• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN GURU-GURU DALAM MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIFPADA SMA CIRUAS,

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "KEMAMPUAN GURU-GURU DALAM MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIFPADA SMA CIRUAS, "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN GURU-GURU DALAM MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIFPADA SMA CIRUAS,

SERANG, BANTEN

Ihsana El Khuluqo

Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Jl. Warung Buncit Raya No.17 Pancoran Jakarta Selatan 12790

Ihsana.el@gmail.com

Abstrak :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran dan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan model pembelajaran di SMA Ciruas, Serang, Banten. Populasi dalam penelitian ini adalah sebagian guru dengan sampel yang diambil seluruh guru dengan jumlah guru sebanyak 55 orang untuk pengambilan responden mewakili berjumlah sebanyak 30 orang (total sampel). Setelah data terkumpul dengan menggunakan kuioner dan observasi. Maka data diolah dengan menggunakan statistik sederhana dengan mentabulasi setiap item dalam persentase dari setiap alternative jawaban responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru di SMA Ciruas sudah mengenal model pembelajaran namun belum terealisasikan secara kondusif dan sebagian guru sudah menerapkan menggunakan model pembelajaran yang efektif dalam proses belajar mengajar, tetapi tidak memahami bentuk model pembelajaran secara tindakan di kelas. Model pembelajaran yang sering digunakan adalah model pembelajaran secara langsung dan dikombinasikan dengan pembelajaran kooperatif, sedangkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Berbasis Masalah (PBM) belum pernah digunakan oleh guru di SMA Ciruas Banten, karena tidak semua model yang digunakan sesuai dengan kemampuan siswa. Adapun kendala-kendala yang paling banyak dihadapi guru adalah kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia, disamping kompetensi siswa dan minat siswa juga masih kurang.

Kata Kunci : Kemampuan Guru, Model Pembelajaran.

Abstract:This study aims to reveal the ability of teachers in implementing learning models and to find out constraints faced by teachers in applying them at Senior High School in Ciruas, Serang, Banten.

The populations in this study were mostly teachers with samples taken all teachers by a number of teachers, 55 people, to obtain respondents as many as 30 people (total sample). After the data was collected by using questionnaire and observation, then the data were processed using simple statistics to tabulate each item as a percentage of each alternative response.

The results showed that teachers at Senior High School in Ciruas had already known the learning model but had not yet been realized positivelyand some teachers were already applying effective learning model in their teaching and learning process, neverthelessthey did not understand an actionformof the learning model in the classroom. The learning models that were often used were a direct learning model and combined with cooperative learning, whereas QuantumTeaching and Problem Based (PBM)learning model had never been used by teachers at Senior High School in Ciruas Banten. It was due to not all of the models used in accordance with the students’ ability.

However the constraints that most teachers faced were the lack of facilities and infrastructures at the school as well as the need of students' competencies and interests.

Keyword: Teachers’ ability, learning model 1

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah yaitu dengan cara memperbaiki proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar telah muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru merupakan komponen yang paling menentukan kualitas pendidikan, maka dalam rangka mengembangkan sumber dayanya untuk menjadi lebih professional, dituntut untuk terus mengikuti perkembangan konsep-konsep dan model- model pembelajaran sebagai inovasi baru dalam dunia pendidikan.

Sejalan dengan perkembangan tersebut pendidikan dewasa ini menunjukkan kemajuan pesat, perubahan dan pembaharuan bukan saja terjadi dalam bidang kurikulum, media, alat dan model pembelajaran, akan tetapi juga terjadi dalam bidang administrasi, organisasi dan personal bahkan secara keseluruhan perubahan itu merupakan pembaharuan dalam system pengajaran yang menyangkut keseluruhan komponen yang ada demi efektivitas pengajaran pada suatu lembaga pendidikan.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia yaitu melalui system pendidikan nasional, lebih lanjut disebutkan bahwa “Untuk mewujudkan proses pencapaian tujuan pendidikan nasional dituntut agar pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan lebih professional dalam mengupayakan proses belajar mengajar (Depdikbud, 1994:3).

Berkaitan dengan hal tersebut tentu saja guru yang harus menentukan dan mengupayakan system pengajaran supaya lebih bermakna dan berdaya guna. Didalam proses belajar mengajar guru diharapkan dapat memilih model-model pembelajaran yang efektif dan bervariasi.

Pemilihan model pembelajaran sangat tergantung kepada tujuan pengajaran, bahan yang diajarkan, kompetensi siswa serta sarana dan prasarana yang tersedia. Persyaratan lain yang harus diperhatikan untuk memilih model pembelajaran adalah guru harus mengenal dan menguasai model pembelajaran itu sendiri, tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut sesuaikan dengan bahan/tujuan dan ruang lingkupnya (Engoswara, 1998 : 47).

Permasalahan pada Guru-guru SMA tidak terlepas dari perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (ipteks) serta tuntutan masyarakat seirama dengan

meningkatnya mutu kehidupan. Untuk mengantisipasi dan menyerasikannya, pihak-pihak yang terkait dalam menyusun dan melaksanakan program kegiatan senantiasa mengacu pada Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 20 UU tersebut dengan tegas menyatakan bahwa perguruan tinggi berkewajiban mensosialisasikan penerapan model-model pembelajaran, di samping itu dapat dikembangkan dalam proses belajar mengajar.

Rumusan Masalah

Dari Identifikasi Masalah dapat dirumuskan;

Apakah Guru sudah mampu dalam menerapkan model pembelajaran secara efektif di SMA Ciruas, Serang, Banten ?

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, apakah guru dapat membedakan antara strategi, metode, teknik, manajemen dan model dalam pembelajaran. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru-guru dalam rangka perbaikan proses pembelajaran melalui model pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Menambah pengetahuan dan ketrampilan guru-guru sehingga dapat dimanfaatkan untuk aktifitas pembelajaran, dan menambah khasanah ilmu pengetahuan.

3. Meningkatkan hubungan sosial antar PT UHAMKA dengan sekolah-sekolah

4. Memberikan masukan bagi guru-guru dalam penerapan model pembelajaran sebagai inovasi yang berkelanjutan

5. Bagi masyarakat secara umum dan orang tua siswa mengenai pelaksanaan Model- model pembelajaran, bahwa model tersebut mengharapkan dukungan dan peran dalam proses pendidikan.

(3)

KAJIAN TEORI

Kajian Model Pembelajaran

Pemilihan model pembelajaran sangat tergantung kepada tujuan pengajaran, bahan yang diajarakan, kompetensi siswa serta sarana dan prasarana yang tersedia. Persyaratan lain yang harus diperhatikan untuk memilih model pembelajaran adalah guru harus mengenal dan menguasai model pembelajaran itu sendiri, tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut sesuaikan dengan bahan/tujuan dan ruang lingkupnya (Engoswara, 1998 :47).

Proses pembelajaran adalah upaya pendayagunaan semua komponen-komponen yang saling pengaruh mempengaruhi saru sama lain. Ada beberapa komponen yang mempengaruhi proses pembelajaran, namun dalam penelitian ini hanya diangkat model pembelajaran saja. Model pembelajaran merupakan salah satu komponen yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan guru dalam mengajar dan keberhasilan murid dalam belajar. Karena model pembelajaran merupakan suatu konsepsi untuk mengajar suatu materi guna mencapai tujuan tertentu, teori menurut Sukamto (1997) mengatakan bahwa, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistimatis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencakanan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sietamtis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapi tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merancang pembelajaran, sehingga kualitas pendidikan dapat meningkat,.Hal ini sangat bergantung pada kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran.

Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.Dengan konsep itu, hasil

pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.

Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya.Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecendrungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut;

a. Proses belajar b. Transfer Belajar

c. Siswa sebagai Pembelajar d. Pentingnya lingkungan Belajar e. Hakekat Pembelajaran Kontekstual

Pengertian CTL

Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.

Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional

NO. CTL CTL TRADISONAL

1 Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa

Pemilihan informasi di- tentukan oleh guru 2 Siswa terlibat secara

aktif dalam proses pembelajaran

Siswa secara pasif menerima informasi 3 Pembelajaran dikaitkan

dengan kehidupan nyata/-masalah yang disi-mulasikan

Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis

4 Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa

Memberikan tumpukan informasi kepada siswa

sampai saatnya

diperlukan

(4)

5 Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang

Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu 6 Siswa menggunakan

waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir

kritis, atau

mengerjakan proyek

dan pemecahan

masalah (melalui kerja kelompok)

Waktu belajar siswa se-bagian besar dipergu-nakan untuk mengerja-kan buku tugas, men-dengar ceramah, dan mengisi

latihan yang

membosankan (melalui kerja individual)

7 Perilaku dibangun atas

kesadaran diri Perilaku dibangun atas kebiasaan

8 Keterampilan dikem- bangkan atas dasar pemahaman

Keterampilan dikem- bangkan atas dasar latihan

9 Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri

Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor 10 Siswa tidak melakukan

hal yang buruk karena sadar hal tsb keliru dan merugikan

Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman

11 Perilaku baik berdasar- kan motivasi intrinsik

Perilaku baik berdasar- kan motivasi ekstrinsik 12 Pembelajaran terjadi di

berbagai tempat, konteks dan setting

Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas

13 Hasil belajar

diukurmelalui

penerapan penilaian autentik

Hasil belajar diukur melalui kegiatan

akademik dalam

bentuk

tes/ujian/ulangan.

Penerapan model pembelajaran bukan merupakan suatu paradigm baru tetapi ada kecendrungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal.Untuk itu maka factor utama adalah, kemampuan guru-guru dalam menerapkan model pembelajaran efektif pada SMA1 Ciruas, Serang, Banten.Pembelajaran akan lebih efektif, efisien, dengan suasana yang menyenangkan.

METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Adapun pengertian metode deskriptif menurut Nazir (2005 : 62), penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, tatacara yang berlaku serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap, pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang mengajar di SMA Ciruas Serang, Banten sebanyak 30 responden.Mengingat populasi yang tidak begitu besar maka semua populasi yang dijadikan sampel (Total Sample), penelitian ini juga dikatakan penelitian populasi sedangkan jumlah guru yang mengajar pada Sekolah tersebut 55 orang guru dari semua jurusan.

Tehnik Pengumpulan Data

Instrument yang digunakan dipenelitian ini adalah obesrvasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner.Cara pertam adalah melalui laporan diri, kuesioner dengan skala sikap, kalimat tidak lengkap dan krangan. Cara kedua adalah diamati oleh orang lain (observasi). Cara ketiga adalah wawancara.Jawaban yang diberikan oleh resonden melalui responden melalui kuesioner, diharapkan dapat menjawab tujuan penelitian yang sudah peneliti rumuskan sebelumnya.Tujuan penelitian tersebut dirangkum dalam dua buah pernyataan, yaitu kemampuan guru menerapkan model-model pembelajaran, dan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan model-model pembelajaran.

Tehnik Pengolahan Data

Data penelitian yang telah terkumpul, selanjutnya diolah dengan menggunakan statistik sederhana yaitu persentase dengan rumus (Sudjana 2002: 50)

Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan menghitung jumlah frekuensi (f) dan persentase (%) dari setiap jawaban responden. Dalam melakukan analisis data kuesioner dimulai dari bilangan terbesar kepada bilangan terkecil berdasarkan criteria :

100 % = seluruhnya

(5)

80% - 99% = pada umumnya 60% - 79% = sebagian besar 50% – 59% = lebih dari setengah 40% - 49% = kurang dari setengah 20% - 39% = sebagian kecil 0% - 19% = sedikit sekali

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Peningkatan NUN lulusan kelas III dari tahun ke tahun terus meningkat begitupun pendaftaran SNMPTN tak pernah surut.Peminat SMAN 1 Ciruas juga terus menunjukan peningkatan yang berhasil guna.Akhirnya banyak sudah kesuksesan yang sudah di raih SMAN 1 Ciruas Serang Banten hingga kini sudah maju dan berkembang.

Berdasarkan hasil wawancara dari Bapak Wakil Kepala Sekolah, yaitu Yusdi Irfan, beliau menuturkan sejarah singkat tentang SMA Ciruas, yang mulai berdiri tahun 1994 bertempat menumpang di SMPN 1 Ciruas, pedih memang pada awal-SMA Ciruas belum masuk SMA Negeri, sarana belum memadai, sampai beberapa bulan belajar memakai lampu petromak, kemudian pada tahun 1998 berubah menjadi SMAN 1 Ciruas yang juga diisukan sebagai SMA 3 Serang telah mempunyai bangunan sendiri dikawasan yang sangat strategis karena berada di jalan Raya Jakarta Km.9,5 Serang, tepatnya dikampung Kuaron Ds. Citerep Kecamatan Ciruas Serang Banten.

Bapak Sumarna Miharja, B.A (Alm), Beserta jajarannya terus menata dan membenahi diri dan mampu memimpin SMAN 1 Ciruas sampai 1989, decade berikutnya Bapak Sumarna yang demikian tegas dengan berat hati beralih tugas ke SMAN 2 Kota Serang (SMAN 1 Cipocok Jaya red). Pimpinan SMAN 1 Ciruas dipegang oleh Bapak Hasanuddin, B.A banyak sudah keberhasilan yang dicapai dibawah pimpinan beliau, akhirnya setelah 5 tahun sudah tepatnya 1994, beliau dialih tugaskan ke SMAN 1 Serang. Selanjutnya SMAN 1 Ciruas dipimpin oleh Bapak Drs.Nana Sampai tahun 1966.Pada masa ini SMAN 1 Ciruas lebih santai tapi serius dan yang perlu di catat SMAN 1 Ciruas mulai memperlihatkan jati dirinya sebagai salah satu sekolah yang perlu diperhitungkan dikawasan serang.

Era selanjutnya SMAN 1 Ciruas dipimpin oleh bapak Drs. Azis Haidiri, beliau sangat tegas dan disiplin dalam memimpin SMAN 1 Ciruas, dan pada tanggal 16 februari 2004 di kabupaten serang terjadi rotasi kepala sekola dan sekarang SMAN 1 Ciruas dipimpin oleh bapak Rahyat Supiadi, dimasa kepimpinan beliau banyak sekali perubahan-perubahan terutama dalam kebersihan. Penghijauan di lingkungan sekolah dan sarana prasarana penunjang kegiatan

belajar mengajar, pada tanggal 1 juni 2006 Bapak Rahyat Supriadi berakhir masa tugasnya (purnabakti/pension red) dan SMAN 1 Ciruas dipimpin oleh bapak Deni Arif Hidayat, S.Pd, M.Pd.

Bapak Deni Arief Hidayat tidak lama di SMAN 1 Ciruas hanya 8 bulan saja tapi pengaruhnya sangat besar sekali bagi perkembangan SMAN 1 Ciruas kemudian beliau dipindahkan ke SMAN 2 Kota Serang, dan sekarang SMAN 1 Ciruas dipimpin oleh bapak Drs.Suparman Hakim, sejak awal tahun pelajaran baru 2007/2008 SMAN 1 Ciruas. Suka/duka kesusahan rintangan-rintangan rasanya lebih ringan dari tahun ke tahun sebelumnya, tapi didepan telah ditunggu tantangan yang lebih besar.

Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang mewakili dari jumlah guru-guru yang mengajar di SMAN Ciruas Serang berjumlah 55 orang dengan latar belakang semua Jurusan.

Data yang dikumpulkan dan diolah dalam penelitian ini berasal dari jawaban responden melalui kuisioner.Sebagaimana telah ditegaskan bahwa penelitian ini mempunyai dua pertanyaan penelitian yang masih perlu dibahas, yaitu tentang penerapan model pembelajaran dan kendala-kendala yang dihadapi guru di SMAN Ciruas.

Tabel 1

Penggunaan Model Pembelajaran Sesuai dengan Materi NO Alternatif

Jawaban

F %

1 Sering 8 26.7

2 Kadang-

kadang 5 16,6

3 Tidak pernah 17 56,7

Jumlah 30 100,00

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 8 orang guru 26,7, persen selalu menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, 5 orang guru 16,6 persen menjawab

(6)

kadang-kadang dan 17 orang 56,7 persen menyatakan tidak pernah menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dalam mengajar. Dari hasil diatas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru yang mengajar di SMAN Ciruas serang Banten sudah mengenal model pembelajaran dan sebagian sudah menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Setiap pembelajaran tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai, untuk mencapai tujuan tersebut tentu memerlukan model pembelajaran yang sesuai. Ada seribu macam model-model pembelajaran. Tetapi model pembelajaran yang digunakan guru-guru di SMAN Ciruas Serang Banten, adalah seperti dalam tabel 3 berikut ini:

Tabel 2

Model Pembelajaran yang sering digunakan

N Alternatif Jawaban F %

1 Pembelajaran Langsung

dan Kooperatif 9 30

2 Berbasis Masalah (PBM) - -

3 Quantum Teaching - -

4 Kombinasi keempat model 21 70

Jumlah 30 100,00

Data dari 30 orang responden menunjukkan bahwa sebanyak 9 orang 30 persen menjawab menjawab model yang sering digunakan yaitu pembelajaran langsung dan kooperatif, 21 orang 70 persen menyatakan model yang sering digunakan yaitu kombinasi dari keempat model pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan. Sedangkan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan Quantum Teaching belum pernah digunakan oleh responden secara terpisah. Dari hasil jawaban responden tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, sebagian besar

guru di SMAN Ciruas Serang Banten sudah menggunakan model pembelajaran langsung dan dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif.Tabel 4 dibawah ini menjelaskan tentang keseringan responden membuat persiapan mengajar.

Tabel 3

Keseringan membuat persiapan mengajar (SP) dan (RPP)

N Alternatif Jawaban F %

1 Selalu 10 33,33.

2 Kadang-kadang 3 10

3 Tidak Pernah 17 56,67

Jumlah 30 100,00

Data Tabel 4. Diatas menunjukkan bahwa 10 orang responden 33,33, menyatakan selalu membuat persiapan dalam mengajar, 3 orang responden 10 persen menjawab kadang-kadang membuat persiapan dalam mengajar, menjawab tidak pernah dalam membuat persiapan dalam mengajar menunjukan 17 orang atau 56,67 persen, dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa lima puluh persen guru –guru di SMAN Ciruas Serang Banten sudah membuat persiapan mengajar, tetapi bagi kebiasaan guru yang masih menunda-nunda waktu dan tidak terbiasa membuat bahan ajar (SP) maupun RPP sebanyak 56,67, atau bisa dikatakan setengahnya dari jumlah guru yang tidak pernah membuat persiapan mengajar. Tabel 5 berikut ini menjelaskan tentang kendala-kendala yang di hadapi guru dalam menerapkan model pembelajaran.

Tabel 4

(7)

Kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan model pembelajaran N Alternatif

Jawaban F %

1 Kompetensi

Siswa 9 30

2 Minat Siswa 4 13,3

3 Sarana dan

Prasarana yang tersedia

17 56,7

Jumlah 30 100,00

Dalam analisis Data tabel 5 diatas yang diperoleh dari 30 orang responden tentang kendala- kendala yang dihadapi dalam menerapkan model pembelajaran adalah 9 orang 30 persen menyatakan kompetensi siswa, 4 orang 13,3 persen menyatakan minat siswa dan 17 orang 56,7 persen menyatakan sarana dan prasarana yang tersedia disekolah, kurangnya bahan belajar, alat-alat pembelajaran belum mendukung, apalagi penggunaan ICT melalui pembelajaran teknologi belum tersedia.

Analisis Dari Perolehan Hasil Persentase

Hasil dari tabel dan grafik diatas menunjukkan angka persentase jawaban dari per item pernyataan yang ada. Tabel diatas menunjukkan adanya perhitungan jumlah jawaban per item dari jumlah 30 responden yang ada dan jumlah pitem yaitu 25 dimana, terlihat adanya perbedaan dari jumlah skor per item, jumlah responden yang menjawab per item, dan persentase jawaban per item. Untuk menghitung jumlah skor per item perlu diketahui bahwa bobot jawaban bereda- beda yaitu Sangat Setuju = 5, Setuju = 4, Kurang Setuju = 3, Tidak Setuju = 2, dan Sangat Tidak Setuju = 1. Untuk menghitung jumlah responden per item dapat diketahui dengan jumlah skor per item dibagi dengan jumlah masing – masing bobot skor.Sedangkan untuk persentase per item dapat dihitung dengan jumlah responden per item dibagi jumlah responden keseluruhan kemudian dikali 100%.Sehingga dapat terlihat dengan jelas perbedaan masing – masing jawaban dari 25 item pernyataan yang ada dari 30 responden.

PENUTUP Simpulan

(8)

Model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru-guru di SMA 1 Ciruas Serang Banten yaitu model pembelajaran langsung dan di kombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif learning.Sebelum siswa dibagikan dalam kelompok-kelompok kecil guru terlebih dahulu memberikan instruksi langsung.Model pembelajaran yang belum pernah digunakan oleh guru adalah Quantum Teaching dan model pembelajaran berbasisi maslah (PBM).

Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar guru sebahagian 10 orang atau 33,33 persen yang membuat bahan ajar atau silabus atau RPP, baik persub pokok bahasan, maupun perpokok bahasan hanya sebagian kecil saja yang membuat persemester, dan sebagian besar yaitu 17 orang atau 56,7 persen dari 30 jumlah responden masih menjawab belum dan kadang-kadang.

Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru-guru di SMA1 Ciruas Banten, yaitu lebih dari setengah menghadapi masalah dalam bidang sarana dan prasaran di sekolah belum memadai untuk digunakan dalam penerapan model pembelajaran yang efektif.Kurangnya sumber belajar dan buku paket, leb computer, bahan bacaan lainnya dan fasilitas teknologi, maka guru harus mencari bahan diluar dan diberikan kepada siswa untuk dipelajari.

Saran

Kepada guru-guru perlu diberikan pendidikan dan pelatihan-pelatihan untuk menambah pengetahuan tentang model-model pembelajaran yang efektif agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan.Pihak sekolah perlu mengupayakan sarana dan prasaran yang dapat mendukung penggunaan model pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Deporte, Bobbi, dkk, (2000), Quantum Teaching, (terj), Kaifa, Bandung

Depdikbud, (1994) Garis-garis Besar Haluan Negara, Tap MPR/1994, Jakarta

Engoswara, (1998), Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran, Bina Aksara, Jakarta

Ibrahim, H. Muslim, (2005), Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Seri Pembelajaran Inovatif, Unesa University Press. Ambon Moh.Nazir, (2005), Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Rusfendi, E.T. (1994). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dengan Lingkungan Hidup, (Majalah) Analisis Pendidikan No. 5.

Ratumanan, TG, (2004), Belajar dan Pembelajaran, Unessa University Press, Ambon.

Sudjana, (2002), Metode Statistika, Tarsito Bandung Soekamto, Toeti (1997), Teori Belajar dan Model-

Model Pembelajaran, Depdikbud Dikti, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Promblem Based Learning (PBL). Model pembelajaran unu merupakan model pembelajaran yang lebih

Banyak model dan metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah metode pembelajaran di luar kelas (Outdoor Study) sebagai metode alternatif