DI PERAIRAN PANTAI SERAMBI DELI
KECAMATAN PANTAI LABU
SKRIPSI
RONALD FADLI NAIBAHO 100302064
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DI PERAIRAN PANTAI SERAMBI DELI
KECAMATAN PANTAI LABU
SKRIPSI
OLEH :
RONALD FADLI NAIBAHO 100302064
Skripsi Sebagai Salah Satu diantara beberapa Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Penelitian : Laju Dekomposisi Serasah Daun Avicennia marina dan Kontribusinya Terhadap Nutrisi di Perairan Pantai Serambi Deli Kecamatan Pantai Labu
Nama Mahasiswa : Ronald Fadli Naibaho
NIM : 100302064
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Ani Suryanti, S.Pi, M.Si Ketua Anggota
Mengetahui
Dr. Ir. Yunasfi, M.Si
RONALD FADLI NAIBAHO. Laju Dekomposisi Serasah Daun Avicennia marina dan Kontribusinya Terhadap Nutrisi di Perairan Pantai Serambi Deli Kecamatan Pantai Labu. Dibimbing oleh YUNASFI dan ANI SURYANTI.
Serasah mangrove yang mengalami dekomposisi memberikan sumbangan bahan organik yang merupakan sumber pakan bagi berbagai jenis ikan dan organisme lain di ekosistem mangrove. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui laju dekomposisi daun serasah mangrove A.marina dan mengetahui kandungan unsur hara karbon (C), nitrogen (N) dan fosfor (P) pada serasah A.marina yang dilepas selama proses dekomposisi. Penelitian dilakukan di Pantai Serambi Deli Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara dilaksanakan pada bulan Juli hingga November 2014. Penentuan stasiun penelitian menggunakan metode
purposive sampling pada tiga stasiun dengan penentuan stasiun berdasarkan ketersediaan jenis mangrove A.marina di Pantai Serambi Deli.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju dekomposisi serasah daun A.marina
pada hari ke 105 yaitu pada stasiun I bernilai 9,76 stasiun II bernilai 6,24 dan stasiun III bernilai 7,28. Laju dekomposisi tercepat ialah pada stasiun I dengan nilai 9,76 dan laju dekomposisi terlama terdapat pada stasiun II dengan nilai 6,24. Kandungan unsur hara karbon selama proses dekomposisi 105 hari yaitu stasiun I sebesar 20,45%, stasiun II sebesar 15,15% dan stasiun III sebesar 26,5%. Unsur hara nitrogen yang terdekomposisi pada hari ke 105 yaitu stasiun I sebesar 0,29%, stasiun II sebesar 0,51% dan stasiun III sebesar 0,38%. Kandungan unsur hara fosfor selama proses dekomposisi 105 hari yaitu stasiun I 0,19%, stasiun II 0,23% dan stasiun III 0,26%.
RONALD FADLI NAIBAHO. The Rate of Leaf Litter Decomposition Avicennia marina Litter Leaf and The Contibution of the nutrition in Serambi Deli Beach Pantai Labu Sub-distric. Under supervision of YUNASFI and ANI SURYANTI.
The Litter mangrove which has been decomposed gave organic matter contributes a food source for many species of fish and other organisms in the mangrove ecosystem. The purpose of this research is to know the rate of leaf litter decomposition A.marina and to know the nutrient content of carbon (C), nitrogen (N) and phosphorus (P) in the A.marina litter leaf which been released during the decomposition time. This research was done at Serambi Deli Beach Deli Serdang Regency, North Sumatera Province during July until November 2014. This research used purposive sampling method at three stations and the determination of the station is done by seeing the availability of A.marina at the Serambi Deli Beach.
The results showed that the decomposition rate of A.marina litter leaf on day 105 are 9,76 in stasiun I 6,24 in station II and 7,28 in III station. The fastest decomposition rate is the station I with 9.76 and the slowest decomposition rate is the station II with 6,24. The nutrient of carbon during decomposition in 105 days are 20,45% at station I, 15,15% at station II and 26,5% at station III. Nutrient of nitrogen which been decomposed on day 105 are 0,29% in station I, 0,51% in station II and 0,38% in station III. Nutrient of phosphorus during decomposition in 105 days are 0,19% in station I, 0,23% in station II and 0,26% in station III.
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 3
Oktober 1992. Anak dari pasangan Bapak Achmad
Naibaho dan Ibu Roslenny Piliang merupakan anak
ketiga dari 4 bersaudara.
Pendidikan formal pertama diawali di TK-A
Asy-Syakirin, Medan pada tahun 1997 dan dilanjutkan
di SD Swasta Markus Medan pada tahun 1998-2004.
Bersamaan dengan berakhirnya pendidikan dasar, penulis melanjutkan pendidikan
di SMP N 18 Medan dan selesai pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis
diterima di SMK Telkom Sandhy Putra Medan dan menyelesaikan pendidikannya
pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan S1 di Program
Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif sebagai pengurus PEMA
(Pemerintahan Mahasiswa) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
sebagai anggota bidang Kemahasiswaan tahun 2014 dan sebagai anggota bidang
Humas IMASPERA (Ikatan Mahasiswa Manajeman Sumberdaya Perairan)
periode tahun 2011/2012 dan 2012/2013. Penulis pernah menjadi asisten
Laboratorium Dasar Oseanografi dan Pengelolaan Lingkungan Pesisir pada tahun
2012, penulis pernah magang di UPTD Budidaya Dinas Pertanian dan Kelautan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini dengan baik.
Hasil penelitian ini membahas tentang Laju Dekomposisi Serasah Daun
Avicennia marina dan Kontribusinya Terhadap Nutrisi di Perairan Pantai
Serambi Deli Kecamatan Pantai Labu dengan tujuan untuk mengetahui laju dekomposisi serasah daun A. marina dan mengetahui kandungan unsur hara karbon (C), nitrogen (N) dan fosfor (P) yang terdapat pada serasah daun A. marina.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua, Ayahanda Achmad Naibaho, Ibunda Roslenny Piliang serta Abangda
Rizky Kurniawan, Kakanda Sherty Ardiani, S.ST. Keb., Adinda Rinald Fahmi
Naibaho, Abangda Dimas Ponco Widodo dan Kakanda Syaprida Andriani
Naibaho, AMK. yang selalu memberikan doa dan motivasi kepada penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku
ketua komisi pembimbing dan Ibu Ani Suryanti, S.Pi. M.Si sebagai anggota
komisi pembimbing. Semua teman-teman seperjuangan MSP 2010 khususnya
Albino Bornok Panjaitan, Fatimah Murni, T. Irfan Lizda Setiady, M. Khairul
Saleh, Atikah Asry, S.Pi., Navisa Fairuz, Dwi Aulia Alwi, S.Pi., Siti Aisyah, S.Pi.,
M. Zulfahmi, Taufik Hidayat, Rewaldy Inson Siregar, Khairunnisa, S.Pi., Riris
Romaito, S.Pi., Andrius Ginting, S.Pi., Andreas Marpaung, Hery Syahputra,
Irfandhie Hamzah Nasution, Adil Junaidi dan Tantri A. Safitri, S.Pi. yang telah
Bapak/Ibu dosen Manajemen Sumberdaya Perairan dan pegawai tata usaha
Manajemen Sumberdaya Perairan Kak Nur Asiah, A.Md. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nazaruddin sebagai ketua kelompok
mangrove Pantai Serambi Deli serta kepada seluruh pihak yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan kontribusi sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sebagai
informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang pengelolaan
sumberdaya perairan.
Medan, Januari 2015
Penulis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ... 25
Parameter Fisika dan Kimia Perairan ... 25
Laju Dekomposisi ... 25
Makrobentos ... 28
Kandungan Unsur Hara Karbon, Nitrogen dan Fosfor ... 29
Pembahasan ... 32
Parameter Fisika dan Kimia Perairan ... 32
Suhu ... 32
Salinitas ... 33
Derajat Keasaman (pH) ... 33
Oksigen Terlarut (DO) ... 34
Laju Dekomposisi Serasah Daun A. marina ... 34
Makrobentos ... 36
Kandungan Unsur Hara Karbon, Nitrogen dan Fosfor ... 38
Karbon (C-Organik) ... 38
Nitrogen ... 39
Fosfor ... 41
Rasio C/N ... 41
Upaya Pengelolaan Ekosistem Mangrove ... 42
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 44
Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Laju Dekomposisi Daun Serasah Mangrove Avicennia marina
Kabupaten Lampung Timur………. 14
2. Kandungan unsur hara di dalam daun berbagai jenis mangrove... 17
3. Alat dan Satuan Pada Parameter Fisika dan Kimia Perairan ... 23
4. Kisaran Nilai Parameter Fisika dan Kimia Perairan ... 25
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1.
Kerangka Pemikiran Penelitian ... 42. Peta Lokasi Penelitian ... 19
3. Stasiun I ... 20
4. Stasiun II ... 21
5. Stasiun III ... 21
6. Plot Kantong Serasah ... 23
7. Sampel yang dibentangkan di atas Koran ... 23
8. Bentuk Serasah Daun A. marina yang Mengalami .Dekomposisi Selama 15 Hari sampai dengan 105 Hari ... 26
9. Berat Kering Serasah Daun A. marina ... 27
10.Nilai Laju Dekomposisi Serasah Daun A. marina ... 27
11.Jenis Makrobentos Pada Kantong Serasah Daun A. marina ... 28
12.Unsur Hara Karbon Pada Serasah Daun A. marina ... 29
13. Unsur Hara Nitrogen Pada Serasah Daun A. marina ... 30
14. Unsur Hara Fosfor Pada Serasah Daun A. marina ... 31
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1.
Bahan dan Alat ... 492. Prosedur Penelitian... 52
3. Parameter Fisika dan Kimia Perairan ... 54
4. Pengamatan Parameter Fisika dan Kimia Perairan ... 55
5. Berat Kering Serasah Daun A. marina (g) ... 56
6. Perhitungan laju dekomposisi ... 57
RONALD FADLI NAIBAHO. Laju Dekomposisi Serasah Daun Avicennia marina dan Kontribusinya Terhadap Nutrisi di Perairan Pantai Serambi Deli Kecamatan Pantai Labu. Dibimbing oleh YUNASFI dan ANI SURYANTI.
Serasah mangrove yang mengalami dekomposisi memberikan sumbangan bahan organik yang merupakan sumber pakan bagi berbagai jenis ikan dan organisme lain di ekosistem mangrove. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui laju dekomposisi daun serasah mangrove A.marina dan mengetahui kandungan unsur hara karbon (C), nitrogen (N) dan fosfor (P) pada serasah A.marina yang dilepas selama proses dekomposisi. Penelitian dilakukan di Pantai Serambi Deli Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara dilaksanakan pada bulan Juli hingga November 2014. Penentuan stasiun penelitian menggunakan metode
purposive sampling pada tiga stasiun dengan penentuan stasiun berdasarkan ketersediaan jenis mangrove A.marina di Pantai Serambi Deli.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju dekomposisi serasah daun A.marina
pada hari ke 105 yaitu pada stasiun I bernilai 9,76 stasiun II bernilai 6,24 dan stasiun III bernilai 7,28. Laju dekomposisi tercepat ialah pada stasiun I dengan nilai 9,76 dan laju dekomposisi terlama terdapat pada stasiun II dengan nilai 6,24. Kandungan unsur hara karbon selama proses dekomposisi 105 hari yaitu stasiun I sebesar 20,45%, stasiun II sebesar 15,15% dan stasiun III sebesar 26,5%. Unsur hara nitrogen yang terdekomposisi pada hari ke 105 yaitu stasiun I sebesar 0,29%, stasiun II sebesar 0,51% dan stasiun III sebesar 0,38%. Kandungan unsur hara fosfor selama proses dekomposisi 105 hari yaitu stasiun I 0,19%, stasiun II 0,23% dan stasiun III 0,26%.
RONALD FADLI NAIBAHO. The Rate of Leaf Litter Decomposition Avicennia marina Litter Leaf and The Contibution of the nutrition in Serambi Deli Beach Pantai Labu Sub-distric. Under supervision of YUNASFI and ANI SURYANTI.
The Litter mangrove which has been decomposed gave organic matter contributes a food source for many species of fish and other organisms in the mangrove ecosystem. The purpose of this research is to know the rate of leaf litter decomposition A.marina and to know the nutrient content of carbon (C), nitrogen (N) and phosphorus (P) in the A.marina litter leaf which been released during the decomposition time. This research was done at Serambi Deli Beach Deli Serdang Regency, North Sumatera Province during July until November 2014. This research used purposive sampling method at three stations and the determination of the station is done by seeing the availability of A.marina at the Serambi Deli Beach.
The results showed that the decomposition rate of A.marina litter leaf on day 105 are 9,76 in stasiun I 6,24 in station II and 7,28 in III station. The fastest decomposition rate is the station I with 9.76 and the slowest decomposition rate is the station II with 6,24. The nutrient of carbon during decomposition in 105 days are 20,45% at station I, 15,15% at station II and 26,5% at station III. Nutrient of nitrogen which been decomposed on day 105 are 0,29% in station I, 0,51% in station II and 0,38% in station III. Nutrient of phosphorus during decomposition in 105 days are 0,19% in station I, 0,23% in station II and 0,26% in station III.
Latar Belakang
Pantai Serambi Delisecara administrasi terletak di Kecamatan Pantai Labu,
Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, dan secara geografis berada
pada 3°40´44,9˝LU dan 98o54´30,7˝BT. Dewasa ini Pantai Serambi Deli telah mengalami penurunan keseimbangan ekosistem. Hal ini disebabkan karena
terjadinya alih fungsi lahan yang dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas manusia,
seperti areal pemukiman, pertambakan, penangkapan ikan dan juga pemanfaatan
potensi pariwisata pantai.
Seperti ekosistem pesisir pada umumnya, di Pantai Serambi Deli ini terdiri
dari ekosistem mangrove.Kawasan ini merupakan kawasan hutan negara/kawasan
yang dilindungi.Jenis–jenis mangrove yang terdapat di Pantai Serambi Deli yaitu
A.marina, R.mucronata dan R.apiculata.Ekosistem mangrove di kawasan ini didominasi oleh mangrove jenis A.marina.Avicennia marinadisebut juga mangrove pionir dikarenakan mangrove tersebut menjadi indikator penentu
kualitas ekosistem mangrove.
Ekosistem mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah
pasang surut yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat
surut yang komunitas tumbuhannya toleransi terhadap garam.Mangrove berperan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup biota laut seperti ikan, udang,
kepiting, siput dan biota lainnya. Mangrove juga berfungsi sebagai sumber
makanan atau kesuburan pantai, tempat berlindung, berkembang biak atau tempat
Ekosistem ini bersifat kompleks dan dinamis, namun labil.Kompleks,
karena didalam hutan mangrove dan perairan/tanah di bawahnya habitat berbagai
senyawa dan biota perairan.Dinamis, karena hutan mangrove dapat terus
berkembang serta mengalami suksesi.Labil karena mudah sekali rusak dan sulit
untuk pulih kembali.
Seiring berjalannya waktu dengan meningkatnya berbagai aktivitas
masyarakat telah menyebabkan terjadinya penurunan keseimbangan
ekosistem.Penurunan keseimbangan ini dapat disebabkan dengan meningkatnya
aktivitas pariwisata disekitar pantai, pertambakan, pemukiman penduduk serta
beban pencemar yang masuk melalui aliran sungai.
Beberapa aktivitas tersebut merupakan sumber pencemaran bagi perairan
pantai disekitarnya.Aktivitas baik yang disengaja maupun tidak disengaja diduga
dapat menimbulkan penurunan produktivitas primer perairan di vegetasi
mangrove sehingga dapat mengancam kelangsungan kehidupan dari biota.Tidak
hanya berpengaruh terhadap penurunan produktivitas primer perairan, beban
akumulasi diduga berpangaruh terhadap laju dekomposisi dari serasah
mangrove.Untuk itu, diperlukannya suatu kajian mengenai kaitan laju
dekomposisi daun serasah A.marina dan kontribusinya terhadap nutrisi di perairan.Sehingga dengan adanya informasi tersebut dapat menunjang
pengelolaan dan pengembangan terhadap ekosistem mangrove yang terdapat di
kawasan Pantai Serambi Deli ini serta pemanfaatan yang optimum dan tetap
Perumusan Masalah
A.marinamemiliki peran yang penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir khususnya serasah mangrove yang dapat mempengaruhi
kandungan unsur hara di perairan tersebut.Perairan Pantai Serambi Deli yang
terdiri atas kawasan hutan mangrove telah terjadi alih fungsi lahan yang
dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas baik kepentingan pribadi atau kelompok
seperti penebangan hutan mangrove untuk perluasan pemukiman, pariwisata, dan
aktifitas lainnya. Hal ini dapat mempengaruhi kandungan unsur hara diperairan
yang relatif menurun.Sedikitnya informasi mengenai laju dekomposisi serasah ini
mengakibatkan masyarakat cenderung tidak peduli akan manfaat mangrove A.
marinaserta serasah yang dapat menurunkan kandungan unsur hara di perairan. Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana laju dekomposisi serasah mangrove A.marinadi Pantai Serambi Deli Kecamatan Pantai Labu ?
2. Bagaimana kandungan unsur hara karbon (C), nitrogen (N), dan fosfor (P) pada
serasah A.marina?
Kerangka Pemikiran
Pesisir yang merupakan penyedia berbagai sumber daya alam yang belum
dapat dikelola dengan baik, oleh karena itu optimalisasi pemanfaatan sangatlah
dibutuhkan.Salah satu sumberdaya yang dapat pulih dan sangat potensial untuk
menunjang pemanfaatan tersebut adalah ekosistem mangrove. Jenis mangrove
akan menghasilkan bahan organik dan unsur harasebagai tempat tumbuh dan
sumber nutrsi bagi vegetasi mangrove. Skema kerangka pemikiran dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Ekosistem Mangrove
Avicennia marina
Penghasil Daun Serasah Avicennia marina
Terdekomposisi
Unsur Hara Bahan Organik
Pelepasan Unsur Hara ke Perairan
Tujuan Penelitan
1. Untuk mengetahui laju dekomposisi daun serasah mangrove A.marina.
2. Untuk mengetahui kandungan unsur hara karbon (C), nitrogen (N) dan fosfor
(P) pada serasah A.marinayang dilepas selama proses dekomposisi.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi dasar untuk mempelajari kandungan unsur hara pada
ekosistem mangrove.
2. Sebagai informasi kepada masyarakat terhadap peranan ekosistem mangrove
sehingga membuat masyarakat menyadari arti penting hutan mangrove.
3. Dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan ekosistem mangrove untuk
TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem Mangrove
Mangrove merupakan karakteristik dari bentuk tanaman pantai, estuari
atau muara sungai, dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis dan sub
tropis. Dengan demikian maka mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di
antara daratan dan lautan dan pada kondisi yang sesuai mangrove akan
membentuk hutan yang ekstensif dan produktif. Karena hidupnya di dekat pantai,
mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau,
atau hutan bakau.Dinamakan hutan bakau oleh karena sebagian besar vegetasinya
didominasi oleh jenis bakau, dan disebut hutan payau karena hutannya tumbuh di
atas tanah yang selalu tergenang oleh air payau (Dewi, 2009).
Keberadaan hutan mangrove dalam ekosistem pantai merupakan suatu
persekutuan hidup alam hayati dan alam lingkungannya yang terdapat di daerah
pantai dan disekitar muara sungai pada kawasan hutan tropika, yaitu kawasan
hutan yang khas dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut.Hutan mangrove, baik
di dalam maupun di luar kawasan hutan merupakan jalur hijau daerah pantai yang
mempunyai fungsi ekologis dan sosial ekonomis yang memiliki berbagai manfaat
(Hutapea, 2009).
Hutan mangrove sebagai sumberdaya alam khas daerah pantai tropik,
mempunyai fungsi strategis bagi ekosistem pantai, yaitu: sebagai penyambung
dan penyeimbang ekosistem darat dan laut. Tingginya bahan organik di perairan
makan (feeding ground) karena mangrove merupakan produsen primer yang mampu menghasilkan sejumlah besar detritus dari daun dan dahan pohon
mangrove dimana tersedia banyak makanan bagi biota-biota yang mencari makan
pada ekosistem mangrove tersebut, dan fungsi yang ketiga adalah sebagai daerah
pemijahan (spawning ground) bagi ikan-ikan tertentu agar terlindungi dari ikan predator, sekaligus mencari lingkungan yang optimal untuk memisah dan
membesarkan anaknya (Sopana, dkk., 2010).
Daun, biji, cabang, ranting, bunga dan bagian lainnya dari mangrove
sering disebut serasah.Mangrove mempunyai peran penting bagi ekologi yang
didasarkan atas produktivitas primernya dan produksi bahan organik yang berupa
serasah, dimana bahan organik ini merupakan dasar rantai makanan. Serasah dari
tumbuhan mangrove ini akan terdeposit pada dasar perairan dan terakumulasi
terus menerus dan akan menjadi sedimen yang kaya akan unsur hara, yang
merupakan tempat yang baik untuk kelangsungan hidup fauna makrobenthos
(Thaher, 2013).
Menurut Odum (1972) struktur ekosistem mangrove, secara garis besar
dapat dibedakan menjadi tiga tipe formasi, yaitu:
1. Mangrove pantai: pada tipe ini dipengaruhi air laut dominan dari air sungai.
Struktur horizontal formasi ini dari arah laut ke arah darat adalah dari
tumbuhan pionir (Sonneratia alba), diikuti oleh komunitas campuran
Sonneratia alba, Avicennia sp, R.apiculata, selanjutnya komunitas murni
2. Mangrove muara: pada tipe ini pengaruh air laut sama kuat dengan pengaruh air
sungai. Mangrove muara dicirikan oleh mintakat tipis Rhizophora sp. Di tepian alur, diikuti komunitas komunitas campuran Rhizophora-Bruguera dan diakhiri
komunitas murni Nypa sp.
3. Mangrove sungai: pada tipe ini pengaruh air sungai lebih dominan dari pada air
laut dan berkembang pada tepian sungai yang relatif jauh dari muara.
Mangrove banyak berasosiasi dengan komunitas daratan.
Adapun pembagian kawasan mangrove berdasarkan perbedaan
penggenangannya (Atmanegara, 2009) adalah :
1.Zona proksimal, yaitu kawasan (zona) yang terdekat dengan laut. Pada zona ini
biasanya akan ditemukan jenis-jenis R.mucronata, R.apiculata dan S.alba. 2. Zona middle, yaitu kawasan (zona) yang terletak di antara laut dan arat. Pada
zona ini biasanya akan ditemukan jenis-jenis S.caseolaris, R.alba, B.gymnorrhiza, A.marina, A.officinalis dan Ceriops tagal.
3. Zona distal, yaitu zona yang terjauh dari laut. Pada zona ini biasanya akan
ditemukan jenis-jenis Heritiera litoralis, Pongamia, Pandanus spp., dan Hibiscus tiliaceus.
Fungsi dan manfaat mangrove telah banyak diketahui, baik sebagai tempat
pemijahan ikan di perairan, pelindung daratan dari abrasi oleh ombak, pelindung
daratan dari tiupan angin, penyaring intrusi air laut ke daratan dan kandungan
logam berat yang berbahaya bagi kehidupan, tempat singgah migrasi burung, dan
sebagai habitat satwa liar serta manfaat langsung lainnya bagi manusia. Pada
wilayah yang memiliki mangrove dan hutan pantai relatif baik, cenderung kurang
ketebalan mangrove selebar 200 m dengan kerapatan 30 pohon/100 m2 dengan diameter batang 15 cm dapat meredam sekitar 50% energi gelombang tsunami
(Anwar dan Hendra, 2007).
Mangrove memiliki berbagai macam manfaat bagi kehidupan manusia dan
lingkungan sekitarnya.Bagi masyarakat pesisir, pemanfaatan mangrove untuk
berbagai tujuan telah dilakukan sejak lama.Akhir-akhir ini peranan mangrove bagi
lingkungan sekitarnnya dirasakan sangat besar setelah berbagai dampak
merugikan dirasakan dirasakan diberbagai tempat akibat hilangnya mangrove
(Prabudi, 2013).
Hutan mangrove merupakan sumberdaya alam yang penting di lingkungan
pesisir, dan memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi fisik, biologis, dan
ekonomis.Fungsi fisik adalah sebagai penahan angin, penyaring bahan pencemar,
penahan ombak, pengendali banjir dan pencegah intrusi air laut ke daratan.Fungsi
biologis adalah sebagai daerah pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground), dan sebagai daerah mencari maskan (feeding ground) bagi ikan dan biota laut lainnya. Fungsi ekonomis adalah sebagai penghasil kayu untuk
bahan baku dan bahan bangunan, bahan makanan dan obat-obatan. Selain itu,
fungsi tersebut adalah strategis sebagai produsen primer yang mampu mendukung
dan menstabilkan ekosistem laut maupun daratan (Hiariey, 2009).
Fungsi hutan mangrove menurut Kusmana dkk, (2008) dapat di bedakan
kedalam tiga macam, yaitu fungsi fisik, fungsi ekonomi dan biologi seperti yang
berikut:
1. Fungsi fisik:
b. Mempercepat perluasan lahan.
c. Mengendalikan intrusi air laut.
d. Melindungi daerah belakang mangrove/pantai dari hempasan dan gelombang
angin kencang.
e. Menjaga kawasan penyangga terhadap rembesan air laut (intrusi).
f. Mengolah bahan limbah organik.
2. Fungsi ekonomi:
a. Merupakan penghasil kayu sebagai sumber bahan bakar (arang, kayu bakar),
bahan bangunan (balok, atap rumah.tikar).
b. Memberikan hasil hutan bukan kayu seperti madu, obat-obatan, minuman
serta makanan.
c. Merupakan lahan untuk produk pangan dan tujuan lain (pemukiman,
pertambangan, industri, infrastruktur, rekreasi dan lain-lain).
3. Fungsi ekologi:
a. Merupakan tempat mencari makan (feeding ground), tempat memijah (spawning ground) dan tempat berkembang biak (nursery ground), berbagai jenis ikan, udang, kerang dan biota laut lainnya.
b. Merupakan tempat bersarang berbagai jenis satwa liar terutama burung.
c. Merupakan sumber plasma nutfa.
Avicennia marina
Spesies A.marina yang sering disebut Api-api merupakan tumbuhan mangrove pada substrat berpasir atau berlumpur tipis, dengan salinitas relatif
tinggi (salinitas laut) pada kisaran yang sempit.Pohonnya dapat mencapai tinggi
sedangkan pada sisi sebelah bawah abu-abu keperakan atau putih. Daunnya
berbentuk elips, panjang daun ya berkisar 5-11 cm. Buah berbentuk bulat dan
agak berbulu dengan panjang 1,5-2,5 cm dan berwarna hijau. Kulit batang halus,
berwarna putih keabu-abuan hingga hijau, akar berbentuk cakar ayam
berpneumatofora untuk pernafasan (Indriani, 2008).
Menurut Wetlands Internaional Indonesia Programme (2012) dari segi
ekologinya berada di lokasi pantai yang terlindung, juga di bagian yang lebih asin
di sepanjang pinggiran sungai yang dipengaruhi pasang surut, serta di sepanjang
garis pantai.Mereka umumnya menyukai bagian muka teluk. Akarnya membantu
pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan daratan. Perbungaan
terjadi sepanjang tahun.Genus ini kadang-kadang bersifat vivipar, dimana
sebagian buah berbiak ketika masih menempel di pohon.
Laju Dekomposisi
Sebagai suatu proses yang dinamis, dekomposisi memiliki dimensi
kecepatan yang mungkin berbeda dari waktu ke waktu tergantung faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Proses dekomposisi bahan organik secara alami akan
berhenti bila faktor-faktor pembatasnya tidak tersedia atau telah dihabiskan dalam
proses dekomposisi itu sendiri. Oksigen dan bahan organik, menjadi faktor
kendali dalam proses dekomposisi. Kedua faktor ini terutama oksigen merupakan
faktor kritis bagi dekomposisi aerobik Ketersediaan bahan organik yang
berlimpah mungkin tidak berarti banyak dalam mendukung dekomposisi bila
faktor lain seperti oksigen tersedia dalam kondisi terbatas(Prabudi, 2013).
Daun mangrove merupakan bagian terbesar dari produksi primer serasah
bagi rantai makanan di wilayah pesisir melalui daun yang mati dan
gugur.Guguran daun diartikan sebagai penurunan bobot yang disebabkan oleh
beberapa parameter fisika-kimia yang disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti
suhu, embun/kelembaban, ketersediaan nutrien.Ada beberapa jenis dari serasah
mangrove.Lebih dari setengah jumlah serasah terdiri dari daun dan biasanya daun
yang telah tua (berwarna kuning).Selama satu tahun mangrove dapat
memproduksi 800-1000 g bobot kering serasah per m2. Mangrove mempunyai pengembalian serasah yang tinggi (Sa’ban, dkk., 2013).
Produksi serasah merupakan bagian yang penting dalam transfer bahan
organik dari vegetasi ke dalam tanah. Unsur hara yang dihasilkan dari proses
dekomposisi serasah di dalam tanah sangat penting dalam pertumbuhan mangrove
dan sebagai sumber detritus bagi ekosistem laut dan estuari dalam menyokong
kehidupan berbagai organisme akuatik. Apabila serasah di hutan mangrove ini
dapat diperkirakan dengan benar dan dipadukan dengan perhitungan biomassa
lainnya, akan diperoleh informasi penting dalam produksi, dekomposisi, dan
siklus nutrisi di ekosistem hutan mangrove. Analisis dari komposisi hara dalam
produksi serasah dapat menunjukkan hara yang membatasi dan efisiensi dari
nutrisi yang digunakan, sehingga siklus nutrisi dalam ekosistem hutan mangrove
akan terpelihara(Mahmudi, 2010).
Serasah yang jatuh ke lantai hutan tidak langsung mengalami pelapukan
oleh mikroorganisme, tetapi memerlukan bantuan hewan-hewan yang disebut
dengan makrobentos.Makrobentos memiliki peran yang sangat besar dalam
penyediaan hara bagi pertumbuhan dan perkembangan pohon-pohon mangrove
awal yang bekerja dengan cara mencacah daun menjadi bagian-bagian kecil yang
kemudian dilanjutkan oleh organisme kecil, yakni mikroorganisme (bakteri dan
fungi) yang menguraikan bahan organik menjadi protein dan karbohidrat. Pada
umumnya makrobentos mempercepat proses dekomposisi (Thaher, 2013).
Pendugaan biomasa ikan di ekosistem hutan mangrove secara khusus
dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pelepasan nutrien dari serasah
daun mangrove yang dihasilkan. Dari produksi serasah daun mangrove yang
dihasilkan, setelah mengalami proses grazing, ekspor dan dekomposisi, serasah
daun akan menghasilkan nutrien (N, P) ke lingkungan perairan kemudian
diperoleh nilai produktivitas primer dari serasah. Produktivitas primer tersebut
pada akhirnya akan menentukan stok ikan di perairan. Selama ini penelitian
sejenis yang banyak dilakukan hanya sebatas hubungan antara data produksi ikan,
luasan manngrove dan kondisi lingkungan perairannya.Peran riil mangrove itu
sendiri melalui penelusuran serasah yang dihasilkan dalam luasan tertentu dengan
potensi ikan yang ada belum pernah dilakukan. Untuk itu, penelitian ini ingin
menelusuri hubungan produksi ikan melalui pendekatan nutrien dari produksi
serasah yang dihasilkan (Mahmudi, 2010).
Beberapa alasan dikemukakan untuk menjelaskan kehilangan berat pada
beberapaminggu pertama. Proses fisika dan biologi terjadi pada tingkatan ini dan
kebanyakankehilangan berat ini dari fraksi yang mudah larut air dibanding fraksi
lignocellulose. Bahan yang mudah larut pada serasah kebanyakan mempunyaisusunan organik yang sederhana termasuk didalamnya glukosa,
Berdasarkan hasil dari laju dekomposisi serasah daun yang terdekomposisi
dan sisa serasah daun dan spesies S. alba dan R. apiculata, terdekomposisi sangat cepat pada 15 hari dibandingkan setelah hari ke-30 hari, kemudian melambat
sampai ke-45 hari dan cepat kembali sampai akhir penelitian pada hari ke-60 hari,
R. apiculata juga terdekomposisi dengan cepat sampai akhir ke-75 hari. Secara umum jenis S. alba lebih cepat terdekomposisi dengan 0,162 g/m2/bln berat yang tersisa dalam kantong dekomposisi setelah hari ke-75 hari dibandingkan
R.apiculata yang terdekomposisi lebih lambat dan sebanyak 0,744 g/m2/bln berat serasah yang tersisa dalam kantong dekomposisi setelah hari ke-75 (Sa’ban, dkk.,
2013).
Berdasarkan hasil (Yulma, 2012), laju dekomposisi serasah daun tertinggi
terjadi pada 14 hari pertama, hal ini terjadi pada semua stasiun penelitian.Laju
dekomposisi tertinggi terjadi pada tahap awal, hal ini diduga berhubungan erat
dengan kehilangan bahan organik dan organik yang mudah larut (pelindihan) dan
juga hadirnya mikroorganisme yang berperan dalam perombakan beberapa zat
yang terkandung dalam serasah daun mangrove.Hal ini membuktikan bahwa
aktivitas enzim selulotik fungi (fungal cellulytic enzym) yang paling tinggi terjadi di saat awal dekomposisi.
Tabel 1. Laju Dekomposisi Daun Serasah Mangrove Avicennia marina Kabupaten
.Lampung Timur
Stasiun Rata-rata laju dekomposisi serasah (g)
Hari ke 14 Hari ke 28 Hari ke 42 Hari ke 56
1 0,268 0,196 0,155 0,134
2 0,179 0,143 0,119 0,107
3 0,175 0,143 0,103 0,090
Faktor Fisika dan Kimia Perairan
• Suhu
Suhu berperan penting dalam proses fisiologis (fotosintesis dan respirasi).
Produksi daun A. marina terjadi pada suhu 18-20OC dan jika suhu lebih tinggi maka produksi menjadi berkurang. Rhizophora stylosa, Ceriops, Excocaria, Lumnitzera tumbuh optimal pada suhu 26-28OC. Bruguiera tumbuh optimal pada suhu 27 OC, dan Xylocarpus tumbuh optimal pada suhu 21-26OC (Prabudi, 2013).
• Salinitas
Salinitas didefinisikan sebagai berat zat padat terlarut dalam gram per
kilogram air laut, jika zat padat telah dikeringkan sampai beratnya tetap pada 480
O
C. Singkatnya salinitas adalah berat garam dalam gram per kilogram air
laut.Salinitas ditentukan dengan mengukur klor yang takarannya adalah klorinitas.
Salinitas dapat juga diukur melalui konduktivitas air laut. Alat-alat elektronik
canggih menggunakan prinsip konduktivitas ini untuk menentukan salinitas
Salinitas optimum yang dibutuhkan mangrove untuk tumbuh berkisar antara
10-30 ppt. Salinitas secara langsung dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan
zonasi mangrove, hal ini terkait dengan frekuensi penggenangan. Salinitas air
akan meningkat jika pada siang hari cuaca panas dan dalam keadaan pasang.
Salinitas air tanah lebih rendah dari salinitas air(Hasibuan, 2011).
Kondisi salinitas sangat mempengaruhi komposisi mangrove. Berbagai
jenis mangrove mengatasi kadar salinitas dengan cara yang berbeda-beda.
Beberapa diantaranya secara selektif mampu menghindari penyerapan garam dari
Perkembangan salinitas berpengaruh terhadap perkembangan jenis
makrobentos. Adanya masukan air sungai atau hujan akan menurunkan kadar
salinitas, yang akan mengakibatkan kematian beberapa jenis makrobentos tersebut
pada rendahnya salinitas, tetapi ada juga sebaliknya (Prabudi, 2013).
• Derajat Keasaman ( pH )
Derajat Keasaman lebih dikenal dengan pH.pH (puissance negative de H), yaitu logaritma dari kepekaan ion-ion H (hydrogen) yang terlepas dalam suatu
cairan. Derajat keasaman atau pH air menunujukan aktivitas ion hydrogen dalam
larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hydrogen (dalam
mol/liter) pada suhu tertentu ( Kordi dan Andi, 2010).
Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hydrogen dalam suatu larutan,
didefenisikan sebagai logaritma dari resifprokal aktivitas ion hidrogen dan secara
matematis dinyatakan sebagai pH= log l/H- dimana H- adalah banyaknya ion
hydrogen dalam mol/liter larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau
melepaskan ion Hidrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat
asam atau basa (Barus, 2004).
• Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut berperan penting dalam dekomposisi serasah karena
bakteri dan fungsi yang bertindak sebagai dekomposer membutuhkan oksigen
untuk kehidupannya. Oksigen terlarut juga penting dalam proses respirasi dan
fotosintesis. Oksigen terlarut berada dalam kondisi tertinggi pada siang hari dan
Unsur Hara yang Terkandung dalam Serasah Daun A. marina
Salah satu fungsi ekosistem mangrove dapat mempertahankan kesuburan
tanah hutan mangrove yang berasal dari guguran serasah daun yang berada di
lantai hutan yang akan melepaskan unsur hara. Unsur hara yang diurai oleh
bakteri dan fungi berasal dari serasah daun A.marina. Serasah daun A.marina
yang terdapat di lantai hutan akan mengalami dekomposisi sehingga
menghasilkan unsur hara yang berperan dalam mempertahankan kesuburan tanah
serta menjadi sumber pakan bagi berbagai jenis ikan dan invertebrata melalui
rantai makanan fitoplankton dan zooplankton sehingga keberlangsungan populasi
ikan, kerang, udang dan lainnya dapat tetap terjaga (Hasibuan, 2011).
Unsur hara yang terdapat di ekosistem mangrove terdiri dari hara
anorganik dan organik.Anorganik : P, K, Ca, Mg, Na. Organik : fitoplankton,
bakteri, alga. Sedangkan kandungan unsur hara yang terdapat di dalam
daun-daun berbagai jenis mangrove terdiri atas karbon, nitrogen, fosfat, kalium,
kalsium, dan magnesium.Data selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 2. Kandungan unsur hara di dalam daun-daun berbagai jenis mangrove
Sumber : Thaher, 2013.
Karbon (C)
Karbon dan oksigen yang terdapat di atmosfer berasal pelepasan CO2 dan
H2O.Oksigen secara berangsur terbentuk karena rerata produksi biomassa yang
N o
Jenis Daun Karbon Nitrogen Fosfat Kalium Kalsium Magnesium
maka CO2 berperan dalam pembentukan iklim. Karbondioksida berperan besar
dalam proses pelapukan secara kimia batuan dan mineral (Gultom, 2009).
Nitrogen (N)
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan
merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae.Nitrat nitrogen
sangat mudah terlarut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari
proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang
merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat dengan bantuan
mikroorganisme adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen. Distribusi
horisontal kadar nitrat semakin tinggi menuju ke arah pantai dan kadar tertinggi
biasanya ditemukan di perairan muara (Dewi, 2009).
Unsur N di dalam tanah berasal dari hasil dekomposisi bahan organik
sisa-sisa tanaman maupun binatang.Pemupukan (terutama urea dan ammonium nitrat)
dan air hujan. Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan terhadap tanaman
tergantung pada laju proses dekomposisi (Prabudi, 2013).
Fosfor (P)
Fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan
dalam bentuk senyawa organik yang terlarut.Fosfor membentuk kompleks dengan
ion besi dan kalsium pada kondisi aerob, bersifat larut dan mengendap pada
sedimensehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh algae akuatik.Fosfor yang
terdapat dalam air laut umumnya berasal dari dekomposisi organisme yang sudah
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli hingga November 2014.
Pengambilan sampel dilakukan di Pantai Serambi Deli, Kecamatan Pantai Labu,
Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara dan analisis unsur hara untuk karbon,
nitrogen dan fosfor di lakukan di Laboratorium Riset & Teknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Peta lokasi penelitian dapat lihat pada
Gambar 2.
Gambar 2.PetaPantai Serambi Deli, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara sebagai lokasi penelitian.
Bahan dan Alat
nylon), jarum, benang nylon, oven, timbangan analitik, kamera digital, cool box,
tali, amplop, cutter, jarum suntik, thermometer,pH meter, refractometer, botol winkler, erlenmeyer, alat tuisdan Koran. Bahan dan alat disajikan pada Lampiran
1.
Prosedur Penelitian
Penentuan StasiunPengambilanSampel
Penentuan stasiun dilakukan dengan metode purposive sampling.Terdapat 3 stasiun dengan penentuan stasiun berdasarkan ketersediaan jenis mangrove
A.marinadi Pantai Serambi Deli.
Stasiun I secara geografis memiliki koordinat 3°40´45,8˝LU dan
98o54´34,6˝BT. Stasiun ini di dominasi mangrove jenis A.marina serta lokasi ini berada di dekat tepi pantai.Stasiun I dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Stasiun I
Stasiun II secara geografis memiliki koordinat 3°40´41,1˝LU dan
Stasiun II memiliki ketersediaan mangrove A.marina yang jumlahnya cukup banyak dan stasiun ini di dominasi oleh mangrove jenis R.mucronata dan
R.apiculata.Stasiun II dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Stasiun II
Stasiun III secara geografis memiliki titik koordinat 3°40´35,0˝LU dan
Pengambilan Sampel DaunSerasah A.marina
Pengambilan serasah daun langsung dilakukan dari serasah yang jatuh
secara alami di bawah pohon mangrove.Selanjutnya di siapkan 21 kantong serasah
untuk tiap stasiun. Serasah daun A.marinadi timbang dengan berat 30 g tiap kantongmenggunakan timbangan analitik selanjutnya dimasukkan ke dalam
kantong serasah. Setelah daun dimasukkan, kantong serasah di jahit kemudian di
beri lubang pada dua sisi kantong agar kantong-kantong dapat dihubungkan
dengan tali.Kemudian kantongan serasah diikatkan pada lokasi yang sudah di
tentukan.
Pada sampling pertama (hari ke-15) sampel di ambil secara acak dan
sampel yang diambil tiap stasiunnya adalah 3 kantong. Kantong serasah
dibersihkan selanjutnya sampel di bentangkan di atas koran untuk dikeringkan
sehingga diperoleh berat basah pada serasah.
Selanjutnya sampel dikeringkan dengan oven selama 1 x 24 jam.Setelah
dikeringkan dengan oven, sampel ditimbang dengan timbangan analitik untuk
memperoleh berat kering. Kemudian sampel digunakan untuk analisis unsur hara
C, N dan P yang di analisis di Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Analisis unsur hara dilakukan pada hari ke
0 (kontrol), 15, 45, 75 dan 105.Laju dekomposisi serasah daun A.marinadihitung dari penyusutan bobot serasah yang terdekomposisi. Ilustrasi penelitian dapat
Gambar 6. Plot kantong serasah sebanyak 21 kantong tiap stasiun
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Gambar 7. Sampel yang dibentangkan di atas koran
Tabel 3.Alat dan Satuan Pada Parameter Fisika dan Kimia Perairan
No Parameter Fisika-Kimia Satuan Alat dan Metode Tempat Pengukuran
1 Suhu oC Termometer Air
Raksa
In-situ
2 Salinitas 0/00 Refraktometer In-situ
3 pH - pH meter In-situ
4 Oksigen Terlarut mg/l Metode Winkler In-situ
5 Karbon % Ekstraksi Destruksi Basah
Ex-situ
6 Nitrat % Metode Kjelldahl Ex-situ
7 Fosfat % Ekstraksi Destruksi Basah
Metode Pengukuran
Laju Dekomposisi Serasah Daun A.marina
Pendugaan nilai laju dekomposisi serasah dilakukan menurut persamaan
berikut (Prabudi, 2013) :
X
t / X0 = e -kt
Keterangan :
X
t = Berat serasah setelah periode pengamatan ke-t
X
0 = Berat serasah awal
e = Bilangan logaritma natural (2,72)
-k = Nilai Laju Dekomposisi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Parameter Fisika dan Kimia Perairan
Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan pada tiap stasiun
dilakukan sebanyak 8 kali pengukuran. Parameter fisikadan kimia yang diukur
adalah: suhu, salinitas, pH, dan oksigen terlarut. Pada setiap stasiun di lokasi
penelitian memiliki perbedaan nilai parameter fisika dan kimia perairan.Kisaran
nilai parameter fisikadan kimia perairan di lokasi penelitian disajikan pada Tabel
4 dan Lampiran 3.
Tabel 4. Kisaran nilai parameter fisika dan kimia perairan
Parameter Fisika–Kimia Satuan Lokasi
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Suhu
Serasah daun A.marinamengalami pengurangan bobot dimulai dari hari ke-15 hingga hari ke-105.Hal ini ditandai pada berkurangnya berat serasah daun
A.marinasetelah ditimbang berat keringnya dan menunjukkan bahwa serasah daun
A.marina mengalami dekomposisi.Selama 105 hari, nilai berat kering tertinggi ialah pada stasiun II dengan nilai 5 sedangkan nilai berat kering terendah ialah
pada stasiun I dengan nilai 1,83. Perubahan berat kering serasah daun A.marina
yang mengalami dekomposisi dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9 (
Gambar 8.Bentuk serasah daun A.marina yang mengalami dekomposisi selama 15 hari sampai dengan 105 hari. 15 hari (A), 30 hari (B), 45 hari (C), 60 hari (D), 75 hari (E), 90 hari (F), 105 hari (G).
A
B
D
C
G
Gambar 9. Berat Kering Serasah Daun A.marina
Laju dekomposisi serasah daun A.marinaselama 105 hari yaitu pada stasiun I bernilai 9, 76, stasiun II bernilai 6,24 dan stasiun III bernilai 7,28. Nilai
laju dekomposisi selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 10 dan Lampiran 6.
30
Makrobentos
Makrobentos merupakan penghancur serasah A.marinayang pertama.Jenis makrobentos yang terdapat di dalam serasah daun A.marina lebih banyak dijumpai pada stasiun I daripada stasiun yang lainnya.Jenis makrobentos yang
terdapat pada serasah daun A.marina dapat dilihat pada Gambar 11 dan Tabel 5.
.
Gambar 11. Jenis Makrobentos Pada Kantong Serasah Daun A.marina ;siput (Littorina sp.) (A, B, C, D), cacing (E), kepiting (Uca pugnax) (F).
A
B
D
C
Tabel 5. Jenis-jenis makrobentos yang ditemukan di dalam kantong serasah daun
A.marina
Kelas Ordo Genus
Gastropoda Mesogastropoda Eubonia, Telescopium
Basammotophora Pupoides
Crustaceae Decapada Chiromantes
Turbellaria Macrostomida Microstonum
Kandungan Unsur Hara Karbon, Nitrogen dan Fosor
Proses dekomposisi serasah daun A.marina terjadi selama 105 hari. Serasah daunA.marina mengandung unsur hara Karbon, Nitrogen dan Fosfor. Berdasarkan hasil dari Laboratorium Riset & Teknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, kandungan unsur hara karbon pada daun A.marina
lebih tinggi dibandingkan dengan unsur hara nitrogen dan fosfor. Untuk lebih
jelasnya kandungan unsur hara karbon pada serasah daun A. marina dapat dilihat padaGambar 12 (Lampiran 7).
21,51 23,94
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Berdasarkan hasil dari laboratorium Riset & Teknologi, kandungan unsur
hara nitrogen tertinggi ialah hari ke 45 pada setiap stasiun.Untuk kandungan unsur
hara nitrogen terendah ialah hari ke 105 terkecuali pada stasiun II dimana nilai
terendah terdapat pada hari ke 75.Kandungan unsur hara nitrogen disajikan pada
Gambar 13 (Lampiran 7).
Gambar 13. Unsur Hara Nitrogen Pada Serasah Daun A.marina
Kandungan unsur hara fosfor yang diperoleh berdasarkan hasil
laboratorium Riset & Teknologi yaitu nilai unsur hara fosfor yang diperoleh
tidak terlalu berbeda antara selang hari sampling. Nilai unsur hara tertinggi
didapatkan pada stasiun II hari ke 45 yang bernilai 0,34 %. Nilai kandungan unsur
hara fosfor serasah daun A.marina disajikan pada Gambar 14 (Lampiran 7). 0,42
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Gambar 14. Unsur Hara Fosfor Pada Serasah Daun A.marina
Rasio C/N merupakan salah satu indikator dalam laju dekomposisi serasah
daun A.marina.Nilai C/N terendah terdapat pada stasiun II, pada stasiun I dan III nilai rasio C/N tertinggi terdapat pada hari ke 105.Rasio C/N disajikan pada
Gambar 15 (Lampiran 7).
Gambar 15.Rasio C/N Pada Serasah Daun A. marina
0,16
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
F
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Pembahasan
Parameter Fisika dan Kimia Perairan
Kondisi umum perairan pantai Serambi Deli selama penelitian
digambarkan melalui informasi nilai parameter kualitas air (Tabel 4). Parameter
kualitas air berpengaruh terhadap laju dekomposisi serasah daun A.marina di pantai Serambi Deli. Kisaran masing-masing nilai parameter fisika dan kimia
lingkungan perairan pantai Serambi Deli meliputi suhu, salinitas, pH dan DO
(oksigen terlarut).Nilai parameter fisika dan kimia perairan dijelaskan sebagai
berikut.
Suhu
Suhu perairan Pantai Serambi Deli berkisar 27 – 31 °C.Suhu tertinggi
31°C dan suhu terendah 27°C. Adanya perbedaan suhu disebabkan waktu
pengambilan parameter suhu yang berbeda. Suhu 31°C ditemukan pada setiap
stasiun, hal ini disebabkan pengukuran suhu dilakukan interval siang sampai
dengan sore hari. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilaporkan oleh Yulma (2012), bahwa suhu perairan di Lampung Mangrove
Centre (LMC) berkisar antara 28,35-32,30 °C, dimana pada stasiun 2 memiliki
nilai paling rendah sedangkan suhu tertinggi pada stasiun 3, hal ini disebabkan
oleh pengukuran suhu yang dilakukan pada siang hari. Penyebab lainnya adalah
wilayah pengambilan data merupakan daerah yang terbuka, sehingga intensitas
cahaya yang diterima tinggi.
Menurut Indriani (2008), suhu optimum untuk bakteri berkisar 27 - 36 °C.
mangrove sebagai dasar metabolisme. Suhu yang diperoleh dalam penelitian ini
masih berada dalam kisaran yang baik untuk proses dekomposisi.
Salinitas
Salinitas merupakan faktor lingkungan yang sangat menentukan
perkembangan hutan mangrove, terutama bagi laju pertumbuhan, daya tahan
danzonasi spesies mangrove. Hasil nilai kisaran salinitas antar stasiun yaitu pada
stasiun I 19 - 27 °/oo, stasiun II 16 - 27°/oo dan stasiun III 11 – 25 °/oo.Nilai
kisaran salinitas tertinggi terdapat pada stasiun I sedangkan yang terendah
terdapat pada stasiun III.Tingginya kisaran salinitas pada stasiun I disebabkan
lokasinya lebih dekat ke arah air laut dan rendahnya kisaran salinitas pada stasiun
III karena lokasinya lebih jauh dari arah air laut. Menurut (Rosmaniar, 2008),
adanya penambahan air tawar yang mengalir masuk ke perairan lautmelalui
muara sungai akan menurunkan nilai salinitas.
Derajat Keasaman (pH)
Berdasarkan hasil dari pengukuran pH diperoleh kisaran nilai tertinggi
terdapat pada stasiun II yaitu 6,1 – 8,1 sedangkan pada stasiun II dan III diperoleh
nilai pH yang relatif hampir sama yaitu pada stasiun I berkisar 6,0 – 7,8 dan
stasiun III 5,9 – 8,0. Kisaran pH tersebut masih tergolong pH normal di daerah
tropis. Menurut Indriani (2008) nilai tersebut menunjukkan nilai basa yang normal
untuk permukaan perairan Indonesia yang pada umumnya berkisar antara 6,0-8,5.
(Daulat, dkk., 2014) mengacu kepada standar baku mutu air laut yang dikeluarkan
oleh Kementerian Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004, pH yang disyaratkan
Oksigen Terlarut ( DO )
Nilai Oksigen terlarut pada stasiun I berkisar 3,0 – 5,0 hampir sama
dengan stasiun II yang brkisar 2,0 – 5,0. Nilai Oksigen terlarut terendah terdapat
pada stasiun III yaitu 2,0 – 2,8. Oksigen terlarut berperan dalam proses
dekomposisi karena makrobentos sebagai dekomposer membutuhkan oksigen
untuk kehidupannya. Menurut (Prabudi, 2013), bahwa faktor lingkungan berperan
penting dalam proses pendekomposisian serasah daun A.marina di mana lingkungan mempengaruhi kandungan oksigen diperlukan dekomposer untuk
mendekomposisikan bahan organik yang dekomposer ini sangat besar peranannya.
Laju Dekomposisi Serasah Daun A.marina
Proses dekomposisi serasah daun A.marinaterjadi selama 105 hari. Hasil penelitian pada Gambar 8 dan Gambar 9 memperlihatkan adanya perubahan berat
kering dan perubahan fisik serasah daun A.marinayang bervariasi. Rata-rata berat kering berbeda-beda pada setiap stasiun. Pada hari ke-105, bobot berat kering
serasah daun A.marina pada stasiun I adalah sebesar 1,83, stasiun II sebesar 5,0, dan pada stasiun III sebesar 3,73. Nilai bobot kering terendah terdapat pada
stasiun I sebesar 1,83 yang artinya stasiun I mengalami laju dekomposisi paling
cepat. Hal ini sesuai dengan literatur (Indriani, 2008), Perubahan bobot kering
serasah daun A.marina mengalami penurunan dengan lamanya penguraian per 15 hari.Penurunan berat kering daun terbesar yaitu pada daerah dekat dengan aliran
air laut yang berfungsi untuk memberikan asupan air laut bagi tambak-tambak di
sekitarnya.
Hasil penelitian pada Gambar 10 memperlihatkan bahwa laju dekomposisi
penelitian.Tingginya dekomposisi serasah pada 15 hari pertama diduga karena
kehilangan bahan-bahan organik serasah akibat penguraian oleh dekomposer yang
terjadi di waktu awal serasah gugur.Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilaporkan oleh (Rismunandar, 2000), bahwa laju dekomposisi
serasah daun A. marina menunjukkan nilai laju dekomposisi yang lebih tinggi pada awal proses dekomposisi. Hasil penelitian yang sama juga dilaporkan oleh
(Annas, 2004), bahwa laju dekomposisi serasah daun A.marinaberkisar antara 4,13-7,27 g/m2. Dekomposisi serasah A.marina yang terbesar terdapat pada stasiun I dan yang paling cepat terdapat pada periode 15 hari pertama, hal ini di
tandai dengan besar bobot penyusutan yang hilang selama penelitian. Hal ini
didukung oleh hasil penelitian yang dilaporkan oleh (Farooqui, dkk., 2014),
bahwa laju dekomposisi daun mangrove A. marina dan R. mucronata
menunjukkan kehilangan berat yang sangat cepat pada awal penelitian dan
selanjutnya laju dekomposisi mengalami penurunan hingga sisa periode
penelitian.
Nilai tertinggi laju dekomposisi hari ke-105 terdapat pada stasiun I dengan
nilai 9,76 dan yang terendah terdapat pada stasiun II dengan nilai 6,24. Hasil
penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh (Yunasfi,
2006), bahwa laju dekomposisi terbesar terjadi pada serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada tingkat salinitas 20 - 30 °/oo dengan nilai k
sebesar 6,8 per tahun. Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisika dan kimia
perairan, bahwa kisaran salinitas pada stasiun I adalah 19 - 27 °/oo.Hasil
2013), bahwa laju dekomposisi serasah daun R. mucronata yang tercepat hari ke 60 pada salinitas 25 °/oo dengan nilai 0,0870.
Berdasarkan hasil pada gambar 10, interval waktu 15-75 hari stasiun II
mengalami laju dekomposisi tercepat, sedangkan pada hari 90 dan 105 stasiun II
mengalami laju dekomposisi terlama. Nilai laju dekomposisi tertinggi
menunjukkan proses dekomposisi tercepat. Menurut (Prabudi, 2013), kecepatan
terdekomposisi mungkin berbeda-beda dari waktu ke waktu tergantung
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Faktor lingkungan diduga berpengaruh terhadap laju dekomposisi
A.marina, terdapat beberapa kantong serasah yang tumbuh lumut pada permukaan dan dapat menghambat aktifitas pendekomposisi serasah. Menurut (Gultom,
2009), kantong serasah yang berisi daun mulai berlumut artinya terjadi proses
humifikasi. Proses tersebut dipengaruhi oleh keadaan iklim atau kondisi
lingkungan. Proses humifikasi tergantung pada kondisi tanah, aktivitas
mikroorganisme, serta aktivitas manusia.
Makrobentos
Makrobentos yang terdapat di dalam kantong serasah yaitu kelas
Gastropoda, Crustaceae, dan Turbellaria (Tabel 5).Keanekaragaman makrobentos
terdapat pada semua stasiun, tetapi kelimpahan makrobentos terdapat pada stasiun
I. Banyaknya makrobentos di dalam kantong serasah dipengaruhi oleh tingkat
salinitas, dimana stasiun I berada di dekat pantai dengan kisaran salinitas tertinggi
19–27 0/00.Makrobentos berperan sebagai dekomposer awal yang akan mencacah
sisa-sisa daun. Cacing ataupun kepiting dalam kantong serasah yang
Laju dekomposisi serasah daun A.marina dipengaruhi oleh makroorganisme dan mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik.Biota
mangrove sendiri membutuhkan serasah daun sebagai pakan dimana
makroorganisme dan mikroorganisme membutuhkan karbohidrat dan
protein.Menurut (Prabudi, 2013), makrobentos merupakan mikroorganisme yang
berfungsi sebagai pendekomposer awal pada serasah daun R. stylosa.Makrobentos dapat menguraikan bahan organik menjadi karbohidrat dan protein. Serasah daun
R. stylosa dapat bermanfaat sebagai bahan makanan dari cacing, kepiting dan siput sehingga jumlah dari makrobentos sangat mempengaruhi dari proses laju
dekomposisi serasah daun. Hal ini didukung oleh penelitian (Siddiqui, dkk., 2009)
bahwa makrobentos berperan penting dalam laju dekomposisi di hutan mangrove
Indus Delta, Pakistan. Kepadatan makrobentos mempengaruhi laju dekomposisi.
Kehidupan makrobentos dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan semakin tinggi
suhu akan meningkatkan aktivitas makrobentos yangjuga akan mempercpat laju
dekomposisi. Hasil penelitian pada gambar 9 dan lampiran 7 sejalan dengan
pernyataan (Prabudi, 2013).Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot berat
kering terendah pada hari 105 terjadi pada stasiun I yang mengartikan bahwa
stasiun I mengalami laju dekomposisi tercepat.
Kehidupan makrobentos membutuhkan habitat berlumpur yang telah
dihambat oleh perakaran pohon.Selain itu, makrobentos harus mampu hidup
dengan membenamkan diri dalam lumpur di bawah pohon (Gultom, 2009). Hal
ini sesuai dengan lokasi penelitian untuk tiap stasiun, dimana semua stasiun
memiliki substrat yang berlumpur sehingga terdapat keanekaragaman
2008) umumnyamakrozoobentos dapat dijumpai dalam jumlahyang lebih banyak
pada substrat lumpurberpasir hingga lumpur dibandingkan pada substrat pasir.
Kandungan Unsur Hara Karbon, Nitrogen dan Fosfor
Laju dekomposisi memberikan sumbangan unsur hara yang berperan
dalam pembentukan pertumbuhan dan perkembangan tumbuh-tumbuhan, ikan,
udang, kepiting dan mikroorganisme lainnya di hutan mangrove.Unsur hara
merupakan unsur esensial yang berasal dari bahan organik mati yang dilakukan
oleh aktivitas makroorganisme dan mikroorganisme.Menurut (Ulqodry, 2008),
bahwa kualitas nutrisi yang tinggi akan menghasilkan proses dekomposisi yang
lebih cepat. Kandungan unsur hara yang dianalisis meliputi karbon, nitrogen dan
fosfor.
Berdasarkan hasil penelitian pada Lampiran 7, kandungan unsur hara
karbon memiliki nilai yang tertinggi.Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilaporkan oleh (Yulma, 2012), bahwa kandungan bahan organik
karbon (C) pada serasah mangrove jauh lebih besar dari kandungan nitrogen (N)
maupun posfor (P). A. marina mengandung bahan organik karbon 47,93%, nitrogen 0,35%, fosfor 0,083%, kalium 0,81% dan magnesium 0,49% sedangkan
daun R. apiculata mengandung bahan organik karbon 50,83%, nitrogen 0,83%,
fosfor 0,025%, kalium 0,35%, kalsium 0,75% dan magnesium 0,80%.
Karbon (C-Organik)
Kandungan unsur hara karbon dengan lama dekomposisi 15 hari yaitu
pada stasiun I 21,51 %, stasiun II 23,94% dan stasiun III 25,16%. Kandungan
karbon (%) meningkat pada hari ke 45 yakni stasiun I 31,4%, stasiun II 29,13%
mengalami penurunan. Kandungan unsur hara karbon hari ke 75 memiliki
rata-rata 22,55% dan hari ke 105 memiliki rata-rata-rata-rata 20,7 %.Menurut (Ulqodry, 2008),
bahwa kandungan unsur hara karbon cenderung menurun seiring dengan
penambahan waktu dekomposisi dan pengurangan ukuran partikel serasah.Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Prabudi, 2013) bahwa penurunan
kadar karbon dapat dilihat pada tingkat salinitas yang sama dengan perbedaan
lama waktu dekomposisi yang dialami oleh serasah daun R. stylosaseperti pada kadar karbon pada tingkat salinitas ±0-10 dengan lama dekomposisi 15 hari yakni
10,32 % pada lama dekomposisi 45 hari yakni 12,04% pada lama dekomposisi 75
hari yakni 13,76% dan lama dekomposisi 90 hari yakni sebesar 14,91%.
Berdasarkan hasil dari gambar 12, bahwa kandungan unsur hara karbon
selama 15 hari sampai 105 hari terdapat perbedaan kandungan karbon tiap
stasiunnya. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh
(Setiawan, 2013), bahwa kandungan unsur hara karbon pada tingkat salinitas
selama hari pengamatan menunjukkan hasil yang tetap. Berdasarkan hasil
penelitian (Setiawan, 2013) unsur hara karbon serasah daun R. mucronata pada salinitas 5 °/oo dengan nilai 52,8 mg/l selama penelitian, salinitas 15 °/oo bernilai
70,4 mg/l selama penelitian, salinitas 25 °/oo bernilai 79,2 mg/l selama penelitian
kecuali hari ke 15 yang bernilai 74,8 mg/l serta pada salinitas 35 °/oo bernilai 88
mg/l selama penelitian.
Nitrogen
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan kandungan nitrogen yang
pada tempat serasah itu di letakkan dan aktifitas fungi yang terdapat pada serasah
daun A. marina yang membantu proses dekomposisi serasah yang menyebabkan perbedaan kadar nitrogen. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitin
yang dilaporkan oleh (Bosire, dkk., 2005), bahwa untuk jenis S. alba dan R. mucronata kandungan Nitrogen meningkat diseluruh periode sampling pada semua perlakuan, dengan pengecualian R. mucronata dimana kandungan Nitrogen konstan pada musim kemarau.
Berdasarkan hasil analisis, pada pengamatan hari terakhir (105) kandungan
nitrogen tertinggi ialah pada stasiun II yang bernilai 0,51 %, sedangkan
kandungan nitrogen terendah stasiun I yang bernilai 0,29%. Hasil kandungan
nitrogen tertinggi terdapat pada stasiun III hari ke 45 dengan 1,69%, sedangkan
kandungan nitrogen terendah terdapat pada stasiun I hari ke 105 dengan 0,29%.
Berdasarkan hasil dari Gambar 13, dijelaskan bahwa peningkatan kadar unsur
hara Nitrogen terjadi mulai dari serasah mengalami dekomposisi pada hari ke 15
sampai hari ke 45 selanjutnya serasah mengalami penurunan unsur hara Nitrogen
pada hari ke 75 sampai hari ke 105. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilaporkan oleh (Yunasfi, 2006), bahwa peningkatan kandungan
unsur hara Nitrogen terjadi pada serasah yang mengalami dekomposisi selama 15
hari sampai 105 hari, kandungan unsur hara Nitrogen mengalami penurunan pada
hari 120 sampai hari ke 135. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil
penelitian yang dilaporkan oleh (Handayani, 2004) bahwa kandungan nitrogen
yang terkandung dalam serasah daun yang terdekomposisi akan mengalami
peningkatan sejalan dengan proses dekomposisi pada masing-masing stasiun
penguraian (dekomposisi) bahan organik adalah suhu, kelembaban, tata udara
tanah, pengolahan, dan pH tanah. Faktor-faktor tersebut juga dapat mempengaruhi
kandungan nitrogen total dalam laju dekomposisi.
Fosfor
Berdasarkan hasil Gambar 14, kandungan fosfor stasiun I relatifsama.
Pada hari ke 15 dan 45 bernilai 0,16% serta hari ke 75 dan 105 bernilai 0,19%.
Kandungan fosfor pada stasiun II mengalami peningkatan, dimana hari ke 15
bernilai 0,2%, hari ke 45 0,34%, hari ke 75 dan 105 0,23%. Kandungan fosfor
pada stasiun III memiliki kadar yang berbeda antar interval waktu penelitian.
Stasiun II memiliki rata-rata tertinggi yakni 0,247%. Menurut (Thaher, 2013),
kadar fosfat yang tinggi diduga berasal dari penguraian senyawa-senyawa organik
(hewan, tumbuhan dan sebagainya) disertai dengan pertumbuhan lumut yang
berada di perairan.
Rasio C/N
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dalam laju dekomposisi serasah
daun A. marina menunjukkan bahwa rasio C/N yang tertinggi pada hari ke 105 adalah stasiun I sebesar 70,52%.Rasio C/N yang tinggi menunjukkan bahan
organik masih mentah dan menunjukkan tingkat kesulitan substrat
terdekomposisi.Menurut (Dewi, 2009) bahwa C/N merupakan salah satu indikator
untuk melihat laju dekomposisi bahan organik, dimana semakin tinggi C/N maka
akan semakin lama bahan organik itu terdekomposisi. Semakin cepat serasah
terdekomposisi maka akan semakin banyak unsur hara yang tersedia bagi
105) merupakan stasiun yang paling lama mengalami proses dekomposisi.
Menurut (Nanda, dkk., 2013) bahwa semakin kecil rasio ini maka semakin tinggi
kualitasnya, demikianpula sebaliknya. Kualitas serasah menunjukkan seberapa
mudah serasah diurai dandimanfaatkan oleh organisme dekomposer sebagai
makanannya, dengan demikian jugaseberapa mudah senyawa-senyawa organik
kompleks dalam serasah mengalami perubahan hingga akhirnya menjadi mineral.
Berdasarkan hasil yang diperoleh terdapat variasi nilai rasio C/N pada tiap
stasiun selama periode pengamatan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil
penelitian yang dilaporkan oleh (Farooqui, dkk., 2014), bahwa rasio C/N rendah
pada awal laju dekomposisi A. marina. Rasio C/N meningkat pada hari ke 79 dengan kisaran rasio 25-30%, selanjutnya rasio C/N menurun hingga hari ke 123
dengan kisaran rasio 5 %.
Upaya Pengelolaan Ekosistem Mangrove
Tujuan pengelolaan ekosistem mangrove adalah menjaga kelestarian
ekosistem mangrove secara kesinambungan sehingga peranan mangrove sebagai
sumber unsur hara di perairan tetap terjaga.Adapun upaya pengelolaan yang dapat
dilakukan adalah dengan menetapkan ekosistem mangrove sebagai kawasan
konservasi/kawasan yang dilindungi dan partisipasi masyarakat dalam pelestarian
hutan mangrove.
Pantai Serambi Deli terdiri dari ekosistem mangrove yang didominasi oleh
mangrove jenis A. marina dan Rhizopora sp. Menurut (Nazaruddin, 2014) bahwa luas areal mangrove di Pantai Serambi Deli adalah 1000x400 m2. Areal ini merupakan kawasan hutan negara atau kawasan konservasi, sehingga kawasan ini
Partisipasi masyarakat yang di Desa Paluh Sibaji Pantai Serambi Deli
diartikan sebagai suatu proses yang melibatkan masyarakat yang berada di desa
itu dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan pengawasan kebijakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, serta pembinaan masyarakat yang
mendukung kegiatan pelestarian hutan mangrove.Tujuannya adalah meningkatkan
kesadaran masyarakat akan makna penting peran dan tanggung jawab bersama
dalam pelestarian hutan mangrove. Menurut (Hutapea, 2009), bahwa partisipasi
merupakan instrumen untuk mencapai tujuan tertentu, dimana tujuan dimaksud
adalah dikaitkan dengan keputusan atau tindakan yang lebih baik dalam
menentukan kesejahteraan masyarakat.Dalam hal ini partisipasi datang dari pola
pandang masyarakat yang berada di desa penelitian, dengan tujuan pelestarian
hutan mangrove.
Minimnya informasi tentang peranan ekosistem mangrove berdampak
dengan sedikitnya pengetahuan masyarakat dalam memahami fungsi hutan
mangrove. Adanya penyuluhan kepada masyarakat tentang pemanfaatan hutan
mangrove yang lestari dan penanaman bibit mangrove merupakan upaya menjaga