ANALISIS PEMASARAN, PASAR, PEMETAAN DAN STRATEGI PEMASARAN KOPI
Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Produksi Hasil Pertanian Dosen Pengampu: Ahmad Bukhari, S.P., M.Si
Di susun oleh :
Dhika Bhintan Elim P 4441230118
Olga Handika 4441230120
Ahmad Fadhillah M 4441230199 Muhammad Haidar A 4441230210 Setyo Dwi Irawan 4441230212 Aditya Firmansyah 4441230231
KELOMPOK 1 2F
JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2024
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Produksi Hasil Pertanian yang berjudul
“Analisi Pemetaan, Pasar, Dan Strategi Pemasaran Kopi”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Produksi Hasil Pertanian.
Kami berharap makalah ini akan meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang hasil komoditas kopi di daerah dan membantu petani dalam mengatasi masalah mereka. Kami juga berharap bahwa makalah ini akan menjadi referensi bagi para pembaca.
Dengan terselesaikannya laporan ini tak lepas dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, maka dari itu saya mengucapkan terima kasih kepada
1. Bapak Ahmad Bukhari,S P.,M.SI. selaku dosen mata kuliah pemasaran Hasil Pertanian.
2. Teh Aina Lathifa Zhahra selaku asisten praktikum yang telah membimbing dalam penulisan laporan ini.
3. Teman-teman 2F dan 2G Jurusan Agribisnis yang membantu memberikan saran pada laporan ini.
Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Kami berharap makalah ini dapat menimbulkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengkonsumsi olahan kopi asli dari daerah.
Serang, 14 Mei 2024
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... ii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan... 2
BAB II ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Analisis Pemasaran ... 3
2.1.1 Lembaga Pemasaran ... 4
2.1.2 Saluran Pemasaran ... 5
2.1.3 Fungsi Pemasaran ... 7
2.2 Analisis Pasar ... 8
2.2.1 Biaya ... 9
2.2.2 Margin ... 10
2.2.3 Keuntungan ... 10
2.2.4 Efisiensi ... 12
2.3 Pemetaan ... 12
2.4 Strategi Pemasaran ... 13
BAB III ... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14
3.1 Analisis Pemasaran ... 14
3.2 Analisis Pasar ... 14
3.3 Pemetaan Pada Kopi Dadaman ... 15
3.3 Strategi Pada Hasil Kopi Dadaman ... 16
BAB IV ... 18
PENUTUP ... 18
4.1 Kesimpulan... 18
iii
DAFTAR PUSTAKA ... 19 LAMPIRAN... 20 NOTULENSI ... 21
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia (Rahardjo 7: 2012), Kopi merupakan kebutuhan yang memiliki khasiat untuk kesehatan yaitu dapat mengurangi resiko diabetes, sebagai pembangkit stamina, mengurangi sakit kepala dan melegakan nafas (Budiman, 45: 2012).
Persaingan pasaran kopi kian ketat itu bisa dilihat dari banyaknya produk produk kopi yang beredar di pasaran yang ada di Indonesia, hal tersebut terjadi karena kopi adalah minuman penyegar yang paling sering dikonsumsi. Data statistik yang dikeluarkan oleh badan pusat statistik tahun 2000 menunjukan bahwa rata-rata tingkat konsumsi kopi instan di Indonesia adalah 12,5 gram per minggu, sedangkan rata-rata konsumsi Teh adalah 11,2gram per kapita per minggu.
Berdasarkan data statistik tersebut, kopi bahkan dikonsumsi paling banyak dibandingkan dengan bahan minuman lainnya seperti coklat instan, coklat bubuk dan sirup. Perkembangan kopi di Indonesia selama delapan tahun dengan laju pertumbuhan sebesar 4,73% pertahun, sedangkan konsumsi perkapita menunjukan pertumbuhan (8,14 Kg/Th).”Sumber Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia”
Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar didunia setelah Brazil, Vietnam, dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% kopinya diekspor sedangkan sisanya 33% untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Rinciannya, produksi kopi mencapai 793,19 ribu ton pada 2022. Sementara ekspor bersihnya sebesar 413,53 ribu ton. Konsumsinya diproyeksikan sebesar 379,655 ribu ton.
Berikutnya, produksi diproyeksikan turun 0,45% menjadi 789,6 ribu ton pada 2023.
Ekspor bersihnya menjadi naik 0,84% menjadi 417 ribu ton, sedangkan konsumsinya turun 1,86% menjadi 372,6 ribu ton pada tahun yang sama. Jika dilihat pada grafik, produksi diproyeksikan cenderung stagnan menjadi kisaran 789 ribu ton sepanjang 2024-2026. Namun ekspor bersihnya diprediksi terus meningkat, dari 420 ribu hingga 427 ribu ton pada 2024 hingga
2
2026. Sementara konsumsinya justru diprediksi terus turun, dari kisaran 368 ribu ton pada 2024 menjadi 361 ribu ton pada 2026. Data tersebut merupakan roadmap pengembangan industri kopi.
Tujuannya untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumsi domestik dan ekspor, sehingga nanti bisa ditentukan kebutuhan produksi berdasarkan lahan yang ada dengan opsi untuk ekstensifikasi, intensifikasi, atau bahkan keduanya
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Analisis Pemasaran ? 2. Apa yang dimaksud dengan Pasar ?
3. Bagaimana Pemetaan dan Strategi Pemasaran Kopi di Serang ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu Analisis Pemasaran.
2. Memahami apa yang dimaksud dengan Pasar.
3. Mengetahui Pemetaan dan Strategi Pemasaran Kopi di Serang
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Pemasaran
Analisis Pemasaran merupakan salah satu hal yang sangat penting di bidang pertanian salah satunya untuk tanaman hortikultura, karena produk hortikultura mempunyai sifat yang tidak tahan lama dan pemeliharaannya yang cukup sulit selain itu pemasaran juga merupakan hal yang sangat penting setelah selesainya proses produksi pertanian. Dalam mengukur efisiensi pemasaran faktor kuncinya adalah kesejahteraan bagi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pemasaran yaitu produsen, lembaga pemasaran dan konsumen. Keefisienan pemasaran dapat ditinjau dari adanya keterlibatan lembaga pemasaran, dimana semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat maka akan memperpanjang saluran pemasaran sehingga pemasaran tidak efisien.
Dalam sistem analisis pemasaran sering terjadi perbedaan harga di tingkat petani dengan ditingkat pedagang ekspor (eksportir), hal ini terjadi karena mata rantai pemasaran yang dilalui cukup panjang. Keadaan seperti ini menyebabkan biaya pemasaran menjadi beban biaya proses pemasaran yang akhirnya akan mengurangi profit mata rantai pemasaran. Biasanya masing – masing saluran pemasaran memiliki price spread dan share margin yang berbeda - beda. Untuk mengetahui saluran mana yang dianggap paling baik dapat diketahui dengan cara menghitung jumlah penjualan / pembelian barang pada setiap masing - masing saluran. Besar kecil margin pemasaran dipengaruhi oleh perubahan biaya pemasaran, keuntungan perantara, harga dibayarkan oleh pedagang dan harga diterima oleh petani (produsen). Gairah petani untuk meningkatkan produksi yang dihasilkan sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya harga yang diterima. Tinggi rendahnya harga yang diterima oleh petani erat kaitannya dengan keadaan struktur pasar dan besarnya margin pemasaran, sehingga untuk meningkatkan pemasaran petani dapat dicapai apabila struktur pasar dan penyebab tingginya margin pemasaran di ketahui.
4 2.1.1 Lembaga Pemasaran
Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan aktivitas pemasaran, menyalurkan jasa dan produk pertanian kepada konsumen akhir serta memiliki jejaring dan koneksitas dengan badan usaha dan atau individu lainnya. Lembaga pemasaran muncul sebagai akibat kebutuhan konsumen untuk memperoleh produk yang diinginkan sesuai waktu, tempat dan bentuknya.
Peran lembaga pemasaran adalah melakukan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara maksimal. Konsumen memberikan balas jasa atas fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga konsumen. Nilai balas jasa tersebut tercermin pada besarnya margin pemasaran. Umumnya lembaga pemasaran dapat digolongkan menurut penguasaannya terhadap komoditi yang dipasarkan dan fungsi pemasaran yang dilakukan.
Berdasarkan penguasaannya terhadap komoditi yang diperjualbelikan lembaga pemasaran dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:
1. lembaga pemasaran yang bukan pemilik namun mempunyai kuasa atas produk (agent middleman), di antaranya:
a. Perantara, makelar, atau broker baik selling broker maupun buying broker. Broker merupakan pedagang perantara yang tidak secara aktif berpartisipasi dalam melakukan fungsi pemasaran, mereka hanya berperan menghubungkan pihakpihak yang bertransaksi. Bila transaksi berhasil dilaksanakan, broker akan memperoleh komisi atas jasa mereka.
b. Commission agent, yaitu pedagang perantara yang secara aktif turut serta dalam pelaksanaan fungsi pemasaran terutama yang berkaitan dengan proses seleksi produk, penimbangan dan grading. Umumnya mereka memperoleh komisi dari perbedaan harga produk.
2. lembaga pemasaran yang memiliki dan menguasai produk pertanian yang diperjualbelikan, antara lain:
a. Pedagang pengepul atau pengumpul, penebas, tengkulak atau contract buyer, whole seller: mereka umumnya menaksir total nilai produk pertanian dengan cara menaksir jumlah hasil panen dikalikan dengan harga yang diharapkan pada saat panen
5
(expectation price). Dalam praktek on farm bila contract buyer adalah penebas atau ijon maka setelah ada kesepakatan harga, mereka akan bertanggung jawab memelihara tanaman sampai panen selesai dilakukan. Biaya panen dibayar oleh penebas.
b. Grain millers : pedagang atau lembaga pemasaran yang memiliki gudang penyimpan produk pertanian. Mereka membeli aneka produk pertanian utamanya padi dan palawija dan sekaligus menangani pasca panen c. eksporter dan importer
3. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai produk pertanian yang ditransaksikan:
a. Processors dan manufaktur: lembaga-lembaga ini sangat berperan dalam proses tata niaga agroproduk sebab keberadaannya menjadi jaminan pasar bagi produk pertanian.
Sebagai contoh dapat diamati industri-industri pangan olahan seperti produsen sari apel, buah kaleng, susu Pasteurisasi, pakan ternak, penggilingan padi, baik dalam skala mikro, kecil, menengah hingga industri besar seperti Pabrik Gula (PG), Pabrik Kelapa Sawit (PKS), dan sebagainya
b. Facilitative organizations: salah satu bentuk organisasi fasilitatif yang sudah dikenal di Indonesia adalah pasar lelang ikan. Sub Terminal Agribisnis, walaupun belum sepenuhnya berjalan dengan baik sudah menawarkan alternatif transaksi berbagai produk pertanian melalui lelang.
c. Trade associations: asosiasi perdagangan agroproduk yang terutama bertujuan untuk mengumpulkan, mengevaluasi, dan mendistribusikan informasi pada anggotanya. Contoh asosiasi dagang semacam ini adalah AEKI (Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia) dan ICO (international Coffe Agreement)
2.1.2 Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran adalah rute yang dilalui oleh produk pertanian ketika produk bergerak dari farm gate yaitu petani produsen ke pengguna atau pemakai terakhir. Produk pertanian yang berbeda akan mengikuti saluran pemasaran yang berbeda pula. Umumnya saluran pemasaran terdiri atas sejumlah lembaga pemasaran dan pelaku pendukung.
Mereka secara bersama-sama megirimkan dan memindahkan hak kepemilikan atas produk
6
dari tempat produksi hingga ke penjual terakhir (Musselman dan Jackson, 1992). C. Glenn Walters dalam Bayuswastha (1982) mendefinisikan saluaran pemasaran sebagai sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu.
Panjang pendeknya saluran pemasaran menurut Hanafiah (1986) tergantung antara lain pada faktor-faktor sebagai berikut:
1. Jarak antara produsen ke konsumen.
2. Cepat tidaknya produk yang ditransaksikan rusak.
3. Skala produksi.
4. Posisi keuangan lembaga pemasaran yang terlibat
Saluran pemasaran barang konsumsi umumnya ada lima saluran yaitu:
a. Produsen – Konsumen
Saluran terpendek, saluran paling sederhana untuk distribusi barang-barang konsumen tanpa melalui atau melibatkan perantara.
b. Produsen – Pengecer – Konsumen
Dalam saluran ini produsen menjual pada pengecer dalam jumlah yang besar, tanpa menggunakan perantara.
c. Produsen – Wholesaler (Pedagang Besar) – Pengecer – Konsumen
Saluran ini banyak digunakan oleh produsen dan sering disebut distribusi tradisional. Di sini produsen hanya melayani pembelian dalam jumlah yang besar saja dan tidak menjual pada pengecer. Pembelian pengecer dilayani wholesaler dan pembelian konsumen dilayani pengecer.
d. Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen
Banyak produsen lebih suka menggunakan manufacturer agen broker atau perantara agen yang lain daripada menggunakan wholesaler untuk mencapai pasar pengecer, khususnya middleman agen antara produsen dan retailer (pengecer).
e. Produsen – Agen – Wholesaler (Pedagang Besar) –Pengecer – Konsumen
Produsen sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya pada wholesaler yang kemudian menjualnya pada pengecer kecil.
7 2.1.3 Fungsi Pemasaran
Dalam proses tata niaga produk pertanian dari produsen hingga konsumen akhir, terjadi peningkatan nilai tambah baik berupa nilai guna, tempat maupun waktu. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan fungsi produksi sebelum produk pertanian sampai ke konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pertanian sebagaimana telah dijelaskan terdahulu antara lain mencakup fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitasi.
1. Fungsi Pertukaran
Dalam tata niaga produk pertanian fungsi ini mencakup kegiatan pengalihan hak pemilikan atas produk. Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian. Dalam melakukan fungsi penjualan, produsen harus memperhatikan kualitas, kuantitas, bentuk dan waktu yang diinginkan konsumen atau partisipan pasar dari rantai pemasaran berikutnya. Selain itu fungsi pertukaran juga menjadi titik penentuan harga pasar. Sesuai dengan karakteristik konsentrasi distributif pada sistem tataniaga produk pertanian, fungsi pembelian umumnya diawali dengan aktivitas mencari produk, mengumpulkan dan menegosiasikan harga.
2. Fungsi Fisik
Fungsi fisik ini mencakup aktivitas handling (perlakuan), pengangkutan (pemindahan), penyimpanan dan perubahan fisik produk sebagai berikut:
a. Storage function : fungsi penyimpanan merupakan aktivitas yang bertujuan agar produk tersedia dalam volume transaksi yang memadai pada waktu yang diinginkan.
b. Transportation function: kegiatan bongkar dan muat termasuk dalam fungsi transportasi.
c. Processing function: fungsi ini dicirikan oleh adanya perubahan wujud fisik produk.
3. Fungsi Fasilitasi
Pada dasarnya fungsi fasilitasi adalah segala hal yang bertujuan untuk memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Dimaksudkan fungsi ini dapat menjadi upaya perbaikan sistem tata niaga sehingga efisiensi operasional dan penetapan harga jual dapat tercapai. Termasuk dalam fungsi fasilitasi adalah standarisasi dan grading, fungsi pembiayaan, fungsi penanggungan resiko, fungsi informasi pasar, riset pemasaran dan penciptaan permintaan.
8 2.2 Analisis Pasar
Analisis pasar adalah suatu penganalisasisan atau penyelenggaran untuk mempelajari berbagai masalah pasar. Analisis pasar akan menyangkut lokasi pasar, luasnya pasar, sifatnya pasar dan karakteristik pasar. Keberhasilan usaha perusahaan dapat ditentukan oleh ketepatan strategi pemasaran yang di terapkannya dengan dasar memperhatikan situasi dan kondisi dari analisis pasarnya. Di dalam menganalisis pasar, perusahaan perlu meninjau jenis pasar produknya, motif dan perilaku, segmen pasar dan penentu sasaran pasarnya. Masalah yang perlu dianalisis di dalam pasar adalah besarnya pasar, ruang lingkup pasar, struktur pasar, share pasar, serta peluang- peluang pasar. Mengenai besarnya pasar dapat di tentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran terhadap barang atau jasa yang dibutuhkan para konsumen. Sedangkan mengenai ruang lingkup pasar, biasanya mencakup luasnya pasar, misalnya luas pasar menurut geografis, pendidikan para konsumen, profesi para konsumen, tingkat umur para konsumen, dan lain sebagainya.
Struktur pasar adalah susunan suatu kekuatan yang terdapat pada penjual, maupun pada pihak pembeli sendiri. Di dalam analisis pasar selalu menyangkut masalah letak (lokasi) pasar, periklanan, luasnya pasar, sifat-sifat pasar, dan karakteristik pasar. Tujuan analisis pasar , yaitu :
1. Mengenal lingkungan pasar, 2. Mengenal tipe-tipe pasar, 3. Mengetahui karakteristik pasar, 4. Menentukan keputusan yang tepat, 5. Menghadapi para pesaing,
6. Melaksanakan kebijakan dalam pemasaran, 7. Membuat program dalam bidang pemasaran, dan 8. Mengenal ciri-ciri pasar.
9 2.2.1 Biaya
Pengertian biaya secara umum adalah nilai pengorbanan terhadap proses produksi suatu produk yang dinyatakan dalam bentuk satuan atau berlakunya harga pasar. Beban pengeluaran tersebut mencakup seluruh kebutuhan proses produksi hingga pemasaran. Dalam garis besar Biaya adalah pengeluaran modal yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk berupa barang atau jasa. Sifat dari biaya adalah pengorbanan ekonomi. Biaya dapat dibedakan menjadi bermacam- macam sesuai dengan tujuan pengelompokannya. Keberagaman jenis biaya diakibatkan oleh beragamnya tujuan penentuan biaya.
biaya dapat dikelompokkan ke dalam, sebagai berikut:
a. Biaya Relevan (relevant cost)
Biaya relevan merupakan biaya yang terjadi pada suatu alternatif tindakan tertentu, tetapi tidak terjadi pada alternatif tindakan lain. Biaya relevan akan mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya relevan harus dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan.
b. Biaya Tidak Relevan (irrelevant cost)
Biaya tidak relevan merupakan biaya yang tidak berbeda diantara alternatif tindakan yang ada. Irrelevant cost tidak mempengaruhi pengambilan keputusan dan akan tetap sama jumlahnya tanpa memperhatikan alternatif yang dipilih. Oleh karena itu biaya tidak relevan tidak harus dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan.
Ada 2 jenis biaya, yaitu:
a. Biaya Tetap (Fixed Cost) : biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan, tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu.
b. Biaya Variabel (Variable Cost): biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan.
10 2.2.2 Margin
Margin adalah tingkat selisih antara biaya produksi dan harga jual di pasar. Margin juga artinya deposit atau uang muka oleh investor dengan atau tanpa makelar yang merupakan pembayaran sebagian atau harga beli saham atau komoditas. Terdapat dua pengertian mengenai margin, yaitu margin dalam bisnis dan akuntansi serta margin investasi. Margin dalam bisnis dan akuntansi adalah persentase keuntungan yang didapat perusahaan dari penjualan produk atau jasa dengan modal yang dikeluarkan. Margin sangat erat kaitannya dengan profit dan sering sekali disebut sebagai sebagai profit margin atau keuntungan margin. Profit margin ini adalah hasil dari perbandingan laba setelah dikurangi bunga dan pajak.
Dalam dunia investasi, margin sering dikenal dengan margin trading. Margin trading adalah fasilitas pinjaman yang diberikan broker pada perusahaan sekuritas kepada investor pemilik rekening efek. Sehingga, investor mendapatkan kesempatan untuk bertransaksi saham melebihi dari modal yang dimilikinya.
Fungsi Margin yaitu
a. Menentukan jumlah produk b. Menentukan pemasaran c. Menentukan harga
d. Menentukan laba yang diperoleh
e. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu
2.2.3 Keuntungan
keuntungan didefinisikan sebagai uang yang dihasilkan oleh bisnis diluar modal. Artinya, uang ini merupakan selisih antara nilai penjualan yang lebih besar jika dibandingkan dengan nilai pembelian. Untuk mendapatkan keuntungan, pengusaha bisa melakukan berbagai cara.
Mulai dari menaikkan harga jual lebih tinggi dari harga beli, meningkatkan kegiatan pemasaran, membungakan uang, dan masih banyak lagi. Namun, bukan berarti memasang harga jual yang terlalu tinggi demi mengejar keuntungan yang besar.
11
Jika terjadi demikian, calon pembeli menjadi tidak tertarik atau bahkan menghindari perusahaan Anda untuk membeli produk. Oleh karena itu, pemasangan harga setiap produk juga harus dipertimbangkan dengan sangat baik agar konsumen tidak merasa rugi dan perusahaan tetap untung. Selain itu, perusahaan juga menjaga harus konsisten menjaga kualitas produk agar konsumen tidak beralih ke tempat lain. Adapun jika terjadi kenaikan bahan baku dan mengharuskan perusahaan menaikkan harga, maka pastika kualitas yang ditawarkan juga lebih tinggi.
Di dunia bisnis, memahami pengertian keuntungan tidak akan cukup tanpa mengetahui jenis-jenisnya. Semua jenis keuntungan umumnya dapat dilihat di dalam laporan keuangan dan dijadikan acuan untuk menganalisis kinerja perusahaan. Beberapa jenis keuntungan yang dimaksud, diantaranya:
1. Laba Kotor
Jenis keuntungan yang pertama yang wajib Anda ketahui adalah laba kotor. Istilah ini merujuk pada total dana yang diperoleh setelah mengurangkan pendapatan perusahaan dengan biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi. Misalnya, bahan baku, gaji karyawan, proses produksi, dan lainnya.
2. Laba Operasional
Sesuai namanya, laba operasional diperoleh setelah mengurangi hasil penjualan produk terhadap biaya tidak langsung yang dikeluarkan. Dalam hal ini, biaya tidak langsung merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan yang tidak berhubungan dengan proses produksi perusahaan.
Misalnya, komponen kampanye pemasaran, biaya penyusutan, administrasi, hingga penelitian dan pengembangan (R&D). Biaya tidak langsung juga mempengaruhi keuntungan (laba) operasional karena tetap harus dikurangkan dari keseluruhan pendapatan yang telah diperoleh perusahaan.
3. Laba Bersih
Hasil pengurangan laba kotor terhadap beban usaha disebut sebagai laba bersih. Dalam menentukan nilai akhir dari laba ini, Anda harus mengetahui beberapa nilai terlebih dahulu, diantaranya laba kotor, harga pokok penjualan, beban usaha, serta beberapa jenis pendapatan lain.
12 2.2.4 Efisiensi
Efisiensi merupakan memaksimalkan hasil dari sebuah pekerjaan dengan sedikit sumber daya berupa dana, tenaga, atau waktu. Melihat dari pengertian tersebut, dalam hal ini berarti semakin sedikit sumber daya atau dana yang digunakan dalam suatu usaha atau proses, maka akan dikatakan semakin efisien.
Beberapa ahli juga ada yang mengartikan kata efisiensi. S. P. Hasibuan yang mengutip dari penjelasan H. Emerson, mengartikan efisiensi sebagai sebuah perbandingan yang terbaik antara masukan atau input, dan hasil yang muncul antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan atau output, seperti halnya juga berhasil mencapai hasil yang optimal dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Dengan kata lain, efisiensi merupakan hubungan antara apa yang telah dikerjakan.
Dapat disimpulkan bahwa efisiensi merupakan suatu perbandingan antara sumber daya yang digunakan dalam suatu proses melakukan usaha atau pekerjaan, dengan hasil yang dicapai.
Semakin sedikit sumber daya yang digunakan, seperti tenaga, waktu, dan biaya, tapi tetap dapat menghasilkan output sesuai dengan rencana atau harapan, maka akan dinilai semakin efisien.
2.3 Pemetaan
Pemetaan adalah pengelompokan suatu kumpulan wilayah yang berkaitan dengan beberapa letak geografis wilayah yang meliputi dataran tinggi, pegunungan, sumber daya dan potensi penduduk yang berpengaruh terhadap sosial kultural yang memilki ciri khas khusus dalam penggunaan skala yang tepat.
Pengertian lain tentang pemetaan yaitu sebuah tahapan yang harus dilakukan dalam pembuatan peta. Langkah awal yang dilakukan dalam pembuatan data, dilanjutkan dengan pengolahan data, dan penyajian dalam bentuk peta.
13
Jadi, dari dua definisi di atas dan disesuaikan dengan penelitian ini maka pemetaan merupakan proses pengumpulan data untuk dijadikan sebagai langkah awal dalam pembuatan peta, dengan menggambarkan penyebaran kondisi alamiah tertentu secara
meruang, memindahkan keadaan sesungguhnya ke dalam peta dasar, yang dinyatakan dengan penggunaan skala peta.
2.4 Strategi Pemasaran
Strategi Pemasaran didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan secara terus-menerus dan dilakukan atas dasar sudut pandang mengenai suatu hal yang di inginkan oleh konsumen kedepannya (Wibowo, Arifin, & Sunarti, 2015). Menurut (P. Kotler & Amstrong, 2008), strategi pemasaran merupakan suatu paham dimana pemasaran diharapkan dapat menciptakan sebuah nilai sehingga dapat mendapatkan hasil. Strategi pemasaran ini sebagai sebuah sistem yang memuat berbagai relasi guna melakukan perencanaan dan untuk menetapkan harga sampai terjadinya promosi dan mendistribusikan produk yang berguna untuk memuaskan konsumen.
Strategi pemasaran memiliki 5 bagian yang akan memperkuat kondisi yaitu (1) pemilihan pasar, (2) persepsi terhadap produk, (3) keterbatasan sumber daya dari dalam, (4) pengalaman, (5) kemampuan khusus (Purwanti, 2012). Selain melakukan strategi pemasaran, perusahaan juga diharuskan membuat sebuah evaluasi yang berguna sebagai alat untuk menganalisis apakah strategi yang telah digunakan mampu mencapai tujuan atau tidak. Apalagi perusahaan yang bergerak dalam industri otomotif seperti ini memiliki persaingan yang sangat kuat dan harus terus menerus memperbaiki kualitas produk mereka agar dapat mempertahankan penjualannya.
14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Pemasaran Pada Kopi Dadaman
Pengaplikasian Marketing Mix yang terdiri dari Product, Price, Place, dan Promotion, dari Kopi Dadaman diintegrasikan dengan strategi Segmenting, Targeting, dan Positioning-nya.
Produk dari tempat praktikum kami berupa green bean dan roast bean kopi robusta dengan natural process dan mix variety yang djual mulai dari Rp.15.000,00 / 200 gram. Berdasarkan data yang diambil, dapat diketahui bahwa saluran distribusi yang digunakan oleh Kopi Dadaman adalah distribusi langsung kepada konsumen yang dikirimkan langsung. Dalam proses
pengirimannya, Kopi Dadaman masih menggunakan kendaraan milik pribadi. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan untuk ke depannya Kopi Sapuangin Merapi bisa mempunyai armada sendiri dalam proses distribusi produknya.
Promosi yang dilakukan Kopi Dadaman berawal dari relasi para petani kopi lain yang ia dapat dari kegiatan Festival Kopi Banten. Dari sana ia mulai mempromosikan Kopi Robusta dari Ciomas dengan para pelaku di hilir. Pemerintah mulai melirik potensi dari kualitas kopi robusta yang di tanam di Provinsi Banten dan selalu gencar mengikuti kegiatan pemerintah di alun – alun Kota Serang. Setelah dari kegiatan itu Kopi Dadaman mulai menekuni promosi di sosial media berupa Instagram dan Whats’App, lalu Kopi Dadaman juga mulai bekerja sama dengan Asosiasi Kopi Indonesia regional Serang untuk mengikuti kompetisi kontes kopi specialty dan workshop roasting agar kopi daerah Banten bisa lebih dikenal di kancah Nasional.
3.2 Analisis Pasar Pada kopi Dadaman
Kopi yang menjadi tempat praktikum kami adalah Kopi Dadaman yang berada di Ciomas. Kopi Dadaman adalah UMKM yang bergerak dalam produksi dan pemasaran kopi lokal. Permasalahan yang terjadi di Kopi Dadaman yaitu perluasan pemasaran yang masih sempit, hanya mencakup Provinsi Banten saja. Sedangkan target yang ingin dicapai Kopi Dadaman yakni mengembangkan bisnisnya dengan memperluas jangkauan pemasaran. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan hasil Segmenting, Targeting,
15
Positioning, dan Marketing pada Kopi Dadaman. Kopi yang di produksi Kopi Dadaman berjenis Robusta dengan mix variety, kopi dengan jenis robusta memiliki daya jual tinggi karena demand yang besar untuk para pelaku coffee shop di daerah sekitar. Para pelaku coffee shop memilih Robusta dengan alasan harga beli yang relative murah, sangat cocok untuk campuran kopi susu dengan notes yang chocolaty, nutty dan memiliki body yang tebal dibanding jenis arabica yang biasanya memiliki notes fruity atau floral.
Untuk segmentasi pasar dari Kopi Dadaman sendiri adalah ke kedai kopi kecil yang berada di sekitaran daerah Serang, kalangan pemerintah daerah dan para pelaku penikmat kopi rumahan dikarenakan quantity dari hasil setiap panen belum bisa memenuhi demand dari para kompetitor robusta dari daerah lain seperti Lampung, Dampit, Mandheiling atau Toraja. Dengan ditentukannya segmenting pemasarannya berdasarkan dasar dasar yang ada, maka Kopi
Dadaman dapat mengetahui segmentasi mana yang mempunyai potensi untuk berkembang dan dapat difokuskan. Hal tersebut tentunya agar produk Kopi Dadaman dapat dikenal dengan baik oleh para konsumen dan calon konsumennya
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa Kopi Dadaman
menggunakan alternatif penentuan segmenting secara selective specialization. Dimana Kopi Dadaman memilih beberapa segmentasi pasar yang dianggap memiliki potensi untuk
berkembang sesuai dengan tujuan dan sumber daya yang dimiliki Kopi Dadaman. Dengan adanya targeting ini, maka Kopi Dadaman telah menentukan prioritas mereka yang lebih spesifik dan memiliki potensi terbaik untuk pemasaran
3.3 Pemetaan Pada Kopi Dadaman
Di Provinsi Banten minimnya aktivitas penyokong perekonomian tidak sebanyak di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan jumlah industri dan produk ekspor impor kopi yang tinggi serta pusat bisnis yang besar. Untuk provinsi Banten berada pada kuadran ini karena terjadi stagnasi dimana pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak seimbang dengan tingginya pertumbuhan penduduk di daerah tersebut. Bisa dibilang komoditas kopi di Banten belum
berpotensi untuk menjual komoditas ke luar daerah Banten karena belum seimbang antara supply dan demand. Daerah Banten punya potensi melahirkan kopi. Lahan di Lebak dan Pandeglang cocok untuk menanam kopi dengan jenis Robusta. Ironisnya, konsumsi kopi di Indonesia
16
mencapai 370 ribu ton per tahun. Namun, produksi kopi yang mampu di hasilkan Provinsi Banten hanya berkisar 2 ribu ton per tahun. Sedangkan Kopi Banten sampai saat ini hanya baru bisa diakui saja, belum dapat berkembang dengan skala nasional seperti hal nya kopi dengan jenis robusta dari daerah lain seperti Lampung, Temanggung atau Dampit.
Namun kabar baik nya adalah Produksi dan produktivitas komoditas Kopi di Provinsi Jawa Banten tahun 2020 hingga 2022 cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal tersebut didukung beberapa usaha pengembangan komoditas Kopi antara lain inovasi teknologi perbenihan (meliputi penggunaan dan budidaya benih bersertifikat), pelatihan, dukungan
pemerintah terhadap petani Kopi dengan bantuan alat dan mewadahi para pelaku di industri kopi dengan kegiatan atau acara kedaerahan.
3.4 Strategi Pada Hasil Kopi Dadaman
a. Produsen
- Roast Bean : 25.000 / 200 gram – 175.000 / 1KG - Green Bean : 15.000 / 200 gram – 80.000 / 1KG b. Roastery
- Harga beli Green Bean : 80.000 / 1KG
- Harga Jual Roast Bean : *green bean saat melalui proses roasting, akan mengalami penyusutan sekitar 30% tergantung dari profile roasting yang di inginkan.
- HPP Roastery
Roast Bean setelah penyusutan : 22.857 / 200 gram Zip Lock + Stiker : 2.000
Total HPP : 24.857 / 200 gram Harga Jual : 45.000
Margin Roastery : 20.000
Roastery mengolah hasil green bean menjadi roast bean agar dapat di olah atau di seduh. Biasanya roastery sudah sangat dipastikan menjual produk akan lebih naik cukup signifikan dibanding produsen atau petani yang me roasting langsung hasil green bean.
Dikarenakan alat, ilmu, sumber daya manusia, dan branding dari roastery lebih unggul,
17
hasil akhir produk juga lebih konsisten dan berkualitas. Itu juga menjadi alasan kenapa roast bean dari petani atau kebun yang sama akan dijual dengan harga yang lebih variatif saat roastery yang memasarkan nya.
18
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Analisis Pemasaran merupakan salah satu hal yang sangat penting di bidang pertanian salah satunya untuk tanaman hortikultura, karena produk hortikultura mempunyai sifat yang tidak tahan lama dan pemeliharaannya yang cukup sulit selain itu pemasaran juga merupakan hal yang sangat penting setelah selesainya proses produksi pertanian.
Pentingnya Analisis Pemasaran: Analisis pemasaran sangat penting untuk pengusaha di bidang hortikultura karena produknya tidak tahan lama dan pemeliharaannya cukup sulit. Selain itu, pemasaran juga merupakan hal yang sangat penting setelah selesainya proses produksi pertanian.
Pasar adalah tempat bertemunya antara pembeli dan penjual. Sederhananya, pasar adalah tempat berdagang bagi penjual, dan tempat membeli bagi pembeli atau konsumen. Di pasar, pembeli maupun penjual kemudian melakukan transaksi
Provinsi Banten mengalami minimnya aktivitas yang mendukung perekonomian jika dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Hal ini disebabkan oleh stagnasi pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang dengan tingginya pertumbuhan penduduk di daerah tersebut. Meskipun Banten memiliki potensi untuk menghasilkan kopi, produksi kopi yang mampu dihasilkan hanya berkisar 2 ribu ton per tahun, sementara konsumsi kopi di Indonesia mencapai 370 ribu ton per tahun. Kopi Banten belum dapat berkembang dengan skala nasional seperti kopi jenis robusta dari daerah lain seperti Lampung, Temanggung, atau Dampit.
19
DAFTAR PUSTAKA
Condro, A. A., Setiawan, Y., Prasetyo, L. B., Pramulya, R., & Siahaan, L. (2020). Retrieving the national main commodity maps in indonesia based on highresolution remotely sensed data using cloud computing platform. Land, 9(10), 1–15.https://doi.org/10.3390/land91003 77.
Bangun, R. H. (2020). Agroland : Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Unggulan Untuk Mendukung Pembangunan Ekonomi. Agroland, 27(2), 118–129.
Basu, S., & Irawan. (1999). Manajemen Pemasaran Modern (2nd ed.). Liberty. Kemenperin.
(2017). Peluang Usaha IKM Kopi (Vol. 4, Issue 1). Kementrian Perindustrian.
20
LAMPIRAN
21
NOTULENSI
Satria Dharma Kesuma Kelompok 1 Kelas 2G
Pertanyaan :
Saluran pemasaran nya itu seperti apa, apakah langsung ke konsumen?
Jawaban :
Untuk pemasaran ada dua jalur, pertama langsung ke konsumen dengan produk jadi atau biji kopi yang sudah di roasting dan di giling. Kedua ke roastery, roastery adalah usaha yang me roasting (memasak biji kopi) kemudian dijual lagi dengan branding mereka. Jadi, kopi dadaman menjual green bean nya saja. Biasanya roastery akan menjual roast bean dengan harga diatas harga produsen atau petani yang me roasting langsung.
Etna Aurelia Triyanto Kelompok 3 Kelas 2F
Pertanyaan :
Dalam kopi dadaman ini untuk margin dan keuntungannya di kisaran berapa?
Jawaban :
Total biaya tetap ( 48.200.000 ) + biaya variabel ( 19.123.000 ) = 67.323.000. untuk total dalam sekali panen 2.500 kg dengan harga jual roast bean 35.000 / 200 gram atau 175.000 / 1 KG. total nya 2.500 kg x 175.000 = 437.500.000. jadi margin yang di dapat 437.500.000 - 67.323.000 = 370.177.000 / panen. kalau margin roastery Harga beli Green Bean : 80.000 / 1KG
- Harga Jual Roast Bean : *green bean saat melalui proses roasting, akan mengalami penyusutan sekitar 30% tergantung dari profile roasting yang di inginkan.
- HPP Roastery
- Roast Bean setelah penyusutan : 22.857 / 200 gram - Zip Lock + Stiker : 2.000
22 - Total HPP : 24.857 / 200 gram
- Harga Jual : 45.000
- Margin Roastery : 20.000 / 200 gram
Enda Tarigan Kelompok 2 Kelas 2G
Pertanyaan :
Bagaimana mengatasi strategi pemasaran yang tidak berhasil?
Jawaban :
Melakukan kembali analisis target pasar, membangun interaksi dengan pelanggan, mengembangkan produk sesuai keperluan pelanggan, membangun strategi pemasaran yang baru.
Kayla Alisha Ramadhan Kelompok 2 Kelas 2F
Pertanyaan :
Penjualan langsung ke konsumen itu efisien apa tidak?
Jawaban :
Untuk kasus di Kopi Dadaman ini bisa dibilang sangat efisien, karena quantity di setiap panen tidak sebanyak komoditas lain seperti padi yang membutuhkan tengkulak untuk membantu mendistribusikan hasil panen nya.