• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPADATAN POPULASI LOKAN (Batissa violacea Lamarck) YANG DITEMUKAN DI SUNGAI PUNGGASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KEPADATAN POPULASI LOKAN (Batissa violacea Lamarck) YANG DITEMUKAN DI SUNGAI PUNGGASAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KEPADATAN POPULASI LOKAN (Batissa violacea Lamarck) YANG DITEMUKAN DI SUNGAI PUNGGASAN

KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN

Susmai Sasrita, Ismed Wahidi, Yosmed Hidayat Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Email : susmaisasrita123@gmail.com ABSTRACT

Batissa violacea is one that includes family Corbiculidae bivalves inhabiting the bottom of waters. B. violacea have characteristics that are covered by two pieces of shells (valve) that can be opened and closed as there is astrens ht form a hinge connecting the second valve. One region is the river Punggasan seashell Linggo Sari subdistrict Baganti South Pesisir selatan district.

Punggasan river has a muddy substrate type, sandy and sandy mud. This research aim to determine the population density of seashell (Batissa violacea Lamarck) in Punggasan river. This research was conducted on January 2017 in the District Punggasan river Linggo Sari Baganti. This research is a descriptive survey and determination of the station is done by purposive sampling method based on the condition of the substrate. Results showed an average population density of seashell 1.17 ind/m². Factors chemical physics,have the temperature ranges 27-29 ° C, pH 7.0 -7.2, dissolved oxygen 6.6- 7.0 mg/l and 0.51- 3.93% KOS. The population density seashell (Batissa violacea Lamarck) Punggasan River Linggo Sari subdistrict Baganti South Coastal District classified as very low due to the low levels of organic substrates.

Keywords: Population, Batissa violacea Lamarck, Substrate, River Punggasan

PENDAHULUAN

Sungai adalah salah satu perairan yang menjadi habitat oleh organisme dan mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Sungai dapat dimanfaatkan manusia dalam kehidupan sehari-hari seperti sumber air minum, transportasi, irigasi, mandi, mencuci dan kakus. Semua aktivitas yang dilakukan manusia di sungai dapat mempengaruhi faktor fisika kimia air serta biota air yang hidup di dalamnya salah satunya Batissa violacea.

B. violacea merupakan salah satu Bivalvia yang termasuk famili Corbiculidae yang mendiami dasar perairan yang berlumpur, lumpur berpasir dan berpasir. B.

violacea mempunyai ciri khas yang ditutupi oleh dua buah keping cangkang (valve) yang dapat dibuka dan ditutup karena terdapat sebuah persendiaan berupa engsel yang merupakan penghubung kedua valve tersebut. B. violacea mempunyai dua buah cangkang yang dapat membuka menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam

tubuhnya. Cangkang bagian dorsal tebal dan bagian vertal tipis (Romimohtarto dan Sri, 2007).

B. violacea hidup membenamkan tubuhnya tiga seperempat bagian dan yang menonjol kepermukaan substrat adalah bagian posterior. Cara hidup tersebut bertujuan menjaga agar siphonnya yang pendek tetap terbuka sejajar dengan permukaan substrat. Pergerakan B. violacea sangat terbatas karena kaki kapaknya tidak cepat pergerakannya (Abbott 1986 dalam Putri, 2013).

Karakteristik sedimen dapat mempengaruhi distribusi, kelimpahan dan keberhasilan reproduksi bivalvia. Komposisi dan kestabilan substrat (terutama lumpur dan pasir) di daerah deposisi merupakan faktor penentu distribusi dan kelangsungan hidup bivalvia tipe penggali (Quintero, 2007).

Berdasarkan hasil observasi di sekitar sungai Punggasan keberadaan kerang lokan (B. violacea Lamarck) dengan tipe subtrat lumpur, lumpur berpasir dan pasir. Hasil

(2)

wawancara dan informasi dari beberapa orang penangkap lokan (B. violacea Lamarck) di sungai Punggasan banyak terdapat lokan dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai mata pencarian sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Biasanya dari satu kali pengambilan lokan didapatkan 10 kg per orang dalam setiap harinya dan kerang ini diambil langsung dari habitatnya.

Telah dilakukan penelitian dengan tujuan mengetahui kepadatan populasi lokan (Batissa violacea Lamarck) yang ditemukan di sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari BagantiPesisir Selatan”.

METODE PENELITIAN

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2017. Pengambilan dan penghitungan sampel dilakukan di Sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan.

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey deskriptif yaitu pengamatan langsung ke lapangan dan teknik pengambilan sampel adalah Purposive Sampling. Penelitian dilakukan pada 3 stasiun dengan masing- masing stasiun memiliki kondisi substrat berbeda-beda. Stasiun I memiliki substrat lumpur, stasiun II substrat lumpur berpasir dan stasiun III substrat berpasir. Pada setiap stasiun dibuat 3 titik pengambilan sampel yaitu pada tepi kanan, tengah dan tepi kiri sungai. Setiap titik dipasang bingkai kuadrat ukuran 1x1 m sebanyak 5 bingkai dan dipasang mengikuti panjang sungai. Jarak antara bingkai satu dengan bingkai lainya 1 m. Total bingkai kuadrat yang digunakan pada 3 stasiun adalah 45 bingkai kuadrat.

Prosedur kerja yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Pengambilan sampel B. violacea L.

dilakukan pada 3 stasiun, yaitu Stasiun I memiliki substrat lumpur, Stasiun II substrat lumpur, dan Stasiun III substrat berpasir Pada setiap stasiun dibuat 3 titik pengambilan sampel yaitu pada tepi kanan, tengah dan tepi kiri sungai. Setiap titik dipasang bingkai kuadrat ukuran 1x1 m sebanyak 5 bingkai dan dipasang mengikuti panjang sungai. Jarak satu bingkai dengan bingkai lainnya 1 m.

Bingkai kuadrat dipasang di dasar perairan dan pengambilan sampel B.

violacea L. dilakukan dengan cara menyelam dan pengambilan dengan menggunakan tangan. Seluruh lokan yang berada dalam bingkai kuadrat diambil, dimasukan kedalam plastik yang telah diberi label dan kemudian dilakukan penghitungan.

Pengambilan sampel B. violacea L.

dilakukan sebanyak 1 pengambilan masing- masing stasiun. Sebelum pengambilan sampel setiap stasiun dilakukan pengukuran pH, suhu oksigen terlarut dan untuk kadar organik substrat dengan mengambil substrat dasar perairan dan salinitas dengan mengambil sampel air.

Analisis Data

Analisis data dengan menggunakan rumus:

KP = .

(Suin, 2002) HASIL

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan didapatkan hasil Kepadatan Populasi Lokan (Batissa violacea Lamarck) seperti pada Tabel 1.di bawah ini.

Tabel 1. Kepadatan Populasi Lokan (Batissa violacea Lamarck) di Sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan

No Lokasi Jumlah Individu Kepadatan (ind/m2)

1. Stasiun I 17 1,13

2. Stasiun II 24 1,60

3. Stasiun III 12 0,80

Total kepadatan 53 3,53

Rata-rata 1,17

Keterangan : Stasiun I substrat lumpur, stasiun II substrat lumpur berpasir, dan staiun III substrat pasir.

(3)

Pengukuran faktor fisika kimia air di Sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari

Baganti Kabupaten Pesisir Selatan diperoleh hasil seperti pada Tabel 2.di bawah ini.

Tabel 2. Faktor fisika kimia perairan di Sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan

No Parameter Stasiun

I II III

1 Suhu (°C) 27 28 29

2 Derajat keasaman (pH) 7,0 7,2 7,1

3 DO(mg/l) 7,0 6,8 6,6

4 Kadar Organic Subtrat (%) 2,45 3,93 0,51

5 Komposisi Substrat (%)

Pasir 9,07 37,13 88,20

Debu 68,70 15,44 6,61

Liat 22,23 47,43 5,19

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa kepadatan populasi lokan (Batissa violacea Lamarck) di Sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan total kepadatan adalah 3,35 Ind/m dengan rata- rata kepadatan adalah 1,17 Ind/m . Kepadatan populasi lokan di sungai Punggasan ini tergolong rendah. Menurut Tuan (2000) Kerang dengan kepadatan populasi 51-100 ind/m² tergolong tinggi, kepadatan populasi 16-50 ind/m² tergolong sedang dan kepadatan populasi 7-16 ind/m² disebut tergolong rendah.

Rendahnya kepadatan populasi lokan yang didapatkan, disebabkan oleh faktor kadar organik substrat yang pada penelitian ini rendah yaitu berkisar antara 0,51-3,93%.

Kadar organik merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan lokan, dimana kadar organik sebagai nutrisi bagi lokan tersebut. Rendahnya kadar organik pada suatu perairan umumnya akan mengakibatkan rendahnya jumlah populasi lokan dan lokan menyukai substrat yang kaya akan bahan organik. Menurut Barnes dan Mann (1994) dalam Ode (2013) perairan yang kaya bahan organik, umumnya terjadi peningkatan populasi lokan.

Kepadatan populasi lokan pada substrat lumpur berpasir lebih tinggi dibandingkan dengan substrat berlumpur dan berpasir, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mendukung kelangsungan hidup lokan, diantaranya adalah faktor kadar organik substrat. Pada

substrat lumpur berpasir kadar organik substrat yang diperoleh tinggi adalah 3,93

%. Menurut Nur dkk., (2014) Pada tekstur substrat dasar pasir berlumpur memiliki kandungan bahan organik yang tinggi dari pada substrat pasir, sehingga banyak jenis Bivalvia yang melimpah jumlahnya pada substrat pasir berlumpur karena semakin halus tekstur substrat dasar maka kemampuan dalam menjebak bahan organik akan semakin besar. Dame (1996) dalam Akhrianti dkk., (2014) menambahkan faktor ketersediaan makanan (fitoplankton, zooplankton, zat organik tersuspensi) juga ikut berpengaruh dalam menunjang keberlangsungan hidup serta pertumbuhan Bivalvia.

Tingginya kepadatan populasi lokan yang diperoleh pada substrat lumpur berpasir selain kadar substrat, kondisi lingkungan yang diperoleh masih dalam keadaan baik yaitu suhu 28°C, pH 7,2 dan DO 7,2 mg/l. Menurut Odum (1998) kondisi lingkungan yang cocok lokan suhu berkisar 25–28°C, pH antara 6–8,5, dan DO kisaran 5–8 mg/l.

Kepadatan populasi lokan paling rendah diperoleh pada substrat berpasir yaitu dengan kepadatan populasi 0,80 ind/m2. Salah satu penyebab rendahnya kepadatan populasi lokan pada substrat berpasir disebabkan kadar organik substrat yang lebih rendah, hal ini terlihat dari data kadar organik substrat adalah 0,51%. Rendahnya kandungan organik substrat akan menyebabkan rendahnya ketersedian makanan. Jika jumlah makanan tidak sesuai

(4)

akan menyebabkan penurunan jumlah populasi lokan. Menurut Bahtiar (2012) yang mempengaruhi pertumbuhan lokan yaitu musim, suhu, makanan, dan faktor kimia air yang berbeda. selain kadar organik substrat tekstur substrat juga sangat mempengaruhi keberadaan lokan. Menurut Ode (2013) substrat berpasir memiliki kandungan bahan organik yang sangat rendah atau bahkan tidak ada. Nybakken (1992) menambahkan bahwa substrat berpasir tidak banyak mengandung bahan organik dimana bahan organik tersebut hanyut terbawa arus air.

Kepadatan populasi lokan juga dipengaruhi oleh faktor suhu ditentukan oleh faktor fisika kimia perairan. Hasil pengukuran fisika kimia dari ketiga stasiun di dapatkan suhu berkisar 27-29 °C..

Menurut Sitorus (2008) suhu untuk kelangsungan hidup Bivalvia berkisar antara 25-31°C.

Derajat keasaman (pH) pada ketiga stasiun berkisar 7,0-7,2. Hal ini menunjukan bahwa keberadaan air sungai bersifat basa dan masih mendukung kehidupan lokan.

Odum (1998) menjelaskan bahwa Bivalvia membutuhkan pH air 6–8,5 untuk kelangsungan hidup dan reproduksi.

Oksigen terlarut suatu perairan sangat menentukan kehidupan lokan. Oksigen terlarut merupakan salah satu gas yang terlarut dalam air dan merupakan faktor pembatas bagi Bivalvia. Oksigen terlarut yang di dapatkan di Sungai Punggasan berkisar 6,6-7 mg/l. Oksigen terlarut tertinggi terdapat pada substrat berlumpur yaitu7,0 mg/l dan terendah pada substrat berpasir III yaitu, 6,6 mg/l. Ramalutur (2004) menyatakan bahwa meningkatnya suhu menyebabkan kandungan oksigen berkurang. Nugraini (2014) menambahkan DO akan semakin menurun kearah hilir karena banyaknya aktifitas yang terjadi di sekitar sungai. Konsentrasi oksigen terlarut untuk kehidupan bivalvia berada 5-8 mg/l (Odum, 1998)..

Secara umum kepadatan populasi lokan (Batissa violacea Lamarck) di sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan tergolong sangat rendah. Rendahnya kepadatan populasi lokan yang didapatkan di sungai Punggasan disebabkan oleh beberapa faktor yang tidak mendukung antara lain kadar organik

substrat yang rendah dan waktu pengambilan lokan tidak pada musim pemijahan. Menurut Bahtiar (2012) pemijahan lokan terjadi pada akhir bulan Juli sampai September sedangkan pada bulan Januari sampai Februari lokan mengalami fase tidak aktif.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan dapat disimpulkan bahwa :

Kepadatan populasi lokan (Batissa violacea Lamarck) yang ditemukan di Sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan adalah 1,17 indi/m dan tergolong kepadatan populasi lokan rendah. Faktor fisika-kimia perairan masih mendukung untuk kehidupan lokan. Suhu berkisar antara 27-29°C, pH 7,0-7,2, KOS 0,51-3,93%, DO berkisar 6,6- 7,0 mg/l.

Saran

Disarankan kepada Peneliti lebih lanjut untuk meneliti kadar organik substrat di sungai Punggasan Kabupaten Pesisir Selatan.

DAFTAR RUJUKAN

Akhrianti, I,. Bengen,D, G. dan Setyobudiandi, I. 2014. Distribusi Spasial dan Prefensi Habitat Bivalvia Di Pesisir Perairan Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur. Jurnal.

Hlm 1-9..

Bahtiar. 2012. Studi Bioekologi Dan Dinamika Populasi Pokea (Batissa violacea celebensis Martin 1897) Yang Terekplotasi Sebagai Dasar Pengelola Di Sungai Pohara Sulawesi Tenggara. Tesis. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut (suatu pendekatan ekologi). Jakarta:

Gramedia.

Ode, W.A.,Emiyarti ,& Ermayanti, I. 2013.

Studi Kualitas Lingkungan di Sekitar Pelabuhan Bongkar Muat Nikel (Ni) dan Hubungannya

(5)

dengan Struktur Komunitas Makrozoobentos di Perairan Desa Motui Kabupaten Konawe Utara.

Jurnal Mina Laut Indonesia. Vol 3 No 12. Hlm 1-14.

Odum EP. (1998). Dasar-Dasar Ekologi edisi ketiga. Diterjemahkan oleh Tjahjono Samingan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Putri, M.P. 2013. Sebaran Ukuran Cangkang

Kerang Bakau (Polymesoda bengalensis) di Muaro Nipah Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi. Padang:

STKIP PGRI Sumatera Barat.

Quintero, J.C.P. 2007. Diversity, Habitat Use and Conservation of Freshwater Molluscs in the Lower Guadiana River Basin (SW Iberian Peninsula). J. Aquatic Conserv:

Mar. Freshw. Ecosyst. 17: 485–

501.

Romimohtarto, Kasijan dan Sri Juwana.

2007. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biologi Laut.

Jakarta : Djambatan.

Rumalutur, F. 2004. Komposisi Jenis Gastropoda Pada Zona Hutan Mangrove di Pulau Raja, Desa Gita, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara.Skripsi.

Bogor ; Institut Partanian Bogor.

Sitorus, D. 2008. Keanekaragaman Dan Distribusi Bivalvia Serta Kaitannya Dengan Faktor Fisika-Kimia Di Perairan Pantai Lambu Kabupaten Desi Serdang. Tesis. Medan:

Sumatera Utara.

Suin, N, M. (2002). Metoda Ekologi.

Padang : Universitas Andalas.

Tuan V. S. (2000). Status and solution for farming ang management of the clam Meretrix lyrata at Go Cong Dong, Tien Giang. Province Vietnam. Proceeding of the

Tropical Marien Mollusc Program (TMMP).

Referensi

Dokumen terkait

42 | Jurnal Ilmiah Mizani: Wacana Hukum, Ekonomi dan Keagamaan provisions on ihdad based on gender studies on the Compilation of Islamic Law KHI are not gender biased, because it is

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMAN 4 Solok Selatan Tahun