• Tidak ada hasil yang ditemukan

kerapatan populasi lumut kerak (lichenes) pada pohon mahoni

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "kerapatan populasi lumut kerak (lichenes) pada pohon mahoni"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

KERAPATAN POPULASI LUMUT KERAK (LICHENES) PADA POHON MAHONI (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) DI KECAMATAN

PADANG UTARA KOTA PADANG

Nilam, Jasmi, Abizar

Program Studi Pendidikan Biologi

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat e-mail: sarinilam275@gmail.com

ABSTRACT

Padang city in the development era in this time try to improve regional progress in industrial area, technology and modern urban planning. North Padang is one of the districts in Padang which has an of 8.08 km2 with a population density reached 8695 person per Km2. Residents in these districts relative more dense than other districts in Padang. In line with population density, transportation activity become to mount. Transportation appliance like motorcycles and cars can cause air pollution.

The government is try to reduce air pollution by planting shade trees along the shoulder of the road.

Trees are often used are mahogany (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.), Which is the habitat of lichens.

Lichens serve as bioindicators of air pollution. Different lichens show differential sensitivity to pollutants. Pollutants in the air will select the type of lichen there. Lichens able to accumulate pollutants in it’s talus. Lichen tolerant of pollutants require elevated levels of pollutants for good growth. To learn the population density of lichens have done research about the population density of lichens on mahogany trees (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) In the district of Padang North Padang using descriptive survey and conducted in April - May 2016 in the Laboratory of Botany STKIP PGRI West Sumatra. The results showed that the total population density of lichens on a mahogany is 65.13 g / m2. Population lichens dense on the street Khatib sulaiman (34.98 g / m2).

Key Word: Density, Lichenes, Crustose, Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

PENDAHULUAN

Padang Utara Kota Padang memiliki penduduk yang relatif padat dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kota Padang (BPS, 2015). Seiring dengan padatnya penduduk maka aktivitas manusiapun akan meningkat, begitu pula dengan aktivitas transportasi. Alat transportasi menyebabkan pencemaran udara dengan di keluarkannya Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida(NOx), Hidrokarbon, Sulfur Dioksida (SO2) dan tetraethyle lead (Surtikanti, 2009).

Pemerintah berusaha mencegah atau mengurangi pencemaran udara dengan menanam pohon peneduh di sepanjang jalan.

Pohon yang paling sering digunakan sebagai pohon peneduh jalan adalah pohon Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.). Selain itu pohon Mahoni adalah salah satu habitat dari lumut kerak. Lumut kerak adalah dua tumbuhan yang hidup bersama (bersimbiosis), yaitu antara fungi (jamur) dan ganggang (alga) sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan.

(2)

2 Lumut kerak berperan sebagai bioindikator pencemaran udara. Lumut kerak yang berbeda menunjukkan kepekaan yang berbeda terhadap polutan. Ada yang bersifat sensitif ada yang bersifat toleran (Webster, 2007). Pada daerah dimana pencemaran udara telah terjadi jumlah jenis lumut kerak yang ada akan sedikit dan jenis yang peka sekali akan hilang (Hardini, 2010). Sehubungan dengan itu maka telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kerapatan populasi lumut kerak pada pohon Mahoni (S.

mahagoni (L.) Jacq.) di Kecamatan Padang Utara Kota Padang.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April - Mei 2016. Sampel diambil di jalan Khatib Sulaiman dan jalan Gajah Mada di Kecamatan Padang Utara Kota Padang, Sumatera Barat. Pada setiap lokasi penelitian dilakukan pengukuran diameter batang pohon Mahoni pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah dengan menggunakan meteran. Pohon yang akan dijadikan tempat koleksi lumut kerak berdiameter ≥ 20 cm.

Pengamatan pada batang dilakukan pada ketinggian 50 cm dari permukaan tanah dengan tinggi pengamatan pada pohon 50 cm.

Tinggi pengamatan pada pohon diberi batas dengan tali rafiah. Kikis setiap koloni lumut kerak pada pohon dengan menggunakan alat

pengikis. Lumut kerak yang telah dikikis dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label untuk dibawa ke laboratorium.

Di laboratorium, berat basah lumut kerak ditimbang dengan menggunakan neraca analitik. Selanjutnya tempatkan lumut kerak kedalam kertas alumunium yang telah dibentuk seperti segi empat. Lalu masukkan kedalam oven selama 30 menit dengan suhu 800C. Lakukan penimbangan secara berulang sampai berat lumut kerak konstan setiap 30 menit. Analisis kerapatan populasi lumut kerak dihitung berdasarkan biomassa lumut kerak merujuk pada Suin (2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Morfologi lumut kerak (Lichenes) pada pohon Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) di Kecamatan Padang Utara Kota Padang tidak beraturan. Bentuk talus lumut kerak tidak teratur dan cendrung mengikuti bentuk permukaan substrat. Secara umum tipe talus lumut kerak yang ditemukan adalah Crustose. Sifat dari lumut kerak Crustose diantaranya adalah menempel erat pada substrat, talus berwarna hijau muda sampai hijau keabuan dan soredia tersebar di permukaan talus. Contoh talus lumut kerak yang ditemukan pada pohon Mahoni di Kecamatan Padang Utara Kota Padang seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Morfologi talus lumut kerak di Kecamatan Padang Utara Kota Padang A: Lumut kerak di jalan Gajah Mada, B : Lumut kerak di jalan Khatib Sulaiman.

(3)

3 Kerapatan total populasi lumut kerak pada pohon Mahoni di Kecamatan Padang Utara Kota Padang adalah 65,13 gram/m2 (Tabel 2 dan Lampiran 1-2). Lumut kerak lebih rapat pada pohon Mahoni yang ditanam

di jalan Khatib Sulaiman (34,98 gram/m2).

Kerapatan lumut kerak tertinggi pada titik pengambilan sampel di lampu merah Padang Baru (10,96 gram/m2) dan terendah di lampu merah Alai (4,22 gram/m2).

Tabel 1. Kerapatan dan kerapatan total lumut kerak pada pohon Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) di Kecamatan Padang Utara Kota Padang.

Stasiun Lokasi Titik pengambilan sampel

Jarak (m)

Kerapatan (gram/m2)

Kerapatan total (gram/m2)

I Lampu merah Lampu merah Alai ± 50 4,22

9,39 Lampu merah Lapai ± 2620 5,17

Kawasan jauh dari lampu merah

Kejaksaan Negeri Padang

± 1750 10,38

20,77

Simpang PGA ± 1600 10,39

Sub total 30,16 II Lampu merah Lampu merah Padang

baru

± 20 10,96

19,58 Bundaran Presiden ± 2170 8,63

Kawasan jauh dari lampu merah

Stikes Alifa ± 1130 5,45

15,39 Jamkrida Sumbar ± 800 9,94

Sub total 34,98 Total 65,13

Stasiun I : Jalan Gajah Mada, II : Jalan Khatib Sulaiman. Jarak antara titik pada stasiun I dimulai dari lampu merah Alai, jarak antar titik pada stasiun II dimulai dari lampu merah Padang Baru.

Hasil pengukuran unsur cuaca di sekitar lokasi koleksi lumut kerak pada pohon Mahoni di Kecamatan Padang Utara Kota Padang ditampilkan pada Tabel 3 dan

Lampiran 3. Rata-rata suhu udara tertinggi di jalan Khatib Sulaiman (33,08 0C) dan rata-rata kelembaban tertinggi di jalan Gajah Mada (77,58 %).

Tabel 2. Suhu dan kelembaban rata-rata habitat lumut kerak pada pohon Mahoni (S. mahagoni (L.) Jacq.) di Kecamatan Padang Utara Kota Padang.

Stasiun Lokasi Titik pengambilan sampel Suhu (0C)

Kelembaban (%)

I Lampu merah Lampu merah Alai 29,67 80,67

Lampu merah Lapai 32,33 77,66

Jauh dari lampu merah

Kejaksaan Negeri Padang 33 75,33

Simpang PGA 32,67 76,67

Rata-rata 31,92 77,58

II Lampu merah Lampu merah Padang baru 33,33 71,67

Bundaran Presiden 32,67 78,67

Jauh dari lampu merah

Stikes Alifa 32 75,67

Jamkrida Sumbar 34,33 73

Rata-rata 33,08 74,75 Rata-rata total 32,5 76,17

(4)

4 Lumut kerak yang ditemukan pada penelitian ini adalah Crustose. Amin (2012) melaporkan bahwa tipe talus Crustose merupakan tipe talus yang paling resisten dibandingkan dengan tipe talus lainnya. Hal itu karena lumut kerak dengan tipe Crustose terlindung dari potensi kehilangan air dengan bertahan pada substratnya, karena memiliki sifat melekat erat pada substratnya sehingga tetap bisa hidup pada lokasi yang terpapar polusi.

Keberadaan polutan diudara akan menyeleksi jenis lumut kerak yang ada. Lumut kerak yang sensitif terhadap polutan akan hilang walaupun konsentrasi polutan yang rendah sekalipun sedangkan lumut kerak yang toleran akan tetap mampu bertahan pada konsentrasi polutan yang tinggi. Kematian lumut kerak yang sensitif dan peningkatan dalam jumlah spesies yang lebih tahan dalam suatu daerah dapat dijadikan peringatan dini akan kualitas udara yang memburuk (Campbell, 2003).

Jika Lumut kerak yang toleran bertahan dalam waktu yang lama pada daerah terpolusi maka lumut kerak akan memanfaatkan polutan untuk kelangsungan hidupnya.

Webster dan Roland Weber (2007) mengatakan bahwa lichen toleran polutan benar-benar membutuhkan peningkatan kadar polutan untuk pertumbuhan yang baik, seperti yang ditunjukkan oleh hilangnya lichen toleran dari beberapa daerah setelah pelaksanaan undang-undang untuk mengekang emisi polutan.

Kerapatan populasi lumut kerak pada pohon Mahoni (S. mahagoni (L.) Jacq.) di Kecamatan Padang Utara Kota Padang tertinggi di jalan Khatib Sulaiman (Tabel 1).

Tingginya kerapatan lumut kerak di Khatib Sulaiman diduga volume kendaraan di jalan Khatib Sulaiman lebih banyak dengan laju kendaraan yang cepat. Bachtiar (2006) melaporkan bahwa secara umum semakin cepat laju kendaraan maka emisi CO, NO2, dan SO2 yang dilepaskan akan meningkat baik untuk kendaraan yang menggunakan bahan bakar solar maupun bahan bakar bensin.

Lumut kerak yang toleran terhadap polutan akan memanfaatkan polutan untuk pertumbuhannya. Menurut Ahmadjian (1967)

lumut kerak membutuhkan Nitrogen dan Karbon untuk pertumbuhannya.

Selain volume dan kecepatan kendaraan, kerapatan populasi lumut kerak di jalan Khatib Sulaiman tinggi diduga penyebaran soredia lumut kerak yang ada pada lokasi lebih luas.

Daun pohon yang rimbun membantu menahan air hujan dan mengalir pada batang. Volume aliran air yang besar pada batang membantu penyebaran soredia lumut kerak. Menurut Pandey & Trivendi (1977), reproduksi lumut kerak dapat terjadi secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual terjadi dengan penyebaran soredia.

Kerapatan lumut kerak terendah di jalan Gajah Mada diduga volume kendaraan yang melalui jalan ini padat dengan laju yang lambat. Kendaraan bermotor yang semakin bertambah tanpa disertai dengan adanya pelebaran jalan akan berakibat pada adanya kepadatan lalu lintas yang semakin tinggi. Hal tersebut menyebabkan laju kendaraan lambat pada jalan ini sehingga polutan yang dihasilkan sedikit. Bachtiar (2006) melaporkan bahwa kendaraan pada kondisi idle (0 km/jam) menghasilkan polutan dengan konsentrasi yang rendah. Polutan yang sedikit terpapar diudara menyebabkan pertumbuhan lumut kerak terhambat. Mengacu pada Webster dan Roland Weber (2007) lichen toleran polutan benar-benar membutuhkan peningkatan kadar polutan untuk pertumbuhan yang baik, seperti yang ditunjukkan oleh hilangnya lichen toleran dari beberapa daerah setelah pelaksanaan undang-undang untuk mengekang emisi polutan.

Selain volume kendaraan, kerapatan lumut kerak di jalan Gajah Mada rendah diduga vegetasi yang ada disepanjang bahu jalan di jalan Gajah Mada sedikit. Keadaan ini menyebabkan cahaya matahari akan langsung menyinari batang pohon Mahoni sehingga batang pohon Mahoni menjadi kering.

Campbell (2003) mengatakan pada lingkungan kering lumut kerak tumbuh sangat lambat, seringkali dengan kecepatan yang kurang dari 1 mm per tahun.

Dari seluruh titik pengambilan sampel lumut kerak pada kedua stasiun diperoleh kerapatan tertinggi di lampu merah Padang Baru (10,96 gram/m2). Rapatnya populasi lumut kerak di Padang Baru diduga tajuk

(5)

5 pohon Mahoni di lampu merah Padang Baru lebih rimbun. Edi (2013) melaporkan bahwa pohon mampu mengurangi energi sinar matahari yang sampai ke permukaan tanah melalui mengabsorsi energi radiasi matahari dan dipantulkan atau dipencarkan melalui tajuk-tajuk pohon, sehingga akan memberikan teduhan pada area disekelilingnya. Keadaan tersebut menyebabkan batang pohon Mahoni lembab sehingga baik untuk pertumbuhan lumut kerak. Lubis dalam Sudrajat (2013) menyatakan bahwa permukaan kulit pohon yang lebih lembab dapat mempengaruhi kestabilan pertumbuhan dan kesuburan lumut.

Dari seluruh titik pengambilan sampel lumut kerak pada kedua stasiun diperoleh kerapatan terendah di lampu merah Alai (4,22 gram/m2). Rendahnya kerapatan lumut kerak di lokasi ini diduga pohon Mahoni yang dijadikan tempat koleksi lumut kerak telah dirusak oleh aktivitas manusia. Pohon Mahoni sebagai habitat lumut kerak pada lampu merah Alai telah di pangkas oleh manusia, sehingga tak ada tajuk pohon yang akan memberikan teduhan pada batang pohon Mahoni yang menyebabkan batang pohon Mahoni menjadi kering dan pertumbuhan lumut kerak menjadi terhambat.

Selain kerapatan vegetasi disekitar pohon Mahoni, rendahnya kerapatan lumut kerak di lampu merah Alai diduga bahu jalan tempat pohon Mahoni ditanam telah ditutup dengan semen. Lipsmeier dalam Sukawi (2008) menyatakan bahwa suhu diatas permukaan rumput pendek dapat mencapai 40C lebih rendah dari suhu diatas permukaan beton dan 50C lebih rendah pada rumput yang terlindungi dari sinar matahari. Tingginya suhu dipermukaan semen akan mempengaruhi kelembaban batang pohon Mahoni.

Selain itu keberadaan semen di sekitar tempat pohon Mahoni ditanam akan mengurangi aliran air hujan ke tanah sehingga ketersediaan air untuk kebutuhan pohon Mahoni berkurang menyebabkan batang menjadi kering. Keadaan ini bisa menghambat pertumbuhan lumut kerak karena jamur penyusun lumut kerak tumbuh optimal pada tempat yang lembab.

KESIMPULAN

Lumut kerak yang ditemukan adalah lumut kerak tipe Crustose dengan kerapatan total lumut kerak adalah 65,13 gram/m2. Kerapatan lumut kerak tertinggi didapatkan pada pohon Mahoni yang ditanam di jalan Khatib Sulaiman.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Ibu Rina Widiana, M.Si., Ibu Dra. Gustina Indriati, M.Kes., dan Ibu Lince Meriko, M.Si. yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadjian, V. 1967. The Lichen Symbiosis.

London: Blaisdell Publishing Company.

Amin, M.Z. 2012. “Analisis Kandungan Timbal (Pb) Pada Talus Lichenes Di Kabupaten Lamongan” Skripsi.

Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malam.

Bachtiar, V.S. 2006 .”Kajian Hubungan Antara Variasi Kecepatan Kendaraan dengan Emisi yang Dikeluarkan Pada Kendaraan Bermotor Roda Empat”.

Jurnal Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Unand.

BPS. 2015. Statistik Daerah Kecamatan Padang Utara. Padang: Badan Pusat Statistik.

Campbell, N.A, Reece, B.J, Mitchell, G.L.

2003. Biologi. Edisi Kelima Jilid 2.

Diterjemahkan oleh: Wasmen manalu.

Jakarta : Erlangga.

Edi, S. 2013. “Pengaruh Struktur Vegetasi Terhadap Iklim Mikro Di Kawasan Kota Tangerang” Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Hadiyati, Mursina., Tri Rima Setyawati, dan Mukarlina. 2013. Kandungan Sulfur dan Klorofil Thallus Lichen Parmelia sp. dan Graphis sp. Pada Pohon Peneduh Jalan di Kecamatan Pontianak Utara. Jurnal Protobiont.

Vol. 2 (1): 12 – 17.

Hardini Y. 2010. Keanekaragaman Lichen di Denpasar sebagai Bioindikator Pencemara Udara. Seminar Nasional Biologi.

(6)

6 Nash III T. H. 2008. Lichen Biology Second

Edition. Cambridge University Press.

Pandey, S.N & Trivendi, P.S. 1977. A Text Book of Botany (Algae, Fungi, Bacteria, Hycoplasma, Viruses, Lichens and Elementary Plant Pathology), Volume I. India: Vikas Publishing House PVT LTD.

Sudrajat, W., Tri Rima Setyawati dan Mukarlina. 2013. Keanekaragaman Lichen Corticolous pada Tiga Jalur Hijau di Kabupaten Kubu Raya.

Jurnal Protobiont. Vol 2 (2): 75 -79.

Suin, N.M dan Raibilan Syafinah. 2006. Ekologi Bahan Ajar Laboratorium. Padang:

Andalas University Press.

Sukawi. 2008. Taman Kota dan Upaya Pengurangan Suhu Lingkungan Perkotaan (Studi kasus kota Semarang).

Seminar Nasional Peran Arsitektur Perkotaan dalam Mewujudkan Kota Tropis.

Surtikanti, H. K. 2009. Biologi Lingkungan.

Bandung: Prisma Press Prodaktama.

Webster, J and Roland W.S. Weber., 2007, Introduction to Fungi Third.

Cambridge and New York: Cambridge University Press.

Referensi

Dokumen terkait

Alignment Center, Times New Roman, Font number 12, Italic, line spacing: 1.5, before0 pt, after0 pt xxis a length number of enter with proportional comparison, adjusted