanate land in Patehan Village, Keraton District, Yogyakarta City. 2. To know the legal force of the rights to the sultanate land which is controlled by the community of Kehurahan Patehan, Keraton sub-district, Yogyakarta City. The method used is, interviews with hurah and the surrounding community, Documentation of a large number of facts and data stored in materials in the form of documentation, most of the available data are in the form of letters, diaries, reports, and photos. This observation technique requires observations from researchers either directly or indirectly on the object of research.
Observations were carried out to collect data by observing and direct involvement in the location under study. Research Results 1. Mechanism of Acquisition of Land Rights Originating from Sultanate Land in Patehan District, Keraton District, Yogyakarta City, obtained from generation to generation, there are also people who live on land belonging to the Sultanate, namely by submitting their identity to the Land and Administration Service. Space because Dis pentaru which is in charge of the Sultan Ground (SG) land will then go through Panitikiso and will be issued a Fiber Kekancingan 2. The Legal Strength of the Sultanate Land Rights Controlled by the Kehurahan Patehan Community, Keraton District, Yogyakarta City from the results of research conducted by the author sees that the land What is owned by the community itself is the right to use land belonging to the sultanate.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Awal mula tebentuknya Kesultanan Yogyakarta dari sejarah Mataram Islam pertama kali karena keterlibatan raja Panjang yaitu, Hadiwijaya. Maka terjadilah perebutan sengit dari Arya Penangsang yang tidak rela jika Demak di ambil olehnya pada saat itu Hadiwijaya membuat sayembara barang siapa yang dapat mengalahkan Arya akan mendapatkan tanah Pati dan Mataram.1
Berdasarkan perjanjian Giyantri pada 13 Februari 1755, Pemerintah kolonial Belanda mengakui Kerajaan Jogja sebagai Negeri yang merdeka dengan sultan sebagai pemimpin dan sebagai pemilik hak mutlak tanah di wilayah kerajaan Yogyakarta.
Kepemilikan kraton atas tanah di Jogja diperkuat dengan Rijksbluad van Sultant no 16 pasal 1 tahun 1918 yang menyatakan bahwa tanah yang tidak memiliki bukti kepemilikan atau bukan dalam hak kekuasaan hak eigendom pemerintah kolonial menjadi tanah milik keraton. Dengan kata lain, hal ini menegaskan bahwa kraton yang dipimpin oleh sultan memiliki pengelolaan tanah sendiri.2
Peraturan Agraria Kraton Ngayoyakarta sebelum kemerdekaan Indonesia mengatur hak-hak pemakaian tanah sebagai berikut. Pertama “Siti Maosan Ndalem” yakni tanah yang berada dalam kontrol langsung sultan Hamengkubuwono X seperti halnya bangunan
1 Ahmad Muhsidi, at all, “Surat kekancingan Tanah Sultan Ground (Upaya Mendapatkan Izin Memanfaatkan Tanah Keraon Yogyakarta)”.2019, Deepublish Publisher. Hlm 1.
2 Wasisto Raharjo jati, Politik Agraria di Yogyakarta: Identitas Patrimonial & Dualisme Negara, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. II No. 1 (di akses pada oktober 29 jam 22. 34 WIB)
kraton. Kedua “Siti Kejawen” tanah yang diberikan oleh sultan kepada kerabat dekat atau abdi dalem sebagai apresiasi atas pengabdian mereka kepada kraton. Ketiga “Siti Magersari” adalah tanah diizinkan pemakaian kepada masyarakat umum sebagai penghargaan keraton kepada masyarakat.3
D.I.Yogyakarta mempunyai keistimewaan dalam mengatur pemerintahaannya sendiri salah satunya tentang tanah, di Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai tiga kepemilikan tanah yaitu, tanah hak, tanah kesultanan dan tanah kadipaten. Tanah hak ialah tanah yang dimiliki masyarakat yogyakarta, sedangkan tanah kesultanan dan tanah kadipaten terdiri dari keprabon dan tanah bukan keprabon atau dede keprabon yang terdapat di kabupaten/kota dalam wilayah Yogyakarta. Pengaturan tanah Kesultanan dan tanah Kadipaten diatur dalam Pasal 1 ayat 1 dan 2 UU No 13 Tahun 2012 Tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, yang mengatur tentang Daerah Istimewa Yogyakarta selanjutnya yang di sebut DIY yaitu daerah provinsi yang mempunyai keistimewaan dalam menyelenggarakan urusan untuk mengurus pemerintahannya dalam kerangka Negara Republik Indonesia.
Keistimewaan di sini adalah keistimewaan dalam kedudukan hukum yang dipunyai oleh DIY berdasarkan sejarah dan hak asal-usul yang terkandung dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam mengatur dan mengurusi kewenangan istimewa.
3 Ibid
Pada ketentuan lain yaitu Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta (Perdais) Nomor 1 Tahun 2017 pada Pasal 1 ayat 1, 2 Tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Tanah Kesultanan dan Tanah Kadipaten, yang dimaksud tanah kesultanan adalah tanah hak milik kesultanan yang dimana meliputi Tanah Keprabon dan Dede Keprabon yang terdapat dan tersebar di Kabupaten atau kota wilayah DIY.
Tanah kadipaten adalah tanah hak milik Kadipaten yang merupakan Tanah Keprabon dan Tanah Bukan Keprabon atau Dede Keprabon yang tersebar di dalam wilayah Kabupaten dan Kota dalam DIY. Ditujukan untuk pengembangan kebudayaan, kepentingan sosial, dan/atau kesejahteraan masyarakat.4
Keraton Yogyakarta awal mula di dirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan setelah Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi pertama Keraton ini konon bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini di pergunakan untuk beristirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang di makamkan di Imogiri. Ada Versi lain menyebutkan lokasi keraton sebuah sumber mata air, Umbul Pacethokan, yang berada pada tengah hutan Beringan.
Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.
Secara spesifik, Keraton Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti, yaitu Siti Hinggil Ler (Balai Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti,
4 Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta (Perdais) Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Pengelolaan dan
Pemanfaatan Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten.
Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Selatan). Aula).
Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya, baik berupa upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan lembaga adat lengkap dengan pemegang adatnya. Oleh karena itu, tidak heran jika nilai-nilai filosofis sekaligus mitologi menyelimuti Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah, pada tahun 1995 Kompleks Keraton Ngayoyakarta Hadiningrat dinominasikan menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO.5
Di sini kita bisa liat mengenai keistimewaan yang di miliki Yogyakarta Pada Pasal 7 ayat 1, 2, dan 3 UU 13/2012 yang mengatur dalam undang-undang tentang pemerintahan daerah dan urusan Keistimewaan yang berdasarkan dalam Undang-undang Yogyakarta sebagai sebuah daerah otonom mengacu dalam kewenangan dalam mengurusi dan menjalankan pemerintahan Daerah Yogyakarta, Keistimewaan Kewenangan dalam urusan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 mengatur tentang tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang Gubernur dan wakil Gubernur sebagai berikut:
a. Kelembagaan Pemerintah Daerah DIY;
b. Kebudayaan;
c. Pertanahan; dan d. Tata ruang.
Penyelenggaraan kewenangan dalam mengatur urusan Keistimewaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada faktor dan nilai-nilai kearifan lokal dan keberpihakan kepada rakyat.”6
5 Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), Legalisasi Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, halaman 2. Di akses tanggal 6 September 2021. Pukul jam 10:00 WIB
6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta
Tanah yang bisa dipakai oleh masyarakat adalah yang sudah mempunyai serat kekancingan dan ada juga yang belum memilikinya. Hak tanah tersebut dalam bentuk magersari, ngindung, anganggo, dan anggaduh. Magersari didalami bahasa Jawa adalah warga desa yang menumpang, misalnya menumpang tempat tinggal atau mengerjakan tanah orang lain. Magersari adalah hak adat yang diberikan kepada masyarakat sebagai penghuni/pengguna Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten, antara penghuni/pengguna dari tanah tersebut terdapat historis dan diberikan hanya kepada Warga Negara Indonesia atau pribumi berlaku waktu selama mereka menghuni/menggunakan.
Sedangkan ngidung dengan membuat perjanjian yang jangka waktunya disetujui bersama. Pada ketentuan lain yaitu Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta (Perdais) Nomor 1 Tahun 2017 pada Pasal 1 ayat 3 Tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten, yang mengatur Serat Kekancingan adalah surat keputusan tentang pemberian hak atas tanah dari Kesultanan atau tanah kadipaten kepada masyarakat atau sebuah institus yang diberikan dalam jangka waktu tertentu dan dapat diperpanjang kembali dan dapat diperbaruhi.7
Anganggo tanpa meminta hasil dan sifatnya mandiri. Anggaduh adalah hak yang diberikan untuk mengelola dan memungut/mengambil hasil dari tanah kepada desa dalam menyelenggarakan pemerintahan desa untuk jangka waktu selama dipergunakan. lima Hak atas tanah yang diberikan oleh Kesultanan maupun Kadipaten kepada masyarakat tidak dapat dijual belikan, dilarang mendirikan bangunan permanen untuk hak yang berjangka waktu, dan bersedia mengembalikan tanah bila sewaktu-waktu diminta.8
7 Ibid.
8 Op.cit.
Keistimewaan Yogyakarta bukan hanya dalam memperoleh status hukum yang jelas bagi lembaga Kasultanan Yogyakarta, adapun juga memberikan Hak klaim dan wewenang atas tanah miliknya Sultan Ground (SG), dan tanah Kadipaten untuk Pakualaman ground (PAG).
Tanah-tanah SG dan PAG dibagi menjadi dua yaitu tanah yang tidak dapat digunakan untuk masyarakat seperti tanah keprabon yang digunakan untuk kegiatan kebudayaan Kasultanan dan Kadipaten. Sedangkan tanah yang boleh di pergunakan oleh masyarakat yaitu seperti dede keprabon untuk dapat memakainya masyarakat harus memperoleh izin dalam wujud serat kekancingan, yang dikeluaekan oleh Panitikismo yaitu suatu lembaga adat yang mengurusi pertanahan keraton yang meliputi pengaturan dan perizinan.9
Dasar berlakunya filosofis di indonesia mengenai tanah negara sejak indonesia merdeka dan sebelum berlakunya UUPA adalah peraturan peraturan pemerintah Nomor 8 tahun 1953 tentang penguasaan tanah-tanah negara. Peraturan pemerintahan ini masih menganut asas Domeinverklaring sebagaimana yang di maksud dalam pasal 1 Agrarisch Besluit adalah semua anah yang bebas sama dari hak-hak seseorang (baik yang berdasarkan hukum asli indonesia, maupun yang berdasarkan pada hukum barat). Dianggap menjadi Vrij lansdomein. adalah tanah yang langsung dikuasai oleh negara.10
Seharunya peran Kesultanan dan Undang-undang Pokok Agraria dalam kekuatan hak atas tanah seharusnya lebih dapat berjalan beriringan satu sama lain dalam menjalakan prosedur dari pusat dan daerah agar tidak terjadi polemik di dalam masyarakat. Demikian
9HB X (2021) Cikal Bakal Keraton Kesultanan Yogyakarta, diakses tanggal 8 September 3021, pada jam 22.23 WIB.
https://www.kratonjogja.id/cikal-bakal/detail
10Hadi Pranowo,Pertanahan, Agraria, dan Tata Ruang, Pranadamedia Group, Jakarta, 2007, hlm 167
supaya tidak terjadinya harmonisasi antara Undang-Undang Pokok Agraria dan kesultanaan dalam menjalakan peraturan yang berlaku di Indonesia supaya mendapatkan kejelasan di masyarakat itu sendiri dan juga menjadi kebingungan dalam peraturan mana yang harus di pakai supaya dapat menjadi suatu penjelasan yang pasti untuk masyarakat11.
Berdasarkan latar belakang yang diatas di sini penulis ingin mengetahui apa yang terjadi dalam masyarakat dengan kesultanan dalam mengambil hak atas tanah yang di peroleh dari beberapa golongan yang ada oleh karena itu penulis sangat ingin mengetahui bagaimana cara dan kekuatan hak atas tanah yang ada di masyarakat apakah tanah itu di miliki secara penuh atau tidak karena itu masih menjadi pertanyaan untuk di cari tahu lebih dalam lagi. Maka penulis ingin mengidentifikasi judul dengan memberikan judul
“KEKUATAN HUKUM HAK ATAS TANAH KESULTANAAN YANG KUASAI MASYARAKAT (Studi Di Kelurahan Patehan Kecamatan Keraton Kota Yogyakarta)”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Mekanisme Perolehan Hak Atas Tanah Yang Berasal Dari Tanah Kesultanan Di Kelurahan Patehan Kecamatan Keraton Kota Yogyakarta?
2. Bagaimana Kekuatan Hukum Hak Atas Tanah Kesultanan Yang Di Kuasai Masyarakat Kelurahan Patehan Kecamatan Keraton Kota Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
11Op.cit
1. Untuk mengetahui mekanisme perolehan hak milik atas tanah berasal dari tanah kesultanan di Kelurahan Patehan kecamatan Keraton Kota Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui kekuatan hukum hak atas tanah kesultanan yang di kuasai masyarakat Kelurahan Patehan kecamatan Keraton Kota Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian a) Manfaat Teoritis
Untuk membantu dalam segi ilmu hukum terutama berhubungan dengan hukum agraria.
b) Manfaat Praktis
Manfaat penelitian yang berguna bagi penelitian selanjutnya agar dapat menjadi titik temu dalam mengerjakan penelitian selanjutnya. Dalam hal ini penulis menharapkan penelitian selanjutnya dapat menyempurnakan penelitian yang penulis lakukan sekarang. Penelitian ini sebenarnya penulis hanya ingin mengidentifikasi sebuah kasus yang terdapat di Kota Yogyakarta berkenaan dengan kekuatan hak atas tanah kesultanan yang mana dapat dikuasai masyarakat.
E. Orisinalitas Penelitian
Berdasarkan persamaan, perbedaan dan kontribusi yang dimiliki oleh tiap-tiap peneliti tersebut, terdapat kebaruan atas penelitian ini, yakni:
No PROFIL JUDUL
1. CHOIRUNNISA APRILIA ANDAN
SKRIPSI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
PELAKSAAN PENDAFTARAN TANAH TERHADAP TANAH KESULTANAN DI
KELURAHAN TERBAN KOTA YOGYAKARTA
ISU HUKUM
1. Bagaimana pelaksanaan pendaftaran tanah terhadap tanah hak atas tanah Kasultanan di Kelurahan Terban Kota Yogyakarta?
2. Apa saja jenis hak atas tanah yang dapat diberikan terhadap tanah Kasultanan di Kelurahan Terban Kota Yogyakarta berdasarkan Undang Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta?
HASIL PENELITIAN
1. hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dengan Badan Pertanahan Kota Yogyakarta yakni wawancara dengan Bapak Munakam selaku bagian Hubungan Hukum Pertanahan, sebagai Kepala Sub Seksi Pendaftaran Hak Atas Tanah. Nara sumber memberikan keterangan bahwa dasar hukum yang digunakan sebagai pedoman
dilakukannya pendaftaran tanah Kasultanan adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta ( UUK ).
2. Sedangkan untuk proses dilakukannya pendaftaran tanah Kasultanan tetap menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah ( PP 24/97 ). Pada dasarnya tata cara yang digunakan untuk pendaftaran tanah Kasultanan sama dengan pendaftaran tanah lainnya.
PERSAMAAN mengkaji dan mengannalisa tentang tanah kesultanan
PERBEDAAN disini penulis tentang kekuatan hak atas tanah penelitian terdahulu membahas tentang pendaftaran tanah
KONTIBUSI Untuk membantu penelitian skripsi yang berhubungan tentang t anah kesultanan
PROFIL JUDUL
SKRIPSI SITI KADARIAH
SKRIPSI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUSAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
STATUS HUKUM KEPEMILIKAN SUTLAN GROUND MENURUT HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAM
ISU HUKUM
1. Bagaimana status hukum kepemilikan Tanah Sultan Ground menurut hukum positif dan hukum islam?
2. Bagaimana memperoleh hak pakai tanah sultan ground?
HASIL PENELITIAN 1. Cara memperoleh tanah sultan ground
2. Hak gna bangunan dan hak pemanfataan
PERSAMAAN mengkaji dan menganalisa tentang hak tanah kesultanan
PERBEDAAN penulis membahas tentang hak kekuasaan tanah dan peneliti terdahulu membahas tentang hak memperoleh tanah kesultanan
KONTRIBUSI Berguna membantu penelitian skripsi yang berhubungan tentang t anah kesultanan
F. Metode Penelitian
a) Jenis penelitian yang digunakan
Adalah jenis penelitian Yuridis Empiris yaitu penelitian hukum yang akan digunakan dengan melihat hukum yang terjadi di lapangan.
b) Pendekatan penelitian
Adalah cara pendekatan dan melihat kondisi objek penelitian yaitu dengan penelitian Sosiologis. Pendekatan yang di pakai adalah Yuridis Sosiologis yang dimana jenis
penelitian ini mengunakan pendekatan, lokasi penelitian, dan teknik sampling, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data.
G. Lokasi
Penitian ini penulis lakukan di Kantor Kelurahan Patehan yang berada di Jalan Nagan Lor Nomor 17, Patehan, Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Telepon (0274) 389574. Kode Pos 55133. Pemilihan daerah ini di karena kan kasus yang akan penulis indentifikasi untuk mendapatkan hasil yang relevan agar mencapai dan membuktikan dalam penulisan masalah hukum yang tejadi berdasarkan judul yang telah penulis ajukan untuk memenuhi kriteria dalam penulisan skripsi ini.
H. Jenis dan sumber data A. Data Primer
Data primer adalah data yang di dapatkan langsung dari obyek yang akan diteliti (responden). Pengumpulan data primer dengan menggunakan instrument penelitian, yaitu kuesioner dan interview guied. Data yang diperoleh dari penelitian di antaranya jawaban yang di dapat dari informan yaitu hasil wawancara mengenai kasus yang di rumuskan, faktor yang mempengaruhi perubahan bagi masyarakat, dan perubahan mata pencaharian.12
B. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkah misalnya melalui dokumen. Data sekunder adalah data yang di dapat
12Masri singarimbun, Sofian efendi, metode penelitian survai (Cet.XIX; Jakarta: LP3ES, 2008), hlm.187
dari Patehan, Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta seperti, Jumlah penduduk, luas wilayah, letak Kampung, batas Kampung, dan masyarakat.
I. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa tehnik pengumpulan data yaitu melalui, wawancara mendalam (in depth interview), dokumentasi dan observasi (pengamatan). Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu :
1. Wawancara
Wawancara kepada Lurah dan warga sekitar adalah merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang diwawancarai tetapi juga dapat diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain. Wawancara adalah alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. wawancara dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dan cara tanya jawab sambil bertatap muka antar pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, berlangsung sampai terakhir di mana pewawancara terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.13
2. Dokumentasi
13Abu Achmadi dan Cholid Narkubo, Metode Penelitian (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), hlm.85.
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi, sebagian besar data yang tersedia yaitu berbentuk surat, catatan harian, laporan, dan foto.
Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.
3. Observasi
Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Instrument yang dapat digunakan yaitu lembar pengamatan, panduan pengamatan: ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data dengan jalan melakukan pengamatan dan keterlibatan langsung di lokasi yang diteliti (Participan observasi).14
J. Teknik analisis data
Dalam menganalisis data yang telah terkumpul dari hasil penelitian, peneliti menggunakan Yuridis Sosiologis analisis regresi satu prediktor.
K. Sistematika Pembahasan
Penulis dalam pengerjaan skripsi ini berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab l berisikan latar belakang mengenai awal mula berdirinya kesultanan Yogyakarta dan juga pembagian tanah-tanah yang lakukan oleh keraton dan membahas tentang UUPA dan juga UU Nomor 13 Tahun 2012 Tentang keistimewaan D.I.Yogyakarta, Rumusan masalah
14Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Empiris & Normatif, Pustaka Pelajar, hlm.280
di sini penulis mengangkat tentang kekuatan hukum hak atas tanah yang dikuasai masyarakat, tata cara masyarakat dalam mendapatkan kekuatan hukum hak atas tanah kesultanan agar dapat dikuasai, ada biaya yang di keluarkan dalam mendapatkan kekuatan hukum hak atas tanah kesultanan agar dapat dikuasai, selanjutnya tujuan penelitian agar dapat pencapaian data dalam masalah penelitian yang ada pada rumusan masalah, manfaat penelitian secara Teoritis secara ilmu hukum dan praktis untuk para pihak dalam hasil penelitian, kajian pustaka menggambarkan definisi secara konseptual, serta sistematika dalam penulisan skripsi ini.
Bab ll berisikan tentang tinjauan pustaka berkenaan dengan tentang tinjauan umum tentang kekuatan hukum, Pengertian Kekuatan, Pengertian Hukum, Tinjauan umum tentang tanah swapraja, Pengertian Tanah Swapraja, Hak Atas Tanah Swapraja, Dasar Hukum Tanah swapraja. Tinjauan umum tentang hak atas tanah, Ruang Lingkup Hak Atas Tanah, Macam-macam Hak Atas Tanah, Hak Atas Tanah Menurut PP No 18 Tahun 2021.
Bab lll berisi tentang hasil penelitian dan pembasahan tentang gambaran umum lokasi penelitian, mekanisme perolehan hak milik atas tanah, kekuatan hukum hak atas tanah kesultanan yang di kuasai masyarakat.
Bab lV berisikan tentang penutup dan saran.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Mekanisme Perolehan Hak Atas Tanah Yang Berasal Dari Tanah Kesultanan Di Kelurahan Patehan Kecamatan Keraton Kota Yogyakarta Dengan cara mengajukan identitas diri kepada Dinas pertanahan dan tata ruang karena di sini kewenangan dari Dinas pertanahan dan tata ruang yang mengurusi Tanah Sultan Ground (SG) untuk mendapatkan perolehan hak atas tanah kesultanan yang dimana langkah selanjutnya akan melalui Panitikismo sebagai lembaga adat yang mengurusi tanah kesultanan dan akan di cek dan disurvei oleh abdi dalem untuk selanjutnya akan di buatkan semacam Surat Keterangan yang berisi perjanjian hak pakai yang di keluarkan oleh pihak kesultanan atau yang biasa di sebut Serat Kekancingan yang di pakai masyarakat untuk sebagai hak untuk mendiami tanah milik kesultanan.
2. Kekuatan Hukum Hak Atas Tanah Kesultanan Yang Di Kuasai Masyarakat Kelurahan Patehan Kecamatan Keraton Kota Yogyakarta dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis melihat bahwa tanah yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri adalah Hak pakai atas tanah milik kesultanan akan tetapi kita lihat pada hukum adat ada namanya Hak menumpang kan tetapi banyak masyarakat juga menyebutkan bahwa tanah yang di tinggalinya adalah Hgb tapi tidak ada suratnya dan tidak di perpanjang oleh masyarakat menurut penulis dari hasil penelitian berberarti tanah yang ditinggali masyarakat yaitu tidak memiliki kekuatan hukum karena tanah yang dikuasai masyarakat adalah Magersari yang dimana, tanah Magersari itu sendiri bisa di gunakan oleh masyarakat tapi tidak bisa di jual belikan, masyarakat hanya mempunyai hak mengunakan tanahnya akan tetapi disini
penulis melihat dari hasil penelitian bahwa ada hak lain yaitu hak menumpang dalam sudut pandang hukum adat karena masyarakat hanya memiliki bagunannya saja akan tetapi tidak untuk tanahnya yang dimana suatu saat akan di ambil oleh pihak yang berwenang yaitu kesultanan masyarakat tidak bisa mempertahankannya karena tidak punya hak atas tanah itu, akan tetapi menurut masyarakat akan di ganti rugi oleh kesultanan sesuai dengan nilai ganti rugi yang berlaku di indonesia.
B. SARAN
1. Untuk mekanimesme perolehan hak tanah harus lebih di permudah karena tanah seharunya di manfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh masyarakat yang berada di Yogyakarta.
2. Kekuatan hukumhak atas tanah yang dikuasai masyarakat saat ini tidak ada kekuatan hukum sama sekali maka dari itu untuk penerbita surat perjanjian harus di keluarkan lagi dari pihak kesultanan karena di masyarakat sendiri terjadi kebingung karena mereka tidak memiliki buktii yang kuat untuk menjadikan alat bukti.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Abu Achmadi dan Cholid Narkubo, 2005, Metode Penelitian, Jakarta, Bumi Aksara.
Ahmad Muhsidi, Dkk, .2019 “Surat kekancingan Tanah Sultan Ground (Upaya Mendapatkan Izin Memanfaatkan Tanah Keraon Yogyakarta)”, Yogyakarta, Deepublish Publisher.
Ali Achmad Chomzah, 2003, Hukum Agraria (Pertanahan Indonesia} Jilid 1, Jakarta, Prestasi Pustaka.
Boedi Harsono, 1999, Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria isi dan Pelaksanaannya, Jakarta.Djambatan,
Dirman, 2002, Perundang-undang Agraria di Seluruh Indonesia,Sinar Grafika, Jakarta.
Effendi Perangin, 1989, Hukum Agraria di Indonesia:Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi Hukum, Jakarta, Rajawali.
Hadi Pranowo, 2007, Pertanahan, Agraria, dan Tata Ruang, Jakarta, Pranadamedia Group.
Koentjaraningrat, 1979, Pengantar Ilmu Antropologi,Jakarta.
Liliek Istiqomah, Hak Gadai Atas Tanah Sesudah Berlakunya Hukum Agraria Nasional, Usaha Nasional-Indonesia, 1982
Masri singarimbun, Sofian efendi, 2008, Metode penelitian survai, Jakarta, Cet.XIX LP3ES
Miriam Budiardjo, 2002, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Empiris &
Normatif, Pustaka Pelajar
Muwahid, 2016, Pokok-Pokok Agraria Di Indonesia, Surabaya, UIN Sunan Ampel.
R Abdoel Djamali, 2014, Pengantar Hukum Indonesia, Edisi Revisi, Cetakan ke-20, , Jakarta, Raja Grafindo Persada
Supriadi, 2007, Hukuma Agraria, Jakarta, Sinar Grafika.
Umar Said Sugiarto, 2015, ”Penghantar Hukum Indonesia”, Jakarta, Sinar Grafika.
Triwidodo Wutomo, 1999 Hukum Pertanahan Dalam Perspektif Otonomi Daerah, Jakarta, Navila
Urip Santoso, 2012, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, Jakarta Prenadamedia.
Zainal Asikin, 2012, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta.
Undang-Undang & Peraturan Daerah:
Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum Perdata/BW.
Undang-undang pokok agraria nomor 5 tahun 1960.
Undang-Undang No 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta (Perdais) Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten.
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021.
Jurnal:
Riau Law, 2021. Legalisasi Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Journal: Vol. 5., No. 1.
Wasisto Raharjo Jati, Politik Agraria di Yogyakarta: Identitas Patrimonial & Dualisme Negara, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. II., No. 1
Internet:
HB X. (2021), Cikal Bakal Keraton Kesultanan Yogyakarta, diakses tanggal 8 September 2021, pada jam 22.23 WIB. https://www.kratonjogja.id/cikal-bakal/detail
Kekuatan Hukum Suatu Keputasan Ketetapan (diakses pada tanggal 12 jam 21.00).
https://vjkeybot.wordpress.com/2012/03/31/kekuatan-hukum-suatu- keputusanketetapan
Kasunanan Surakarta di akses pada tanggal 29 oktober jam 22.45 https://id.wikipedia.org/wiki/Kasunanan_Surakarta,