• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPADATAN KOLONI SEMUT HITAM (Dolichoderus thoracicus Smit) PADA PERTANAMAN KAKAO DAN CENGKEH DI NAGARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KEPADATAN KOLONI SEMUT HITAM (Dolichoderus thoracicus Smit) PADA PERTANAMAN KAKAO DAN CENGKEH DI NAGARI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KEPADATAN KOLONI SEMUT HITAM (Dolichoderus thoracicus Smit) PADA PERTANAMAN KAKAO DAN CENGKEH DI NAGARI

SELAYO KABUPATEN SOLOK

E JURNAL

MUTIA YUNELKI NIM : 09010261

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2014

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN JURNAL

Kepadatan Koloni Semut Hitam (Dholichoderus thoracicus Smit) Pada Pertanaman Kakao Dan Cengkeh Di Nagari Selayo Kabupaten Solok

Nama : Mutia Yunelki

NIM : 09010261

Program Studi : Pendidikan Biologi

Institusi : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

Padang, April 2014

Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Jasmi, M. Si. Vivi Fitriani S.Si., M.Pd.

,

Mengetahui : Ketua Program Studi

Dra.Gustina Indriati, M. Kes.

(3)

KEPADATAN KOLONI SEMUT HITAM (Dholichoderus thoracicus Smit) PADA PERTANAMAN KAKAO DAN CENGKEH DI NAGARI SELAYO

KABUPATEN SOLOK Oleh

Mutia Yunelki, Jasmi dan Vivi Fitriani

Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP ) PGRI Sumatera Barat

Mutiayunelki40@gmail. Com

ABSTRACT

Dolichoderus Thoracicus is controller agency of involved that is efficient to prevent a pest. It is one of natural enemies that can be used to prevent Helopeltis. Then, Dolichoderus Thoracicusis a kind of ant that is part of plantation agro-ecosystem in Indonesia. The aim of this research is to know the density of Dolichoderus Thoracicus by character; the nest on Kakao and Clove plant at Nagari Salayo Kabupaten Solok. This research is started from February 11th2014 until February 14th2014. Then, in this research, the researcher used census method by kept a close watches on and calculated the Dolichoderus Thoracicus nest directly those are found at research site. It is by calculated the quantity of the nest, measure diameter of the tree, calculated the quantity of the branch, measure the high of nest, calculated the quantity of nest leaf, and measure long and wide of nest. Based on the result of this research, the researcher found the greatest quantity of the density of Dolichoderus Thoracicus at clove plant 1.34 colonies, and the lower quantity at Kakao plant 0.92 colony. The researcher found the nest on diameter of tree 5-10 cm has 145 quantity of nest. The greatest of having a nest is found at 1st-3rdof branch have 104 nests and 1st-5thbranch have131 nest. The greatest nest high found at 1-2 meter from the earth has 164 nests.

The quantity of leaf as area of having nest is 1-2 leafs and have 105 nests. Then, the greatest nest long is between 11- 20 cm by quantity of nest 101 and the greatest leaf wide is between 6-10 cm by quantity of nest 126. In conclusion, the researcher found the density of Dolichoderus Thoracicus at Kakao plant more than at clove plant.

Key word: Population, Dholichoderus thoracicus.

PENDAHULUAN

Semut yaitu jenis serangga dengan jumlah spesies dan individu yang sangat besar. Semut bukan serangga yang dapat menyebabkan kerusakan ataupun bisa menimbulkan kerugian. Semut tertentu, seperti semut hitam dapat membawa hama lainnya seperti kutu daun atau kutu perisai.

Kutu tersebut dipindah-pindahkan dan dipelihara oleh semut. Kutu inilah

sebenarnya yang dapat merugikan tanaman (Sastrodihardjo, 1984).

Semut hitam sebagai agen pengendali hayati yang cukup efisien untuk menanggulangi hama utama tanaman kakao.

Semut hitam dapat mengendalikan hama Helopeltis spp, selain itu semut hitam ini juga dapat mengendalikan hama penggerek buah kakao (Wiryadiputra, 2007).

Penelitian tentang semut hitam (Dolichoderus thoracicus) pernah dilakukan

(4)

oleh Yuniar (2007), tentang kolonisasi semut hitam pada tanaman kakao dengan pemberian berupa pakan alternatif.

Penelitian tentang populasi koloni semut hitam yang terdapat pada pertanaman kakao dan cengkeh pada lokasi yang akan di teliti belum ada informasi.

Survei yang telah dilakukan pada tanaman kakao di Nagari Selayo, diketahui bahwa lokasi tanaman kakao tersebut banyak terdapat tumpukan-tumpukan daun kering, dan tumpukan-tumpukan kulit kakao.

Tumpukan daun kakao tersebut menjadi sarang bagi semut hitam. Tanaman cengkeh yang akan dijadikan lokasi penelitian juga terdapat tumpukan daun kering, pohon pisang juga banyak terdapat semut hitam.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepadatan koloni semut hitam dengan karakteristik sarang pada tanaman kakao dan tanaman cengkeh di Nagari Selayo Kabupaten Solok.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode sensus yaitu dengan cara menghitung langsung terhadap sarang semut hitam yang ada dilokasi penelitian.

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari 2014 pada lokasi pertanaman kakao dan cengkeh di Nagari Selayo Kabupaten Solok. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah thermo hygrometer, kertas label, kamera digital, meteran, mikroskop stereo binokuler, cawan petri, pinset dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70 %, semut hitam Dolichoderus thoracicus. Lahan kakao dan

cengkeh yang akan diteliti ini adalah di Nagari Selayo.

Lahan kakao ini milik seorang petani yang luasnya ± 1 Ha dengan jumlah ± 88 batang kakao dengan jarak tanam 3,0x3,0 meter dimana tanamannya homogen dan berumur ± 5 tahun. Lahan cengkeh milik seorang petani yang luasnya ± 1 Ha dengan jumlah ± 50 batang cengkeh dengan jarak tanam 5,0x5,0 meter dimana tanamannya heterogen dan berumur ± 4 tahun.

Teknik pengamatan ini dilakukan dengan cara menghitung sarang semut hitam pada tanaman kakao dan cengkeh, mengukur diameter batang tempat bersarang, menghitung cabang dan ranting tempat bersarang, mengukur tinggi sarang dari permukaan tanah, mengukur panjang sarang, mengukur lebar sarang, menghitung jumlah

daun tempat bersarang dan

mendokumentasikan sarang semut hitam tersebut. Pengamatan sampel sarang semut hitam dilakukan selama 5 hari yaitu dimulai dari pagi hingga sore hari.

Analisis data ini dilakukan perhitungan kepadatan koloni dengan rumus:

K = Σ Jumlah Koloni semut Hitam Jumlah batang

(Suin , 2002).

Uji t menggunakan rumus:

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian mengenai kepadatan koloni semut hitam (Dolichoderus

(5)

thoracicus Smit) pada pertanaman kakao dan cengkeh di Nagari Selayo Kabupaten Solok, dimana kepadatan koloni semut hitam dapat dilihat pada Gambar 3 dan lampiran 5.

Kepadatan koloni semut hitam lebih banyak ditemukan yaitu pada pertanaman cengkeh

.

Gambar 2. Kepadatan Koloni Sarang Semut Hitam Pada Pertanaman Kakao Dan Cengkeh Di Nagari Selayo Kabupaten Solok.

Hasil uji T kepadatan koloni semut hitam pada pertanaman kakao dan cengkeh di Nagari Selayo Kabupaten Solok dapat dilihat pada Tabel 1 dan Lampiran 4.

Tabel 1. Pertanaman, Jumlah, Rata-Rata, Standar Deviasi, Simpangan Baku, Dan Hasil Uji T Kepadatan Koloni Semut Hitam Pada Pertanaman Kakao Dan Cengkeh Di Nagari Selayo Kabupaten Solok.

Pertanaman

N

X

(Standar

Deviasi) (Simpangan

Baku) thitung ttabel

Kakao

Cengkeh 81

67 81

67 81

66 8,6 11,67 1,645

Dilihat pada Tabel 2 dan Lampiran 2, diameter batang yang ditempati sarang semut hitam yaitu lebih banyak pada diameter antara 5-10 cm.Tempat bersarang

lebih banyak ditemukan pada cabang 1-3 dan pada ranting ke 1-5. Tinggi sarang dari permukaan tanah lebih banyak pada ketinggian 1-2 meter.

Tabel 2. Jenis, Diameter Batang, Bagian Tumbuhan Tempat Bersarang Dan Tinggi Sarang Semut Hitam Pada Pertanaman Kakao Dan Cengkeh

No jenis diameter batang

tumbuhan (cm)

Tempat bersarang

cabang ranting

Tinggi sarang dari permukaan tanah

(Meter)

<5 5-10 >11 Jml 1-3 4-6 7-9 Jml 1-5 6-10 >11 Jml <1 1-2 3-4 Jml

1 Theobroma 0 81 0 81

cacao 75 6 0 81 64 17 0 81 5 76 0 81

(6)

2 Syzigium 3 64 0 67 aromaticum

29 38 0 67 67 0 0 67 3 64 0 67

JUMLAH 3 145 0 148 104 44 0 148 131 17 0 148 8 164 0 148

Tabel 3. Jenis, Jumlah Daun Tempat Bersarang Beserta Ukuran Sarang Semut Hitam Pada Pertanaman Kakao Di Nagari Selayo Kabupaten Solok.

Jumlah Ukuran Sarang

No Jenis

Tumbuhan Jumlah Daun

Pada Sarang Panjang Sarang

(cm) Lebar Sarang

(cm) 1-2 3-4 >5 Jml 1-10 11-20 >21 Jml 1-5 6-10 >11 Jml

1 T cacao 43 38 0 81 2 63 16 81 0 69 12 81

2 S aromaticum 64 5 0 67 29 38 0 67 7 57 3 67

JUMLAH 105 43 0 148 31 101 16 148 7 126 15 148

Tabel 4. Kondisi Cuaca Selama Pengamatan Pengamatan Semut Hitam.

NO Parameter Pertanamankakao Pertanaman cengkeh

1 2 3 4

Suhu rata-rata (° C) Curah hujan rata-rata (mm) Kecepatan angin rata-rata (knot) Kelembaban udara %

28,33 271,6 4,5 59,33

30,67 271,6 4,5 59,67

Penelitian tentang kepadatan koloni semut hitam (Dolichoderus thoracicus) pada pertanaman kakao dan cengkeh di Nagari Selayo Kabupaten Solok, diketahui bahwa kepadatan semut hitam lebih banyak ditemukan pada pertanaman cengkeh yaitu sebanyak 1,34, setelah dilakukan uji T kepadatan semut hitam pada pertanaman kakao dan cengkeh berbeda nyata.

Kepadatan koloni semut hitam secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya faktor makanan. Putra (1994) melaporkan bahwa, kebanyakan semut adalah pemakan bahan organik, dan

beberapa yang lainnya adalah pemakan madu kutu aphid.

Kepadatan semut hitam pada pertanaman cengkeh selain karena faktor makanan juga karena faktor lingkungan tempat bersarang. Banyaknya koloni semut hitam pada pertanaman cengkeh diduga karena semut menyukai membuat sarang pada pertanaman cengkeh, karena daun pada pertanaman cengkeh rimbun dan rapat yang membuat suhu disekitarnya bagus sehingga semut nyaman membuat sarang pada pertanaman cengkeh tersebut. Menurut Jumar (2000) serangga memiliki kisaran

(7)

suhu tertentu dimana dia dapat hidup. Diluar kisaran suhu tersebut serangga akan mati.

Kepadatan semut hitam pada pertanaman cengkeh juga dipengaruhi oleh tipe daun yang terdapat pada pertanaman cengkeh. Kepadatan semut hitam pada cengkeh diduga semut menyukai membuat sarang dengan tipe daun yang lentur dan jarak antara daun ke daun dekat dan memudahkan semut membuat sarang.

Tempat yang baik untuk pembentukan koloni semut adalah yang memenuhi syarat sebagai berikut, tersedia tanaman yang berdaun cukup besar dan lentur atau berdaun kecil-kecil tetapi banyak (Suhara, 2009).

Kepadatan koloni semut hitam lebih rendah ditemukan pada pertanaman kakao. Rendahnya kepadatan koloni semut hitam pada pertanaman kakao diduga karena makanan yang ditemukan sedikit dan juga kelembaban udara sangat rendah karena jarak cabang dan ranting berjauhan dan daun tidak rapat. Yuniar (2007) melaporkan bahwa, makanan menjadi faktor utama untuk terbentuknya koloni semut hitam karena pakan merupakan sumber kebutuhan yang utama bagi semut hitam.

Pada Tabel 2 dan Lampiran 2, diameter batang lebih banyak di tempati sarang semut hitam yaitu antara 5-10 cm.

Hal ini diduga semut hitam menyukai membuat sarang pada diameter 5-10 cm dengan ketinggian lebih dari 1,5 meter karena di sekitar ketinggian 1,5 meter tersebut banyak terdapat buah dan daun yang lebat karena diameter 5-10 tersebut berkaitan dengan umur pertanaman kakao

dan pertanaman cengkeh tersebut. Anshary (2008) melaporkan bahwa, daerah batang juga banyak ditumbuhi buah sebagai tempat aktifitas semut.

Tempat bersarang lebih banyak ditemukan pada cabang ke 1-3, hal ini diduga pada cabang 1-3 lebih dekat ke buah dan jumlah daun juga cukup banyak. Tempat bersarang juga lebih banyak ditemukan pada ranting ke 1-5, Hal ini diduga karena pada ranting 1-5 tersebut tidak terlalu menjorok keluar sehingga tidak langsung terkena sinar matahari dan banyak terdapat daun yang dapat melindungi sarang semut dari pengganggu. Anshary (2008) melaporkan bahwa, pada bagian cabang, merupakan bagian tanaman yang ditumbuhi daun dan buah sehingga aktivitas semut hitam relatif lebih banyak pada bagian ini dibandingkan pada bagian tanaman lainnya.

Tinggi sarang dari permukaan tanah lebih banyak ditemui sarang semut hitam yaitu pada ketinggian 1-2 meter dari permukaan tanah. Diduga karena disekitar ketinggian 1-2 meter semut hitam mudah mencari makanan baik ke atas tanaman maupun bawah tanaman atau tanah. Anshary (2008) melaporkan bahwa, pada daerah batang merupakan tempat semut hitam beraktifitas dan merupakan media aktifitas semut yang menghubungkan antara pemukaan tanah ke bagian atas tanaman.

Pada Tabel 3 dan lampiran 2, dapat dilihat bahwa semut hitam membuat sarang lebih banyak menggunakan 1-2 helai daun, tetapi hampir sebagian membuat sarang 3-4 helai daun. Hal ini diduga bahwa semut

(8)

hitam cenderung suka membuat sarang dengan daun yang banyak agar terlindungi dari sinar matahari. Siang hari ketika suhu udara panas, semut akan bersembunyi pada tempat-tempat yang terlindung dari sengatan sinar matahari secara langsung, ( Yuniar, 2007).

Panjang sarang semut hitam lebih banyak ditemukan antara 11-20 cm. Lebar sarang lebih banyak ditemukan antara 6-10 cm, panjang dan lebar sarang ini setara dengan panjang dan lebar daun tempat bersarang.

KESIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian tentang kepadatan koloni semut hitam (Dolichoderus thoracicus Smit) pada pertanaman kakao dan cengkeh di Nagari Selayo Kabupaten Solok dapat disimpulkan bahwa, kepadatan koloni semut hitam lebih tinggi ditemukan pada pertanaman cengkeh dibandingkan pada pertanaman kakao.

Diameter batang yang paling banyak ditempati sarang semut hitam yaitu antara 5- 10 cm. Tempat bersarang yang paling banyak ditemukan pada cabang 1-3 cm dan pada ranting ke 1-5. Tinggi sarang dari permukaan tanah yang paling banyak ditemukan pada ketinggian 1-2 meter. Rata- rata jumlah daun yang paling banyak digunakan sebagai sarang yaitu 1-2 daun, panjang sarang terbanyak yaitu 11-20 cm dan lebar sarang terbanyak yaitu 6-10 cm.

SARAN

Disarankan pada penelitian selanjutnya agar dapat meneliti serangga lain yang dapat bermanfaat bagi berbagai jenis tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Anshary, A. 2008. Teknik Perbanyakan Dan Aplikasi Predator Dolichoderus Thoracicus (Smith) Untuk Pengendalian Penggerek Buah KakaoJurnal agroland ,http : // jurnal. untad.ac.id8 di akses 15 Februari 2014).

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian.

Rineka Cipta: Jakarta.

Putra, S.N. 1994.Serangga di Sekitar Kita. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.

Sastrodihardjo. 1984. Pengantar EntomologiTerapan. Penerbit ITB:Bandung

Suhara. 2009. Semut Rangrang (Oechophylla smaragdina).

Jurusan Pendidikan Biologi FakultasPendidikanMatemati ka Dan IPA: UPI.

Suin, M.N. 2002. Metode ekologi.

Universtas Andalas: Padang.

Sudjana. 2005.Metode Statistika. Tarsito:

Bandung.

Wiryadiputra, S. 2007.Pemapanan Semut Hitam Pada Perkebunan Kakao dan Pengaruhnya

Terhadap Serangan Hama Helopeltis. Jurnal Pelita Perkebunan,

http://iccri.Net/download/Pel taPerkebunan pdf,diakses 5 November 2013).

Yuniar, S.W. 2007. Kolonisasi Semut Hitam Pada Tanaman

Kakao Dengan Pemberian Pakan Alternatif,http://eprints.uns.ac.id.p fdiakses 5 November 2013).

Referensi

Dokumen terkait

501 For the northwest Atlantic we produced monthly time series estimates of DIC, with 502 uncertainties, including estimates for the seasonal cycle, natural variability and excess