KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA N I PAINAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONSTRUKTIVISME
JURNAL ILMIAH
VERA ANGGRAINI NPM 10080191
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG
2014
Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMA N I Painan dengan Menggunakan Teknik Konstruktivisme
Oleh
1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat
2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh teknik yang diterapkan guru tidak bervariasi.
Selanjutnya kurangnya penguasaan kosakata siswa dan kurangnya referensi yang menunjang pembelajaran menulis cerpen. Selain itu kurangnya minat siswa dalam menulis cerpen sehingga siswa kesulitan dalam menuangkan ide serta imajinasi dalam tulisan seperti cerpen.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA N I Painan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA N I Painan berjumlah 271 orang. Sampel penelitian ini berjumlah 40 orang. Teknik pengambilan sampel yaitu Purposional Random Sampling (memilih sampel secara acak). Instrumen penelitian ini adalah menggunakan tes unjuk kerja. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA N I Painan dengan menggunakan teknik konstruktivisme untuk keseluruhan indikator tergolong baik (B) dengan rata-rata yaitu 78 berada pada rentangan 76 — 85%.
Kata Kunci: Menulis, Cerpen, Siswa, Teknik, Konstruktivisme
Ability Students Short Story Writing Class X SMA N I Painan Technique Using Constructivism
By
Vera Anggraini1, Aruna Laila2, Silvia Marni3 Students STKIP West Sumatra PGRI
2) 3) Lecturer in Education Studies Program Language and Literature Indonesia STKIP PGRI West Sumatra
ABSTRACT
This research is motivated by the technique used in the teacher does not vary.
Furthermore, the lack of mastery of the vocabulary of students and the lack of reference that support learning to write short stories. In addition, the lack of student interest in writing short stories so that students' difficulties in expressing ideas and imagination in writing such as short stories. This study aimed to describe the ability to write a short story class X SMA N I Painan.
This research is descriptive quantitative method. The population in this study were students of class X SMA N I Painan numbered 271 people. The study sample of 40 people. Sampling technique that Purposional random sampling. The instrument of this study is to use the test performance. Based on the analysis of data and discussion can be summarized as follows that the ability to write a short story class X SMA N I Painan using constructivist techniques for relatively good overall indicator (B) the average of the 78 are in the range of 76 - 85%.
Keywords: Write, Student, Short Story, techniq, Constructivism
A. PENDAHULUAN
Berdasarkan observasi dan wawancara pada tanggal 3 Desember 2013 dengan seorang guru Bahasa Indonesia di SMA N I Painan diperoleh informasi sebagai berikut ini. Pertama, siswa kekurangan kosakata sehingga sulit untuk menuangkan ide, gagasan dan pemikirannya ke dalam tulisan. Kedua, siswa kekurangan buku referensi atau penunjang dalam pembelajaran menulis cerpen.
Ketiga, minat siswa kurang dalam menulis cerpen. Penulis juga melakukan wawancara langsung dengan beberapa orang siswa kelas X. Informasi yang disampaikan oleh siswa tersebut adalah: Pertama, bagi siswa kegiatan menulis cerpen tidak menarik.
Kedua, teknik yang diterapkan guru kurang bervariasi. Ketiga, dalam pembelajaran menulis cerpen media yang digunakan guru kurang bervariasi. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk untuk mendeskripsikan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA N I Painan dengan menggunakan teknik konstruktivisme ditinjau dari penokohan, alur dan latar. Adapun rumusan tujuan penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA N I Painan dengan menggunakan teknik konstruktivisme ditinjau dari penokohan, alur dan latar?
Priyatni (2010:126), cerita pendek merupakan salah satu bentuk karya fiksi.
Cerita pendek sesuai dengan namanya, memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik peristiwa yang diungkapkan, isi cerita, jumlah pelaku dan jumlah kata yang digunakan.
Struktur yang membangun cerpen, Semi 1988:35 Struktur fiksi itu secara garis besar terbagi atas dua bagian yaitu: (1) struktur luar dan (2) struktur dalam. Struktur luar adalah segala macam unsur yang berada di luar suatu karya sastra tersebut, misalnya faktor sosial ekonomi, faktor kebudayaan, faktor sosial dan politik. Struktur dalam adalah unsur-unsur yang membentuk karya sastra tersebut seperti penokohan dan perwatakan, tema, alur, pusat pengisahan, latar, amanat dan gaya bahasa.
Hanafiah dan Suhana, (2012:73), esensi kontruktivisme itu bahwa siswa mengkonstruksi pengetahuan baru secara bermakna melalui pengalaman nyata, melalui proses penemuan dan mentransformasi informasi ke dalam situasi lain secara kontekstual.
Oleh karena itu, proses pembelajaran merupakan proses mengkonstruksi gagasan dengan strateginya sendiri bukan sekadar menerima pengetahuan serta siswa menjadi pusat perhatian dalam proses pembelajaran. Menurut Derliana (dalam Asri 2009:167), komponen-komponen utama dalam belajar konstruktivisme ada 4 yakni (1) pengetahuan awal, (2) fakta dan masalah. (3) sistematika berpikir, (4) kemauan dan keberanian. Untuk menerapkan teknik konstruktivisme dalam menulis cerpen ada tiga yaitu ada fase eksplorasi, penemuan konsep dan fase aplikasi.
Dapat disimpulkan bahwa cerpen merupakan suatu karangan prosa yang menjabarkan karakter lewat rentetan peristiwa-peristiwa dan apa yang terjadi didalamnya lazim merupakan suatu pengalaman atau penjelajahan. Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan realita kenyataan yang terjadi dikehidupan masyarakat yang dikolaborasikan dengan imajinatif dan proses kreatif sehingga menjadi sebuah cerita yang mengandung nilai-nilai yang bermakna bagi orang lain. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir yang dibangun oleh siswa.
B. METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan tanggal 16 s/d 23 Agustus 2014 pada siswa kelas X di SMA N I Painan yang terdaftar pada semester dua tahun ajaran 2013/2014. Jumlah siswa kelas X secara keseluruhan adalah 271 orang yang terdiri dari 8 kelas. Perwakilan tiap-tiap kelas 5 orang. Sehingga jumlah sampel penelitian ini berjumlah 40 orang siswa.
Penentuan sampel ini dilakukan dengan random sampling atau secara acak. Penelitian ini memiliki satu variabel yaitu kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA N I Painan
dengan menggunakan teknik konstruktivisme. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes unjuk kerja siswa kelas X SMA N I Painan. Prosedur dalam penelitian ini adalah dengan cara meminta surat dari kampus untuk melakukan izin penelitian, kemudian tembusan ke instansi dinas pendidikan dan setelah mendapat persetujuan dari sekolah dengan persyaratan mendapat izin dari dinas pendidikan. Setelah semua persyaratan lengkap surat dimasukkan ke tata usaha untuk mendapatkan izin kepala sekolah. Langkah selanjutnya melakukan penelitian. Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara cara: Pertama, guru menggali pengetahuan siswa mengenai menulis cerpen dengan cara tanya jawab. Kedua, guru memberikan kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya yang paling berkesan kemudian membuat poin-poin penting dari pengalamannya. Ketiga, guru membahas pengalaman siswa tersebut dan bersama-sama merumuskan unsur-unsur yang harus ada didalam cerpen. Keempat, guru memberikan topik bebas dari cerpen yang akan ditulisnya. Kelima, guru memberi tugas kepada siswa untuk menulis cerpen dari poin- poin penting yang ditulisnya dengan memperhatikan aspek penokohan, alur dan latar.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data sebagai berikut Pertama, memeriksa lembaran kerja siswa dengan aspek-aspek yang diteliti. Setelah itu, memberikan skor terhadap lembaran kerja. Kedua, mencatat skor yang diperoleh siswa. Ketiga, mengolah skor menjadi nilai. Keempat, mendeskripsikan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA N I Painan dengan menggunakan teknik konstruktivisme berdasarkan rata-rata hitung. Kelima, mengelompokkan kemampuan siswa kelas X SMA N I Painan dengan menggunakan teknik konstruktivisme berdasarkan skala 10. Keenam, membahas hasil penelitian Ketujuh, menyimpulkan hasil penelitian yang dijabarkan per indikator.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah data lampiran 4 diolah tingkat kemampuan menulis cerpen siswa kelas SMA N I Painan yang tertinggi adalah 100 dan yang terendah adalah 55.56. Gambaran tingkat kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA N I Painan dengan menggunakan teknik konstruktivisme secara lengkap adalah sebagai berikut. a) siswa yang tingkat kemampuannya 100 berjumlah 3 orang (7,5%). b) siswa yang tingkat kemampuannya 88.89 berjumlah 10 orang (25%). c) siswa yang tingkat penguasaanya 77.78 berjumlah 14 orang (35%). d) siswa yang tingkat penguasaanya 66.67 berjumlah 12 orang (30%). e) siswa yang tingkat penguasaanya 55.56 berjumlah 1 orang (2,5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram berikut ini.
Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMA N I Painan dengan Menggunakan Teknik Konstruktivisme
0 2 4 6 8 10 12 14 16
HC C B BS S
Lebih dari Cukup Sempurna Baik Sekali Baik
Hampir Cukup
Pembahasan dalam penelitian ini untuk ketiga indikator dapat dilihat dalam sampel berikut:
Sampel 13
Poin-poin atau kronologis peristiwanya untuk sampel 13 adalah sebagai berikut:
1. Bertengkar karena kesalahpahaman 2. Perkenalan dengan teman kakak sepupu 3. Dari sms timbul perasaan sayang
4. Kesalahpahaman antara percaya atau tidaknya sama dia
5. Penjelasan yang membuat aku bingung mana yang harus dipercaya 6. Binggung dengan dua pilihan
7. Penyesalan dan meminta maaf tanpa mendapat maaf dari kakak sepupu Pertengkaran Bersaudara
Bertengkar...itulah yang sekarang terjadi antara aku dan kakak sepupu aku. Semula kami tidak mempunyai masalah, kami bersahabat sudah lama. Menjalani suka dan duka bersama. Setelah adanya dia hubungan kami mulai memburuk. Kami saling bertengkar dan tidak saling tegur sapa.
Awal kami bertengkar karena ada kesalahpahaman yang membuat kami tidak saling tegur sapa.
Aku minta waktu untuk menjawab pertanyaan dia itu selama beberapa hari dan dia pun kasih waktu aku berpikir selama dua hari.
Setelah dua hari berlalu dia pun meminta jawabannya sama aku dan aku pun bersedia menjadi pacarnya.
Setelah kami berdua jadian, kakak sepupu aku marah mengetahui hal itu. Dia marah sama aku tanpa sebab, pada waktu itu aku menanyakan sebab dia marah sama aku. Dia pun menjawab
“aku marah sama kamu karena kamu jadian sama dia”, lalu aku tanya “memangnya aku salah kalau aku jadian sama dia” dia pun menjawab “kamu ngak salah, aku marah aku karena dia adalah laki-laki playboy, dia suka mempermainkan perasaan cewek.”Mengetahui hal itu aku pun langsung menanyakan sama dia, lalu dia menjawab itu semua ngak benar, jangan mudah percaya dengan perkataan orang sebelum melihat langsung dengan mata kepala sendiri.
Setelah sekian lama aku menjalin hubungan sama dia, kami pun mendapatkan masalah, masalah yang satu ini sangat rumit.
Masalahnya adalah kakak sepupu aku juga mempunyai perasaan sayang dan cinta sama dia. Mengetahui hal itu aku aku harus merelakan dia dengan kakak sepupu aku atau aku harus bertahan sama dia. Keputusan ini sangat berat dan membuat aku ragu, disatu sisi aku sayang sama dia dan disisi lain aku ngak mau hubungan aku sama kakak sepupu hancur. Dengan berpikir lama aku pun mengambul keputusan tetap bertahan sama dia walau apapun resiko dan rintangannya. Semenjak ku jadian kakak sepupu aku marah. Aku pun berusaha untuk minta maaf sama dia,segala usaha sudah aku lakukan sampai-sampai aku memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan lagi sama dia tetap tidak mau memaafkan aku.
Aku pun merasa bersalah dengan kejadian itu.
Sekian lama aku minta maaf sama dia, dia pun tetap tidak mau memaafkan aku. Aku jadi putus asa, harus dengan cara apa lagi, agar dia bisa memaafkan dan mau berteman dengan aku. Setelah sekian lama aku berusaha minta maaf sama dia dan dia masih tetap tidak mau
memaafkan aku, aku pun berhenti untuk tidak minta maaf lagi sama dia. Sekarang semuanya aku serahkan sama dia. Mau atau tidaknya dia memaafkanku terserah dia, yang penting aku sudah berusaha minta maaf sama dia, karena sudah terlalu lama aku mencoba meminta maaf padanya namun dia tidak juga memaafkannya yang membuat aku kecewa dan tidak ingin mengulang kebodohan yang aku lakukan biar tuhan lah yang bakal menjawab semua permasalahan yang terjadi sama aku.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa siswa menggambarkan karakter tokoh secara analitik dan dramatik seperti yang terdapat pada kutipan “karena dia adalah laki-laki playboy, dia suka mempermainkan perasaan cewek”. Dari kutipan ini siswa mengambarkan karakter tokoh secara analitik bahwa si tokoh memiliki sifat yang playboy dan suka mempermainkan perasaan wanita. Terlihat juga dalam kutipan
“Mengetahui hal itu aku pun langsung menanyakan sama dia, lalu dia menjawab itu semua ngak benar, jangan mudah percaya dengan perkataan orang sebelum melihat langsung dengan mata kepala sendiri” dari kutipan ini dijelaskan secara dramatik bahwa si tokoh memiliki sifat yang pengertian.
Selain itu siswa juga menggunakan tahapan alur mulai dari tahap pengenalan, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks dan tahap penyelesaian.
Tahap pertama, siswa mengungkapkan bahwa mereka sudah bersahabat sudah lama tetapi lama kelamaan hubungannya semakin memburuk dan saling bertengkar. Tahap kedua, siswa mengenalkan konflik mengenai adanya kesalahpahaman yang membuat mereka bertengkar. Tahap ketiga, siswa mengungkapkan ketegangan peristiwanya yaitu bahwa semenjak si aku jadian dengan dia, kakak sepupunya marah. Tahap keempat, siswa menggambarkan puncak permasalahan dari cerpen yang ditulisnya yaitu bahwa ada satu masalah yang paling rumit ternyata kakak sepupu si aku mempunyai rasa yang sama kepada si dia yang merupakan pacar si aku. Tahap kelima, siswa memberikan penyelesaian cerita dengan cara tetap bertahan dengan si dia sampai sekarang. Latar yang digunakan siswa meliputi latar tempat, waktu, dan suasana, yang termasuk dalam latar tempat seperti yang terdapat dalam kutipan “ pada saat itu, aku pergi bermaian ke rumah kakak sepupu aku, setelah sampai di sana ternyata dia ada tamu” . Latar waktu yang dapat dalam di atas seperti yang terdapat dalam kutipan “Aku minta waktu untuk menjawab pertanyaan dia itu selama beberapa hari dan dia pun kasih waktu aku berpikir selama dua hari. Setelah dua hari berlalu dia pun meminta jawabannya sama aku dan aku pun bersedia menjadi pacarnya.” Sedangkan yang termasuk dalam latar suasana terdapat dalam kutipan “Mau atau tidaknya dia memaafkanku terserah dia, yang penting aku sudah berusaha minta maaf sama dia, karena sudah terlalu lama aku mencoba meminta maaf padanya namun dia tidak juga memaafkannya yang membuat aku kecewa dan tidak ingin mengulang kebodohan yang aku lakukan biar tuhan lah yang bakal menjawab semua permasalahan yang terjadi sama aku” dalam kutipan ini dijelaskan bahwa suasana yang tergambar dalam keeadaan kecewa karena permintaan maafnya tidak diterima oleh si dia.
Dapat dijelaskan bahwa letak bagian konstruktivisme terletak pada bagian poin-poin atau kronologis peristiwanya, dikatakan konstroktivisme karena siswa sendiri yang meyusun pengalamannya. Dari poin-poin itulah siswa menulis sebuah cerpen.
D. KESIMPULAN
Bardasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA N I Painan dengan mempergunakan teknik konstruktivisme dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis cerpen berada pada taraf kualifikasi baik nilai rata-rata 78 berada pada rentangan 76 — 85%.Dari hasil yang diperoleh berdasarkan indikator, maka dapat diambil kesimpulan nilai rata-rata siswa pada indikator 1 diperoleh mean (M) 66 berada pada 66 — 75% berada pada kualifikasi lebih dari cukup. Pada indikator 2 atau kemampuan siswa mempergunakan alur memperoleh mean (M) 73
sebesar berada pada rentangan 66 — 75% berada pada kualifikasi lebih dari cukup. Pada indikator 3 atau kemampuan dalam menggunakan latar memperoleh mean (M) sebesar 97 berada pada rentangan 96 — 100%. Berdasarkan deskripsi hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut disarankan kepada siswa SMA N I Painan untuk lebih meningkatkan kemampuan menulis cerpen. Hal ini dapat dilakukan dengan banyak berlatih menulis cerpen dengan menggunakan teknik konstruktivisme. Selanjutnya kepada guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA N I Painan agar meningkatkan kembali pemahaman siswa terhadap menulis cerpen. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memotivasi siswa disaat melaksanakan pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan teknik konstruktivisme.
E. KEPUSTAKAAN
Asri, Yasnur. 2009. “Model Pembelajaran Konstruktivisme dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia Suatu Alternatif Pemikiran Membelajarkan Peserta Didik.”
Prosiding Seminar Nasional. Padang: Citra Budaya Indonesia.
Hanafiah dan Suhana. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.
Priyatni, Endah Tri. 2010. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta:
Sinar Grafika Offset.
Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.