DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Disusun Oleh : Kelompok 4
Andriana Tri Devi (20/457122/SV/17569) Josse Rizal Wachid (20/464160/SV/18479) Khusnul Qotimah Aisyaroh (20/464161/SV/18480)
D-IV TEKNIK PENGELOLAAN DAN PEMELIHARAAN INFRASTRUKTUR SIPIL DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Manajemen Kebencanaan ini dengan baik. Tujuan dari penulisan laporan ini ialah untuk memenuhi tugas Bapak Dr.sc.tech. Adhy Kurniawan, S.T. pada mata kuliah Manajemen Kebencanaan.
Dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Eng. Iman Haryanto, S.T., M.T., Selaku Kepala Departemen Teknik Sipil Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Departemen Teknik Sipil Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. .
2. Bapak Nursyamsu Hidayat, S.T., M.T., Ph.D.selaku Ketua Prodi D4 Teknik Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil Departemen Teknik Sipil Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada.
3. Bapak Dr.sc.tech. Adhy Kurniawan, S.T. selaku Dosen Mata Kuliah Manajemen Kebencanaan D4 Teknik Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil Departemen Teknik Sipil Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada.
4. Rekan-rekan Mahasiswa/i Departemen Teknik Sipil Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada kami dan semua pihak yang telah membantu.
Laporan ini disusun sebagai syarat kelulusan pada Mata Kuliah Manajemen Kebencanaan Universitas Gadjah Mada. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat dan menambah wawasan bagi kita semua dan kami menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar kami dapat memperbaiki laporan ini.
Yogyakarta, Oktober 2023 Kelompok 4
DAFTAR ISI
LAPORAN ANALISIS DATA REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA BPBD KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ... 3
2.1 Sejarah BPBD Kulon Progo DIY ... 3
2.2 Letak Geografis Kulon Progo ... 3
2.3 Tugas dan Fungsi BPBD ... 4
2.4 Prosedur Peringatan Dini dan Evakuasi Keadaan Darurat ... 5
2.5 Data Kebencanaan Kabupaten Kulon Progo ... 7
2.6 Penanggulangan Kedaruratan Bencana ... 11
2.6.1 Sistem Perencanaan Penanggulangan Bencana ... 11
2.6.2 Penilaian Bahaya/Ancaman Risiko ... 12
2.6.3 Prioritas Penanganan Kedaruratan Bencana ... 13
2.6.4 Kebijakan dan Strategi ... 14
2.6.5 Operasional ... 17
2.7 Alur Komunikasi dan Informasi Kedaruratan Bencana ... 23
BAB 3 PENUTUP ... 25
3.1 Kesimpulan... 25
3.2 Saran ... 25
LAMPIRAN ... 26
DAFTAR PUSTAKA ... 31
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Sistem Perencanaan Penanggulangan Bencana ... 11
Gambar 2. 2 Matrik Prioritas Risiko Bencana yang Ditangani ... 13
Gambar 2. 3 Alur Komunikasi Kedaruratan Bencana ... 23
Gambar 2. 4 Alur Jaringan Komunikasi Kedaruratan Bencana ... 24
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Luas wilayah tiap Kapanewon di Kabupaten Kulon Progo ... 4
Tabel 2. 2 Jumlah Kejadian Bencana Cuaca Ekstrim Kab. Kulonprogo ... 7
Tabel 2. 3 Jumlah Kejadian Bencana Banjir Kab. Kulonprogo ... 7
Tabel 2. 4 Jumlah Kejadian Bencana Tanah Longsor Kab. Kulonprogo ... 8
Tabel 2. 5 Jumlah Kejadian Bencana Gelombang Ekstrim Kab. Kulonprogo ... 9
Tabel 2. 6 Jumlah Kejadian Bencana Kebakaran Kab. Kulonprogo ... 9
Tabel 2. 7 Jumlah Kejadian Bencana Kekeringan Kab. Kulonprogo ... 10
Tabel 2. 8 Data Kerugian Akibat Bencana ... 11
Tabel 2. 9 Kelas Risiko Bencana di Kabupaten Kulon Progo ... 12
Tabel 2. 10 Konsep Operasi Keadaan Darurat Bencana yang Terjadi Perlahan ... 18
Tabel 2. 11 Konsep Operasi Keadaan Darurat Bencana yang Terjadi Tiba-tiba ... 21
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta Rawan Bencana Kekeringan... 26
Lampiran 2 Peta Rawan Bencana Longsor ... 27
Lampiran 3 Peta Rawan Bencana Tsunami ... 28
Lampiran 4 Peta Rawan Bencana Banjir ... 29
Lampiran 5 Peta Rawan Bencana Cuaca Ekstrim... 30
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Berdasarkan dokumen kajian risiko bencana tahun 2022 Kabupaten Kulon Progo memiliki 12 (dua belas) potensi bencana yaitu: 4 (empat) bencana termasuk kategori bencana geologi meliputi: gempa bumi, tsunami, gunungapi, gerakan tanah/tanah longsor, 6 (enam) bencana termasuk bencana hidrometeorologi meliputi:
banjir, banjir bandang, kekeringan, cuaca ekstrim, gelombang ekstrim, kebakaran hutan dan lahan, selanjutnya 1 (satu) bencana termasuk kategori bencana biologi yaitu epidemi/ wabah penyakit, serta 1 (satu) bencana kategori anthropogenik yaitu kegagalan teknologi. Dimana yang menjadi bencana prioritas yang ditangani oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo karena termasuk dalam kategori risiko tinggi yaitu:
1) Tanah Longsor, 2) Banjir, 3) Cuaca Ekstrim, 4) Banjir Bandang, 5) Kekeringan, 6) Gempa Bumi, 7) Tsunami, 8) Epidemi, dan 9) Kegagalan Teknologi.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana memberikan amanat kepada pemerintah agar perencanaan pembangunan berbasis mitigasi bencana. Salah satu bagian penting dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah kesiapsiagaan. Hal ini telah dimandatkan pada Pasal 44 huruf a untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam menghadapi kejadian bencana. Dalam pasal 45 ayat 2 juga telah dipertegas tentang kesiapsiagaan dilakukan melalui berbagai langkah-langkah meliputi (a) penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana; (b) pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian system peringatan dini; (c) penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar; (d) pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat; (e) penyiapan lokasi evakuasi; (f) penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat bencana; dan (g) penyediaan dan
penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.
1.2 Rumusan Masalah
1. Dimana letak geografis Kulon Progo?
2. Bagaimana penanggulangan bencana di BPBD Kulon Progo DIY?
3. Bagaimana prosedur peringatan dini dan evakuasi keadaan darurat?
4. Apa saja bencana yang terjadi di Kabupaten Kulon Progo dalam kurun waktu dekat?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui letak geografis Kabupaten Kulon Progo.
2. Mengetahui bagaimana penanggulangan bencana di BPBD Kabupaten Kulon Progo DIY.
3. Mengetahui prosedur peringatan dini dan evakuasi keadaaan darurat.
4. Mengetahui data kebencanaan Kabupaten Kulon Progo dalam kurun waktu terakhir.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Sejarah BPBD Kulon Progo DIY
Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melindungi warga masyarakat Kulon Progo dari ancaman bencana secara adil, merata, efektif dan efisien. Penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara terencana, terarah, terpadu dan menyeluruh sehingga perlu dibentuk Perangkat Daerah yang menangani penanggulangan bencana. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo menerbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo nomor 11 Tahun 2010 tentang Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Pada awal berdirinya tahun 2011, BPBD menempati Kantor di Jl. Sugiman 27 Wates, Kulon Progo, Yogyakarta, dan pada tahun 2014 sampai sekarang BPBD Kabupaten Kulon Progo, Kantor BPBD berada di Jalan Kawijo No, 5 Pengasih, Kulon Progo.
2.2 Letak Geografis Kulon Progo
Salah satu faktor yang mempengaruhi karakteristik bencana dan besarnya dampak bencana adalah faktor geografis. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, secara astronomis terletak pada posisi antara 110° 1’37” – 110° 16’26” Bujur Timur dan 7° 38’42” – 7° 59’3” Lintang Selatan.
Kabupaten Kulon Progo dengan ibu kota Wates memiliki luas wilayah 58.627,512 ha (586,28 km2), terdiri dari 12 kapanewon yaitu: Temon, Wates, Panjatan, Galur, Lendah, Sentolo, Pengasih, Kokap, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang, dan Samigaluh, 87 Kalurahan dan 1 Kelurahan serta 918 dukuh. Kokap merupakan kapanewon terluas dengan luas mencapai 73,80 km2 sedangkan kapanewon paling kecil adalah Kapanewon Wates dengan luas wilayah 30 km2.
Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak paling barat. Secara administrasi Kabupaten Kulon Progo berbatasan dengan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah di bagian utara, Kabupaten Sleman dan Bantul di bagian timur, Samudera Hindia di bagian selatan, dan Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah di bagian barat.
Karakteristik geografis dan administratif Kabupaten Kulon Progo berpengaruh terhadap adanya potensi bencana lintas batas wilayah administratif seperti misalnya intensitas hujan tinggi yang terjadi terjadi di kawasan Hulu DAS Progo dan DAS Bogowonto dapat mengakibatkan banjir atau banjir bandang yang dampaknya sampai ke wilayah Kabupaten Kulon Progo. Demikian juga dampak hujan abu vulkanik akibat erupsi Gunungapi Merapi yang ada di wilayah Kabupaten Magelang, Sleman, Boyolali, dan Klaten dapat melanda wilayah Kabupaten Kulon Progo. Hal ini memerlukan skema kerja sama penanganan darurat bencana lintas wilayah. Luas wilayah masing-masing kepanewon di Kabupaten Kulon Progo disajikan dalam Tabel berikut.
Tabel 2. 1 Luas wilayah tiap Kapanewon di Kabupaten Kulon Progo No. Kapanewon Luas
(Hektar/Ha)
Luas (km2)
Persentase Luas (%)
Jumlah Kalurahan
1 Temon 3.629,890 36,30 6,19 15
2 Wates 3.200,239 32,00 5,46 8
3 Panjatan 4.459,230 44,59 7,61 11
4 Galur 3.291,232 32,91 5,61 7
5 Lendah 3.559,192 35,59 6,07 6
6 Sentolo 5.265,340 52,65 8,98 8
7 Pengasih 6.166,468 61,66 10,52 7
8 Kokap 7.379,950 73,80 12,59 5
9 Girimulyo 5.490,424 54,90 9,36 4
10 Nanggulan 3.960,670 39,61 6,76 6
11 Kalibawang 5.296,368 52,96 9,03 4
12 Samigaluh 6.929,308 69,29 11,82 7
Total 58.627,512 586,28 100 88
Sumber : Kabupaten Kulon Progo Dalam Angka 2022 2.3 Tugas dan Fungsi BPBD
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo 11 Tahun 2010, Tugas Pokok dan Fungsi BPBD adalah sebagai berikut :
Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai tugas antara lain:
1. Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana;
2. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara;
3. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana;
4. Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana di Daerah
5. Menetapkan standarisasi dan kebutuhan peyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;
6. Melaksanakan, mengendalikan pengumpulan dan penyaluran bantuan uang dan barang;
7. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah, Anggaran Pendapatan dan belanja Negara dan sumbangan pihak lain yang sah serta tidak mengikat;
8. Melaksanakan kewajiban lain sesuai ketentuan/peraturan perundang-undangan;
dan
9. Melaporkan penyelenggaraan, penanggulangan bencana kepada Bupati setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana.
Untuk menyelenggarakan tugas pokoknya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai fungsi:
1. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi secara cepat, tepat, efektif dan efisien; dan
2. Pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penangulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh.
2.4 Prosedur Peringatan Dini dan Evakuasi Keadaan Darurat
Prosedur Peringatan Dini dan Evakuasi Darurat Terhadap Gempa Bumi :
1. Apabila terjadi Gempa, lindungi kepala dengan tangan, tas atau benda yang ringan lainnya, sembunyi/ berlindung di bawah meja yang kuat, dan di pojok kolom bangunan (segitiga kehidupan), menjauh dari kaca;
2. Setelah gempa berhenti, segera bangun tetap melindungi kepala, dan evakuasi diri keluar melalui jalur evakuasi yang telah disepakati menuju titik kumpul dengan
memprioritaskan kelompok rentan atau yang luka, jangan kembali untuk alasan apapun; Turun atau berlarilah ikuti arah tanda keluar, jangan panik, saling membantu untuk memastikan evakuasi selamat. Wanita tidak boleh menggunakan sepatu hak tinggi dan stoking pada saat evakuasi.
3. Setelah di titik kumpul tetap melindungi kepala dan jongkok, jauhi bangunan tinggi, tiang listrik dan pohon besar; tetap berkumpul sambil menunggu instruksi selanjutnya;
4. Koordinator ruangan melakukan pengecekan terhadap para pegawai yang ada di titik kumpul dan segera melapor ke koordinator pencarian, penyelamatan dan evakuasi.
Prosedur Peringatan Dini dan Evakuasi Darurat Terhadap Kebakaran : 1. Tetap tenang dan jangan panik.
2. Segera menuju tangga darurat yang terdekat dengan berjalan biasa dengan cepat namun tidak berlari.
3. Lepaskan sepatu hak tinggi karena menyulitkan dalam langkah kaki.
4. Janganlah membawa barang yang lebih besar dari tas kantor/tas tangan.
5. Beritahu orang lain / tamu yang masih berada didalam ruangan lain untuk segera melakukan evakuasi.
6. Bila pandangan tertutup asap, berjalanlah dengan merayap pada tembok atau pegangan pada tangga, atur pernafasan pendek-pendek.
7. Jangan berbalik arah karena akan bertabrakan dengan orang-orang dibelakang anda dan menghambat evakuasi.
8. Segeralah menuju titik kumpul yang ada di tempat tersebut untuk menunggu instruksi berikutnya.
2.5 Data Kebencanaan Kabupaten Kulon Progo
Data kejadian bencana alam di Kabupaten Kulon Progo yang disajikan tiap jenis dan jumlah kejadiannya per 1 Januari-31 Desember untuk tahun 2020, 2021, 2022.
Tabel 2. 2 Jumlah Kejadian Bencana Cuaca Ekstrim Kab. Kulonprogo Cuaca Ekstrim
No Kecamatan Jumlah Kejadian (2020)
Jumlah Kejadian (2021)
Jumlah Kejadian (2022)
1 Temon 11 9 7
2 Wates 22 22 16
3 Panjatan 21 40 22
4 Galur 13 21 125
5 Lendah 12 21 70
6 Sentolo 34 46 19
7 Pengasih 78 29 12
8 Kokap 17 13 13
9 Girimulyo 15 8 13
10 Nanggulan 19 10 31
11 Kalibawang 35 16 28
12 Samigaluh 8 5 1
Jumlah 285 240 357
Sumber : BPBD Kulon Progo (2023)
Tabel 2. 3 Jumlah Kejadian Bencana Banjir Kab. Kulonprogo Banjir
No Kecamatan Jumlah Kejadian (2020)
Jumlah Kejadian (2021)
Jumlah Kejadian (2022)
1 Temon 4 11 46
2 Wates - 1 5
3 Panjatan - 5 4
4 Galur - 8 -
5 Lendah 1 4 8
6 Sentolo - - 2
7 Pengasih 3 2 3
8 Kokap - - 21
9 Girimulyo - - -
10 Nanggulan - - 2
11 Kalibawang - - -
12 Samigaluh - - -
Jumlah 8 31 91
Sumber : BPBD Kulon Progo (2023)
Tabel 2. 4 Jumlah Kejadian Bencana Tanah Longsor Kab. Kulonprogo Tanah Longsor
No Kecamatan Jumlah Kejadian (2020)
Jumlah Kejadian (2021)
Jumlah Kejadian (2022)
1 Temon 2 1 10
2 Wates 12 - 8
3 Panjatan 2 - -
4 Galur - - -
5 Lendah 1 - 1
6 Sentolo 3 1 4
7 Pengasih 17 12 23
8 Kokap 58 35 229
9 Girimulyo 57 39 103
10 Nanggulan 9 3 5
11 Kalibawang 18 20 124
12 Samigaluh 29 44 115
Jumlah 208 155 622
Sumber : BPBD Kulon Progo (2023)
Tabel 2. 5 Jumlah Kejadian Bencana Gelombang Ekstrim Kab. Kulonprogo Gelombang Ekstrim/Abrasi
No Kecamatan Jumlah Kejadian (2020)
Jumlah Kejadian (2021)
Jumlah Kejadian (2022)
1 Temon 4 - -
2 Wates - - -
3 Panjatan - - -
4 Galur - 1 -
5 Lendah 1 - -
6 Sentolo - - -
7 Pengasih 3 - -
8 Kokap - - -
9 Girimulyo - - -
10 Nanggulan - - -
11 Kalibawang - - -
12 Samigaluh - - -
Jumlah 8 1 0
Sumber : BPBD Kulon Progo (2023)
Tabel 2. 6 Jumlah Kejadian Bencana Kebakaran Kab. Kulonprogo Kebakaran
No Kecamatan Jumlah Kejadian (2020)
Jumlah Kejadian (2021)
Jumlah Kejadian (2022)
1 Temon 4 - -
2 Wates 5 - -
3 Panjatan 3 - -
4 Galur 1 - -
5 Lendah 3 - -
6 Sentolo 1 - -
7 Pengasih 4 - -
8 Kokap 2 - -
9 Girimulyo - - -
10 Nanggulan 2 - -
11 Kalibawang 1 - -
12 Samigaluh - - -
Jumlah 28 0 0
Sumber : BPBD Kulon Progo (2023)
Tabel 2. 7 Jumlah Kejadian Bencana Kekeringan Kab. Kulonprogo Kekeringan
No Kecamatan Jumlah Kejadian (2020)
Jumlah Kejadian (2021)
Jumlah Kejadian (2022)
1 Temon - - -
2 Wates - - -
3 Panjatan - - -
4 Galur - - -
5 Lendah - - -
6 Sentolo - - -
7 Pengasih - - -
8 Kokap - - -
9 Girimulyo - - 1
10 Nanggulan - - -
11 Kalibawang - - -
12 Samigaluh - - -
Jumlah 0 0 1
Sumber : BPBD Kulon Progo (2023)
Dari keseluruhan bencana yang terjadi tersebut, tentu saja menimbulkan kerugian baik moral maupun material. Berikut merupakan data mengenai jumlah kerugian yang diakibatkan oleh bencana alam tiap tahun dalam rentang waktu 2020- 2022. Informasi ini dapat menjadi dasar penting dalam perumusan kebijakan untuk mitigasi bencana dan pengelolaan risiko Kabupaten Kulon Progo.
Tabel 2. 8 Data Kerugian Akibat Bencana
Tahun Total Kejadian Korban Jiwa Taksiran Kerugian dan Kerusakan
2020 532 1 Rp. 3.310.289.000.-
2021 429 6 Rp. 2.729.100.000,-
2022 1071 6 Rp. 7.486.968.000,-
Sumber : BPBD Kulon Progo (2023)
Tabel di atas menggambarkan kerugian yang diakibatkan oleh bencana alam selama tiga tahun terakhir di Kabupaten Kulon Progo. Data ini memberikan pandangan jelas tentang perkembangan kerugian seiring berjalannya waktu, yang dapat membantu dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Dengan pemahaman yang mendalam tentang pola kerugian ini, dapat melatar belakangi strategi yang lebih efektif dalam mengurangi dampak ekonomi bencana alam di masa depan.
2.6 Penanggulangan Kedaruratan Bencana
2.6.1 Sistem Perencanaan Penanggulangan Bencana
Dalam merencanakan penanggulangan bencana di Indonesia, digunakan sistem sebagai berikut.
Gambar 2. 1 Sistem Perencanaan Penanggulangan Bencana
2.6.2 Penilaian Bahaya/Ancaman Risiko
Risiko bencana daerah Kabupaten Kulon Progo diperoleh dari kajian risiko bencana Kabupaten Kulon Progo tahun 2022-2026. Terdapat tiga variabel utama yang dikaji, yakni variabel ancaman, kerentanan, dan kapasitas yang dianalisis menggunakan metode analisis spasial menghasilkan penilaian risiko bencana.
Tingkat risiko bencana di Kabupaten Kulon Progo ditentukan dengan menggabungkan hasil analisis indeks bahaya, kerentanan, dan kapasitas yang telah dihasilkan dan dianalisis pada kajian risiko bencana tahun 2022-2026. Hasil penetapan tingkat risiko untuk semua potensi bencana di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. 9 Kelas Risiko Bencana di Kabupaten Kulon Progo No Jenis Bencana Kelas
Bahaya
Kelas Kerentanan
Kelas Kapasitas
Kelas Risiko
1 Tanah Longsor Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
2 Banjir Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
3 Kekeringan Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
4 Banjir Bandang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
5 Cuaca Ekstrim Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
6 Gempa Bumi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
7 Tsunami Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
8 Kebakaran Hutan dan Lahan
Sedang Tinggi Rendah Sedang
9 Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Sedang Sedang Sedang Sedang
10 Letusan Gunungapi Rendah Sedang Sedang Rendah 11 Epidemi Wabah Penyakit Tinggi Tinggi Sedang Tinggi 12 Kegagalan Teknologi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Risiko Multi Ancaman Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
Sumber: BPBD Kulon Progo (2023)
Berdasarkan hasil penggabungan parameter bahaya, kerentanan, dan kapasitas dapat diketahui bahwa di Kabupaten Kulon Progo terdapat 9 (sembilan) jenis bencana yang termasuk kelas risiko tinggi yaitu: Tanah Longsor, Banjir, Kekeringan, Banjir Bandang, Cuaca Ekstrim, Gempa Bumi, Tsunami, Epidemi dan Wabah Penyakit, dan Kegagalan Teknologi. Kelas risiko sedang terdapat pada 2 (dua) jenis bencana yaitu: Kebakaran Hutan dan Lahan, dan Gelombang Ekstrim dan Abrasi, serta terdapat satu jenis bencana yang memiliki risiko rendah yaitu, letusan gunungapi. Hasil ini dapat menjadi gambaran bagi Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dan pihak terkait untuk menyusun upaya-upaya untuk pengurangan risiko bencana guna mendukung penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kabupaten Kulon Progo.
2.6.3 Prioritas Penanganan Kedaruratan Bencana
Bencana prioritas dalam rencana penanggulangan bencana Kabupaten Kulon Progo Tahun 2023-2027, ditetapkan berdasarkan kecenderungan dan kelas risiko dari setiap jenis ancaman bencana yang ada di Kulon Progo dan disepakati melalui forum diskusi kelompok terarah (FGD). Bencana prioritas yang ditangani adalah sebagai berikut: (1) prioritas pertama meliputi: bencana tanah longsor, banjir, cuaca ekstrim, banjir bandang, kegagalan teknologi, gempa bumi, tsunami, dan epidemi/wabah penyakit (termasuk mengakomodasi penanganan pandemi Covid-19), gelombang ekstrim dan abrasi; (2) prioritas kedua meliputi: bencana kekeringan, letusan gunungapi; (3) prioritas ketiga meliputi: kebakaran hutan dan laha, dengan matriks prioritas risiko bencana seperti gambar dibawah ini.
Gambar 2. 2 Matrik Prioritas Risiko Bencana yang Ditangani
Jenis-jenis bencana pada prioritas 1 dan prioritas 2 pada matrik penentuan bencana prioritas berada pada zona berwarna merah dengan notifikasi bencana prioritas. Sedangkan jenis-jenis bencana pada prioritas 3 berada pada zona kuning dengan notifikasi non prioritas. Dengan demikian prioritas utama penanganan kedaruratan bencana yang perlu dilengkapi dengan perencanaan kontingensi adalah sebagai berikut:
1). Tanah Longsor 2). Banjir
3). Cuaca Ekstrim 4). Banjir Bandang 5). Kegagalan Teknologi 6). Gempa Bumi
7). Tsunami
8). Pandemi/Epidemi/Wabah Penyakit 9). Gelombang Ekstrim dan Abrasi 10). Kekeringan
2.6.4 Kebijakan dan Strategi A. Kebijakan
Kebijakan penanggulangan kedaruratan bencana merupakan arahan dan pedoman umum bagi para pihak yang terlibat dalam penanganan darurat bencana sesuai dengan tugas dan fungsinya. Arah kebijakan penanggulangan kedaruratan bencana Kabupaten Kulon Progo adalah untuk penyelamatan jiwa dan perlindungan korban bencana. Penanganan kedaruratan bencana di Kabupaten Kulon Progo dilakukan secara terpadu, terkoordinasi untuk memberikan jaminan pemenuhan hak masyarakat korban bencana sesuai dengan standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan.
Kebijakan khusus mengatur mengenai penetapan status keadaan darurat bencana, penetapan tingkat status keadaan darurat bencana, dan masa berlaku keadaan darurat bencana.
Penetapan status keadaan darurat bencana dilaksanakan berdasarkan prinsip: 1) kesesuaian dengan hasil pengkajian cepat, 2) koordinasi semua instansi/lembaga terkait, 3) cepat, tepat, dan akurat, 4) transparan dan akuntabel. Pelaksanaan penetapan status keadaan darurat bencana sesuai dengan penjelasan pasal 23, PP nomor 21 Tahun 2008, merinci status keadaan darurat bencana kedalam tiga tahapan yaitu: siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi darurat ke pemulihan. Masing-masing status keadaan darurat tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Status Siaga Darurat
Status siaga darurat adalah keadaan ketika potensi ancaman bencana sudah mengarah pada terjadinya bencana ditandai dengan adanya informasi peningkatan ancaman berdasarkan sistem peringatan dini yang diberlakukan dan pertimbangan dampak yang akan terjadi di masyarakat.
b. Status Tanggap Darurat
Status tanggap darurat adalah keadaan ketika ancaman bencana benar-benar terjadi dan telah berdampak pada kehidupan dan penghidupan masyarakat.
c. Status Transisi Darurat ke Pemulihan
Status transisi darurat ke pemulihan adalah keadaan ketika bencana yang terjadi cenderung menurun/mereda eskalasinya dan/atau telah berakhir, sedangkan gangguan terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat masih tetap berlangsung.
Peraturan Pemerintah nomor 21 Tahun 2008, pada pasal 23 menyatakan bahwa penetapan keadaan darurat bencana dilaksanakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan tingkatannya. Keadaan darurat bencana dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:
a. keadaan darurat bencana kabupaten/kota, b. keadaan darurat bencana provinsi,
c. keadaan darurat bencana nasional.
B. Strategi
Strategi-strategi yang dijalankan pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo untuk mendukung terlaksananya kebijakan-kebijakan penanganan keadaan darurat bencana, yaitu:
1. Pengerahan Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (TRC-PB BPBD) untuk melakukan proses kaji cepat di lapangan;
2. Kepala Daerah (Bupati) mengeluarkan Surat Keputusan penetapan status tanggap darurat bencana berdasarkan rapat musyawarah pimpinan daerah;
3. Kepala Daerah (Bupati) mengaktifkan sistem komando penanganan darurat bencana (SKPDB) dan menunjuk seorang komandan tanggap darurat dengan Surat Keputusan Kepala Daerah (SK Bupati);
4. Penyelenggaraan Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana disesuaikan dengan status keadaan darurat bencana yang diberlakukan, yaitu: siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi darurat ke pemulihan;
5. Menetapkan POS Komando (Posko), POS Lapangan, POS Pendukung, dan POS Pendamping sesuai dengan kebutuhan dengan mempertimbangkan aspek kemudahan akses dan efektivitas;
6. Meningkatkan akses informasi satu data dalam penanganan darurat bencana;
7. Melaksanakan pencarian, penyelamatan, pertolongan darurat bagi masyarakat terdampak bencana;
8. Pengerahan personil untuk proses evakuasi, pencarian dan pertolongan yang terlatih dengan dukungan sarana dan prasarana evakuasi, pencarian, dan evakuasi yang mencukupi dengan melibatkan masyarakat, relawan dan pemberi bantuan;
9. Menyediakan layanan dapur umum bagi masyarakat terdampak bencana dan pengungsi;
10. Perbaikan sarana dan prasarana vital seperti instalasi air minum, aliran listrik, jaringan komunikasi, dan transportasi, serta pemulihan fungsi layanan umum dan layanan pemerintahan di wilayah terdampak bencana;
11. Menyediakan tempat evakuasi bagi masyarakat terdampak dengan memanfaatkan semua fasilitas umum yang aman milik pemerintah atau masyarakat sebagai tempat evakuasi, baik sebagai tempat evakuasi sementara (TES) maupun tempat evakuasi akhir (TEA);
12. Melaksanakan pengobatan gratis bagi korban bencana dan bantuan psikososial (Psychological First Aid);
13. Melaksanakan tata kelola penanganan darurat bencana dengan penerapan disiplin protokol kesehatan Covid-19 pada semua lini dan sektor pelayanan;
14. Mendistribusikan bantuan logistik untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terdampak bencana;
15. Melakukan koordinasi dan komunikasi yang intens dengan lembaga berwenang dalam rangka pengelolaan sistem peringatan dini untuk memonitor dan mengantisipasi potensi bencana susulan dan/atau bencana ikutan;
16. Pemulihan dengan segera fungsi-fungsi pemerintahan dan pelayanan publik;
17. Melaksanakan pengkajian kebutuhan pasca bencana sebagai baseline data dalam proses pemulihan awal, rehabilitasi dan rekonstruksi;
18. Melakukan monitoring dan evaluasi penanganan darurat bencana di semua sektor secara berkala.
2.6.5 Operasional
Konsep operasi mencakup ruang lingkup operasi pada status keadaan darurat bencana. Status keadaan darurat dalam operasi penanganan darurat bencana secara umum terdiri atas tiga fase yaitu: (1) Fase Siaga Darurat, (2) Fase Tanggap Darurat, dan (3) Fase Transisi Darurat ke Pemulihan. Pada fase siaga darurat konsep operasi berfokus pada penyiapan rencana operasi, penyiapan standar dan
prosedur (SOP), penyiapan peralatan, fasilitas, dan personel. Pada fase tanggap darurat konsep operasi berfokus pada pencarian, penyelamatan dan pertolongan korban serta pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terdampak bencana. Pada fase transisi darurat ke pemulihan konsep operasi berfokus pada pemulihan sarana prasarana vital dan strategis, pemulihan kehidupan masyarakat, pemulihan pelayanan publik dan pemerintahan.
Konsep operasi untuk bencana diklasifikasikan menjadi 2 jenis bencana yang memiliki perbedaan karakter, yaitu bencana yang terjadi secara perlahan/lambat (slow-onset disaster) dan bencana yang terjadi secara tiba-tiba (rapid/sudden- onset disaster). Kedua karakteristik bencana memiliki kerangka penanganan kedaruratan yang berbeda.
A. Konsep Operasi untuk Bencana yang Terjadi Secara Perlahan
Konsep operasi bagi bencana yang terjadi secara perlahan terdiri atas tiga fase yakni: (1) Fase Siaga Darurat, (2) Fase Tanggap Darurat, dan (3) Fase Transisi Darurat ke Pemulihan. Konsep operasi ini dilakukan terhadap ancaman bencana yang terjadi secara perlahan meliputi: tanah longsor, banjir, cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, gelombang ekstrim dan abrasi, dan epidemi wabah penyakit.
Tabel 2. 10 Konsep Operasi Keadaan Darurat Bencana yang Terjadi Perlahan Rencana Tindakan
Siaga Darurat Tanggap Darurat Transisi Darurat ke Pemulihan Diseminasi sistem
peringatan dini dan pemantauan bahaya di kawasan rawan bencana
Pengkajian cepat oleh Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD serta instansi/lembaga yang memiliki kapasitas dalam kaji cepat kejadian dan dampak bencana
Penetapan Status Transisi Darurat ke Pemulihan melalui surat keputusan Bupati dengan masa berlaku selama 7-14 hari dan dapat diperpanjang apabila diperlukan
Penetapan Status Siaga Darurat Bencana melalui Surat Keputusan Bupati, berlaku selama 7 sampai 14 hari dan dapat diperpanjang jika diperlukan
Penetapan Status Tanggap Darurat Bencana melalui Surat Keputusan Bupati, berlaku selama 7- 14 hari dan dapat diperpanjang jika diperlukan
Pemulihan sarana prasarana vital yang terdampak (jaringan listrik, jaringan komunikasi, bahan bakar, jaringan air, jalan dan jembatan)
Pendataan dan evaluasi jiwa dan harta benda yang ada di kawasan berisiko bencana
Aktivasi tugas dan fungsi organisasi penanganan darurat
bencana serta
pembentukan pos komando
penanggulangan kedarurat-an bencana
Pengkajian kebutuhan spesifik bagi kelompok rentan (wanita, anak, lansia, dan penyandang disabilitas) pasca bencana
Penyiapan sumber daya, baik personil, peralatan, dan logistik untuk kesiapan penanganan darurat bencana
Pencarian,
penyelamatan dan evakuasi pada warga yang terdampak bencana dengan prioritas pada kelompok rentan
Lanjutan pemenuhan kebutuhan dasar (pangan, air bersih, sanitasi) termasuk pelayanan kesehatan dan pendidikan
Penyiapan, penyediaan dan pengelolaan tempat/lokasi evakuasi dan barak pengungsian
Pemenuhan update data penanggulangan
bencana yang
terintegrasi dalam satu data yang dapat diakses oleh seluruh pihak yang bekerja sama dalam penanganan darurat bencana
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan operasi penanganan darurat bencana pada fase transisi darurat menuju pemulihan secara periodik dan berjenjang
Pelayanan dan pemenuhan kebutuhan dasar serta perlindungan sosial bagi penyintas dengan prioritas pada kelompok rentan (wanita, anak, lansia,
dan penyandang
disabilitas) sesuai
dengan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) dalam masa darurat bencana
Penyelenggaraan
pelayanan dan
pemenuhan kebutuhan dasar bagi penyintas, termasuk
penyelenggaraan
pelayanan kesehatan melalui rumah sakit darurat dan pelayanan pendidikan dalam situasi darurat.
Pengakhiran status dari transisi darurat ke pemulihan yang dilanjutkan dengan rehabilitasi dan rekonstruksi, pemulihan ekonomi, psikososial dan pendidikan pada penyintas
Penyelenggaraan dan penyediaan layanan air bersih, sanitasi, dan penyehatan lingkungan (water, sanitation and hygiene/WASH)
Pengurangan atau demobilisasi sumber daya penanganan darurat bencana (personil, peralatan, dan logistik) jika operasi telah berakhir
Penyediaan dan
pemulihan fungsi sementara
saranaprasarana vital (jaringan listrik, jaringan komunikasi, bahan bakar, jaringan air, jalan dan jembatan)
Pelayanan dalam proses pemulasaraan korban meninggal dunia
Sumber: BPBD Kulon Progo (2023)
B. Konsep Operasi untuk Bencana yang Terjadi Secara Tiba-tiba
Konsep operasi bagi bencana yang terjadi secara tiba tiba tanpa adanya tanda-tanda dan peringatan dini, hanya terdapat dua fase keadaan darurat yaitu:
Fase Tanggap Darurat, dan Fase Transisi Darurat ke Pemulihan. Bencana yang terjadi secara tiba-tiba diantaranya bencana gempa bumi, tsunami, banjir bandang, letusan gunungapi, dan kegagalan teknologi.
Tabel 2. 11 Konsep Operasi Keadaan Darurat Bencana yang Terjadi Tiba- tiba
Rencana Tindakan
Tanggap Darurat Transisi Darurat ke Pemulihan Pengkajian cepat oleh Tim Reaksi
Cepat (TRC) BPBD serta instansi/lembaga yang memiliki kapasitas dalam kaji cepat kejadian dan dampak bencana
Penetapan Status Transisi Darurat ke Pemulihan melalui surat keputusan Bupati dengan masa berlaku selama 7 sampai 14 hari dan dapat diperpanjang apabila diperlukan Penetapan Status Tanggap Darurat
Bencana melalui Surat Keputusan Bupati, berlaku selama 7 sampai 14 hari dan dapat diperpanjang jika diperlukan
Pemulihan sarana prasarana vital yang terdampak (jaringan listrik, jaringan komunikasi, bahan bakar, jaringan air, jalan dan jembatan)
Aktivasi tugas dan fungsi organisasi penanganan darurat bencana serta pembentukan pos komando penanggulangan kedaruratan bencana
Pengkajian kebutuhan spesifik bagi kelompok rentan (wanita, anak, lansia, dan penyandang disabilitas) pasca bencana
Pencarian, penyelamatan dan evakuasi pada warga yang terdampak bencana dengan prioritas pada kelompok rentan
Lanjutan pemenuhan kebutuhan dasar (pangan, air bersih, sanitasi) termasuk pelayanan kesehatan dan pendidikan
Pemenuhan update data penanggulangan bencana yang terintegrasi dalam satu data pada seluruh pihak yang bekerja sama dalam penanganan darurat bencana
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan operasi penanganan darurat bencana pada fase transisi darurat menuju pemulihan secara periodik dan berjenjang
Penyelenggaraan pelayanan dan pemenuhan kebutuhan dasar bagi
penyintas, termasuk
penyelenggaraan pelayanan kesehatan melalui rumah sakit darurat dan pelayanan pendidikan dalam situasi darurat.
Pengakhiran status dari transisi darurat ke pemulihan yang dilanjutkan dengan rehabilitasi dan rekonstruksi, pemulihan ekonomi, psikososial dan pendidikan pada penyintas
Penyelenggaraan dan penyediaan layanan air bersih, sanitasi, dan penyehatan lingkungan (water, sanitation and hygiene/WASH)
Penyelenggaraan dan penyediaan layanan air bersih, sanitasi, dan penyehatan lingkungan (water, sanitation and hygiene/WASH) Penyediaan dan pemulihan fungsi
sementara sarana-prasarana vital (jaringan listrik, jaringan komunikasi, bahan bakar, jaringan air, jalan dan jembatan)
Pelayanan dalam proses pemulasaraan korban meninggal dunia
Sumber: BPBD Kulon Progo (2023)
2.7 Alur Komunikasi dan Informasi Kedaruratan Bencana
Informasi diperoleh dan dianalisis dari berbagai sumber termasuk dari laporan aparat desa dan kecamatan dan juga laporan dari berbagai media sosial secara real-time.
Informasi tersebut dapat dijadikan acuan untuk pengambilan keputusan oleh Komandan SKPDB dan yang terlibat di dalam Struktur Komando Penanggulangan Darurat Bencana setelah melalui verifikasi faktual. Pengelolaan informasi dilakukan secara menyeluruh mencakup pengolahan data dan validasi informasi, termasuk sistem dan aplikasi yang digunakan. Manajemen informasi dijalankan oleh unit data dan informasi.
Gambar 2. 3 Alur Komunikasi Kedaruratan Bencana
Gambar 2. 4 Alur Jaringan Komunikasi Kedaruratan Bencana
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, secara astronomis terletak pada posisi antara 110° 1’37” – 110° 16’26”
Bujur Timur dan 7° 38’42” – 7° 59’3” Lintang Selatan. Pembentukan BPBD Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2011 adalah bentuk kepedulian akan penanggulangan dan pengendalian bencana di Kabupaten Kulon Progo dengan dasar Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo nomor 11 Tahun 2010 tentang Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Berdasarkan pantauan data rekaman kejadian bencana oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Kab. Kulon Progo, pada tahun 2020 terdapat 537 kejadian bencana alam yang didominasi oleh cuaca ekstrem, 285 kejadian (BPBD 2020). Pada tahun 2021 terdapat 427 kejadian bencana alam yang didominasi oleh cuaca ekstrem, 240 kejadian (BPBD 2021), dan pada tahun 2022 terdapat 971 kejadian bencana alam yang didominasi oleh bencana tanah longsirm 622 kejadian.
Berdasarkan BPBD 2023, resiko multi ancaman baik dari kelas bahaya, kerentanan, kapasitas, dan kelas resiko masuk ke kategori tinggi, sehingga BPBD Kab.
Kulon Progo telah mempersiapkan matriks penanganan bencana alam serta kebijakan dan strategi dengan harap agar dapat menangani dan menanggulangi kejadian bencana alam sedini mungkin
3.2 Saran
Berdasarkan penyusunan laporan ini, ada beberapa masukan dan saran yang dapat dijadikan acuan penulis untuk memperbaiki laporan ini, antara lain :
1. Terdapat keterbatasan waktu antara pengambilan data dan informasi dengan penyususnan laporan sehingga terdapat beberapa data yang belum dicantumkan.
2. Dalam penyampaian data dan informasi, terdapat beberapa kalimat atau media visual (tabel/gambar) yang kurang jelas karena minimnya pengetahuan penulis.
LAMPIRAN
Peta Rawan Bencana Kekeringan
Lampiran 1 Peta Rawan Bencana Kekeringan
Peta Rawan Bencana Longsor
Lampiran 2 Peta Rawan Bencana Longsor
Peta Rawan Bencana Tsunami
Lampiran 3 Peta Rawan Bencana Tsunami
Peta Rawan Bencana Banjir
Lampiran 4 Peta Rawan Bencana Banjir
Peta Rawan Bencana Cuaca Ekstrim
Lampiran 5 Peta Rawan Bencana Cuaca Ekstrim
DAFTAR PUSTAKA
https://bpbd.kulonprogokab.go.id/