TUGAS PRAKTIKUM FARMASI RUMAH SAKIT
Tugas Pertemuan XI
Oleh
Kelompok 4 / Kelas 5B
1. I Putu Surya Wibawa (2009484010060) 2. I Wayan Agus Darmawan (2009484010061) 3. Ida Ayu Putu Indira Gandhi (2009484010062) 4. Kadek Dian Pratiwi (2009484010063) 5. Komang Desy Mulia Maharani (2009484010065)
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2022/2023
KASUS I
Silahkan mempelajari laporan PKL rumah sakit Siloam. Cermati metode distribusi perbekalan farmasi yang diterapkan di rumah sakit tersebut. Kemudian jawablah beberapa pertanyaan berikut:
1. Apakah sistem distribusi perbekalan farmasi menerapkan sistem sentralisasi atau desentralisasi? jelaskan jawaban anda!
2. Apakah metode yang digunakan untuk mendistribusikan perbekalan farmasi ke pasien?
3. Mengacu pada jawaban poin b, apakah kekurangan dan kelebihan dari metode distribusi yang digunakan?
JAWABAN :
1. Sistem distribusi perbekalan farmasi di Rumah Sakit Siloam menggunakan metode sentralisasi dan disentralisasi dengan bantuan aplikasi HOPE. Dimana dari gudang farmasi akan menyalurkan Sediaan Farmasi dan BMHP. Selain itu juga diterapkan metode sebagai berikut.
- Floor stock ke ruang pelayanan, pelayanan dengan petugas kefarmasian dan non petugas kefarmasian.
- Individual Priscription atau penyerahan obat langsung ke pasien atau keluarga.
- UDD dan ODD yang diterapkan kepada pasien rawat inap
2. Untuk pendistribusian perbekalan farmasi ke pasien yang dilakukan di Rumah Sakit Siloam yaitu menggunakan metode Individual Priscription, UDD dan Floor Stock.
3. Kelebihan dan kekurangan dari metode pendistribusian yang digunakan adalah sebagai berikut.
- Floor Stock Kelebihan
- Obat yang diperlukan segera tersedia untuk pasien - Untuk mengatasi keadaan darurat di ruangan
- Dipilih karena kecepatan pelayanan saat kondisi emergenci terutama obat life saving.
Kekurangan
- Meningkatnya bahaya karena kerusakan obat
- Risiko kehilangan obat karena tidak ada pengawasan
- Kesalahan dalam pemberian obat karena tidak ada pengawasan apoteker.
- UDD dan ODD
Oleh Perawat Kelebihan
- Meringankan beban kerja apoteker - Ketepatan dalam pemberian obat Kekurangan
- Risiko terjadinya kesalahan dalam penyampaian obat.
Oleh Apoteker Kelebihan
- Meminimalisir risiko kesalahan pemberian obat karena ditangani langsung oleh apoteker selain itu apoteker juga lebih mengetahui tentang obat yang akan diberikan.
Kekurangan
- Banyaknya beban kerja yang ditanggu oleh apoteker yang dapat mengakibatkan lambatnya pemberian obat dan adanya kemungkinan terjadinya Medication Error.
KASUS II
Seorang TTK di rumah sakit ditugaskan untuk melakukan pemusnahan obat apabila Anda adalah TTK yang bekerja di rumah sakit tersebut, apakah yang harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku terkait:
1. Obat seperti apakah yang dapat dimusnahkan?
2. Sebutkan dan jelaskan tanda-tanda kerusakan obat sesuai dengan bentuk sediaannya!
3. Bagaimanakah tahapan melakukan pemusnahan obat?
4. Bagaimana caranya melakukan pemusnahan obat untuk obat dengan bentuk sediaan padat, cair dan semi padat?
5. Apabila dalam daftar obat yang akan dimusnahkan terdapat obat golongan narkotika dan psikotropika maka apakah yang harus dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku?
6. Dokumen apa saja yang harus dibuat dalam rangka pemusnahan obat (sebutkan nama dokumen, deskripsikan isinya dan siapa saja yang wajib menandatangani dokumen tersebut)?
JAWABAN :
1. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bila:
a. produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
b. telah kadaluwarsa;
c. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan
d. dicabut izin edarnya (Menkes RI, 2014).
2. Tanda-tanda kerusakan obat sesuai dengan bentuk sediaannya adalah sebagai berikut.
- Tablet. Kerusakan yang terjadi pada tablet yang dapat kita ketahui adalah terjadinya perubahan warna, bau, bentuk dan rasa. Adanya kerusakan berupa noda, bintik-bintik, lubang/ sumbing, pecah, retak, menggelembung serta menjadi lembab atau bubuk.
- Kapsul. Tanda kerusakannya yaitu apabila cangkang kapsul menjadi lengket, lembek dan warnanya yang berubah
- Cairan atau sirup. Tanda-tanda kerusakan dapat diketahui jika obat menjadi keruh, terbentuk endapan padat, menggumpal, warna, bau atau rasa berubah dan kekentalan berubah, misal cairan menjadi lebih kental atau sebaliknya, memisah, dan mengeras..
- Sediaan Semipadat dapat ditandai dengan warna dan bau yang berubah, memisah, mengeras, kemasan menjadi lengket dan berlubang, serta isi bocor.
- Sediaan steril dapat diketahui melalui cairan tidak kembali menjadi suspensi ketika dikocok, kemasan terkoyak atau sobek, kemasan ternoda, kemasan berembun, ada bagian yang hilang, ada bagian yang rusak atau pecah (Hajrin et al., 2020)
3. Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari:
a. membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan;
b. menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
c. mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait;
d. menyiapkan tempat pemusnahan; dan
e. melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku (Menkes RI, 2014).
4. Adapun cara pemusnahan untuk obat padat, cair, dan semipadat sebagai berikut.
a. Obat padat
- Keluarkan obat dari kemasan - Hancurkan obat terlebih dahulu
Untuk kapsul, keluarkan isi kapsul lalu larutkan dengan air, cangkang kapsul di hancurkan/digunting, bungkus limbah obat kemudian dibuang ke tempat sampah.
Untuk tablet, dihancurkan terlebih dahulu lalu campurkan dengan tanah lalu bungkus dan buang ke tempat sampah
Untuk serbuk, langsung dicampur dengan tanah dan dibungkus lalu buang ke tempat sampah.
b. Obat cair
- Keluarkan cairan obat, lalu encerkan dengan air. Setelah itu, buang ke saluran air yang mengalir atau melalui wastafel di bawah aliran keran.
- Rusak atau robek label kemasan pada botol
- Rusak atau pecahkan botol kemasan obat agar tidak dapat digunakan kembali.
- Rusak atau gunting dus kemasan obat, lalu buang ke tempat sampah.
c. Obat semipadat
- Keluarkan isi obat dari kemasan dan timbun dengan tanah
- Hancurkan kemasan obat baik sekunder maupun primer dengan dipotong lalu buang ke tempat sampah.
5. Apabila dalam daftar obat yang akan dimusnahkan terdapat obat golongan narkotika dan psikotropika maka yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Pemilik obat tersebut menyiapkan surat pemberitahuan dan permohonan saksi kepada :
- Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan, bagi Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat;
- Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat, bagi Importir, Industri Farmasi, PBF, Lembaga Ilmu Pengetahuan, atau Instalasi Farmasi Pemerintah Provinsi; atau
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat, bagi Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi Pemerintah Kabupaten/Kota, Dokter, atau Toko Obat.
b. Mempersiapkan berita acara. Berita Acara Pemusnahan sebagaimana dimaksud paling sedikit memuat:
- hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan;
- tempat pemusnahan;
- nama penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktik perorangan;
- nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan saksi lain badan/sarana tersebut;
- nama dan jumlah Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang dimusnahkan;
- cara pemusnahan; dan
- tanda tangan penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktik perorangan dan saksi (Menkes RI, 2015)
6. Dokumen yang harus dibuat dalam rangka pemusnahan obat adalah Dokumen Berita Acara. Isi dari Dokumen Berita Acara tersebut adalah sebagai berikut.
- Hari, tanggal, bulan, tahun
- Waktu dan tempat serta metode pemusnahan
- Nama apoteker, SIPA/SIK, Nama Sarana, Alamat Sarana
- Saksi yang berkaitan berupa Kemenkes, BPOM, Sarana yang meliputi Nama, Jabatan, NIP.
- Tanda tangan Apoteker/Pemimpin serta tanda tangan saksi yang berkaitan (Menkes RI, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Hajrin, W., Subaidah, W. A., & Juliantoni, Y. (2020). Sosialisasi DAGUSIBU Untuk Meningkatkan Rasionalitas Penggunaan Obat Bagi Masyarakat Kerandangan Desa Senggigi. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 3(2).
https://doi.org/10.29303/jpmpi.v3i2.492
Menkes RI. (2014). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT. 139.
Menkes RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 53(1), 59–
65.