KEPADATAN KOLONI SEMUT HITAM (Dolichoderus thoracicus Smith) PADA TANAMAN KAKAO
(Theobroma cacao L.)DI JORONG KAPALO
KOTO KECAMATAN SANGIR BATANG HARI KABUPATEN SOLOK SELATAN
Oleh
Fera Anggraini, Ismed Wahidi dan Febri Yanti
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Fera [email protected]
ABSTRACT
The infection attack of cacao (Theobroma cacao L) nowadays still trade on pesticide use so that the cost was still high. Meanwhile, one of natural enemy in infection control was black ant (Dolichoderus thoracius Smith). The purpose of this research was to know the solidity of black ant (Dolichoderus thoracius Smith), temperature factor and damp of cacao in Jorong, Kapalo Koto Kecamtan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan. This research was done in December 2015 by using census method that was by counting directly to black ant (Dolichoderus thoracius Smith).
The technique of supervising was done by counting the number of black ant in cacao by measuring Stem diameter, branches, measure the high of soil surface, the length of nest, wide of nest, counting the number of leaves of nest. The result of this research of black ant colony (Dolichoderus thoracius Smith) in cacao in Jorong Kapalo Koto Keamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan was 0,73 colony/stem.
Keyword : Population, Dolichoderus thoracius Smith, Theobroma Cacao L.
PENDAHULUAN
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan dapat meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat lainnya. Tetapi produksi biji kakao yang diperoleh masih belum optimal dan sering mengalami penurunan. Salah satu penyebab penurunnya produksi biji kako adalah serangan hama (Wijaya, 2007).
Pengendalian serangan hama tanaman kakao saat ini masih mengandalkan pada penggunaan pestisida sehingga biaya pengendalian masih cukup tinggi. Pengendalian hama tanpa pestisida harus terus dikembangkan dan diaplikasikan.
Sementara itu, salah satu musuh alami yang ditemukan pada tanaman kakao adalah semut hitam (Dolichoderus thoracicus). Semut hitam dapat
mengendalikan hama Helopeltis spp. dan hama pengerek buah kakao Conopomorpha cramerella.
Pemanfaatan Dolichoderus thoracicus sebagai pengendali secara biologi mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan karena Dolichoderus thoracicus adalah predator yang terdapat pada ekosistem pertanaman kakao (Wiryadiputra, 2007).
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di Jorong Kapalo Koto Kecamatan Sangir Batang Hari diketahui banyak terdapatnya semut hitam. Tetapi, peran semut hitam sebagai predator pada ekosistem pertanaman kakao belum diketahui oleh petani. Petani masih mengggunakan insektisida dalam menanggulangi serangan hama tersebut.
Penggunaan insektisida secara terus menerus dapat menimbulkan banyak dampak negatif, antara lain: pencemaran
lingkungan, membunuh flora dan fauna non target seperti semut hitam, menimbulkan resistensi hama, meningkatkan biaya produksi, dan lain- lain. Oleh karena itu penggunaan insektisida yang dilakukan oleh petani dapat menggurangi kepadatan koloni semut hitam sebagai musuh alami serangan hama. Pada tanaman kakao di Jorong Kapalo Koto belum ada informasi tentang kepadatan koloni semut hitam (Dolichoderus thoracicus) pada tanaman kakao.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kepadatan koloni semut hitam (Dolichoderus thoracicus Smith), faktor suhu dan kelembaban pada tanaman kakao di Jorong Kapalo Koto Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Desember 2015 dengan menggunakan metode sensus yaitu dengan cara menghitung langsung terhadap sarang semut hitam (Dolichoderus thoracicus). Alat yang digunakan dalam penelitian adalah botol koleksi, termohygrometer, meteran, kertas label, camera digital, cawan petri, mikroskop, pinset, dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kakao, semut hitam (Dolichoderus thoracicus), dan alkohol 70%.
Pengambilan sampel sarang semut hitam pada stasiun pertama yaitu tanaman kakao yang berumur 4 tahun dengan luas ± 1 hektar, jarak tanam ± 3,0x3,0 meter dengan jumlah 120 batang. Stasiun II yaitu berumur 5 tahun dengan luas ± 1 hektar, jarak tanam ± 2,0x2,0 meter dengan jumlah 160 batang. Teknik pengamatan dilakukan dengan cara menghitung sarang semut hitam pada tanaman kakao yaitu mengukur diameter batang tempat bersarang, menghitung cabang dan ranting tempat bersarang, mengukur
tinggi sarang dari permungkaan tanah, mengukur panjang sarang, mengukur lebar sarang, menghitung jumlah daun tempat bersarang
Analisis data ini dilakukan perhitungn kepadtan koloni dengan rumus:
K = ∑ Koloni semut hitam
∑ Batang
(Suin, 2006)
Uji t menggunakan rumus:
t=
Sudjana (2005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian kepadatan koloni semut hitam (Dolichoderus thoracicus Smith) pada tanaman kakao di Jorong Kapalo Koto Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan.
Gambar 2. Kepadatan koloni semut hitam (Dolichoderus thorcicus Smith) pada tanaman kakao di Jorong Kapalo Koto Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan
Jumlah koloni semut hitam pada stasiun I yaitu 116 dan stasiun II yaitu 77. Rata-rata koloni semut hitam pada stasiun I yaitu 0,97 koloni/batang dan stasiun II 0,48 koloni /batang.
Kepadatan koloni semut hitam seluruh tanaman kakao yaitu 0,73 koloni/batang. Standar deviasi semut hitm pada stasiun I yaitu 0,008 dan nstasiun II 0,003. Simpangan baku koloni semut hitam pada tanman kakao
0 0.5 1 1.5
4 Tahun 5 Tahun Kepadatan koloni/batang
Tanaman Kakao
yaitu 0,078.T yaitu 42,7 dan yaitu 1,645.
Diameter batang lebih banyak ditempati sarang semut hitam antara 5- 10 cm yaitu pada stasiun I sebanyak 116 dan stasiun II sebanyak 77. Tempat bersarang lebih banyak ditemukan pada cabang ke 1-3 yaitu pada stasiun I sebanyak 99 dan pada stasiun II sebanyak 65. Tempat bersarang juga lebih banyak ditemukan pada ranting ke 1-5. Tinggi sarang dari permungkaan tanah lebih banyak ditemukan pada ketinggian 1-2 meter pada stasiun I sebanyak 103 batang dan stasiun II sebanyak 68 batang. Semut hitam membuat sarang lebih banyak mengunakan 1-2 helai daun yaitu pada stasiun I sebanyak 75 batang dan stasiun II sebanyak 59 batang. Panjang sarang semut hitam lebih banyak ditemukan antara 11-20 cm. Sedangkan lebar sarang semut hitam lebih banyak ditemukan antara 1-5.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat tentang kepadatan koloni semut hitam (Dolichoderus thoracicus Smith) pada tanaman kakao di Jorong Kapalo Koto Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan pada stasiun I yaitu 0,97 koloni/batang dan stasiun II 0,48 koloni/batang.
Kepadatan koloni semut hitam seluruh tanaman kakao yaitu 0,73 koloni/batang. Setelah dilakukan uji T kepadatan koloni semut hitam pada tanaman kakao stasiun I dan tanaman kakao stasiun II berbeda nyata karena, t hitung 42,7> t tabel 1,645.
Perbedaan jumlah kepadatan koloni semut hitam pada stasiun I dan stasiun II dipengaruhi oleh faktor makanan. Makanan merupakan sumber kebutuhan yang utama bagi semut hitam (Wijaya, 2007). Jika makanan tersedia dengan cukup, maka populasi serangga akan meningkat. Sebaliknya, jika makanan kurang maka populasi serangga juga akan menurun (Jumar, 2000).
Padatnya koloni semut hitam selain karena faktor makanan juga karena faktor lingkungan tempat bersarang. Kondisi Cuaca Selama pengamatan semut hitam pada tanaman kakao pada bulan Desember yaitu stasiun I suhu udara 25 - 28 dan stasiun II suhu udara 23 - 27 . Menurut Riyanto (2007), bahwa kisaran suhu udara antara 25 - 32 merupakan suhu optimal dan toleran bagi aktivitas semut di daerah tropis.
Banyaknya koloni semut hitam pada stasiun I selain karena faktor makanan dan suhu lingkungan juga disebabkan karena tanaman kakao stasiun I memiliki daun yang rimbun.
Sehingga membuat semut hitam pada stasiun I lebih cocok terhadap lingkungannya. Menurut (Jumar, 2000), serangga memiliki kisaran suhu tertentu untuk hidup. Pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan berkurang.
Kepadatan koloni semut hitam lebih rendah ditemukan pada tanaman kakao stasiun II yaitu 0,48 koloni/batang. Rendahnya kepadatan semut hitam pada stasiun II dikarenakan makanan yang ditemukan sedikit dan daun yang tidak rimbun.
Wijaya (2007) melaporkan bahwa, makanan merupakan unsur pokok yang harus ada dalam kehidupan semut.
Makanan diperlukan semut untuk membentuk sel dan jaringan serta diubah menjadi energi yang digunakan untuk beraktivitas.
Diameter batang lebih banyak ditempati sarang semut hitam antara 5- 10 cm yaitu pada stasiun I sebanyak 116 dan stasiun II sebanyak 77. Hal ini dikarenakan semut hitam menyukai membuat sarang pada diameter 5-10 cm. Karena pada diameter 5-10 tersebut berkaitan dengan umur tanaman stasiun I dan stasiun II. Anshary (2008) melaporkan bahwa, daerah batang juga banyak ditumbuhi buah sebagai tempat aktifitas semut.
Tempat bersarang lebih banyak ditemukan pada cabang ke 1-3 yaitu pada stasiun I sebanyak 99 dan pada stasiun II sebanyak 65. Hal ini dikarenakan pada cabang 1-3 lebih dekat ke buah dan jumlah daun juga banyak. Tempat bersarang juga lebih banyak ditemukan pada ranting ke 1-5.
Karena ranting 1-5 tersebut tidak terlalu menjorok keluar dan banyak terdapat daun yang dapat melindungi sarang semut sehingga tidak langsung terkena sinar matahari. Menurut Anshary (2008), karena bagian cabang merupakan bagian tanaman yang ditumbuhi daun dan buah sehingga aktivitas semut hitam relatif lebih banyak pada bagian ini dibandingkan bagian tanaman lainnya.
Tinggi sarang dari permungkaan tanah lebih banyak ditemukan pada ketinggian 1-2 meter pada stasiun I sebanyak 103 batang dan stasiun II sebanyak 68 batang. Karena sekitar ketinggian 1-2 meter semut hitam mudah mencarai makanan baik ke atas tanaman maupun ke bawah tanaman atau tanah. Anshary (2008) melaporkan bahwa, pada daerah batang merupakan tempat semut hitam beraktifitas dan merupakan media aktifitas semut yang menghubungkan permungkaan tanah ke bagian atas tanaman.
Semut hitam membuat sarang lebih banyak mengunakan 1-2 helai daun yaitu pada stasiun I sebanyak 75 batang dan stasiun II sebanyak 59 batang. Semut. Panjang sarang semut hitam lebih banyak ditemukan antara 11-20 cm. Sedangkan lebar sarang semut hitam lebih banyak ditemukan antara 1-5. Karena semut hitam cenderung suka membuat sarang dengan daun yang banyak dan daun yang panjang agar terlindungi dari sinar matahari. Siang hari ketika suhu udara panas, semut akan bersembunyi pada tempat-tempat yang terlindung dari
sinar matahari secara langsung (Wijaya, 2007).
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang kepadatan koloni semut hitam (Dolichoderus thoracicus Smith) pada tanaman kakao di Jorong Kapalo Koto Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan dapat disimpulkan bahwa, kepadatan koloni semut hitam seluruh tanaman kakao yaitu 0,73 koloni/batang, suhu udara stasiun I yaitu 25 - 28 dan stasiun yaitu II 23 - 27 . Kelembaban pada stasiun I dan stasiun II yaitu 69% - 96%.
DAFTAR PUSTAKA
Anshary, A. 2008. Teknik Perbanyakan Dan Aplikasi Predator Dolichoderus thoracicus (Smith) Untuk Pengendalian Pengerek Buah Kakao Conopomorpha Cramella Di Perkebunana Rakyat.
Universitas tadulako. Sulawesi Tengah.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian.
Rineka Cipta. Jakarta.
Riyanto. 2007. Kepadatan, Pola Distribusi dan Peranan Semut Pada Tanaman di Sekitar Lingkungan Tempat Tinggal.
Volume 10. Hal 241-253.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika.
Tarsito. Bandung.
Suin, N. M. 2006. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Bandung.
Wijaya, S.Y. 2007. Kolonisasi Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus Smith ) Pada Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) Dengan Pemberian Pakan Alternatif. Skripsi.
Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Wiryadiputra Soekadar. 2007.
Pemapanan Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus) Pada Perkebunan Kakao dan Pengaruhnya Terhadap Serangan Hama Helopeltis spp. Pelita Perkebunan, 23(1), 57 - 71. Jember.