• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELAYAKAN STRUKTUR KAYU PADA BANGUNAN SEKOLAH DASAR DI DAERAH PINGGIR LAUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "KELAYAKAN STRUKTUR KAYU PADA BANGUNAN SEKOLAH DASAR DI DAERAH PINGGIR LAUT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

09 Desember 2023

150

KELAYAKAN STRUKTUR KAYU PADA BANGUNAN SEKOLAH DASAR DI DAERAH PINGGIR LAUT

Muhammad Iqbal Yanuar1,a*, Dwi Erika Larasati2,b dan Eka Purnamasari3,c Pakhri Anhar4

1,2Mahasiswa Prodi Teknik Sipil Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin

3Dosen Prodi Teknik Sipil Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin

4Dosen Prodi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

amuhammadiqbalyanuar53@gmail.com, bdwierikalarasati@gmail.com, ceka.ftsuniska@gmail.com

Abstrak

Bangunan gedung memiliki peran penting dalam menunjang kehidupan manusia. Gedung sekolah adalah salah satu bangunan yang memiliki peran penting dalam proses pendidikan generasi muda penerus bangsa. Seperti halnya kota-kota besar lain di Indonesia, jumlah bangunan sekolah di Surabaya cukup banyak. Mengingat bahwa gedung merupakan proyek yang memiliki daur hidup panjang, maka penting sekali agar bangunan ini memenuhi konsep sustainability (keberlanjutan) agar dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Gedung Sekolah memiliki fungsi sebagai tempat berinteraksinya antara siswa dan guru dalamproses kegiatan belajar mengajar. Proses pendidikan dan pengajaran di lingkungan sekolah tidak bisa terlepasdari faktor ketersedian sarana-prasarana, salah satunya adalah gedung sekolah. Kondisi fisik bangunan sekolah yang memenuhi standar dan didukung dengan sarana-prasarana yang memadai menjadi tolok ukur kualitas/mutu sekolah. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebesar 41%

ruangan pada bangunan sekolah mengalami kerusakan sedang dan 59% ruangan mengalami kerusakan Berat. Perlunya rehabilitasi dan renovasi selubung bangunan yaitu dinding dan atap beserta semua komponen pendukungnya agar struktur utama dapat terjaga dengan baik, sehingga fungsi bangunan dapat digunakan secara maksimal. Pemilihan bahan harus memperhitungkan kondisi cuaca ekstrim dan lingkungan yang dekat dengan air laut serta hama rayap dan tikus.

Perlunya rehabilitasi dan renovasi pada kayu yang telah dimakan rayap pada semua komponen struktur. Pemeliharaan bisa berupa penggantian komponen kayu, menggunakan cat anti rayap dan metode lainnya.

Kata kunci : struktur kayu, sekolah dasar, kelayakan Latar Belakang

Komponen penting dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan diantaranya adalah guru/tenaga pendidik; siswa; sarana- prasarana pengajaran; instruksional dan kurikulum; media pengajaran; manajemen pengajaran; dan masyarakat pengguna.

Komponen guru, siswa dan masyarakat mempunyai peranan yang strategis dan penting karena mampu mengaktifkan dan

menggerakkan komponen- komponen lainnya. Namun, komponen sarana- prasarana pengajaran, instruksional dan kurikulum, media pengajaran dan manajemen pengajaran juga memiliki peranan yang tidak bisa diabaikan, karena dengan keberadaanya, proses belajar mengajar yang digerakkan oleh komponen aktif disuatu sekolah dapat berfungsi dan sebagai modal dasar sehingga proses

(2)

09 Desember 2023

151 pembelajaran berjalan dengan baik.

Gedung Sekolah memiliki fungsi sebagai tempat berinteraksinya antara siswa dan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Proses pendidikan dan pengajaran di lingkungan sekolah tidak bisa terlepas dari faktor ketersedian sarana-prasarana, salah satunya adalah gedung sekolah. Kondisi fisik bangunan sekolah yang memenuhi standar dan didukung dengan sarana-prasarana yang memadai menjadi tolok ukur kualitas/mutu sekolah.

Tinjauan Pustaka

Keberhasilan proses belajar-mengajar tidak terlepas dari berfungsi atau tidaknya sarana dan prasarana pendidikan termasuk diantaranya adalah bangunan sekolah yang memenuhi standar. Kebijakan-kebijakan pemerintah melalui peraturan- peraturan yang telah dibuat dan ditetapkan, mempertegas bahwa inventarisasi, pendataan dan perbaikan kondisi bangunan sekolah harus secara terus menerus dilakukan.

A. Standar Nasional Pendidikan

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 (PP 19/2005) Tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada Pasal 42 Ayat I PP 19/2005 dijelaskan bahwa Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana dan prasarana. Sarana pendidikan meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis

pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.Sedangkan prasarana pendidikan meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit

produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Peraturan Menteri yang mengatur tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Mdrasah Aliyah (SMA/MA) adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 (Permendiknas 24/2007). Sarana dan prasarana pendidikan termasuk diantaranya adalah bangunan sekolah yang memenuhi standar.Kebijakan-kebijakan pemerintah melalui peraturan-peraturan yang telah dibuat dan ditetapkan, mempertegas bahwa inventarisasi, pendataan dan perbaikan kondisi bangunan sekolah memenuhi standar mutu pendidikan.

Standar Sarana dan Prasarana SD/MI Permendiknas 24/2007 menegaskan bahwa untuk menjamin terwujudnya pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan nasional yang berpusat pada siswa diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang memadai tersebut harus memenuhi ketentuan minimum yang ditetapkan dalam standar sarana dan prasarana. Ketentuan minimun sarana meliputi: perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah. Sedangkan ketentuan minimun prasarana meliputi:

lahan, bangunan, ruang-ruang, dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah. Kapasitas lahan dan bangunan yang memadai di perlukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi pelaksanaan pembelajaran siswa SD/MI.

(3)

09 Desember 2023

152 Sedangkan ketentuan bangunan gedung untuk satuan pendidikan SD/MI harus memenuhi rasio minimum luas lantai bangunan terhadap peserta didik dan memenuhi ketentuan minimum lantai bangunan seperti yang tercantum pada tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Rasio Minimum Luas Lantai Bangunan terhadap Peserta Didik

No Jumlah

Rombongan Belajar

Rasio minimum luas lantai bangunan thp peserta didik (m2/peserta didik) Bangunan

satu lantai

Bangunan dua lantai

Bangunan tiga lantai

1 6 3,8 4,2 4,4

2 7-12 3,3 3,6 3,8

3 13-18 3,2 3,4 3,5

4 19-24 3,1 3,3 3,4

Sumber: Permendiknas 24/2007

Tabel 2. Luas Minimum Lantai Bangunan

No Jumlah

Rombongan Belajar

Luas minimum lantai bangunan (m2) Bangunan

satu lantai

Bangunan dua lantai

Bangunan tiga lantai

1 6 400 470 500

2 7-12 680 740 770

3 13-18 960 1030 1050

4 19-24 1230 1330 1380

Sumber: Permendiknas 24/2007

Selain ketentuan rasio luas lantai minimum terhadap peserta didik dan luas minimum lantai bangunan sebagaimana yang tercantum dalam Lampiran Permendiknas 24/2007 terdapat persyaratan lain diantaranya: (1) bangunan gedung memenuhi standar tata bangunan, (2) memenuhi persyaratan keselamatan, (3) memenuhi persyaratan kesehatan, (4) memenuhi persyaratan kenyamanan, (5) menyediakan fasilitas dan aksesbilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat.

pemeliharaan berat minimum sekali dalam 20 tahun. Untuk memenuhi kebutuhan aktifitas pembelajaran dan kegiatan kurikuler siswa sebuah SD/MI sekurang-

kurangnya memiliki prasarana antara lain:

ruang kelas, ruang perpustakaan, laboratorium IPA, ruang pimpinan, ruang guru, tempat beribadah, ruang UKS, jamban, gudang, ruang serkulasi dan tempat bermain/berolahraga.

Intensitas Kerusakan Bangunan

Tidak berfungsinya bangunan atau komponen bangunan yang diakibatkan karena penyusutan/ berakhirnya umur bangunan, atau akibat ulah manusia, atau akibat perilaku alam (gempa bumi, penurunan tanah, dll), atau akibat beban fungsi yang berlebih, atau akibat pengaruh fisis/kimia/serangga dinamakan kerusakan bangunan (Permen PU Nomor 24, 2008).

Lebih lanjut menurut Permen PU 24/2008 intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan menjadi menjadi 3 (tiga) tingkat kerusakan:

1. Kerusakan Ringan

a. Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen non-struktural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai, dan dinding pengisi.

b. Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum adalah sebesar 35% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.

2. Kerusakan Sedang

a. Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non-struktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dan lain-lain.

b. Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum adalah sebesar 45% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.

3. Kerusakan Berat

a. Kerusakan berat adalah kerusakan

(4)

09 Desember 2023

153 pada sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.

b. Biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.

Klasifikasi tingkat kerusakan tersebut dijadikan dasar dalam menentukan kebijakan oleh manajemen sekolah atau pihak Dinas Pendidikan Daerah setempat, apakah kondisi bangunan sekolah termasuk dalam kategori rusak ringan, rusak sedang atau rusak berat.

Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta sarana dan prasaranya agar bangunan gedung senantiasa laik fungsi dinamakan upaya pemeliharaan bangunan (Permen PU 24/PRT/M/2008). Kegiatan pembersihan, perapihan, pengujian, perbaikan dan/atau penggantian material atau perlengkapan bangunan gedung termasuk dalam ruang lingkup pemeliharaan bangunan (preventive maintenance).

Dalam Permen PU 24/2008 juga menjelaskan bahwa kegiatan perawatan bangunan adalah bentuk kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi (currative maintenance).

Pekerjaan perawatan bangunan dikategorikan menjadi 3 (tiga), yakni :

1. Rehabilitasi, adalah memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksud menggunakan sesuai fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur maupun struktur bangunan gedung tetap dipertahankan seperti semula sedangkan utilitas dapat berubah.

2. Renovasi, adalah memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik arsitektur, struktur maupun utilitas bangunannya, dan

3. Renovasi, adalah memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan tetap mempertahankan arsitektur bangunannya sedangkan struktur dan utilitasnya dapat berubah.

Metode Penelitian

Metodologi penelitian merupakan sesuatu yang menentukan dalam penelitian sebagai upaya menghimpun data yang diperlukan di lapangan sekaligus berfungsi sebagai kerangka berfikir dari penelitian itu sendiri.

Metodologi penelitian dapat diartikan sebagai proses dan prosedur yang digunakan untuk mencari jawaban permasalahan.

Metodologi juga adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian (Mulyana, 2003). Dari segi tempat, penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan, yaitu suatu penelitian yang dilakukan di lapangan atau suatu tempat yang

dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif yang terjadi di lokasi tersebut (Fathoni, 2006). Sementara dari segi tujuan, penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap objek penelitian, semua kegiatan atau peristiwa berjalan seperti apa adanya (Sukmadinata, 2010). Dari data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan kesimpulan kriteria bangunan sekolah termasuk kategori baik, rusak ringan, rusak sedang atau rusak berat.

(5)

09 Desember 2023

154 Hasil dan Pembahasan

Kabupaten Kotabaru memiliki 22 ( dua puluh dua ) Kecamatan. Jumlah Sekolah Dasar Negeri ada 256 (dua ratus lima puluh enam) sekolah yang tersebar di 22 kecamatan tersebut. Daftar kecamatan di wilayah Kabupaten Kotabaru dan jumlah Sekolah dasar Negeri. Adapun SDN 2 Rampa Kotabaru yang menjadi tempat pengamatan ini berlamatkan di desa Rampa, Kec. Pulau Laut Utara, Kotabaru, dan bangunan tersebut menngunakan struktrur kayu dengan 2 lantai serta memiliki 13 ruang kelas.

Gambar 1. Tampak Depan SDN 2 Rampa

Gambar 2. Ruang Kelas SDN 2 Rampa

Tabel 8. Komponen Standar Penilaian Tingkat Kerusakan Bangunan Sekolah

Tabel 9. Analisis Tingkat Kerusakan Bangunan

(6)

09 Desember 2023

155 Gambar 3. Tingkat Kerusakan Bangunan

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebesar 41% ruangan pada bangunan sekolah mengalami kerusakan sedang dan 59% ruangan mengalami kerusakan Berat.

Perlunya rehabilitasi dan renovasi selubung bangunan yaitu dinding dan atap beserta semua komponen pendukungnya agar struktur utama dapat terjaga dengan baik, sehingga fungsi bangunan dapat digunakan secara maksimal. Pemilihan bahan harus memperhitungkan kondisi cuaca ekstrim dan lingkungan yang dekat dengan air laut serta hama rayap dan tikus. Perlunya rehabilitasi dan renovasi pada kayu yang telah dimakan rayap pada semua komponen struktur.

Pemeliharaan bisa berupa penggantian komponen kayu, menggunakan cat anti rayap dan metode lainnya.

Referensi

[1] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

[2] Peraturan Menteri Dalam Negeri No.

17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

[3] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),

Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).

[4] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 24/PRT/M/2008 Tentang Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung.

[5] Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Tahun 2015 Tentang Panduan Verifikasi Bantuan Revitalisasi Sekolah Dasar.

[6] Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.

[7] Hamdi, S. (2014). Penilaian Kondisi Bangunan Sekolah Pasca Gempa Bumi (Studi Kasus Padang Pariaman, Sumatra Barat). PILAR Jurnal Teknik Sipil, 69-77.

[8] Sidi, I. D. (2005). Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta:

Paramadina.

[9] Sugiyono. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

[10] Sukmadinata, N. S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis pushover menunjukkan bahwa tingkat kerusakan yang terjadi pada bangunan publik 5 lantai sudah mencapai pada tingkat kerusakan yang parah dimana

Berdasarkan Pedoman Teknis Bangunan Sekolah Tahan Gempa [2] (2010), tata letak bangunan sekolah hendaknya sederhana dan simetris terhadap kedua sumbu bangunan serta tidak

Analisis data serangan organisme perusak kayu pada berbagai komponen bangunan, kelas umur bangunan, kerusakan bangunan per wilayah pengamatan dan nilai kerugian ekonomi

Tabel 4.4 Faktor Keutamaan I Untuk Berbagai Kategori Gedung atau Bangunan. Tabel 4.5 Faktor Reduksi

Tabel 5.2 Hasil komponen standar penilaian tingkat kerusakan gedung sekolah SDN Karanggayam ... 52 Tabel 5.3 Hasil evaluasi akhir keempat panduan/

Hasil dari penelitian ini di dapat perbandingan defleksi pada kolom antara model bangunan yang menggunakan dilatasi 10 cm beserta penggunaan bracing tiap

 Dosen Tetap Prodi Teknik Sipil FT Universitas Baturaja.. meningkatkan kondisi bangunan gedung sekolah dari kondisi rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat menjadi

Hasil analisis pushover menunjukkan bahwa tingkat kerusakan yang terjadi pada bangunan publik 5 lantai sudah mencapai pada tingkat kerusakan yang parah dimana