• Tidak ada hasil yang ditemukan

keputusan menteri perhubungan republik indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "keputusan menteri perhubungan republik indonesia"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM 158 TAHUN 2022

TENTANG

PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN REPENTINGANNYA

DI ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SIBOLGA DAN PELABUHAN LABUHAN ANGIN

PRO VINSI SUMATERA UTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian.

Menteri wajib menetapkan alur-pelayaran, sistem rute, tata cara berlalu lintas dan daerah labuh kapal sesuai dengan kepentingannya;

b. bahwa berdasarkan pengaturan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 92 Tahun 2019 tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas dan Daerah Labuh Kapal Sesuai dengan Kepentingannya di Pelabuhan Sibolga dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 64 Tahun 2020 tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas dan Daerah Labuh Kapal Sesuai dengan Kepentingannya di Pelabuhan Labuhan Angin berada di dalam 1 (satu) Teluk Tapanuli dan memanfaatkan zonasi perairan secara bersama, sehingga perlu dilakukan perubahan;

(2)

Mengingat

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin Provinsi Sumatera Utara;

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5731);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5093);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208);

(3)

5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109);

6. Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1979 tentang Pengesahan Peraturan Internasional Tentang Pencegahan Tubrukan di Laut Collision Regulation Tahun 1972 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 53);

7. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan ”International Convention for The Safety of Life at Sea, 1974”, sebagai hasil Konferensi Internasional tentang Keselamatan Jiwa di Laut 1974, yang telah ditandatangani oleh Pemerintah Republik Indonesia, di London, pada tanggal 1 November 1974, yang merupakan pengganti ”International Convention fo r The Safety of Life at Sea 1960”, sebagaimana terlampir dalam Keputusan Presiden ini (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1980 Nomor 65);

8. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 203) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 106);

9. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2022 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 33);

10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALAMaritime Bouyage System fo r Region-A dalam Tatanan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran di Indonesia;

11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 30 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Distrik Navigasi;

12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran;

(4)

13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun 2011 tentang Telekomunikasi-Pelayaran;

14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 629) sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 71 Tahun 2021 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 942);

15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun 2015 tentang Pemanduan dan Penundaan Kapal (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 390);

16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun 2016 tentang Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan dan/atau Instalasi di Perairan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1573) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 40 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun 2016 tentang Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan dan/atau Instalasi di Perairan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 688);

17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 125 Tahun 2018 tentang Pengerukan dan Reklamasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1740) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 53 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 125 Tahun 2018 tentang Pengerukan dan Reklamasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 695);

18. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 67 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 873);

(5)

19. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 4 Tahun 2019 tentang Rencana Zonasi Wilayah pesisir dan Pulau Pulaii Kecil Provinsi Sumatera Utara Tahun

2019 - 2039;

Menetapkan:

MEMUTUSKAN :

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SIBOLGA DAN PELABUHAN LABUHAN ANGIN PRO VINSI SUMATERA UTARA.

PERTAMA : Menetapkan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin serta Sarana Bantu Navigasi- Pelayaran dibatasi oleh titik koordinat geografìs sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KEDUA : Menetapkan Sistem Rute di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KETIGA : Menetapkan Tata Cara Berlalu Lintas di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KEEMPAT : Menetapkan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin sebagaimana tercantum dalam lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KELIMA : Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin serta Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA serta Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya

(6)

sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEEMPAT wajib dimuat dalam Peta Laut Indonesia edisi terbaru dan buku petunjuk pelayaran sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan

Menteri ini.

KEENAM : Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Berlalu Lintas di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA di atur dengan Standar Operasional dan Prosedur yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Sibolga.

KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin dilaksanakan oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Sibolga dan melaporkan hasil pengawasannya kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

KEDELAPAN : Pengawasan terhadap penataan dan penyelenggaraan Alur- Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin dilaksanakan oleh Distrik Navigasi Kelas III Sibolga dan melaporkan hasil pengawasannya kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

KESEMBILAN : Pemeliharaan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin dilaksanakan oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Sibolga secara berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.

KESEPULUH : Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETUJUH dan Diktum KEDELAPAN digunakan sebagai bahan evaluasi Direktur Jenderal Perhubungan Laut untuk setiap perubahan terhadap Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin.

(7)

KESEBELAS : Perubahan terhadap Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran masuk Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESEPULUH diinformasikan melalui penerbitan Maklumat Pelayaran (MAPEL) serta disiarkan melalui Navigation Telex (Navtex) dan Berita Pelaut Indonesia (Notice to Marines).

KEDUABELAS Setiap perubahan Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESEBELAS ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam batasan kewenangan yang tidak mengubah maksud dari ditetapkannya Keputusan Menteri ini dan dievaluasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun akan dilakukan evaluasi untuk mengetahui kesesuaian dengan Keputusan Menteri ini.

KETIGABELAS : Pada saat Keputusan Menteri ini mulai berlaku:

a. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 92 Tahun 2019 tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas dan Daerah Labuh Kapal Sesuai dengan Kepentingannya di Pelabuhan Sibolga; dan

b. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 64 Tahun 2020 tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas dan Daerah Labuh Kapal Sesuai dengan Kepentingannya di Pelabuhan Labuhan Angin,

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

KEEMPATBELAS :Direktur Jenderal Perhubungan Laut melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan Keputusan Menteri ini.

(8)

KELIMABELAS: Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan kepada:

1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;

2. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi;

3. Menteri Dalam Negeri;

4. Menteri Kelautan dan Perikanan;

5. Menteri Badan Usaha Milik Negara;

6. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;

7. Kepala Staf TNI Angkatan Laut;

8. Gubernur Sumatera Utara;

9. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, dan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan;

10. Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut;

11. Kepala Distrik Navigasi Kelas III Sibolga;

12. Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Sibolga.

Salinan sesuai dengan aslinya

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 26 Agustus 2022 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

(9)

LAMPIRAN I

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 158 TAHUN 2022

TENTANG PENETAPAN ALUR-

PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU LINTAS DAN DAERAH LAB UH

KAPAL SESUAI DENGAN

KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SIBOLGA DAN PELABUHAN LABUHAN ANGIN PROVINSI SUMATERA UTARA

ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SIBOLGA DAN PELABUHAN LABUHAN ANGIN

1. Titik Koordinat As Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga:

KODE LINTANG BUJUR Haluan

Masuk Keluar GH 1 01° 42' 35.45" LU 098° 44' 44.89" BT 27° - GH 2 01° 43' 10.35" LU 098° 45' 03.03" BT 64° 207°

GH 3 01° 43' 19.95" LU 098° 45' 23.04" BT 90° 244°

GH 4 01° 43' 19.95" LU 098° 46' 54.61" BT 63° 270°

GH 5 01° 43' 21.94" LU 098° 46' 58.56" BT - 243°

2. Titik Koordinat Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga:

KODE Batas Kiri Alur KODE Batas Kanan Alur

1A 01° 42' 37.78" LU/

098° 44' 40.66" BT 1B 01° 42' 33.11" LU/

098° 44' 49.14" BT 2A 01° 43' 14.32" LU/

098° 45' 00.05" BT 2B 01° 43' 05.65" LU/

098° 45' 06.56" BT 3A 01° 43’ 24.83" LU/

098° 45' 21.81" BT 3B 01° 43' 15.06" LU/

098° 45’ 24.28" BT 4A 01° 43' 22.57" LU/

098° 46’ 54.54" BT 4B 01° 43' 16.95" LU/

098° 46' 54.72" BT 5A 01° 43’ 23.08" LU/

098° 46' 57.65" BT 5B 01° 43' 20.12" LU/

098° 47' 00.03" BT

(10)

3. Titik Koordinat As Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuhan Angin:

KODE LINTANG BUJUR Haluan

Masuk Keluar GH 1 01° 42' 40.00" LU 098° 44' 36.33" BT 28° - GH 2 01° 43' 14.35" LU 098° 44' 54.78" BT 333° 208°

GH 3 01° 44' 04.97" LU 098° 44' 29.64" BT 286° 153°

GH 4 01° 44' 09.81" LU 098° 44' 13.36" BT - 106°

4. Titik Koordinat Alur-PelayaranMasuk Pelabuhan Labuhan Angin:

KODE Batas Kiri Alur KODE Batas Kanan Alur

1A 01° 42' 41.86" LU/

098° 44' 32.88" BT 1B 01° 42' 37.78" LU/

098° 44' 40.66" BT 2A 01° 43' 14.37" LU/

098° 44' 49.34" BT 2B 01° 43' 14.32" LU/

098° 45' 00.05" BT 3A 01° 44’ 00.42" LU/

098° 44' 26.48" BT 3B 01° 44' 09.53" LU/

098° 44' 32.81" BT 4A 01° 44’ 04.96" LU/

098° 44' 12.81" BT 4B 01° 44' 14.66" LU/

098° 44' 13.90" BT 5. Titik Koordinat Penempatan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran;

No Nama dan Jenis SBNP

No

DSI Koordinat DSI

1 Ramsu Poncan

Gadang (H) 2700 01° 43’ 08.63" LU/098° 45' 45.56" BT 2 Ramsu Poncan Kecil

(P)

2691 01° 43’ 42.63" LU/098° 45' 16.56" BT 3 Ramsu Aek Habil (H) 2711 01° 43’ 18.99" LU/098° 47' 01.25" BT 4 Ramsu Sarudut (M) 2709 01° 43’ 24.96" LU/098° 46’ 56.02" BT 5 Pelsu Uj. Batu

Buruk - 01° 43' 45.94" LU/098° 44' 30.82" BT 6 Pelsu P.Panjang - 01° 44’ 37.24" LU/098° 44' 50.70" BT 7 Lampu Pelabuhan

Lama Sibolga 2720 01° 44' 26.51" LU/098° 46' 28.67" BT

(11)

6. Titik Koordinat Rencana Pemasangan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran

SBNP POSISI KOORDINAT

Pel su MPMT 01° 42' 37.78" LU / 098° 44' 40.66" BT

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Salinan sesuai dengan aslinya

(12)

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 158 TAHUN 2022

TENTANG PENETAPAN ALUR- PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU LINTAS DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR- PELAYARAN MASUK PELABUHAN SIBOLGA DAN LABUHAN ANGIN PRO VINSI SUMATERA UTARA

SISTEM RUTE ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SIBOLGA DAN PELABUHAN LABUHAN ANGIN

1. Sistem Rute di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga ditetapkan yaitu rute dua arah (two ways routé) dengan lebar alur 145 s/d 300 m, sedangkan untuk Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuhan Angin sistem rute yang ditetapkan yaitu rute dua arah (two ways routé] dengan lebar alur 300 m

(tiga ratus meter);

2. Rondisi Kedalaman dan Panjang Alur-Pelayaran

Rondisi kedalaman Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga yaitu -6 s/d - 21 meter LWS dan panjang alur-pelayaran dari pelampung suar MPMT sampai pintu masuk Pelabuhan Sibolga 2,62 NM (dua koma enam dua Nautical Miles) atau 4.862m (empat ribu delapan ratus enam puluh dua meter) sedangkan kondisi kedalaman Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuhan Angin yaitu -10 s/d -21 meter LWS dan panjang alur-pelayaran dari pelampung suar MPMT sampai pintu masuk Pelabuhan Labuhan Angin 1,86 NM (satu koma delapan enam Nautical Miles) atau 3.462m (tiga ribu empat ratus enam puluh dua meter).

3. Kondisi Pasang Surut

a. Sifat Pasang Surut (Pasut) yaitu Campuran Condong ke Harian Ganda (Mixed Semi Diumal Tidé), dengan tunggang air (selisih air tertinggi dengan air terendah) yaitu sebesar 234 (dua ratus tiga puluh empat) cm;

(13)

b. Berdasarkan Hai tersebut, ukuran dan sarat (draft) kapal yang dapat melalui alur-pelayaran masuk Pelabuhan Sibolga yaitu 5 m (lima meter) sedangkan untuk Pelabuhan Labuhan Angin yaitu 9 m (sembilan meter) pada kondisi air surut terendah.

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Salinan sesuai dengan aslinya

(14)

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 158 TAHUN 2022

TENTANG PENETAPAN ALUR- PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU LINTAS DAN DAERAH LABUH

KAPAL SESUAI DENGAN

KEPENTINGANNYA DI ALUR- PELAYARAN MASUK PELABUHAN SIBOLGA DAN LABUHAN ANGIN PROVI NSI SUMATERA UTARA

TATA CARA BERLALU LINTAS DI ALUR-PELAYARAN

MASUK PELABUHAN SIBOLGA DAN PELABUHAN LABUHAN ANGIN

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan menekan angka kecelakaan kapal maka perlu diatur Tata Cara Berlalu Lintas di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin sebagai berikut:

1. Pemanduan

a. Kapal dengan ukuran tonase kotor GT 500 (lima ratus Gross Tonnage) atau lebih yang berlayar di perairan wajib pandu wajib menggunakan pelayanan jasa pemanduan kapal;

b. Mesin penggerak utama dan alat navigasi harus dalam kondisi baik dan normal untuk olah gerak kapal;

c. Mengibarkan benderà “G“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih merah pada malam hari apabila kapal sedang menunggu petugas pandu;

d. Mengibarkan benderà “H“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih merah pada malam hari apabila petugas pandu berada di atas kapal; dan e. Mengibarkan benderà “Q“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih

merah pada malam hari bagi kapal yang baru tiba dari luar negeri, petugas pandu hanya diperbolehkan naik kekapal untuk membawa kapal apabila kapal telah dinyatakan bebas dari penyakit menular oleh petugas karantina kesehatan (free practique) dan benderà kuning telah diturunkan.

(15)

2. Komunikasi

a. Pemilik kapal/operator kapal atau Nakhoda wajib memberitahukan rencana kedatangan kapalnya kepada Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Sibolga dengan mengirimkan telegram radio Nakhoda (master cable) melalui Stasiun Radio Pantai Sibolga dengan tembusan kepada perusahaan angkutan laut atau agen umum dalam waktu paling lama 48 (empat puluh delapan) jam sebelum kapal tiba di pelabuhan;

b. setiap kapal yang memasuki dan keluar alur-pelayaran wajib melapor kepada Stasiun Radio Pantai Sibolga melalui channel 12 (dua belas) dan channel 16 (enam belas) VHF,frequency 6215 HF, channel 2182 MF, channel 2187.5 MF Digital Selectiue Calling (DSC);

c. batas garis pelaporan masuk Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin yaitu 01°41' 50.00" LU/098°42' 00" BT;

d. komunikasi antara petugas pandu/kapal/kapal pandu dapat menggunakan Bahasa Indonesia dan/atau Bahasa Inggris dengan radio VHF pada channel 12; dan

e. komunikasi dengan kapal sebelum petugas pandu di atas kapal dilakukan Nakhoda harus memberikan keterangan kepada petugas pandu antara lain, kondisi, sifat, cara, data, karakteristik dan lain-lain yang berkaitan dengan kemampuan olah gerak kapal.

3. Pro se s Kapal Masuk a. Dalam kondisi normal

1) setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan berhasil untuk menghindari tubrukan dan dapat diberhentikan dalam suatu jarak yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada;

2) setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan, apabila keadaan mengijinkan harus tegas dan jelas dilakukan dalam waktu yang cukup dan benar-benar memperhatikan persyaratan kepelautan yang baik;

3) apabila kondisi dermaga sedang penuh atau Nakhoda memutuskan untuk berlabuh terlebih dahulu, maka kapal dapat berlabuh di area labuh yang sudah disediakan;

4) apabila proses administrasi kelengkapan dokumen selesai dan sudah tersedia posisi tambat untuk kapal di dermaga, maka Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Sibolga akan

(16)

menginformasikan kekapal bahwa kapal sudah bisa tambat di pelabuhan;

5) kapal disarankan berlayar mengikuti ketentuan koridor alur-pelayaran dan arah haluan yang ditetapkan pada Lampiran I serta Peta Alur- Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin;dan

6) pada saat melintasi garis atau wilayah wajib lapor atau setelah kapal berlabuh atau sandar, maka kapal wajib melapor kepada Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Sibolga.

b. Dalam Kondisi Angin di Atas Normal/Kabut/Hujan Deras/Gelombang Tinggi:

1) kecepatan kapal disekitar pelampung suar pengenal disarankan menggunakan maneuverìng speed; dan

2) untuk memasuki alur-pelayaran dalam kondisi kabut/hujan lebat, kapal menggunakan sarana navigasi visual, elektronik (radar/GPS/AIS) dan peralatan navigasi lainnya secara baik dan tepat guna.

4. Proses Kapal Keluar

a. Nakhoda dan/atau petugas pandu melaporkan kepada Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Sibolga mengenai ukuran kapal dan jam kapal mulai dipandu keluar;

b. meminta informasi ke Kantor Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Sibolga mengenai ukuran kapal mengenai pergerakan kapal yang keluar/ masuk Alur-Pelayaran Pelabuhan Sibolga ; dan

c. arahkan haluan menuju bagian tengah alur-pelayaran dan berlayar menuju laut lepas.

5. Pengaturan Tindakan Untuk Menghindari Tubrukan Meliputi:

a. setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan, apabila keadaan mengijinkan harus tegas dan jelas dilakukan dalam waktu yang cukup dan benar-benar memperhatikan persyaratan kepelautan yang baik;

b. setiap perubahan haluan dan/atau kecepatan untuk menghindari tubrukan, apabila keadaan mengijinkan harus cukup besar sehingga menjadi jelas bagi kapal lain yang sedang mengamati dengan penglihatan

(17)

atau dengan radar, serangkaian perubahan kecil dari haluan dan/atau kecepatan hendaknya dihindari;

c. apabila ada ruang gerak yang cukup, maka perubahan haluan merupakan tindakan yang paling berhasil untuk menghindari situasi saling mendekati terlalu rapat dengan ketentuan bahwa perubahan itu dilakukan dalam waktu yang cukup dini dan tidak mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekati terlalu rapat;

d. tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan kapal lain harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan pelewatan dengan jarak yang aman dan hasil tindakan tersebut harus dikaji dengan seksama sampai kapal tersebut dilewati dan bebas sama sekali; dan

e. apabila diperlukan untuk menghindari tubrukan atau memberikan waktu yang lebih banyak untuk menilai keadaan, maka kapal harus mengurangi kecepatannya atau menghilangkan kecepatannya sama sekali dengan memberhentikan atau menjalankan mundur sarana penggeraknya.

6. Pengaturan Penyusulan Meliputi:

a. setiap kapal yang sedang menyusul kapal lain harus menghindari kapal lain yang sedang disusui;

b. kapal harus dianggap menyusul apabila sedang mendekati kapal lain dari arah yang lebih besar dari 22,5° (dua puluh dua koma lima derajat) dibelakang arah melintang yaitu dalam kedudukan sedemikian sehingga terhadap kapal yang sedang disusui itu pada malam hari kapal hanya dapat melihat penerangan buritan, te tapi tidak satupun dari penerangan lambungnya;

c. apabila kapal dalam keadaan ragù-ragù apakah ia sedang menyusul kapal lain atau tidak, maka kapal itu harus beranggapan bahwa sedang menyusul kapal lain; dan

d. setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi kemudian tidak akan mengakibatkan kapal yang sedang memotong dalam pengertian aturan-aturan ini atau membebaskannya dari kewajiban untuk menghindari kapal yang sedang disusui itu sampai kapal tersebut dilewati dan bebas sama sekali.

7. Pengaturan Tata Cara Berlalu Lintas Kapal Dalam Situasi Berhadap- Hadapan Meliputi:

a. apabila 2 (dua) kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan berlawanan atau hampir berlawanan sehingga akan mengakibatkan bahaya

(18)

tubrukan, maka masing-masing kapal harus mengubah haluannya kekanan sehingga masing-masing kapal akan berpapasan di lambung kirinya;

b. keadaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus dianggap ada apabila kapal melihat kapal lain tepat atau hampir di depan dan pada malam hari kapal itu dapat melihat penerangan tiang kapal lain tersebut terletak segaris atau hamper segaris dan/atau kedua penerangan lambung serta pada siang hari kapal itu mengamati gatra (aspek) yang sesuai mengenai kapal lain tersebut; dan

c. apabila kapal dalam keadaan ragu-ragu atas terdapatnya keadaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka kapal itu harus beranggapan bahwa keadaan tersebut ada dan bertindak sesuai huruf a dan huruf b.

8. Dalam pengaturan tata cara berlalu lintas kapal dalam situasi memotong apabila 2 (dua) kapal tenaga sedang berlayar dengan haluan saling memotong sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan, maka kapal yang mendekati kapal lain di sisi kanannya harus menghindar, dan apabila keadaan mengijinkan harus dengan cara memotong didepan kapal lain tersebut. Dalam pengaturan tata cara tindakan kapal menghindari, maka setiap kapal yang diwajibkan menghindari kapal lain dan sedapat mungkin melakukan tindakan secara dini dan tegas untuk tetap bebas sama sekali.

Dalam pengaturan tanggung jawab antara kapal meliputi:

a. kapal bermesin yang sedang berlayar harus menghindari:

1) kapal yang tidak terkendalikan;

2) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas;

3) kapal yang sedang menangkap ikan; dan 4) kapal layar.

b. kapal layar yang sedang berlayar harus menghindari:

1) kapal yang tidak terkendalikan;

2) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas; dan 3) kapal yang sedang menangkap ikan.

c. kapal yang sedang menangkap ikan sedapat mungkin harus menghindari:

1) kapal yang tidak terkendalikan; dan 2) kapal yang olah geraknya terbatas.

(19)

d. setiap kapal, kecuali kapal yang tidak dapat dikendalikan atau kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, apabila keadaan mengijinkan harus menghindarkan dirinya merintangi jalan aman sebuah kapal yang terkendala oleh saratnya; dan

e. kapal yang terkendala oleh saratnya sebagaimana dimaksud dalam huruf (d) harus berlayar dengan kewaspadaan khusus dengan benar-benar memperhatikan keadaannya yang khusus tersebut.

9. Larangan

a. kapal dilarang memasuki alur-pelayaran dengan under keel clearance (UKC) kurang dari 10% (sepuluh persen) dari draught, kecuali atas izin Syahbandar;

b. kapal penangkap ikan dilarang menangkap ikan di alur-pelayaran;

c. kapal dilarang masuk perairan wajib pandu tanpa mendapat pemanduan dari petugas pandu;

d. petugas pandu dilarang meninggalkan kapal yang dipandu dalam kondisi dan situasi :

1) Kapal kandas;

2) Kapal tubrukan;

3) Kerusakan mesin/kemudi; dan/atau

4) keadaan lain yang mengganggu lalu lintas kapal.

e. larangan kapal untuk menyusul kapal lain pada ukuran LO A tertentu sesuai dengan ketentuan sistem rute;

f. kapal yang sandar/tender dengan kapal lain yang sedang sandar di dermaga umum/khusus hanya diijinkan 1 (satu) kapal saja yang sandar/tender di kapal yang sedang sandar di dermaga tersebut atas pertimbangan keselamatan kapal yang akan berolah gerak keluar/masuk;

(20)

g. kapal dilarang berlabuh jangkar di area yang tidak ditetapkan dalam keputusan menteri ini; dan

h. kapal dilarang membuang sampah, limbah, dan bahan lain dari pengoperasian kapal.

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Salinan sesuai dengan aslinya Hukum

DANANG RUSDIHANTO

(21)

LAMPIRAN IV

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 158 TAHUN 2022

TENTANG PENETAPAN ALUR-

PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU LINTAS DAN DAERAH LABUH

KAPAL SESUAI DENGAN

KEPENTINGANNYA DI ALUR- PELAYARAN MASUK PELABUHAN SIBOLGA DAN PELABUHAN LABUHAN ANGIN PROVINSI SUMATERA UTARA DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA

DI ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SIBOLGA DAN PELABUHAN LABUHAN ANGIN

1. Zona A Area Perbaikan Kapal

Titik KOORDINAT KEDALAMAN LUAS

1 01° 43' 13.54" LU/098° 46' 40.31" BT

10-11 Meter 6 Ha 2 01° 43' 13.54" LU/098° 46' 48.31" BT

3 01° 43' 05.54" LU/098° 46' 48.31" BT 4 01° 43’ 05.54" LU/098° 46' 40.31" BT 2. Zona B Area Labuh Kapal Penyeberangan

Titik KOORDINAT KEDALAMAN LUAS

1 01° 43’ 38.00" LU/098° 46' 13.00" BT

11-13 Meter 6 Ha 2 01° 43' 38.00" LU/098° 46’ 21.00" BT

3 01° 43' 30.00" LU/0980 46' 21.00" BT 4 01° 43' 30.00" LU/098° 46' 13.00" BT 3. Zona C Area Labuh Kapal General Cargo

Titik KOORDINAT KEDALAMAN LUAS

1 01° 43' 38.00" LU/098° 46' 05.00" BT

32 Meter 6 Ha 2 01° 43' 38.00" LU/098° 46' 13.00" BT

3 01° 43’ 30.00" LU/098° 46' 13.00" BT 4 01° 43' 30.00" LU/098° 46’ 05.00" BT

(22)

4. Zona D Area Labuh Peti Kemas

Titik ROORDINAT REDALAMAN LUAS

1 01° 43' 38.00" LU/0980 45' 57.00" BT 2 01° 43' 38.00" LU/098° 46' 05.00" BT

15 Meter 6 Ha

3 01° 43' 30.00" LU/098° 46’ 05.00" BT 4 01° 43' 30.00" LU/098° 45' 57.00" BT

Zona E Area Alih Muat Rapai (Ship to Ship Transfer) Luar

Titik ROORDINAT REDALAMAN LUAS

1 01° 43' 38.00" LU/098° 45' 49.00" BT 2 01° 43' 38.00" LU/098° 45' 57.00" BT

13 Meter 6 Ha 3 01° 43' 30.00" LU/098° 45' 57.00" BT

4 01° 43' 30.00" LU/098° 45' 49.00" BT Zona F Zona Darurat (Emergency)

Titik ROORDINAT REDALAMAN LUAS

1 01° 43' 02.90" LU/0980 45' 10.45" BT 2 01° 42' 58.98" LU/098° 45' 17.62" BT

18-12 Meter 6 Ha 3 01° 42' 51.82" LU/098° 45' 13.77" BT

4 01° 42' 55.86" LU/098° 45' 06.63" BT Zona G Zona Rapai Rarantina

Titik ROORDINAT REDALAMAN LUAS

1 01° 42' 48.71" LU/098° 45' 02.65" BT 2 01° 42' 55.86" LU/0980 45' 06.63" BT

20-21 Meter 6 Ha 3 01° 42’ 51.82" LU/098° 45' 13.77" BT

4 01° 42' 44.58" LU/098° 45’ 09.77" BT

(23)

8. Zona H Zona Percobaan Kapal Berlayar (Sea Trial)

Titik KOORDINAT KEDALAMAN LUAS

1 01° 42' 34.88" LU/098° 44' 55.03" BT

21 Meter 12 Ha 2 01° 42' 48.71" LU/098° 45' 02.65" BT

3 01° 42' 44.58" LU/098° 45' 09.77" BT 4 01° 42' 30.74" LU/098° 45' 02.15" BT

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI Salinan sesuai dengan aslinya

Biro Hukum

RUSDIHANTO

(24)

LAMPIRAN V

KEPUTUSAN MENTERI

PERHUBUNGAN

NOMOR KM 158 TAHUN 2022

TENTANG PENETAPAN ALUR- PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU LINTAS DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR- PELAYARAN MASUK PELABUHAN SIBOLGA DAN PELABUHAN LABUHAN ANGIN PROVINSI SUMATERA UTARA

PETA ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SIBOLGA DAN PELABUHAN LABUHAN ANGIN

1. Peta Bathimetri Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin

(25)

2. Peta Bathimetri Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga dan Alur- Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuhan Angin

3. Peta Bathimetri Zona Labuh Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin

(26)

4. Area Labuh Kapal Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin

(27)

5. Area Labuh Kapal Pelabuhan Sibolga dan Pelabuhan Labuhan Angin Zona F sampai Zona H

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Salinan sesuai dengan aslinya

Referensi

Dokumen terkait

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM 166 TAHUN 2022 TENTANG PENETAPAN LOKASI PELABUHAN PASIMARANNU UNTUK MELAYANI ANGKUTAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM 185 TAHUN 2022 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 13 TAHUN 2019 TENTANG PENDELEGASIAN KEWENANGAN