Ismansyah, S.Kp., M.kep, selaku pembimbing 1 yang telah memberikan masukan, arahan dan semangat sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan artikel ilmiah ini. Diah Setiani, SST,.M.Kes, selaku pembimbing 2 yang telah memberikan masukan, arahan dan dorongan, sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan artikel ilmiah ini. Teman-teman Level III B yang telah memberikan semangat dan motivasi sebesar-besarnya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan .1 Tujuan Umum
Manfaat
Artikel ilmiah ini diharapkan dapat menjadi rujukan ilmiah dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien TBC paru. Proses ini dapat diulangi di bagian lain paru-paru atau basil dapat dibawa ke laring, telinga tengah, atau usus. Kondisi ini mungkin tidak menimbulkan gejala dalam jangka waktu lama atau dapat memulihkan komunikasi dengan saluran bronkial dengan menjadi tempat peradangan aktif.
Bagan Patway Tuberculosis
Penderita TBC yang tidak berobat atau minum obat secara rutin berisiko menambah beban penyakitnya dan berisiko menularkan ke orang lain. Pengawasan dari orang lain baik dari keluarga, tetangga, teman, tokoh masyarakat, kader maupun petugas kesehatan diharapkan dapat mengurangi perilaku berisiko dalam penularan penyakit TBC dan keteraturan/kepatuhan penderita TBC dalam minum obat. Sedangkan syarat seorang PMO adalah sehat jasmani dan rohani, mampu membaca dan menulis, bersedia menjadi sukarelawan membantu pasien TBC, tinggal dekat dengan pasien, dikenal, dipercaya dan dihormati oleh pasien, dengan persetujuan pasien dan tenaga kesehatan, bersedia dilatih dan menerima konseling bersama pasien.
Konsep Asuhan Keperawatan
- Intervensi
Bersama-sama, tahapan ini membentuk siklus pemikiran dan tindakan berkelanjutan yang berulang seiring kontak dengan pasien. Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2016), merupakan diagnosis keperawatan yang terjadi pada pasien tuberkulosis paru. Menurut Asmadi pada tahun 2008 dalam Konsep Dasar Keperawatan, tahap perencanaan memberikan kesempatan kepada perawat, klien, keluarga, dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi permasalahan yang dialami klien.
Fase implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun dan bertujuan untuk mendapatkan perintah untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2008). Pada fase terminasi, fase terakhir dimana perawat meninggalkan pesan yang dapat diterima oleh klien dengan tujuan agar klien dapat mengikuti nasehat perawat yang telah diberikan pada saat evaluasi, setelah itu dikatakan bahwa Komunikasi terapeutik perawat-klien telah berhasil jika terdapat umpan balik dari klien yang telah merencanakan tindakan atau asuhan keperawatan. Evaluasi pada dasarnya adalah membandingkan keadaan kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditentukan.
![Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan](https://thumb-ap.123doks.com/thumbv2/123dok/10410987.0/39.892.166.804.480.1125/tabel-2-1-intervensi-keperawatan.webp)
Jenis Studi Kasus
Subjek Studi Kasus
Batasan Istilah
Lokasi dan Waktu Studi Kasus .1 Waktu
Prosedur penulisan
Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data secara lisan dari responden dengan cara wawancara, misalnya menanyakan data biologis klien, data orang tua/wali, alasan rawat inap, keluhan utama yang dirasakan klien saat wawancara, riwayat kesehatan terkini, riwayat kesehatan masa lalu, kesehatan keluarga. riwayat penyakit, genogram, riwayat sosial, kebutuhan dasar seperti gizi, aktivitas/istirahat, kebersihan diri, eliminasi, penilaian fisik dan mental. Metode observasi merupakan upaya pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis, dengan menggunakan prosedur yang baku (Sugiyono, 2008). Observasi menggunakan metode observasi non partisipatif, dimana pengamat tidak ikut serta dalam kehidupan orang yang diamati dan tidak terikat pada saat observasi.
Pemeriksaan pasien tuberkulosis paru dikhususkan pada pemeriksaan fisik toraks yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pendokumentasian dilakukan setiap hari setelah melakukan asuhan keperawatan medik-bedah pada pasien TBC paru, yang ditulis dalam format Asuhan Keperawatan. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah format pengkajian asuhan keperawatan medik-bedah yang terdiri dari pengkajian, diagnosis, intervensi, pelaksanaan dan evaluasi pada pasien TB paru.
Keabsahan Data
Data pasien tidak langsung dikumpulkan dari sumber lain seperti keluarga, teman, dan profesional kesehatan lainnya. Data-data tersebut antara lain identitas pasien, riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit masa lalu, riwayat penyakit keluarga, genogram, pola aktivitas sehari-hari di rumah, psikososial dan spiritual pasien. Data diperoleh dari registrasi dan pelaporan, laboratorium, analisis diagnostik, rekam medis dan dari literatur yang relevan.
Data tersebut meliputi penelitian penunjang (laboratorium, radiologi) dan daftar obat yang diterima pasien.
Analisis Data
Bab ini merupakan hasil studi kasus dan pembahasannya yang meliputi uraian data umum dan data khusus mengenai lokasi penelitian secara umum yaitu Ruang Seruni RS Abdul Wahab Sjahrani Samarinda.
Hasil
- Gambaran Lokasi Studi Kasus
- Pengkajian
- Perencanaan
- Pelaksanaan
- Evaluasi
Pemberian 1,6 Pasien mengatakan pernapasan oksigen 4 lpm mengalami penurunan setelah pemberian oksigen. Ditanya apakah dia punya 2,4 Pasien bilang dia punya perasaan. melakukan identifikasi 3.1 Pasien menyatakan pola tidur bukan pola aktivitas dan tidur teratur, sering terbangun pada saat tidur. identifikasi faktor-faktor yang 3.2 Pasien mengatakan tidurnya terganggu pola tidurnya terganggu karena terengah-engah dan batuk produktif Identifikasi 4.1 Pasien mengatakan tubuhnya terasa.
mempelajari perilaku 5.5 pasien dapat memahami cara hidup bersih dan sehat, cara berperilaku bersih dan sehat. melakukan identifikasi 4.1 Pasien menyatakan tubuhnya terasa tidak berfungsi, lemas, tidak mampu melakukan aktivitas fisik, sehingga mengakibatkan sesak napas. identifikasi faktor yang 3.2 Pasien mengatakan gangguan tidur mengganggu pola tidur akibat sesak nafas dan batuk produktif Anjurkan istirahat 4.5 Pasien mengurangi aktivitas sebesar.
Identifikasi pengetahuan 5.1 Pasien hanya memahami pasien tentang penyakitnya, tetapi tidak memahami penyakitnya, bagaimana berperilaku sopan dan sehat. Rencana pendidikan 5.3 Kontrak waktu 7 Mei 2016 kurang. Pasien mengatakan ia mengeluhkan gangguan tidur. - Pasien mengatakan dia kurang istirahat. - Pasien mengatakan dia sering terbangun saat sedang tidur.
![Tabel 4.1 Hasil anamnesis pada pasien TB Paru di ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarida](https://thumb-ap.123doks.com/thumbv2/123dok/10410987.0/52.892.164.804.389.930/tabel-hasil-anamnesis-pasien-seruni-abdul-sjahranie-samarida.webp)
Pembahasan
- Pengkajian
- Diagnosa Keperawatan
- Intervensi Keperawatan
- Implementasi Keperawatan
- Evaluasi Keperawatan
Gangguan pola tidur pasien meliputi satu keluhan subjektif yaitu: pasien mengatakan mengeluh sulit tidur, pasien mengatakan kurang istirahat, pasien mengatakan sering terbangun saat tidur, pasien mengatakan mengeluh, pola tidurnya terganggu. tidak berubah. Evaluasi diagnosis akhir pada pasien 1. Keluhan subyektif adalah pasien mengatakan tidak memahami penyakitnya karena belum pernah menjumpai penyakit tersebut sebelumnya, dan keluhan obyektifnya adalah terlihat bingung. Pada pasien 2, keluhan obyektifnya adalah pasien mengatakan tidak memahami penyakitnya, keluhan obyektifnya adalah pasien tampak bingung ketika ditanya tentang penyakitnya, dan pasien juga mengeluarkan dahak kemana-mana.
Dimana pasien mengalami permasalahan pokok : Pasien mengatakan mengeluh sesak nafas, sasarannya : batuk produktif (+), sekret berwarna putih keruh, frekuensi nafas 24x/menit, dispnea, pola pernafasan, usaha pernafasan sambil duduk, penggunaan alat bantu pernapasan dengan kanula hidung 3 l/mnt, suara napas tambahan, ronki. Hasil evaluasi yang didapat pada pasien 1 setelah 3 hari perawatan adalah keluhan subyektif yaitu pasien mengatakan masih merasa sesak napas, pasien mengatakan masih batuk dengan lendir kental berwarna putih. Hasil evaluasi yang didapat pada pasien 2 setelah 3 hari perawatan adalah keluhan subyektif yaitu pasien mengatakan masih merasa sesak nafas dan batuk berlendir putih kental.
Hasil evaluasi yang didapat pada pasien 1 setelah dilakukan perawatan selama 3 hari, keluhan subyektif pasien mengatakan nafsu makannya meningkat, pasien mengatakan hari ini selesai makan, pasien mengatakan tidak ada rasa mual dan muntah. Hasil evaluasi yang didapat pada pasien 2 setelah pengobatan selama 3 hari, keluhan subyektif pasien masih tidak nafsu makan, pasien mengatakan hanya menghabiskan 1/2 sendok makan. Hasil evaluasi yang didapat pada pasien 2 setelah dirawat selama 3 hari, keluhan subyektif pasien mengatakan pasien mengeluh sulit tidur, pasien mengatakan kurang istirahat, pasien sempat mengatakan sering terbangun saat tidur. tidur, pasien mengatakan ia mengeluh pola tidurnya tidak berubah.
Hasil evaluasi yang didapatkan pada pasien 1 setelah dilakukan perawatan selama 1 hari, keluhan subyektif pasien menyatakan memahami.
Saran
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan telah menerima penjelasan dan pemahaman secara rinci mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh Ary Andreanto selaku peneliti dengan judul Asuhan Keperawatan Pasien Tuberkulosis Paru di Ruang Seruni RS Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Jika saya ingin mengundurkan diri selama penyelidikan ini, saya dapat mengundurkan diri kapan saja tanpa penalti apa pun.
Latar belakang
Tujuan a) Tujuan umum
Pelaksanaan a) Hari/tanggal
Pengertian TBC
Penularan TBC
Penyebab TBC
Di dalam jaringan tubuh, bakteri Mycobacterium tuberkulosis berada dalam keadaan dorman, yaitu tidak aktif atau tidur selama beberapa tahun. Mycobacterium tuberkulosis akan cepat mati jika terkena sinar matahari langsung, namun dapat bertahan beberapa jam jika disimpan di tempat yang gelap dan lembab.
Tanda dan gejala TBC
- Gejala sistemik/umum
- Gejala khusus
Pada anak-anak dapat menyerang otak (selaput otak) dan disebut dengan meningitis (radang selaput otak), gejalanya berupa demam tinggi, penurunan kesadaran, dan kejang. Tuberkulosis dapat dideteksi pada pasien anak tanpa gejala jika diketahui adanya kontak dengan pasien dewasa penderita tuberkulosis. Sekitar 30-50% anak-anak yang melakukan kontak dengan penderita tuberkulosis paru dewasa memberikan hasil tes tuberkulin positif.
Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, 30% dilaporkan tertular berdasarkan serologi/pemeriksaan darah. Jenis obat utama yang digunakan sesuai rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Piracinamide, Streptomisin dan Etambutol. Jenis obat tambahannya adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolida dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, turunan Rifampisin/INH.
Pengobatan TBC dengan kombinasi OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Drug Swallowing Monitor (PMO), terutama pada 2 bulan pertama dimana pasien harus minum obat setiap hari.
Pencegahan TBC
Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC yang paling efektif, meskipun hanya mencakup tindakan umum dan pemeliharaan standar kesehatan yang sebelumnya tinggi. Perlindungan khusus yang ditujukan untuk mencegah TBC yang meliputi; (1) Imunisasi aktif melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada daerah dengan insidensi tinggi dan orang tua yang sakit atau berisiko tinggi dengan nilai perlindungan yang tidak mutlak dan bergantung pada tambahan inang dan lingkungan, (2) Kemoprofilaksis, suatu anti -TB -obat dianggap terbukti bila dilakukan kontak dan masih untuk dikombinasikan dengan pasteurisasi produk peternakan, (3) Pengendalian faktor predisposisi mengacu pada pencegahan dan pengobatan diabetes, silikosis, malnutrisi, penyakit kronis dan mental. Dengan diagnosis dan pengobatan dini sebagai dasar pengendalian kasus TBC, muncul 3 komponen utama; Agen, tuan rumah dan lingkungan.
Pemantauan pasien dengan deteksi dini penting untuk keberhasilan penerapan kemoterapi spesifik modern, meskipun hal ini sulit baik secara finansial, material, dan energi. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga penting untuk memilih petunjuk yang paling efektif. Dimulai dari diagnosis kasus berupa trauma yang melibatkan upaya penyesuaian psikologis, rehabilitasi kenyamanan selama fase akut dan awal rawat inap pasien, kemudian rehabilitasi vokasi tergantung situasi individu.