ANALISIS
PERANCANGAN
KELOMPOK 11
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR GAMBAR ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
3.3 Analisis Material Handling ... 1
3.3.1 Perencanaan Material Handling ... 1
3.3.2 Perencanaan Fasilitas ... 6
3.3.3 Analisis Layout ...13
3.3.4 Rekapitulasi Biaya ...15
DAFTAR PUSTAKA ... 19
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Activity Relationship Chart (ARC) ... 11
Gambar 2 Activity Relationship Diagram (ARD) ... 12
Gambar 3 Space Relationship Diagram (SRD) ...13
Gambar 4 Layout 2D ...15
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Karakteristik Material ... 2
Tabel 2 Penentuan Jenis Material Handling ... 3
Tabel 3 Identifikasi Mesin dan Departemen ... 6
Tabel 4 Luas Keseluruhan Lantai Produksi ... 8
Tabel 5 Derajat Hubungan dalam ARC ... 10
Tabel 6 Alasan Kedekatan ... 10
Tabel 7 Keterangan Simbol Activity Relationship Diagram ... 12
Tabel 8 Luas Ruang Tiap Fasilitas ... 14
Tabel 9 Biaya Investasi Mesin ... 16
Tabel 10 Biaya Investasi Lahan dan Bangunan ... 16
Tabel 11 Biaya Energi Setiap Aktivitas Produksi ... 16
Tabel 12 Biaya Tenaga kerja ... 17
Tabel 13 Biaya Material ... 18
3.3 Analisis Material Handling
Material handling merupakan proses yang mencakup suatu operasi dasar dalam pergerakan, perlindungan, penyimpanan, dan pengendalian suatu bahan maupun produk di bidang manufaktur, pergudangan, distribusi, konsumsi serta pembuangan. Proses material handling merupakan proses yang terbilang penting karena seluruh bahan maupun produk harus ditangani dengan baik agar dapat mencapai tujuan dengan aman dan agar kondisinya tetap terjaga dengan baik. Material Handling dapat ditentukan dengan mengetahui karakteristik material beserta penanganannya sehingga dapat mengetahui karakteristik pada material handling yang tepat untuk setiap proses produksi.
Setelah mengetahui material handling yang tepat, maka dilakukannya perencanaan tata letak. Perencanaan tata letak dilakukan agar dapat menempatkan seluruh fasilitas dengan baik agar proses produksi dapat berjalan dengan efisien dan efektif. Adapun tujuan dari proses material handling yaitu, dapat meminimalisir biaya dalam penggunaan material, meminimalisir gangguan dan penundaan dengan cara menyediakan bahan yang dibutuhkan pada waktu yang tepat dan juga jumlah yang tepat, dapat meningkatkan kapasitas produksi, menjaga kondisi keamanan material maupun bahan melalui perbaikan kerja, mencegah kerusakan material dan mengurangi biaya yang berhubungan dengan persediaan (Kho, 2018).
3.3.1 Perencanaan Material Handling
Material handling merupakan kegiatan yang berfungsi untuk memindahkan material pada pabrik, gudang, penyimpanan atau fasilitas lainnya untuk meningkatkan efisiensi.
Untuk melakukan perencanaan sistem penanganan material handling harus ditentukan dan dikonfigurasi untuk memenuhi beberapa aspek tertentu. Rancangan sistem ini bergantung pada material yang ditangani, jumlah atau kuantitas, jarak perpindahan, jenis fasilitas produksi yang dilayani oleh sistem dan beberapa faktor lain meliputi ketersediaan dana, ketersediaan lahan, dan lain-lain.
3.3.1.1 Karakteristik Material
Karakteristik material merupakan aspek yang digunakan untuk menentukan cara penanganan suatu material. Karakteristik material yang digunakan dapat ditentukan agar mengetahui material penyusun dari alat Penyisir Pisang Tandan 2 in 1 sehingga dapat melanjutkan pada tahap selanjutnya. Material yang digunakan
pada masing-masing komponen alat Penyisir Pisang Tandan 2 in 1 dimuat pada tabel berikut:
Tabel 1 Karakteristik Material
No Komponen Material Fisik Ukuran Berat Bentuk Kondisi Resiko 1. Badan
Utama Alat
Besi Padat P=25cm D=30m
m
900gr (per- satuan
)
Tabung pejal
Basah, penyim panan tidak tepat
Mudah berkarat,
material terjatuh 2. Handle
Grip
Karet EPDM
Padat 3mm x 10cm x 120cm
3gr Persegi panjang
Kering Mudah putus
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa material yang digunakan pada komponen alat penyisir tandan pisang adalah besi dan karet. Dimana besi memiliki karakteristik padat, berbentuk tabung pejal dan kondisinya basah. Sedangkan karet EPDM karakteristiknya padat, bentuk persegi panjang, dan kondisinya kering.
3.3.1.2 Penentuan Jenis Material Handling
Kegiatan pada proses produksi yang membutuhkan perpindahan atau pergerakan suatu material seperti mengangkut, mengangkat, memindahkan, dan meletakan barang atau bahan pada stasiun kerja lainnya membutuhkan satu jenis transportasi yang disebut dengan Material Handling. Penentuan jenis material handling dapat dilakukan setelah mengidentifikasi karakteristik material yang akan kita pindahkan serta spesifikasi dari material handling itu sendiri. Penentuan jenis material handling ini memiliki tujuan yaitu akan digunakan untuk memindahkan material dari departemen ke departemen lainnya di lingkungan pabrik. Berikut merupakan jenis material handling yang telah kami tentukan:
Tabel 2 Penentuan Jenis Material Handling
Nama Proses
Material yang akan
dipindah
Karakterist ik manual
Jenis material handling
Alasan pemilihan material handling
Jumlah operator
yang dibutuhkan
Jarak perpind
ahan
Waktu perpinda
han material
Harga pembelia
n
Referensi material handling terpilih
Pengukuran Besi
Padat, kering,
berat, berbentuk
bulat padat
Keranjang
Material yang dipindahkan masih
berbentuk besi panjang dan jarak perpindahan yang dibutuhkan tidak
terlalu jauh
1 orang 5 meter 1 menit
Rp.
100.000
https://www .tokopedia.c om/riskahala rag/pallet-
mesh- keranjang- mesh?utm_s
ource=what sapp&utm_
medium=sha re&utm_ca mpaign=PDP
-39363296- 3339055280-
161022-no Pemotongan
Besi yang sudah diukur
Padat, kering,
berat, berbentuk
bulat padat
keranjang
Material yang dipindahkan masih
berbentuk besi panjang dan jarak perpindahan yang dibutuhkan tidak
terlalu jauh
1 orang 5 meter 1 menit
Penghalusan
Besi yang sudah dipotong
sesuai ukuran
Padat, kering,
berat, berbentuk
bulat padat
keranjang
Material yang dipindahkan tidak
terlalu berat dan jarak perpindahan
yang dibutuhkan tidak terlalu jauh
1 orang 5 meter 1 menit
Nama Proses
Material yang akan
dipindah
Karakterist ik manual
Jenis material handling
Alasan pemilihan material handling
Jumlah operator
yang dibutuhkan
Jarak perpind
ahan
Waktu perpinda
han material
Harga pembelia
n
Referensi material handling terpilih
Pembuatan ulir
Besi yang sudah dipotong
sesuai ukuran
Padat, kering,
berat, berbentuk
bulat padat
keranjang
Material yang dipindahkan tidak
terlalu berat dan jarak perpindahan
yang dibutuhkan tidak terlalu jauh
1 orang 5 meter 1 menit
Pengelasan
Padat, kering, berat, berbentuk
bulat padat
Padat, kering,
berat, berbentuk
bulat padat
keranjang
Material yang dipindahkan tidak
terlalu berat dan jarak perpindahan
yang dibutuhkan tidak terlalu jauh
1 orang 7 meter 1,5 menit
Pengamplasa n
Padat, kering, berat, berbentuk
bulat padat
Padat, kering,
berat, berbentuk
bulat padat
keranjang
Material yang dipindahkan tidak
terlalu berat dan jarak perpindahan
yang dibutuhkan tidak terlalu jauh
1 orang 5 meter 1 menit
Nama Proses
Material yang akan
dipindah
Karakterist ik manual
Jenis material handling
Alasan pemilihan material handling
Jumlah operator
yang dibutuhkan
Jarak perpind
ahan
Waktu perpinda
han material
Harga pembelia
n
Referensi material handling terpilih
Perakitan
Padat, kering, berat, berbentuk
bulat padat dan
hand grip
Padat, kering,
berat, berbentuk
bulat padat
keranjang
Material yang dipindahkan tidak
terlalu berat dan jarak perpindahan
yang dibutuhkan tidak terlalu jauh
1 orang 7 meter 1,5 menit
Penyimpanan
Barang Jadi (alat
penyisir tandan pisang 2 in
1)
Padat, kering,
berat, perpindaha
n, stabil, membutuh
kan ruang
Troli barang
Material yang akan dipindahkan ke gudang cukup jauh
dan volume serta massa alat besar
1 orang 10
meter 2 menit Rp.1.999.
000
https://www .tokopedia.c om/uloshop/
krisbow- troli-barang-
500kg
Berdasarkan tabel 2 diatas, maka dapat diketahui bahwa jenis material handling yang kami pilih adalah keranjang dan troli barang.
Pemilihan keranjang dipilih karena material yang dipindahkan tidak terlalu berat dan jarak perpindahan yang dibutuhkan tidak terlalu jauh. sedangkan pemilihan troli barang karena material yang akan dipindahkan ke gudang cukup jauh dan volume beserta massa alat yang besar.
3.3.2 Perencanaan Fasilitas
Setelah diketahui jumlah mesin dan peralatan yang akan digunakan maka selanjutnya melakukan perencanaan fasilitas. Tahap perencanaan fasilitas ini meliputi layout perusahaan yang sesuai kebutuhan. Dua metode yang digunakan dalam perancangan fasilitas adalah Activity Relationship Chart (ARC) dan Space Relationship Diagram (SRD). Bab ini akan membahas tentang perencanaan lokasi dan mencari kebutuhan fasilitas apa saja yang akan digunakan dengan mengidentifikasi terkait hal mesin terlebih dahulu, yaitu identifikasi mesin, jumlah mesin, pengelompokkan, dan kedekatan hubungan antar mesin dan departemen serta departemen yang didalamnya terdapat proses perhitungan kebutuhan luas untuk masing-masing stasiun kerja dan luas pada keseluruhan lantai produksi sehingga dengan ini dapat diketahui kebutuhan lahan untuk dapat menempatkan fasilitas tersebut.
3.3.2.1 Identifikasi Mesin dan Departemen
Identifikasi mesin dan departemen merupakan tahapan yang dilakukan untuk menentukan luas total masing-masing departemen dengan melakukan identifikasi jumlah mesin, dimensi mesin dan luas aisle yang diperlukan untuk kelancaran transportasi dalam pabrik. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan identifikasi mesin dan departemen.
Tabel 3 Identifikasi Mesin dan Departemen
No Departemen Jumlah Mesin
Nama Mesin / Alat
Dimensi Aisle (m)
Total Luas p (m) l (m) (m2)
1 Pengukuran 1 Meteran 0,7 0,05 1 1,785
2 Pemotongan 1
Mesin Pemotong Besi
Makita 14
0,7 0,2 1 2,04
3 Penghalusan 1
Mesin Bubut WM120V Digital
Metal Lathe
1,2 0,4 1 3,08
No Departemen Jumlah Mesin
Nama Mesin / Alat
Dimensi Aisle (m)
Total Luas p (m) l (m) (m2)
4 Pembuatan ulir 1
Mesin Bubut WM120V Digital
Metal Lathe
1,2 0,4 1 3,08
5 Pengelasan 2 Mesin Las
Inverter MMA 0,5 0,2 1 3,6
6 Pengamplasan 1 Mesin Amplas
Mailtank 0,3 0,1 1 1,43
7 Perakitan 1 Alas meja
perakitan 0,7 0,5 1 2,55
Berdasarkan Tabel 3 diatas, untuk mendapatkan total luas masing-masing departemen menggunakan rumus yaitu : Luas Departemen = (p + aisle) × (l + aisle).
Berikut merupakan contoh perhitungan untuk departemen pemotongan pada Mesin Pemotong Besi Makita 14 :
p = 0,7 m l = 0,2 m Aisle = 1 m
Luas Departemen = (p + aisle) × (l + aisle) Luas Departemen = ( 1,7 m + 1 m ) x ( 0,2 m + 1 m )
Luas Departemen = 2,04 m2
Setelah mendapatkan total luas departemen, selanjutnya mencari luas keseluruhan dari lantai produksi yang dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini:
Tabel 4 Luas Keseluruhan Lantai Produksi
No Departemen
Kebutuh an Operato
r
Perabot Dibutuhk
an
Nama Perabot
Jumlah Perabot
Dimensi Perabot
Aisle (m)
Luas Perabot.
+ Asile (m2)
Dimensi Departemen
Luas Total Lantai Produksi
(m2)
p (m) l (m) p (m) l (m)
1 Pengukuran 1
1
Meja 1 0,6 0,5
1
2,88 1,7 1,05 5,14
Kursi 1 0,3 0,3
Lampu
2 Pemotongan 1
1
Meja 1 1,2 0,5
1
3,96 1,7 1,2 8,07
Kursi 1 0,3 0,3
Lampu
3 Penghalusan 1 1
Meja 1 0,6 0,5
1
2,88 2,2 1,4 8,87
Kursi 1 0,3 0,3
Lampu
4 Pembuatan ulir
1 1
Meja 1 0,6 0,5
1,2
2,88 2,2 1,4 8,87
Kursi 1 0,3 0,3
Lampu
No Departemen
Kebutuh an Operato
r
Perabot Dibutuhk
an
Nama Perabot
Jumlah Perabot
Dimensi Perabot
Aisle (m)
Luas Perabot.
+ Asile (m2)
Dimensi Departemen
Luas Total Lantai Produksi
(m2)
p (m) l (m) p (m) l (m)
5 Pengelasan
1 1
Meja 1 1,2 0,5
1
3,96 1,5 1,2 14,25
Kursi 2 0,3 0,3
Lampu
6 Pengamplasan
1 1
Meja 1 1,2 0,5
1
3,96 1,3 1,1 5,66
Kursi 1 0,3 0,3
Lampu
7 Perakitan
1 1
Meja 1 1,2 0,5
1
3,96 1,7 1,5 10.1
Berdasarkan Tabel 4 diatas, untuk dapat mengetahui total luas lantai produksi yang diperlukan suatu departemen, tahapan yang harus dilalui adalah dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap perabot-perabot yang diperlukan pada masing-masing departemen, kemudian menentukan dimensi dari masing-masing perabot beserta aisle. Setelah tahapan-tahapan tersebut diketahui nilainya, barulah luas total lantai produksi suatu departemen dapat ditentukan.
3.3.2.2 Penetapan Hubungan Antar Mesin dan Departemen
Bagian ini akan dijelaskan hubungan kedekatan antara mesin dan departemen yang ada di dalam pabrik dengan tujuan untuk mempermudah proses aliran lantai produksi. Hubungan antara mesin dan departemen yang ada ditentukan dengan menggunakan metode Activity Relationship Chart (ARC) dan Activity Relationship Diagram (ARD). Sehingga, hasil dari ARC bisa didapatkan dari penentuan letak masing-masing departemen ini.
Tabel 5 Derajat Hubungan dalam ARC
Kode Keterangan
A Mutlak perlu didekatkan
E Sangat penting untuk didekatkan I Penting untuk didekatkan O Cukup/biasa
U Tidak Penting
X Tidak dikehendaki untuk berdekatan
Adapun penetapan kode pada tabel 5 diatas dilandasi dengan beberapa alasan yaitu:
Tabel 6 Alasan Kedekatan
Kode Alasan
I Penggunaan catatan secara bersama II Menggunakan tenaga kerja yang sama III Menggunakan space area yang sama IV Derajat kontak personal
V Derajat kontak kerja yang sering dilakukan VI Urutan aliran kerja
VII Melaksanakan kegiatan kerja yang sama VIII Menggunakan peralatan kerja yang sama
IX Tidak higienis, bahan berbahaya, bau tidak sedap dan lainnya
terbentuklah Activity Relationship Chart (ARC) yang disajikan pada Gambar 1 berikut:
Gambar 1 Activity Relationship Chart (ARC)
Berdasarkan gambar ARC diatas, dapat dilihat bahwa atribut perusahaan yang memiliki hubungan paling dekat ditandai dengan simbol A, sedangkan untuk atribut perusahaan yang tidak boleh didekatkan ditandai dengan simbol X. Setelah dibuat ARC maka dapat dibuat ARD (Activity Relationship Diagram), yang digambarkan pada gambar 2 dibawah ini:
Gambar 2 Activity Relationship Diagram (ARD)
Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat hubungan antar departemen. Setiap departemen memiliki hubungan kedekatan yang berbeda-beda. Garis dan warna yang digunakan sebagai simbol hubungan antar departemen. Simbol yang digunakan dapat dijelaskan pada tabel 7 sebagai berikut:
Tabel 7 Keterangan Simbol Activity Relationship Diagram
Simbol Derajat Kedekatan Kode Warna
A Mutlak Perlu didekatkan Merah
E Sangat penting untuk
didekatkan Biru
I Penting untuk didekatkan Hijau
O Cukup/biasa Oranye
U Tidak penting Tidak Berwarna
X Tidak dikehendaki
berdekatan Abu-abu
perencanaan layout dengan Space Relationship Diagram (SRD). Berikut merupakan bentuk dari Space Relationship Diagram (SRD) yang ditunjukkan pada Gambar 3 dibawah ini:
Gambar 3 Space Relationship Diagram (SRD) 3.3.3 Analisis Layout
Layout didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Sub-bab ini akan dilakukan analisis berdasarkan hasil ARC, ARD, dan SRD yang telah dilakukan pada sub-bab sebelumnya.
Dengan adanya susunan tata letak yang optimal, diharapkan pelaksanaan proses produksi di dalam pabrik tersebut akan dapat berjalan dengan lancar dan para karyawan dapat menyelesaikan tugas yang ditetapkan kepada karyawan dengan baik.
Dengan penataan layout yang efektif dapat membantu perusahaan mencapai sebuah strategi yang menunjang diferensiasi, efisiensi, efektifitas, biaya rendah, atau respon yang cepat antar departemen. Layout pada perusahaan ELEGRAND merupakan integrasi secara total dari seluruh elemen produksi yang ada menjadi satu unit operasi yang besar.
3.3.3.1 Visualisasi Layout 2D
Penataan layout dibutuhkan visualisasi yang merupakan suatu rekayasa dalam pembuatan gambar untuk menampilkan informasi yang ada dalam fasilitas pabrik.
Dilakukannya visualisasi juga dapat meningkatkan efisiensi utilisasi ruangan,
meningkatkan efisiensi utilisasi tenaga kerja, mengurangi kendala proses, dan memudahkan komunikasi dan interaksi antar pekerja.
Tabel 8 Luas Ruang Tiap Fasilitas
No Fasilitas Jumlah
fasilitas
Panjang
(m) Lebar (m) Lebar pintu (m)
1 Pos satpam 1 3,5 2 0,7
2 Mushola 1 3 3,5 0,7
3 Toilet dekat kantin 6 1 0,8 0,6
4 Kantin 2 3 3 0,7
5 Gudang bahan baku dan
peralatan 1 7 5 0,8
6 Parkiran umum 1 12 6 2
7 Toilet dalam kantor 2 2 1,5 0,65
8 Ruang kabag 1 3 3 0,7
9 Ruang rapat 1 3 4 0,7
10 Dapur 1 2 8 0,7
11 Ruang kerja staf 1 5 3 0,7
12 Ruang manager 1 5 2 0,7
13 Unit pengukuran dan
pemotongan 1 7 6 1,4
14 Unit penghalusan dan
pembuatan ulir 1 7 6,5 3
15 Unit pengelasan 1 7 6 3
16 Unit pengamplasan dan
packaging 1 7 7 1,4
17 Toilet di tempat produksi 1 1 1 0,6
18 Gudang barang jadi 1 7 7,5 0,8
19 Parkiran gudang 1 5 7,5 2
20 Ukuran keseluruhan kantor 12 12 2
21 Ukuran keseluruhan tempat
7 25,5
No Fasilitas Jumlah fasilitas
Panjang
(m) Lebar (m) Lebar pintu (m)
22 Lahan hijau 30% 525 m²
Total keseluruhan 35 x 50 = 1.750 m²
Dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan akan luas area untuk fasilitas yang ada dan juga ketersediaan luas pada SRD yang dibuat, maka dapat dilakukan penetapan fasilitas layout dengan memperhatikan ruangan dan luas area.
Berdasarkan perhitungan kebutuhan luas ruangan pada tabel 8 di atas, maka perancangan perusahaan membutuhkan lahan seluas 1.750 m² dengan berbagai fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan serta lahan hijau sebesar 30% dari total lahan perusahaan yang dibutuhkan. Sehingga, untuk layout proses produksi pembuatan produk Penyisir Pisang Tandan 2 in 1 bisa dilihat dibawah ini yaitu sebagai berikut :
Gambar 4 Layout 2D 3.3.4 Rekapitulasi Biaya
Tahapan dalam mendesain produksi pasti akan membutuhkan biaya, beragam biaya yang dibutuhkan. Rekapitulasi biaya proses manufaktur dibuat untuk mempermudah dalam melakukan studi kelayakan jenis usaha dan penentuan harga pokok penjualan
1. Biaya Investasi Mesin Tabel 9 Biaya Investasi Mesin
No Nama Mesi/Peralatan Jumlah Harga/unit (Rp) Total 1 Mesin Pemotong Besi Makita 14 2 Rp 2.000.000 Rp 4.000.000 2 Mesin Bubut MWM120 V Digital Metal
Lathe 2 Rp 20.000.000 Rp 40.000.000
3 Mesin las inverter MMA 2 Rp 5.000.000 Rp 10.000.000
4 Mesin amplas maintank 2 Rp 1.000.000 Rp 2.000.000
5 Keranjang 14 Rp 100.000 Rp 14.000.000
6 Troli barang 2 Rp 1.999.000 Rp 3.998.000
Total Rp 73.998.000
Berdasarkan tabel 9 perhitungan biaya tersebut merupakan perhitungan pembelian peralatan dan mesin. Terdapat 4 mesin yang dibutuhkan dengan jumlah 8 mesin yang harus dibeli. Sehingga biaya pembelian mesin keseluruhan mencapai Rp 73.998.000.
2. Biaya Investasi Lahan dan Bangunan Tabel 10 Biaya Investasi Lahan dan Bangunan
No Keterangan Luas Harga
1 Sewa Bangun Gedung 10 x 10 Rp 200.000.000/Thn
Total Rp 200.000.000
Berdasarkan Tabel 10 menjelaskan bahwa biaya dari sewa gedung sebesar Rp 200.000.000. Gedung tersebut adalah tempat pembuatan produk penyisir tandan pisang 2 in 1. Dengan demikian produksi dapat berjalan sesuai dengan rencana pada gedung yang telah disewa.
3. Biaya Energi dari Setiap Aktivitas Produksi Tabel 11 Biaya Energi Setiap Aktivitas Produksi
Mesin/Alat Daya Mesin
Daya Aktual proses (detik)
Biaya Energi (kWh)
Biaya per (KwH)
Total Biaya per Jam Kerja
(Rp)
Mesin/Alat Daya Mesin
Daya Aktual proses (detik)
Biaya Energi (kWh)
Biaya per (KwH)
Total Biaya per Jam Kerja
(Rp) Mesin las inverter
MMA 61700 48.64 1.444.70 8783.8
Mesin amplas
maintank 7300 38.44 1.444.70 68.6
Mesin Pemotong
Besi Makita 14 46200 48.64 1.444.70 8783.8
AC 1600 28000 12.44 1.444.70 2247.3
Komputer 500 28000 3.89 1.444.70 702.3
Printer 20 28000 0.16 1.444.70 28.1
Lampu 120 28000 0.93 1.444.70 168.5
Total Biaya Energi Rp 23.374
Total Biaya Energi Per Tahun Rp 280.488
Total Biaya Energi Per Hari Rp 766,360
Berdasarkan tabel 11 biaya energi yang dibutuhkan perusahaan per hari sebesar Rp 766,360 telah mencakup semua mesin dan peralatan yang membutuhkan energi listrik.
Maka biaya energi per tahun perusahaan sebesar Rp 280.488.00/Thn.
4. Biaya Tenaga Kerja Tabel 12 Biaya Tenaga kerja
No Nama Stasiun Jumlah
Operator
Jam
Kerja/Hari Gaji Total Gaji 1 Operator Pemotongan 2 8 jam Rp3.000.000 Rp6.000.000
2 Operator Pengukuran 2 8 jam RP3.000.000 Rp6.000.000
3 Operator Pengelasan 2 8 jam Rp3.000.000 Rp6.000.000 4 Operator pembubutan 2 8 jam Rp3.000.000 Rp6.000.000
5 Operator Finishing 2 8 jam Rp3.000.000 Rp6.000.000
Total Rp 30.000.000
Pada tabel 12 membahas tentang biaya tenaga kerja. Tenaga kerja yang ada pada perusahaan pembuatan produk penyisir tandan pisang 2 in 1 sebanyak 10 operator yang akan bekerja dalam pembuatan produk. Ada pun gaji per operator sebanyak Rp 3.000.000, jadi total biaya tenaga kerja keseluruhan sebesar Rp 30.000.000.
5. Biaya Material Tabel 13 Biaya Material
No Nama
Komponen
Material yang Digunakan
Kebutuhan
Material Per Hari Harga Satuan Total
1 Handle Grip Karet 202 Rp 20.000/pcs Rp 4.040.000
2 Badan Utama
Alat Besi 202 Rp 25.000/Btg Rp 5.050.000
3 Mata Pisau 1 Besi 202 Rp 25.000/Btg Rp 5.050.000
4 Mata Pisau 2 Besi 202 Rp 25.000/Btg Rp 5.050.000
Total Biaya Material Per Hari Rp 19.190.000 Pada Tabel 13 diketahui setiap komponen produk dengan bahan material yang telah ditentukan, dibutuhkan 202 setiap part pada komponen produk maka setiap harinya perusahaan akan menghasilkan 202 produk jadi. Adapun total biaya yang dibutuhkan sebesar Rp 19.190.000/hari.
DAFTAR PUSTAKA
Siburian, F. S., Parengkuan, T., & Maramis, J. (2017). ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERBASIS MARKET SHARE PADA INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BEI 2011-2015). Jurnal EMBA.