ANALISIS KANDUNGAN UNSUR NPK DALAM TANAH TERHADAP KESUBURAN DAN PERTUMBUHAN TANAMAN
DI KECAMATAN ARJASA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas Mata Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan
Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jember
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. Sugeng Winarso. M.Si Rendy Anggriawan, S.P., M.Si
Laily Mutmainnah, S.P., M.Si Asisten Pengampu:
Shofia Dwi Rahma Wati 221510301009 Andini Dwi Fitriana 221510301010 Isna Khilbasa Mas’ula 221510301033
Disusun Oleh:
Kelompok 1/M
Muh. Zharfan S. Al Rafi 231510301002 Reta Dwi Maisandari 231510301006 Rahmadani Aubrilianingtyas 231510301016 Hellen Oni Loviyana 231510301034 Femas Triandal Pamungkas 231510301058
LABORATORIUM KESUBURAN DAN KESEHATAN TANAH PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER
ANALISIS KANDUNGAN UNSUR NPK DALAM TANAH TERHADAP KESUBURAN DAN PERTUMBUHAN TANAMAN
DI KECAMATAN ARJASA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas Mata Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan
Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jember
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. Sugeng Winarso. M.Si Rendy Anggriawan, S.P., M.Si
Laily Mutmainnah, S.P., M.Si Asisten Pengampu:
Shofia Dwi Rahma Wati 221510301009 Andini Dwi Fitriana 221510301010 Isna Khilbasa Mas’ula 221510301033
Disusun Oleh:
Kelompok 1/M
Muh. Zharfan S. Al Rafi 231510301002 Reta Dwi Maisandari 231510301006 Rahmadani Aubrilianingtyas 231510301016 Hellen Oni Loviyana 231510301034 Femas Triandal Pamungkas 231510301058
LABORATORIUM KESUBURAN DAN KESEHATAN TANAH PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER
2025
ACC 19/5/2024
(Shofia Dwi Rahma W)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI... ii
DAFTAR TABEL... iv
BAB 1. PENDAHULUAN...5
1.1 Latar Belakang...5
1.2 Rumusan Masalah... 7
1.3 Tujuan Penelitian...7
1.4 Manfaat Penelitian... 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...8
BAB 3. METODE PENELITIAN...10
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum...10
3.2 Unsur Hara Nitrogen...10
3.2.1 Bahan...10
3.2.2 Alat... 10
3.2.3 Cara Kerja... 11
3.3 Unsur Hara Fosfor...12
3.3.1 Bahan...12
3.3.2 Alat... 12
3.3.3 Cara Kerja... 12
3.4 Unsur Hara Kalium...13
3.4.1 Bahan...13
3.4.2 Alat... 13
3.4.3 Cara Kerja... 13
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN...14
4.1 Kandungan Unsur Hara NPK dalam Tanah di Kecamatan Arjasa...14
4.1.1 Unsur Hara Nitrogen (N)...14
4.1.1.1 Hasil... 14
4.1.1.2 Pembahasan... 14
4.1.2 Unsur Hara Fosfor (P)...15
4.1.2.1 Hasil... 15
4.1.2.2 Pembahasan... 15
4.1.3 Unsur Hara Kalium (K)... 17
4.1.3.1 Hasil... 17
4.1.3.2 Pembahasan... 17
4.2 Pengaruh kandungan NPK dalam tanah terhadap pertumbuhan tanaman di kecamatan arjasa...18
BAB 5. PENUTUP...21
5.1 Kesimpulan... 21
5.2 Saran...21
DAFTAR PUSTAKA... 22
LAMPIRAN...25
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kadar Nitrogen Tanah di Kecamatan Arjasa...7
Tabel 2. Kadar Fosfor Tanah di Kecamatan Arjasa...8
Tabel 3. Kadar Kalium Tanah di Kecamatan Arjasa...10
Tabel 4. Unsur haa N,P,K di Kecamatan Arjasa...10
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah memiliki peran yang sangat penting sebagai komponen dasar dalam sistem pertanian karena fungsinya yang vital dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Melalui kemampuannya menyediakan unsur hara, air, dan struktur fisik yang sesuai bagi perkembangan akar, tanah menjadi medium utama bagi kehidupan tanaman (Siregar, 2023). Tanah yang subur mampu menunjang pertumbuhan tanaman secara optimal, sehingga menghasilkan panen yang berkualitas tinggi.
Selain itu, tanah juga berperan dalam menyimpan cadangan air dan menjaga keseimbangan ekosistem mikro di sekitarnya (Daulay & Armita, 2025).
Pengelolaan tanah yang baik, seperti pemberian pupuk organik, pengolahan yang tepat, dan pencegahan erosi, sangat diperlukan untuk menjaga kesuburannya.
Kerusakan tanah akibat eksploitasi berlebihan dapat menurunkan produktivitas pertanian secara signifikan. Keberlanjutan dalam pengelolaan tanah harus menjadi perhatian utama dalam praktik pertanian modern. Hasil pertanian yang baik dan juga berkelanjutan, tidak luput dari kualitas tanah yang baik, maka dari itu dapat menciptakan ketahanan pangan nasional (Auliadesti, 2025).
Peningkatan kesuburan tanah merupakan faktor kunci dalam mendukung produktivitas pertanian yang berkelanjutan. Salah satu cara untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah melalui penggunaan pupuk organik yang berasal dari bahan alami seperti kompos, pupuk kandang, atau sisa tanaman (Roni et al., 2025). Pupuk organik berperan penting dalam menambah kandungan unsur hara serta memperbaiki struktur tanah. Pengolahan tanah yang tepat dapat meningkatkan aerasi dan drainase, sehingga mendukung pertumbuhan akar tanaman (Sefano et al ., 2024). Pengelolaan bahan organik, seperti penambahan mulsa dan limbah organik, juga membantu menjaga kelembapan tanah dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme. Kombinasi dari ketiga praktik tersebut secara signifikan meningkatkan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Praktik ini juga
memperkuat daya dukung tanah terhadap stres lingkungan. Pengelolaan tanah yang baik berkontribusi besar terhadap peningkatan kesehatan tanah dan keberhasilan usaha pertanian (Batubara et al., 2024).
Unsur hara nitrogen (N) merupakan salah satu unsur hara makro yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk kompos mengandung unsur hara nitrogen, berperan utama dalam merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru dan memperkuat struktur batang tanaman (Chairiyah et al., 2022). Unsur ini juga sangat diperlukan dalam proses pembentukan klorofil atau zat hijau daun. Klorofil merupakan komponen penting dalam proses fotosintesis yang memungkinkan tanaman mengubah cahaya matahari menjadi energi kimia. Energi ini kemudian digunakan untuk menunjang berbagai aktivitas metabolisme tanaman, termasuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tanaman (Hanafi et al., 2023).
Ketersediaan nitrogen yang cukup akan meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen. Sebaliknya, kekurangan nitrogen dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, daun menguning, dan pertumbuhan menjadi lambat. Penggunaan pupuk kompos yang mengandung nitrogen sangat dianjurkan dalam budidaya tanaman.
Selain ramah lingkungan, kompos juga membantu memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan daya simpan air dalam tanah. Secara keseluruhan, nitrogen dalam pupuk kompos memiliki peran yang sangat krusial dalam mendukung kesehatan dan produktivitas tanaman (Yulianto., 2025).
Unsur hara fosfor (P) merupakan salah satu unsur hara makro yang sangat penting dan esensial bagi pertumbuhan serta perkembangan tanaman, termasuk tanaman padi. Fosfor menyusun sekitar 0,2% dari bobot kering tanaman, yang menunjukkan betapa pentingnya keberadaan unsur ini dalam proses fisiologis tanaman. Tanaman tidak akan mampu tumbuh dan berkembang secara optimal apabila kebutuhan fosfor tidak tercukupi. Fosfor memiliki peran utama dalam proses peredaran energi di dalam tanaman. Energi tersebut diperoleh dari hasil proses fotosintesis, respirasi, serta metabolisme karbohidrat. Fosfor terlibat dalam pembentukan senyawa energi tinggi seperti adenosin trifosfat (ATP) dan adenosin difosfat (ADP) yang sangat diperlukan untuk berbagai aktivitas seluler (Maulidan
& Putra, 2024). Kecukupan unsur fosfor dalam tanah sangat menentukan produktivitas dan kualitas hasil tanaman, khususnya tanaman padi.
Unsur hara kalium memiliki peran yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan sel tanaman. Kalium berfungsi dalam mengatur tekanan osmosis dan tekanan turgor di dalam sel, yang berpengaruh besar terhadap kestabilan fisiologis tanaman (Manambangtua et al., 2021). Tekanan osmotik dan turgor yang terjaga menjadikan sel-sel tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Selain itu, kalium juga berperan dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cekaman kekeringan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan kalium dalam membantu tanaman mempertahankan kandungan air di dalam jaringan sel. Tanaman yang mendapatkan asupan kalium yang cukup akan lebih efisien dalam menyerap dan menyimpan air. Ketersediaan kalium yang mencukupi sangat penting untuk menunjang kesehatan dan produktivitas tanaman, terutama dalam kondisi lingkungan yang kering (Mudrikah et al., 2024).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat rumusan masalah yaitu :
1.2.1 Bagaimana kandungan unsur hara NPK dalam tanah di Kecamatan Arjasa?
1.2.2 Bagaimana pengaruh kandungan NPK dalam tanah terhadap pertumbuhan tanaman di Kecamatan Arjasa?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, terdapat beberapa tujuan yaitu : 1.3.1 Mengetahui kandungan unsur hara NPK di Kecamatan Arjasa
1.3.2 Mengetahui pengaruh kandungan NPK dalam tanah pada pertumbuhana di Kecamatan Arjasa
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, terdapat beberapa manfaat yaitu : 1.4.1 Mahasiswa dapat Mengetahui kandungan unsur hara NPK di Kecamatan Arjasa
1.4.2 Mahasiswa dapat Mengetahui pengaruh kandungan NPK dalam tanah pada pertumbuhana di Kecamatan Arjasa
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesuburan Tanah
Kemampuan lahan untuk menyediakan semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal di lingkungannya disebut kesuburan tanah. Manajemen tanah juga penting untuk mempertimbangkan sifat tanah sebagai media tumbuh, terutama untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Tingkat kesuburan tanah dan kandungan hara dapat berbeda-beda di setiap wilayah. Oleh karena itu, salah satu langkah penting dalam menentukan tingkat produktivitas tanaman yang akan dibudidayakan adalah pengelolaan tanah yang tepat. Kesuburan tanah biasanya menunjukan kemampuan dan potensi untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan produksi yang optimal (Tumpu et al., 2024). Kesuburan tanah sangat penting untuk menjaga stabilitas dan meningkatkan hasil produksi pertanian. Suatu lahan dapat diketegorikan sebagai subur apabila tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produk yang tinggi setiap tahun (Jawang &
Ndapamuri, 2023).
2.2 Peran Unsur Hara Makro (N,P,K)
Unsur hara N dan P sangat penting selama fase awal pertumbuhan, terutama untuk meningkatkan tinggi tanaman. Kedua unsur yang terdapat dalam pupuk NPK membantu pertumbuhan tinggi pada tanaman. Penyerapan N dan K melalui akar dari tanah diperlukan untuk mendukung fase pertumbuhan vegetatif, sehingga pupuk NPK dapat menghasilkan tinggi tanaman yang lebih baik (Abdullah et al., 2023). Unsur K juga memainkan peran penting dalam proses pertumbuhan. Secara keseluruhan, ketersediaan unsur hara ini mengoptimalkan pertumbuhan tanaman.
Penyerapan unsur P oleh tanaman sebanding dengan pembentukan ATP, dan unsur P yang dihasilkan dari proses pembentukan ATP dapat digunakan untuk membantu pertumbuhan vegetatif, terutama dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman.
Unsur hara N dari pupuk NPK berperan dalam pembentukan daun dengan mendukung proses pembelahan dan pembesaran sel, sehingga daun dapat tumbuh cepat dan memiliki warna yang hijau. Selain itu, unsur P juga berperan penting dalam pembentukan daun melalui gula fosfat yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis (Sodiq & Megasari, 2023). Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat bergantung pada penyerapan unsur hara dalam tanah, yang kemudian di proses oleh daun melalui fotosintesis. Pemberian unsur hara N dan P pada daun akan mendukung pembentukan daun yang optimal, sehingga proses fotosintesis berjalan dengan baik. Unsur kalium (K) berperan dalam mempercepat proses pembungaan pada tanaman. Jika tanaman kekurangan unsur K, proses fotosintesis akan terganggu, sehingga pembentukan daun menjadi tidak optimal (Chairiyah et al ., 2022).
2.3 Kadar Air
Kadar air dalam tanah merujuk pada jumlah air yang terkandung dalam ruang pori tanah. Kemampuan pori-pori tanah merupakan ruang utama dimana air disimpan dan bergerak di dalam tanah (Khoirunisa et al, 2021). Pori-pori kecil (mikro) menyerap dan menahan air melalui daya kapilaritas, menjadikannya sumber utama air bagi tumbuhan. Sebaliknya, pori-pori besar (makro) kurang berupaya dalam menahan air karena adanya gravitasi membuat air lebih mudah mengalir keluar. Tanah dengan struktur makro dan mikro yang seimbang akan memiliki kadar penyerapan dan penyimpanan air yang baik. Keupayaan tanah untuk menyerap air akan menurun jika tanah terlalu padat dan tidak memiliki pori.
Akibatnya, larian permukaan akan terjadi dan akar tumbuhan akan kekurangan air.
Struktur dan pori tanah secara langsung mempengaruhi kemampuan tanah untuk menyerap, menyimpan, dan menyediakan air. Kualitas ini berdampak pada kesuburan dan kestabilan ekosistem tanah (Indis et al., 2022).
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan dilaksanakan mulai tanggal 7 Maret hingga 9 Mei 2025. Kegiatan ini bertempat di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Jember. Selain kegiatan di laboratorium, praktikum juga mencakup pengambilan sampel tanah secara langsung di lapangan. Lokasi pengambilan sampel berada di Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember.
3.2 Unsur Hara Nitrogen 3.2.1 Bahan
1. Tanah
2. Asam sulfat pekat (95-97%) 3. Selenium reagent
4. Hidrogen peroksida (𝐻𝑂) 30%
5. Asam borat 1%
6. Natrium Hidroksida (NaOH) 40%
7. Pewarna Conway 8. H2SO4 0,05 N 3.2.2 Alat
1. Neraca analitik tiga desimal 2. Labu ukur 50 ml
3. Erlenmeyer 4. Gelas ukur 5. Labu didih 6. Buret
7. Alat destilasi 8. Kompor destruksi
3.2.3 Cara Kerja Destruksi Tanah
1. Menimbang 0,5 g contoh tanah ukuran < 0,5 mm, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml.
2. Menambahkan 1 g selen dan 5 ml asam sulfat pekat, didestruksi keluar uap putih dan didapat ekstrak putih (3 – 5 jam).
3. Menyiapkan labu ukur lalu diangkat, didinginkan dan kemudian ekstrak diencerkan dengan air bebas ion hingga tepat 50 ml.
4. Mengkocok sampai homogen. Ekstrak digunakan untuk pengukuran N.
Destilasi Tanah
1. Memindahkan seluruh ekstrak contoh ke dalam labu didih (gunakan air bebas ion dan botol semprot) hingga 100 ml.
2. Menyiapkan gelas ukur, tambahkan NaOH 40% sebanyak 8 ml ke dalam labu didih dan secepatnya ditutup dengan menghubungkan dengan alat destilasi.
3. Menyiapkan penampung yaitu erlenmeyer yang berisi 10 ml asam borat 1%
yang ditambah dua-tiga tetes indikator Conway (berwarna merah) dan dihubungkan dengan alat destilasi.
4. Mendestilasi hingga volume penampung mencapai 50–75 ml (berwarna hijau).
5. Mendestilat dititrasi dengan H2SO4 0,050 N hingga warna merah muda.
6. Mencatat volume titar contoh (Vc) dan blanko (Vb). Destruksi Jaringan Tanaman.
7. Menimbang 0,250 g contoh tanaman < 0,5 mm ke dalam dalam labu ukur 50ml.
8. Menambahkan 5 ml asam sulfat pekat, didestruksi sampai uap putih dalam labu ukur habis.
9. Mendinginkan labu ukur dan kemudian ekstrak ditambahkan 2 - 3 ml 𝐻𝑂 30%
dan dipanaskan kembali sampai keluar uap putih dan didapat ekstrak jernih.
Langkah ini dapat diulangi sampai didapatkan ekstrak jernih.
10. Mengangkat labu ukur lalu didinginkan dan kemudian ekstrak diencerkan dengan air bebas ion hingga tepat 50 ml.
11. Kocok sampai homogen. Ekstrak digunakan untuk pengukuran N.
3.3 Unsur Hara Fosfor 3.3.1 Bahan
1. Tanah
2. Pengekstrak NaHCO3 0,5 M, pH 8,5 3. Pereaksi P pekat
4. Pereaksi pewarna P (P-Encer) 5. Standar Induk PO4 (500 ppm) 6. Standart Tanah (10 ppm) 7. Deret Standar- P
3.3.2 Alat 1. Botol gojok 2. Tabung reaksi 3. Pipet 2 ml 4. Pipet 10 ml 5. Pipet 5 ml 6. labu ukur 100 ml 7. Tabung ukur 50 ml 8. Mesin penggojok 9. Kompor destruksi 10. Botol semprot
11. Spektrofotometer UV-VIS 3.3.3 Cara Kerja
1. Menimbang 1,0 g contoh tanah < 2 mm dan dimasukkan ke dalam botol kocok.
2. Menambahkan 20 ml pengekstrak Olsen kemudian dikocok selama 30 menit.
Disaring dan bila larutan keruh dikembalikan lagi ke atas saringan semula.
3. Mengekstrak dipipet 2 ml ke dalam tabung reaksi dan selanjutnya bersama deret standar ditambahkan 10 ml pereaksi pewarna fosfat.
4. Mengkocok hingga homogen dan biarkan 30 menit.
5. Mengabsorbansi larutan diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 889 nm.
3.4 Unsur Hara Kalium 3.4.1 Bahan
1. Tanah
2. Amonium asetat 4 M, pH 7,0 3.4.2 Alat
1. Botol gojok
2. Erlenmayer 100 ml 3. Labu ukur
3.4.3 Cara Kerja
1. Menimbang 2,5 gram tanah dan memasukkannya ke dalam botol gojok.
2. Menambahkan 50 mL larutan amonium asetat sebagai pengekstrak untuk melepaskan kation-kation yang dapat ditukar, termasuk kalium (K ).⁺
3. Mengkocok agar proses ekstraksi berlangsung secara optimal.
4. Melakukan penyaringan hasil ekstraksi, dan filtrat yang diperoleh ditampung untuk analisis lebih lanjut.
5. Mengisi filtrat dengan kalium, kemudian ditentukan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) untuk memperoleh hasil yang akurat.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kandungan Unsur Hara NPK dalam Tanah di Kecamatan Arjasa 4.1.1 Unsur Hara Nitrogen (N)
4.1.1.1 Hasil Terlampir
4.1.1.2 Pembahasan
Nitrogen merupakan unsur utama dan merupakan faktor pembatas dalam budidaya tanaman, yaitu sebagai penyusun protoplasma, asam nukleat, asam amino, senyawa senyawa organik lainnya untuk pembentukan protein serta membantu pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukan zat hijau daun dalam proses fotosintesis (Hanafi et al., 2023). Nitrogen tersedia dalam bentuk gas pada atmosfer 78% gas diatmosfer adalah nitrogen, tanaman hanya dapat menyerap nitrogen dalam bentuk ion nitrat (NO₃ ) atau amonium (NH₄ ), proses fiksasi nitrogen⁻ ⁺ bebas di atmosfer difiksasi menjadi bentuk tersedia oleh bakteri Rhizobium (bakteri simbiotik pada akar tanaman leguminosa) atau melalui proses penambahan pupuk anorganik (Febriana & Susilastuti., 2024). Kekurangan nitrogen menyebabkan daun menguning (klorosis), terutama pada daun tua, serta pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan lemah.
Siklus nitrogen adalah proses tahapan alami yang menggambarkan perubahan bentuk nitrogen dan pergerakannya melalui udara, tanah, tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme (Fajriyah et al., 2025). Proses fiksasi nitrogen, pengubahan nitrogen bebas (N₂) di atmosfer menjadi bentuk amonium (NH₄ ) oleh bakteri⁺ Rhizobium, Azotobacter, dan Clostridium. Amonium diubah menjadi nitrat (NO₂ )⁻ dan kemudian nitrat (NO₃ ) melalui proses nitrifikasi oleh bakteri nitrifikasi. Nitrat⁻ yang terbentuk kemudian diserap oleh akar tanaman sebagai sumber nitrogen untuk sintesis protein dan senyawa penting lainnya (Yasa et al., 2024). Ketika hewan memakan tumbuhan, nitrogen berpindah ke dalam tubuh hewan dan digunakan untuk pertumbuhan. Setelah tumbuhan dan hewan mati, proses amonifikasi terjadi, yaitu penguraian bahan organik oleh mikroorganisme menjadi amonium.
Table 1. Kadar Nitrogen Tanah di Kecamatan Arjasa
Kadar N Harkat
0,10 % Sangat Rendah
Nilai kadar nitrogen pada Kecamatan Arjasa yaitu 0,10% dengan indikator harkat sangat rendah. Kandungan nitrogen pada nilai indikator harkat sangat rendah tergolong tidak memadai dalam mendukung produktivitas dan perkembangan tanaman. Pada nilai tersebut nitrogen yang tersedia tidak terpenuhi untuk menunjang produktivitas tanaman komoditas, faktor indikator kadar nitrogen 0,10 (Sangat Rendah) kurang optimal jika digunakan pada tanaman yang membutuhkan kadar nitrogen yang tinggi seperti padi dan jagung. Secara umum tanaman memerlukan 20-50 N kg/ha (Priambodo, 2021). Pengoptimalan dan pemanfaatan legum, rotasi tanaman dan penambahan pemberian pupuk N secara tepat kebutuhan nitrogen pada tanaman dapat tercukupi (Roni et al., 2025).
4.1.2 Unsur Hara Fosfor (P) 4.1.2.1 Hasil
Terlampir
4.1.2.2 Pembahasan
Fosfor adalah unsur hara makro yang berfungsi dalam transfer energi melalui senyawa adenosin trifosfat (ATP) dan terlibat langsung dalam proses metabolisme tanaman, termasuk sintesis asam nukleat dan enzim (Sonia & Setiawati., 2022).
Unsur ini juga memengaruhi pembentukan jaringan meristematik, pematangan organ generatif seperti biji, serta elongasi akar primer. Unsur fosfor dalam tanah banyak ditemukan dalam bentuk tidak larut yang terikat dengan kation logam seperti Al³ , Fe³ , dan Ca² , sehingga ketersediaannya bagi tanaman sangat⁺ ⁺ ⁺ bergantung pada reaksi tanah. Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk ion H₂PO₄ pada pH tanah masam dan HPO₄² pada pH netral hingga basa. Gejala⁻ ⁻ kekurangan fosfor tampak pada klorosis daun tua, warna daun keunguan akibat
akumulasi antosianin, serta pertumbuhan tanaman yang terhambat akibat kurangnya energi untuk pembelahan dan ekspansi sel (Yulianto., 2025).
Siklus fosfor merupakan pergerakan fosfor dalam ekosistem melalui proses biogeokimia tanpa fase gas di atmosfer. Fosfor berasal dari pelapukan batuan yang melepaskan fosfat anorganik ke dalam tanah, yang kemudian diserap oleh tanaman dalam bentuk ion ortofosfat (H₂PO₄ dan HPO₄² ) (Sefano ⁻ ⁻ et al., 2024). Setelah masuk ke jaringan tanaman, fosfor berpindah ke hewan melalui rantai makanan.
Ketika organisme mati atau menghasilkan limbah, fosfor dikembalikan ke tanah melalui proses dekomposisi oleh mikroorganisme. Sebagian fosfor akan terikat dalam bentuk tidak larut di tanah atau terbawa aliran air ke badan perairan, di mana ia dapat mengendap di dasar dan membentuk sedimen. Sedimen ini akan membentuk batuan fosfat baru dalam jangka waktu geologis, yang kemudian akan mengalami pelapukan kembali (Daulay & Armita., 2025). Disebabkan tidak mengalami sirkulasi melalui udara, siklus fosfor berlangsung lebih lambat dibandingkan unsur hara lainnya.
Table 2 Kadar Fosfor Tanah di Kecamatan Arjasa
Kadar P Harkat
0,5 ppm Sangat Rendah
Berdasarkan hasil analisis, kadar fosfor (P) sebesar 0,5 ppm termasuk dalam kategori sangat rendah. Kondisi ini menunjukkan bahwa ketersediaan unsur hara penting bagi tanaman sangat terbatas. Fosfor berperan dalam berbagai proses penting tanaman, pembentukan energi (ATP), pematangan biji, dan pertumbuhan akar. Nilai yang rendah diduga disebabkan oleh rendahnya kandungan bahan organik dalam tanah. Tingkat keasaman tanah yang tidak seimbang dapat menyebabkan fosfor terikat oleh unsur lain seperti aluminium, besi, atau kalsium, sehingga tidak dapat diserap tanaman. Curah hujan yang tinggi juga dapat menyebabkan larutnya fosfor ke lapisan tanah yang lebih dalam, terutama pada jenis tanah berpasir, sehingga tidak lagi tersedia bagi akar (Auliadesti., 2025). Akar
yang sehat dan berkembang baik memungkinkan tanaman menyerap air dan nutrisi secara lebih efisien, serta meningkatkan ketahanan terhadap cekaman lingkungan.
4.1.3 Unsur Hara Kalium (K) 4.1.3.1 Hasil
Terlampir
4.1.3.2 Pembahasan
Unsur hara kalium dalam tanah merupakan salah satu nutrien makro esensial yang diperlukan tanaman dalam jumlah relatif besar untuk menunjang berbagai proses fisiologis (Mudrikah & Rahmatullah., 2024). Kalium tidak tergabung dalam struktur senyawa organik, tetapi berfungsi sebagai kation utama dalam menjaga keseimbangan ion, mengatur tekanan osmotik, serta mengaktifkan berbagai enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan metabolisme karbohidrat. Kalium pada dalam tanah terdapat dalam tiga fraksi, yaitu bentuk tersedia (K dalam larutan⁺ tanah), bentuk dapat dipertukarkan (terikat pada koloid tanah), dan bentuk tidak tersedia (terperangkap dalam struktur mineral tanah) (Batubara et al., 2024).
Ketersediaan ion kalium bagi tanaman sangat bergantung pada tekstur tanah, kandungan mineral lempung, serta dinamika pelapukan bahan mineral primer.
Keberadaan kalium yang cukup di dalam tanah berperan penting dalam meningkatkan efisiensi penggunaan air, ketahanan terhadap cekaman abiotik, dan kualitas hasil panen.
Siklus unsur hara kalium dalam tanah merupakan rangkaian proses alami yang menggambarkan pergerakan kalium di antara berbagai kompartemen tanah, tanaman, dan lingkungan abiotik. Kalium berasal dari pelapukan mineral primer seperti feldspar dan mika, yang melepaskan ion K ke dalam larutan tanah sehingga⁺ dapat diserap oleh akar tanaman (Daud & Agustini., 2024). Kalium berperan dalam berbagai fungsi fisiologis dan tersebar ke seluruh jaringan tanaman. Kalium tidak mengalami transformasi biokimia kompleks, namun mudah hilang dari sistem tanah melalui proses pencucian, terutama pada tanah berstruktur longgar dan berkandungan bahan organik rendah (Oklima, et al 2024). Tersedianya kalium di dalam tanah menyebabkan terjaminnya ketegaran tanaman, merangsang
pertumbuhan akar, mencegah serangan hama dan penyakit, memperbaiki kualitas air, serta mengatasi kekurangan air
Table 3. Kadar Kalium Tanah di Kecamatan Arjasa
Kadar K Harkat
38,5 mg/100 g Sedang
Berdasarkan hasil pengujian, kadar kalium (K) sebesar 38,5 mg/100 g termasuk dalam kategori sedang. Nilai harkat menunjukkan bahwa tanah memiliki ketersediaan kalium yang cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman, meskipun belum tergolong tinggi. Kalium merupakan unsur hara makro yang sangat penting karena berperan dalam pengaturan keseimbangan air, pembentukan protein, serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap cekaman lingkungan.
Kadar kalium pada tingkat sedang dapat disebabkan oleh adanya sisa pupuk kalium dari musim tanam sebelumnya, kandungan mineral asal batuan yang masih menyumbang unsur K, serta pengelolaan bahan organik yang cukup baik (Wirayud et al., 2023). . Unsur hara kalium bersifat mudah larut, unsur kalium dapat berkurang apabila tidak dikelola secara tepat, terutama di lahan yang sering mendapat hujan atau pengairan berlebih. Perlu dilakukan pemantauan berkala dan penambahan pupuk kalium dalam menjaga kesuburan tanah agar kebutuhan tanaman tetap terpenuhi secara optimal.
4.2 Pengaruh kandungan NPK dalam tanah terhadap pertumbuhan tanaman di kecamatan arjasa
Table 4. Unsur haa N,P,K di Kecamatan Arjasa
UNSUR HARA KADAR HARKAT
N 0.10 Sangat rendah
P 0.51 Sangat rendah
K 38.5 Sedang
Berdasar tabel diatas menjelaskan bahwa kadar nitrogen (N) pada tabel sebesar 0.10% dengan harkat sangat rendah , fosfor (P) sebesar 0.51 dengan harkat
sangat rendah dan kalium (K) sebesar 38.5 mg/100g dengan harkat sedang. Hasil analisis menunjukkan kondisi tanah di Kecamatan Arjasa memiliki kandungan unsur hara makro yang kurang dalam mendukung pertumbuhan tanaman dengan optimal. Kandungan hara yang rendah dapat menjadi faktor penghabat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Nitrogen berperan penting dalam pembentukan bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar. Kekurangan nitrogen (N) dapat menyyebabkan daun menguning (klorosis) karena kekurangan klorofil, tanaman akan tumbuh kerdil , proses pembungaan terlambat serta pertumbuhan akar akan terbatas menyebabkan produksi rendah (Triadiawarman et al., 2022). Nitrogen mendukung pembentukan klorofil,protein dan enzim. Rendahnya unsur hara Nitrogen pada lahan dapat disebabkan oleh pemupukan yang tidak sesuai rekomendasi, N hilang akibat penguapan,pencucuian dan denitrifikasi serta minimnya bahan organik (Batubara, S. F., et al., 2024).
Fosfor (P) merupakan unsur hara makro esensial yang berperan dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada fase awal pembentukan akar,tunas, daun, serta dalam proses pembungaan dan pembentukan buah. Unur hara fosfor berpera penting dalam mengatur respons fisiologis tanaman terhadao stress lingkungan (Khan et al., 2023). Ketersediaan fosdor dalam tanah dipengaruhi oleh pH tanah pada tanah masam, P cenderung terfikasasi oleh ion Al dan Fe membentuk senyawa yang sukar larut seperti Al-P dan Fe-P, sedangkan pada tanah basah fosfor terikat oleh Ca, sehingga ketersediaannya menjadi rendah (Batubara et al., 2024). Ketersediaan fosfor yang tercukupi dapat mendukung pertumbuhan akar,pembentukan tanaman, meningktakan produksi asimilat pada tanaman tomat yang berkontribusi terhadap pembentukan bobot buah (Adji et al., 2024). Defisiensi fosfor dapat menghambat pembentukan akar,memperlambat pemataangan, tanaman menjadi kerdil,bentuk daun tidak normal serta penurunan hasil panen. Unsur P dapat hilang dari tanah melalui pemanenan karena p terserap dan terakumulasi dalam jaringan tanaman (Camila et al., 2023).
Kalium merupakan unsur hara makro yang berperan penting dalam proses
memperkuat tanaman terhadap cekaman kekeringan dan serangan penyakit. Kadar K dalam tanah jumlahnya bervariasi dari sedang hingga rendah yang berkaitan dengan sifat K yang mudah larut dan hilang karena diserap tanaman atau terbawa panen (Camila et al., 2023). Kalium berpengaruh pada pembentukan akar, ketebalan batang dan bobot tajuk, tanah dengan kalium yang tinggi menunjukkan diameter tanaman yang lebih beesar disbanding dengan tanah yang berkadar K rendah (Adji et al., 2024). Rendahnya kalium (K) ditandai dengan terbakarnya daun mulai dari bagian ujung atau pinggir, kekurangan k akan menghambat pertumbuhan, sistem perakaran jelek, batang tanaman menjadi lemah, biji dan buahnnya kecil serta bentuk yang tidak normal. Kekurangan unsur hara N,P,K dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil panen secara signifikan.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil analisis kandungan unsur hara NPK di Kecamatan Arjasa menunjukkan bahwa kadar nitrogen (N) dan fosfor (P) berada pada kategori sangat rendah, masing-masing sebesar 0,10% dan 0,5 ppm. Sementara itu, kandungan kalium (K) termasuk dalam kategori sedang dengan nilai sebesar 38,5 mg/100 g.
Kondisi ini mencerminkan bahwa tanah di wilayah tersebut belum memiliki keseimbangan unsur hara makro yang optimal untuk mendukung kesuburan tanah dan produktivitas pertanian.
Kandungan unsur hara NPK yang rendah memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan tanaman. Defisiensi nitrogen dan fosfor menyebabkan gangguan pada fase vegetatif dan generatif tanaman, seperti pertumbuhan kerdil, klorosis, serta terbatasnya perkembangan akar dan reproduksi.
Meskipun kadar kalium tergolong sedang dan masih dapat mendukung fungsi fisiologis tanaman, upaya pemupukan dan pengelolaan tanah yang tepat tetap diperlukan agar pertumbuhan tanaman di Kecamatan Arjasa dapat berlangsung secara optimal dan berkelanjutan.
5.2 Saran
Disarankan untuk dilakukan perbaikan kesuburan tanah secara bertahap, antara lain melalui penambahan pupuk anorganik sesuai dosis yang direkomendasikan, penggunaan bahan organik seperti kompos dan pupuk kandang, serta penerapan sistem rotasi tanaman dengan tanaman leguminosa untuk memperbaiki kandungan nitrogen dalam tanah. Selain itu, pengelolaan pH tanah juga penting untuk meningkatkan ketersediaan fosfor.
DAFTAR PUSTAKA
Auliadesti, V. (2025). Pengaruh Penambahan Biochar Kulit Kopi dan Abu Valkanis dalam Memperbaiki Sifat Kimia Ultisol. Journal Arunasita, 2(1), 1-13.
Adji, I. S., Susila, A. D., & Purnamawati, H. (2024). Pengaruh Kandungan P dan K Tanah terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum) pada Tanah Andisol. Buletin Agrohorti, 12(3), 327–335.
https://doi.org/10.29244/agrob.v12i3.54543
Batubara, S. F., Ulina, E. S., Chairuman, N., Tobing, J. M. L., Aryati, V., Manurung, E. D., ... & Parhusip, D. (2024). Evaluasi status hara makro nitrogen, fosfor dan kalium di lahan sawah irigasi Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Agrikultura, 35(1), 59-70.
Daulay, N. S., & Armita, N. (2025). KARAKTERISTIK TANAH DI KALIMANTAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PROSES GEOMORFOLOGI. Journal Education, Sociology and Law, 1(1), 204- 211.
Daud, F., & Agustini, A. (2024). Buku Ajar Perubahan Lingkungan. Penerbit P4I.
Camila, A. N., Siswoyo, H., & Hendrawan, A. P. (2023). Penentuan Tingkat Kesuburan Tanah Pada Lahan Pertanian di Kelurahan Bandulan Kecamatan Sukun Kota Malang Berdasarkan Parameter Kimia. Jurnal Sains dan Edukasi Sains (JUSES), 6(1), 28–33.
https://doi.org/10.24246/juses.v6i1p28-33
Chairiyah, N., Murtilaksono, A., Adiwena, M., & Fratama, R. (2022). Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) di tanah marginal. Jurnal Ilmiah Respati, 13(1), 1-8.
Fajriyah, A., Utami, S. R., Maulidiyah, N., Permatasari, W., Yu-Min, W., &
Suprayogo, D. (2025). PENGARUH APLIKASI BIOGEOTEKSTIL DAN PROBIOTIK TERHADAP RESPIRASI TANAH DAN BIOMASSA MIKROBA DALAM BUDIDAYA KENTANG DI ANDISOL. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan, 12(1), 197-210.
Febriana, D., & Susilastuti, D. (2024). Pengaruh Keragaman Jenis Organisme Terhadap Kesuburan Tanah. Agroscience, 14(1), 1-11.
Hanafi, T. N. A., Julianto, E. A., & Peniwiratri, L. (2023). PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KASCING TERHADAP KETERSEDIAAN NITROGEN PADA BERBAGAI JENIS TANAH DAN SERAPAN NITROGEN OLEH PAKCOY (Brassica rapa L.). Jurnal Tanah Dan
Sumberdaya Lahan, 10(2), 237–243.
https://doi.org/10.21776/ub.jtsl.2023.010.2.7
Indis, N. Al, Haliza, N. N., & Prayitno, A. (2022). Kadar Tanah. 16(November), 106–116
Maulidan, K., & Putra, B. K. (2024). Pentingnya unsur hara fosfor untuk pertumbuhan tanaman padi. Journal of Biopesticides and Agriculture Technology, 1(2), 47-54.
Manambangtua, A. P., Runtunuwu, S. D., & Wanget, S. A. (2021). The Effect of Giving Potassium on The Growth of Several Coconut Dwarf Varieties in Nurseries in The Drought Conditions. Buletin Palma Volume, 22(1), 11- 21.
M. Yasa, Ujang Dindin, & Neneng Nurbaeti. (2024). Struktur Komunitas Fitoplankton pada Budidaya Ikan Koi (Cyprinus Rubrosfuscus) dalam Sistem Vertiqua Menggunakan Biofikal Filter Atas. Manfish: Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Peternakan, 2(2), 191–212.
https://doi.org/10.62951/manfish.v2i2.70
Mudrikah, S., Ayu, I. P. P., & Rahmatullah, R. (2024). Karakterisasi dan Uji Kemampuan Fungi Pelarut Posfat dan Kalium. Agriculture and Biological Technology, 2(1), 15-21.
Pa, S. K., Jawang, U. P., & Ndapamuri, M. H. (2023). Analisis Status Kesuburan Tanah Pada Lahan di PT. Sumba Moelti Agriculture. Sandalwood Journal Of Agribusiness And Agrotechnology, 1(1), 19-27.
Priambodo, O. N. (2021). Model Simulasi Nitrogen Pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Jurnal Vokasi Teknologi Industri (Jvti), 3(2), 1–8. https://doi.org/10.36870/jvti.v3i2.236
Rizki, F. C., Wicaksono, P. R., & Wijayanti, F. (2024). Peningkatan Kesuburan Tanah Dan Produktivitas Sebagai Hasil Pengolahan Lahan Di Dusun Ngadilegi, Pandaan. Jurnal Informasi Pengabdian Masyarakat, 2(1), 01- 09.
Roni, D., Waruwu, Y., Lase, N. K., Agroteknologi, P. S., Nias, U., & Utara, S.
(2025). Peran Bakteri Pengikat Nitrogen dalam Meningkatkan Kesuburan Tanah dan Produktivitas Pertanian : Kajian Literatur. 2, 109–114.
Rustan, R., Ramadhan, F. D., Afrianto, M. F., Handayani, L., Lestari, A. P., &
Manin, F. (2022). Perancangan Alat Pengukur Kadar Unsur Hara Npk Pupuk Kompos. Journal Online of Physics, 8(1), 55-60.
Sefano, M. A., Monikasari, M., Auliadesti, V., Athya, S., & Tapiani, W. (2024).
Pengamatan Sifat Biologi Tanah Pada Beberapa Penggunaan Lahan Di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Journal Arunasita, 1(1), 15-23.
Sonia, A. V., & Setiawati, T. C. (2022). Aktivitas bakteri pelarut fosfat terhadap peningkatan ketersediaan fosfat pada tanah masam. Agrovigor: Jurnal
Siregar, M. A. R. (2023). Peningkatan Produktivitas Pertanian Melalui Penerapan Sistem Pertanian Terpadu.
Triadiawarman, D., Aryanto, D., & Krisbiyantoro, J. (2022). Peran Unsur Hara Makro terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium cepa L.).
Jurnal AGRIFOR, 21(1), 27–31.
Tumpu, M., Mansyur, M., Sembilanbelas, U., Kolaka, N., Munar, A., Muhammadiyah, U., Utara, S., & Syuhada, S. (2024). Dasar mekanika tanah (Issue December).
Wirayuda, H., Sakiah, S., & Ningsih, T. (2023). Kadar Kalium pada Tanah dan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada Lahan Aplikasi dan Tanpa Aplikasi Tandan Kosong Kelapa Sawit. Tabela Jurnal Pertanian Berkelanjutan, 1(1), 19- 24.
Yulianto, R. D. (2025). Pengaruh Pemberian Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung (Zea mays L.) Hibrida. JURNAL AGROPLANT, 8(1), 54-64.
LAMPIRAN
Perhitungan
%KA
KA = b - c /(c - a) x 100%
= 15 - 9,6 / (9,60-4 ,99) x 100%
= 5,40 / 4,61x 100%
= 117,14%
Analisis Unsur Hara N
Kadar Nitrogen (%) = (Vc - Vb) x N x bst N x 100/mg contoh x fk
= (1,2 - 0,5) x 0,05 x 14 c 100/500 x 1,008
= 0,10 %
= Harkat (Sangat Rendah) Analisis Unsur Hara P
P2O5 = ppm kurva x ml/gr x fk x fp
= 7322,2 x 20 x 1,008 x 10
= 0,5 ppm
= Harkat (Sangat Rendah) Analisis Unsur Hara K
Perhitungan Kadar K (mg/100g)
a. Ppm kurva = ABS-b/a =(2,123-0,0106)/0,0727 = 29,06 b. Ppk K = (ml/gr) x ppm kurva x fk x fp
= 25 x 29,0564 x 1,008 x 10
= 7322,2
c. mg/100 = K/100 = 7322,2/100 = 732,2
d. me/100 = (mg/100) / 19 = 732,2/19 = 38,5 mg/100 g = Harkat (Sedang)
Lampiran 2. Analisi Nitrogen (N) Tanah
Menimbang 0,5 contoh tanah
Masukkan tanah ke dalam labu
ukur 50 ml
Menambahkan 5 mL H2SO4
Menambahkan 1 gram selen
Lampiran 3. Analisi Fosfor (P) Tanah
Menimbang 1 gram contoh tanah
Menambahkan 20 mL pengekstrak olsen
Menggojok selama 30 menit
Lampiran 4. Analisis Kalium (K) Tanah
Lampiran 5. KA
Menimbang 10g contoh
tanah Menimbang cawan tanpa
tanah
Hasil contoh tanah setelah oven Menimbang 2,5 gram
contoh tanah Menambahkan 50 mL
amonium asetat Menggojok larutan