KENDALA DAN UPAYA PENGEMBANGAN PERKEBUNAN GAMBIR DI JORONG III PANGIAN KENAGARIAN MUARO SUNGAI LOLO KECAMATAN MAPAT TUNGGUL SELATAN KABUPATEN PASAMAN
Pendri, Dasrizal, Arie Zella Putra Ulni
Program Studi Pendidikan Geografi Stkip PGRI Sumatera Barat [email protected]
ABSTRACT
Gambier Plantations at Jorong III Pangian is the agricultural sector for the local community, where most of the inhabitants work as farmers Gambier, either as labourers, plantation owner, or tenant and Gambier plantation owner. This is already a declining activity down from generation to generation. This research aims to get an overview of the constraints and the development of gardening Gambier at Jorong III Pangian consisting of: 1) nursery, 2) land available, 3) preparation of land, 4) provides seeds, 5) maintenance. This research is qualitative, the subject of this study through a snowball sampling, data collected through: 1) interview, 2) observations, 3) documentation. Informants in this study is a society which works Pangian Jorong III as gambir farmers, landholders and community leaders i.e. as many as 13 people. Based on the data analysis and discussion about things which concluded as follows: 1) farmers in the seedling nursery: the barriers are still traditional gambir, gambir seeds don't grow a lot of perfectly, the lack of knowledge society about the nursery. 2) land available barriers are: land in general are dilereng the Hill so when rain often there are landslides, land terbangkalai because of lack of capital to menyianyinya, there is a concern when conducting burning land because there is a ban on the Government.
3) barriers are: management tools and fuel for cooking the gambir leaves still use traditional ways, still uses fertilizer gambir leaves the dregs, the selling price of gambir is unstable. 4) farmers efforts in preparation of the land: farmers always coordinate with Governments as well as indigenous leaders to discuss the opening of the new land, wali jorong give referrals to do reforestation, burning by way of the buildup. 5) farmers efforts in providing superior seeds: the Government encourages the mayarakat to do the nursery independently, find their own alternatives to get the seeds. 6). The efforts of farmers in the maintenance of Gambier: done weeding every do harvest, replacing tananaman who died before, always monitor the price of the market, gambir do reforestation, burning in reams.
Keywords: Constraints, efforts, development PENDAHULUAN
Indonesia sebagai pemasok ekspor gambir terbesar di dunia memiliki kebanggaan tersendiri serta
tentu saja nilai ekonomi yang tinggi dan penyerapan tenaga kerja yang banyak, kiranya perlu tetap dipertahankan, bila perlu diusahakan
untuk ditingkatkan karena kebutuhan akan komoditi tersebut tadi tidak mungkin akan berkurang, industri pasti akan bertambah, penduduk bertambah banyak yang pada akhirnya kebutuhan akan hasil industri yang berbahan baku dari pertanian gambir bertambah.
Indonesia adalah negara pengekspor gambir utama dunia, negara tujuan ekspor gambir indonesia antara lain adalah Bangladesh, India, Pakistan, Singapura, Malaysia, Jepang dan beberapa Negara Eropa. Lebih 80 % ekspor gambir Indonesia berasal dari Sumatera Barat. Sentra penghasil gambirnya terbagi dua (Nazir, 2000).
Tanaman gambir yang ada di Sumatera Barat, sebagian besar merupakan tanaman yang diusahakan secara turun-temurun dan dianggap sebagai tabungan hidup serta sumber pendapatan.
Di Kenagarian Muaro Sungai lolo mayoritas masyarakatnya mengandalkan pencaharian sebagai petani,yang pada umumnya sebagai petani kebun karet dan kebun gambir. Maka dari itu kebun gambir tak asing lagi bagi mereka, karena masyarakat pada umumnya sudah
mengetahui kebun gambir tersebut sejak lama. Jadi untuk menjumpai kebun gambir masyarakat di kenagarian Muaro Sungai Lolo tidaklah menjadikan halangan bagi orang yang ingin mengetahui kebun gambir tersebut. Tapi kendala yang dihadapi masyarakat pada umumnya di Kenagarian Muaro Sungai Lolo adalah ketersedian lahan yang sedikit membuat masyarakat sulit untuk mengembangkan perkebunan mereka.
Berdasarkan observasi awal pada tanggal 13 Maret 2017 yang peneliti lakukan, didapat data bahwa kurangnya keseriusan masyarakat Jorong III Pangian dalam merawat atau mengenbang usaha yang sudah ada. Misalnya dalam berkebun karet dan gambir. Masyarakat Jorong III Pangian sering keliru dalam mengembangkan usaha yang sudah ada. Kebiasaan masyarakat setempat cenderung mengikuti harga yang berlaku saat itu. Misalnya dalam mengelola kebun yang sudah lahan yang tersedia di Jorong III Pangian tinggal sedikit, dan tidak mencukupi untuk membuka lahan baru untuk perkebunan gambir.
Setelah terjadi kenaikan harga gambir dalam beberapa waktu terakhir yang mencapai kenaikan 3x lipat bahkan dari harga yang semula hanya 18000/kg, sekarang mencapai 60000 s/d 75000 bahkan akan mencapai 100.000. Masyarakat Jorong III Pangian mulai bergerak kembali dalam melakukan perbaikan terhadap perkebunan gambir yang telah lama mereka tinggalkan.
Setelah terjadinya kenaikan harga gambir pada saat sekarang ini membuat masyarat menyesal telah membiarkan kebun gambir begitu saja tanpa adanya perawatan yang berarti yang dilakukan.kenaikan harga gambir yang sangat tinggi membuat masyarakat kembali lagi ke kebun gambir. Tapi untuk kembali ke perkebunan gambir yang sudah lama mereka tinggalkan menjadi tantangan yang sangat sulit bagi masyarakat karena sudah lama mereka tinggalkan, karena perkebunan mereka sudah dipenuhi dengan tanaman yang lain yang dapat menyebabkan gambir tersebut mati dan tidak bisa di manfaatkan lagi.
Masalah lain yang dihadapi masyarakat yaitu dalam menambah
perkebunannya mengingat lahan yang tersedia pada saat ini sangatlah sedikit. Oleh sebab itu sangat sulit
bagi masyarakat untuk
mengembangkan usahanya. Apalagi dalam mengelola perkebunan yang ada pada saat ini masyarakat hanya mengandalkan pengetahuan seadanya tanpa adanya bimbingan dari pemerintah setempat.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti kondisi ketersediaan lahan di Jorong III Pangian Kenagarian Muaro Sungai Lolo Kecamatan Mapat Tunggul Selatan Kabupaten Pasaman, masyarakat banyak mengeluhkan ketersediaan lahan dalam mengembangkan usaha perkebunan mereka, mengingat lahan yang tersedia saat ini sangatlah sedikit.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan penelitian ini tergolong penelitian kualitatif, menurut Bogdan dan Taylor dalam Maleong (2012: 4) menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.
Pendekatan ini berlangsung menunjukkan setting dan individu- individu, telah dipersempit menjadi variabel yang dipisahkan menjadi hipotesis, melainkan dipandang sebagai dari suatu keseluruhan.
Penelitian ini akan dilakukan diperkebunan gambir Jorong III Pangian Kenagarian Muaro Sungai Lolo Kecamatan Mapat Tunggul Selatan Kabupaten Pasaman.
Informan penelitian ini adalah masyarakat petani gambir dan pemerintah yang bertempat tinggal di Jorong III Pangian Kenagarian Muaro Sungai Lolo Kecamatan Mapat Tunggul Selatan Kabupaten Pasaman. Informan kunci dalam penelitian ini adalah ketua kelompok petani gambir dan wali jorong.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan letak geografis, Kecamatan Mapat Tunggul Selatan berada pada koordinat 00' 34' LU - 00' 06' LU dan 100' 06' BT - 100' 20' BT dengan luas daerah 471,72 Km2, sementara orbitasi jarak tempuh pusat pemerintah Nagari Muaro
Sungai Lolo ke beberapa wilayah pemerintah setempat lebih dalam pengurusan administrasi pemerintahan dalam birokrasi struktural, jarak tempuh dari ibu kabupaten 136 Km dan jarak dari Ibu Kota Provinsi 204 Km.
Subjek dalam penelitian ini adalah 5 informan petani gambir, 4 orang pemilik lahan gambir dan 4 orang tokoh masyarakat Jorong Pangian Kenagarian Muaro Sungai Lolo Kecamatan Mapat Tunggul Selatan Kabupaten Pasaman.
Adapun beberapa kendala dalam pengembangan perkebunan gambir yaitu:
Pembibitan
Salah satu tahapan sebelum seseorang melakukan penanaman adalah bibit. Secara terperinci, hasil temuan peneliti terkait dengan pembibitan gambir yang dilakukan oleh masyarakat di Jorong III Pangian Kenagarian Muaro Sungai Lolo
Pembibitan masih tradisional dan masih menggunakan bibit dari masyarakat setempat. Banyak
ditemukan bibit gambir yang tidak tumbuh dengan sempurna. Bibit hanya disediakan oleh orang yang memiliki kebun gambir. Harga bibit terkadang tidak sesuai dengan harga pasaran, hal ini tergantung dari harga gambir, jika harga gambir naik, maka bibit gambir juga akan mahal.
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pembibitan gambir dengan baik dan benar karena tidak ada sosialiasi atau pengetahuan dari pemerintah setempat.
Lahan yang tersedia
Ketersediaan lahan maksudnya adalah lahan yang tersedia untuk digunakan sebagai pemanfaatan lahan sebagai lahan pertanian gambir. Secara terperinci, hasil temuan peneliti terkait dengan ketersediaan lahan gambir oleh masyarakat di Jorong III Pangian Kenagarian Muaro Sungai Lolo
Untuk menanami kembali lahan atau mengganti pohon gambir yang mati itu membutuhkan waktu yang lama. Tanaman baru itu sulit juga berkembang ketika telah dipindahkan kepada media tanam.
Pengelolaan
Pengelolaan pada dasarnya adalah pengendalian atau pengontrolan dari manfaat hasil kerja yang diusahakan selama ini. Secara terperinci, hasil temuan peneliti terkait dengan pengelolaan gambir oleh masyarakat di Jorong III Pangian Kenagarian Muaro Sungai Lolo
Bahan bakar untuk memasak daun gambir tersebut masih menggunakan cara tradisional yaitu menggunakan tungku perapian bahan bakarnya dari kayu. Sehingga makin lama kayu bakar tersebut semakin menipis, kayu bakar ini didapatkan jaraknya jauh pula dari lokasi kebun gambir tersebut. Alat-alat yang digunakan untuk memanen daun gambir masih alat tradisonal dan dibuat sendiri, seperti alat pemotong daun gambir itu dibuat dari besi atau plat yang tipis dan didisain sendiri, kemudian alat pencetak getah gambir masih terbuat dari bambu. Mayarakat masih menggunakan pupuk dari ampas daun gambir. Karena masyarakat tidak tahu jenis pupuk apa yang cocok untuk tanaman gambir tersebut. Harga jual gambir
tidak stabil dan tidak menentu, harga gambir hanya ditetapkan oleh pembeli yang datang untuk membeli, masyarakat tidak mengetahui harga gambir di daerah lain karena tidak adanya alat komunikasi seperti signal hp tidak ada.
Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan maksudnya adalah lahan yang tersedia kemudian dibuka untuk lahan pertanian gambir.
Secara terperinci, hasil temuan peneliti terkait dengan penyiapan lahan gambir oleh masyarakat di Jorong III Pangian Kenagarian Muaro Sungai. Seperti himbauan untuk menaman kembali pohon yang sudah ditebang, Kemudian melakukan penanaman pohon di sela-sela pohon gambir supaya tidak terjadi longsor. Mayarakat melakukan pengontrolan pembakaran lahan dengan cara cara bertahap atau ditumpuk-tumpuk kecil-kecil kemudian dibakar serta diawasi.
Menyediakan Bibit Unggul
Pembibitan merupakan proses
yang dilakukan untuk
mempersiapkan terciptanya tumbuhnya generasi baru dari suatu spesies makhluk hidup tertentu baik
secara alami ataupun
buatan.(http://bizisartstudio)
Salah satu tahapan sebelum seseorang melakukan penanaman adalah bibit. Secara terperinci, hasil temuan peneliti terkait dengan menyediakan bibit unggul yang dilakukan oleh masyarakat di Jorong III Pangian Kenagarian Muaro Sungai Lolo .
upaya dalam menyiapkan bibit unggul ini yaitu: Pemerintah dalam hal ini Wali Jorong mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menyediakan bibit unggul.
Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk saling berbagi satu sama lain, dalam hal ini adalah penyediaan bibit unggul. Masyarakat terus melakukan pembiakan serta pembibitan sendiri untuk meghindari keraguan apakah bibit tersebut bisa tumbuh atau tidak.
Kemudian untuk menghindari harga bibit tersebut mahal, terpaksa pembibitan dilakukan sendiri.
Menemukan cara alternatif sendiri untuk mendapatkan bibit unggul supaya dapat menggantikan tanaman gambir yang telah mati sebelumnya.
Pemeliharaan
Pemeliharaan pada dasarnya adalah pengontrolan dalam melakukan perawatan terhadap gambir tersebut. Secara terperinci, hasil temuan peneliti terkait dengan pengelolaan gambir oleh masyarakat di Jorong III Pangian Kenagarian Muaro Sungai Lolo.
upaya pemeliharaan ini yaitu:
Pemeliharaan dilakukan dengan penyiangan setiap melakukan panen, kemudian melakukan penyisipan gambir yang telah mati. Kemudian mencari dan menumpulkan kayu bakar sebagai bahan bakar daun gambir terlebih dahulu baru melakukan pemanenan. Selalu memantau harga gambir saat ini dan mencari informasi keluar karena didalam tidak menemukan signal komunikasi. Melakukan reboisasi atau penanaman pohon disekitar sela- sela lahan gambir supaya tidak terjadi longsor. Dalam membuang sampah dari semak-semak dibersihkan kemudian tetap dilakukan pembakaran dengan cara menumpuk-numpuk dan dibakar dalam pengawasan sendiri.
KESIMPULAN
Hasil penelitian kendala dan upaya pengembangan perkebunan gambir di Jorong III Pangian Kenagarian Muaro Sungai Lolo Kecamatan Mapat Tunggul Selatan Kabupaten Pasaman, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kendala Pengembangan perkebunan gambir ini terdiri dari 3 faktor masalah a.
Pembibitan. b. lahan yang tersedia. c. Pengolahan
2. Upaya pengembangan perkebunan gambir juga terdiri dari 3 cara yaitu
a. penyaiapan lahan
b. menyediakan bibit unggul c. pemeliharaan.
DAFTAR PUSTAKA
http:// jurnal agrisistem/ bulletin kyusei natural farming, surung, M. Y. pdf [27 Agustus 2010.
http://ginaacasper.blogspot.co.id/201 1/12/perb anyakan-dan- perkembangan-
tanaman.html
Moleong, L. J. 2010. Metodologo Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosda Karya.
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian.
Penerbit Ghalia, Bogor.
Na’im, A. 2009. Studi Keanekaragaman Serangga Pada Perkebunan Jeruk Organik Dan Anorganik Di Kota Batu [skripsi].
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Semarang.
Nazir. 2000. Gambir Budidaya, Pengolahan dan Prospek Diversifikasinyal. Cetakan I.
yayasan hutanku. Padang.
Ridwan.2012. Komoditi Gambir dan tanaman penyangga.IPB : Bogor.
Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif KualitatifR&D.
Bandung : CV Alfabeta.
Smith, Jonathan, A. 2009. Dasar- dasar Psikologi Kualitatif :Pedoman Praktis Metode Penelitian. Bandung : Nusamedia.