• Tidak ada hasil yang ditemukan

kerjasama guru bk dengan orang tua dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "kerjasama guru bk dengan orang tua dalam"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

(2)

1

KERJASAMA GURU BK DENGAN ORANG TUA DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN PESERTA DIDIK

PADA MASA PUBERTAS DI SMP NEGERI 1 GUNUNG TULEH KABUPATEN

PASAMAN BARAT

By:

Siti Saroh*

Rahma Wira Nita**

Yasrial Chandra***

*Student

**Advisor I

***Advisor II

Counseling Department STKIP PGRI West Sumatera

The background of this study by students who had problems in facing puberty. Based on pre-interview there were a few female students who had problems in puberty. This case should be paid attention because it is worried that it will give negative effect toward female students that feel shy about their changing striking body, feel angry or upset because male students who give intension on them, and feel shy about their bigger changing hip. This study aimed to describe: 1) Counseling teacher and parents’ cooperation in helping students to face physics problems in puberty. 2) Counseling teacher and parents’ cooperation in helping students to face psychological problems in puberty.

The kind of this study was descriptive qualitative research where the data described about signs, facts, and realities in the school of counseling teacher and parents’ cooperation in facing students’ puberty problems. Informants in this study were three counseling teachers with three parents. Informants were added with three female students, two class advisors, three siblings of the students, and three friends of them. The data were collected by interview and documentation.

Result in this research, showed that there was cooperation between counseling teachers and parents in facing students’ puberty problem. It showed that 1) Calling parents to go to the school, 2) visiting to students’ houses. According to the result of the study, it recommended so for the counseling teachers and parents to keep the cooperation on.

Key words: Cooperation, problem, Puberty

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk membimbing dan mengarahkan perkembangan mental, emosional dan moral individu agar mampu menelusuri kehidupannya yang berhasil dan berguna bagi masyarakat dan kepuasan bagi dirinya sendiri. Dalam kehidupan, pendidikan menjadi tolak ukur dalam menentukan sikap perilaku dan yang lainnya.

Sekolah sebagai lembaga pendi dikan formal mempunyai misi yang mulia untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif guna mengembangkan potensi- potensi peserta didik dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana yang terdapat dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1ayat 1 yaitu

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri nya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan masyarakat.

Terjadinya perubahan sikap dan perkembangan potensi merupakan sebuah hasil dari pendidikan yang dilalui setiap insan yang lahir ke permukaan bumi ini.

Pada indi- vidu diperlukan bimbingan dan pendidikan dalam mencapai kemuliaan yang seutuhnya sebagaimana yang dikehendaki.

Perkembangan menuju kepada kemuliaan adalah tugas yang harus diupayakan dengan seksama.

Salah satu usaha bersama yang harus dilakukan untuk mengembangkan

(3)

2 pendidikan dan mencapai tujuan pendidikan adalah melalui lembaga pendidikan formal.

Dalam proses ini diperlukan bimbingan sehingga apa yang dilakukan sesuai dengan yang diharapkan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Menurut Prayitno (2004: 93) bimbingan dan konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilih oleh individu tersebut. Dengan adanya bimbingan dan konseling di sekolah diharapkan dapat mengarahkan peserta didik dalam proses pendidikan kearah yang lebih baik, sehingga tujuan pendidikan akan tercapai dan generasi akan datang dapat mewariskan apa yang telah dicitacitakan oleh generasi sebelumnya.

Menurut Hamdani (2012: 18) pada hakikatnya, guru dan orang tua dalam pendidikan mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengasuh, mendidik, membimbing, membina, serta meminpin menjadi orang dewasa dan dapat memperoleh kebahagiaan hidupnya dalam arti yang seluas-luasnya.

Kerjasama antara guru dan orang tua merupakan hal yang baik, sehingga peserta didik senantiasa tetap berada dalam pengontrolan. Dengan hal demikian peserta didik tidak mempunyai peluang untuk melakukan hal-hal yang mengarah pada tindakan yang melanggar tatanan kemasyarakatan. Melalui kerjasama guru dan orang tua peserta didik terjadi pertukaran informasi antara guru dan orang tua sekitar fenomena dan kehidupan peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya.

Pertukaran informasi sekitar kehidupan peserta didik, baik dalam lingkungan seko lah, keluarga maupun masyarakat meru pakan titik nadi kehidupan yang perlu diper- hatikan oleh guru dan orang tua dalam rangka mengawasi aktivitas keseharian peserta didik dan aktivitas belajarnya.

Kerjasama pengawasan antara guru dengan orang tua peserta didik tersebut, dimaksudkan agar aktivitas keseharian peserta didik tidak larut dalam aktivitas yang me- ngganggu belajarnya. Adapun man- faat kerjasama bagi orangtua pserta didik yaitu:

orang tua memperoleh pengetahuan, pengalaman tentang tingkat keberhasilan anaknya dalam meningkatkan aktivitas di

sekolah, orang tua mengetahui kesulitan- kesulitan yang sedang dialami anaknya di sekolah, dapat memperoleh informasi tentang kondisi anaknya dalam menerima pelajaran, tingkat kerajinan, malas, bodoh, atau etika dalam pergaulan anaknya tersebut.

Sebaliknya guru BK juga mendapatkan informasi tentang kondisi kejiwaan perseta didiknya, dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya dan keadaan peserta didik dalam kehidupannya di tengah- tengah masya rakat dan sebagainya.

Menurut Winkel ( 2004: 789) kerjasama yang dilakukan guru BK dengan orang tua yaitu melakukan kontak baik antara sekolah dengan para orang tua siswa menguntungkan bagi orang tua, para siswa, dan sekolah sendiri. Konselor sekolah mendapat banyak kesempatan untuk membina hubungan dengan orang tua dalam kedudukannya sebagai konsultan. Dalam hal ini konselor dapat mengambil inisiatif dengan mengundang orang tua kesekolah atau orang tua sendiri mintak bertemu dengan konselor.

Menurut Gibson (2011: 542) konselor mesti mengkomunikasikan dan bekerjasama dengan orang tua karena merekalah yang memiliki banyak kesem patan untuk mengasuh dan membe ntuk gaya hidup yang sehat bagi emosi dan pengem bangan hubungan antar-pribadi anak-anak mereka sejak bayi. Orang tua adalah model yang kebiasaan dan sikapnya berpengaruh penting bagi nilai dan tindakan anak. Karena itu para konselor dilingkup komunitas mau- pun sekolah dapat menawarkan ker- jasama pada kelompok-kelompok pengasuhan untuk membantu orang tuanya.

Pentingnya orang tua sebagai pengaruh primer bagi pembentukan dan perkembangan anak menutut konselor bekerjasama dengan orang tua merupakan perencanaan langkah pencegahan terbaik demi keuntungan anak. Sekali lagi, kita harus memahami pentingnya peran orang tua yang memampukan konselor memiliki sebuah perencanaan sistematis yang melibat kan mereka bagi semua upaya pengem bangan kesehatan mental yang positif bagi anak.

Anak-anak yang berusia 12 atau 13 tahun sampai 19 tahun sedang berada dalam pertumbuhan yang mengalami masa remaja.

Masa remaja termasuk masa yang sangat

(4)

3 menentukan, karena masa ini anak-anak mengalami masa perubahan pada psikis dan fisiknya. Terjainya perubahan kejiwaan menimbulkan kebingungan dikalangan rem- aja sehingga masa ini disebut oleh orang barat sebagai periode sturm und drang.

Sebabnya karena mereka mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma- norma sosial yang berlaku di kalangan masyarakat.

Masa pubertas disebut juga sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih ditunjukkan kepada perkem bangan pribadi sendiri. Pribadi itu yang menjadi pusat pikirannya. Menurut Desmita (2011: 192) pubertas ialah suatu priode di mana kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja. Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan- perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai dengan perubahan pada ciri- ciri seks primer (primary sex chracteristics) dan ciri- ciri seks sekunder (secondary sex characteristics). Meskipun perkem- bangan ini biasanya mengikuti suatu urutan tertentu, namun urutan dari kematangan seksual tidak sama pada perubahan- perubahan tersebut.

Sebagaimana yang dikemu- kakan Djiwandono (2006: 70) masing- masing kehidupan ini terjadi pada usia tertentu dan mempunyai karakteristik tersendiri, salah satunya tahap kehidupan masa puber adalah masa remaja, masa ini merupakan tahap yang paling penting. Adapun usianya adalah sekitar 11 – 15 tahun pada wanita dan 12 – 16 pada laki-laki. Pada tahap perkembangan bagi anak yang secara biologis sudah mengalami masa pra-remaja (puber- tas) digunakan untuk menunjukan suatu masa yang langsung mengikuti masa pueral, biasanya berlangsung hanya dalam waktu yang relatif singkat. Namun, masa ini sering di- tandai dengan sifat-sifat negitif pada remaja, sehingga sering kali masalah ini disebut masa negatif.

Berdasarkan hal di atas Prayitno (2002: 6) menyebutkan bahwa remaja memperlihatkan tingkah laku negatif, karena lingkungan yang tidak memperlakukan mereka sesuai dengan tuntutan atau kebu tuhan perkembangan mereka. Misalnya orang dewasa belum menerima remaja sebagai individu yang lebih mandiri dalam

menentukan atau mengarahkan diri mereka sendiri. Orang dewasa tidak menyadari bahwa remaja tidak ingin dituntut patuh kepada apa saja yang dimulai orang tua atau orang dewasa lainnya, tetapi mereka butuh dimandirikan dalam mengambil keputusan untuk kepentingan mereka khususnya da- lam memecahkan masalah kehidupan, sekolah, dan masyarakat umumnya.

Menurut Zulkifli (2009: 68) perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja yang berdampak terhadap perubahan – perubahan psikologis. Pada mulanya tanda-tanda perubahan fisik dari anak-anak laki-laki maupun anak perempuan berlangsung sangat cepat, pada masa pubertas yang disebut dengan grount sport (percepatan pertumbuhan yang terjadi di seluruh bagian dan dimensi badan).

Dilihat dari tahapan perkem- bangan yang disetujui oleh banyak ahli, anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas.

Terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP ini yaitu:

terjadinya ketidak seimbangan proporsi tinggi dan berat badan, mulai tumbuhnya ciri-ciri seks sekunder, kecendrungan ambi valensi antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan orang tua, reaksi dan ekspresi emosi masih labil.

Menurut Kartono (2006: 50) anak pubertas mengalami suatu osilasi (Osci llatio= ayunan, bergerak dari suatu situasi ke situasi lainnya) diantara dua iklim psikis tadi harus dilaluinya, sehingga pada saat itu muncul banyak kegelisahan, ke- bingungan, kekecewaan, frustrasi-frustrasi, penolakan kepedihan hati, kesakitan hati dan rohani.

Menurut Sarwono (2007: 53) Perubahan – perubahan fisik itu menye babkan kecanggungan bagi remaja. Karena ia harus menyesuaikan diri dengan peru bahan- perubahan yang terjadi pada dirinya.

Perubahan badan yang mencolok, pembe saran payudara yang cepat, membuat remaja merasa tersisih dari teman-temannya. Demi kian pula dalam menghadapi haid yang pertama, anak remaja itu perlu mengadakan penyesuaian- penyesuaian tikah laku.

Penyesuaian itu tidak selalu dapat

(5)

4 dilakukannya dengan mulus, terutama jika tidak ada dukungan dari orang tua.

Menurut Mighwar (2006: 30) anak pubertas juga mengalami perubahan pada fisik diantaranya pesatnya pertumbuhan dan perubahan - perubahan tubuh cerderung menimbulkan kecapeaan, kelesuan, dan gejala- gejala buruk lainnya. Dengan semakin bertambahnya tugas-tugas dan tanggung jawab, sedangkan individu tidak dapat melaksanakannya dengan baik, kondisi itu sering menjadi semakin buruk.

Selain itu juga terjadi perubahan psikis pada masa pubertas walaupun perubahan tersebut hanya berlangsung sementara, namun pengaruh pubertas itu menimbulkan perubahan pada pola tingkah lakunya diantaranya, suka menyendiri, jemu, kontradiksi dengan sosial seperti (enggan bekerjasama, membantah dan menentang), beremosi tinggi, dan kurang percaya diri.

Selanjutnya Desmita (2009: 87) juga mengemukakan bahwa: Penyakit fisik, masturbasi yang berlebihan pada pria, kehamilan yang tidak diinginkan, melakukan abortus, penyakit kelamin, psikis, malu dengan perubahan diri sendiri, diganggu mimpi-mimpi yang tidak senonoh, hubungan seksual, malu, marah dan kecewa karena tertarik pada pria yang seumur (teman sekelas) namun tidak mendapat sambutan.

Menurut Kartono (2006: 56) Peserta didik pada masa pubertas terkadang membuat sebagian remaja tidak mampu untuk ke luar dari problema kehidupannya yang ada. Di satu sisi ia diharapkan pada posisi yang menuntutnya untuk bisa lebih dewasa. Situasi yang menimbulkan konflik seperti ini menyebabkan tingkah laku mereka yang kurang terkendali, aneh dan canggung, ditambah lagi masyarakat yang kurang memberikan kedudukan yang jelas.

Dengan kata lain yang bersang kutan berhadapan dengan masalah, yaitu menghadapi adanya kesenjangan antara hal yang seharusnya dengan kenyataan dalam hal ini remaja sangat butuh bimbingan dan kepercayaan orang dewasa terutama dari keluarga, dan dari pihak lain mereka ingin bebas terlepas dari kekuasaan dan ke- kangan orang dewasa. Mereka biasa nya akan mencari sosok teladan dan pahlawan yang menurut mereka bisa dijadikan idola dalam bersikap dan berperilaku, hal ini bisa saja berdampak positif bila saja sosok idola

mereka adalah para artis atau aktor yang jelas-jelas tidak pantas untuk dijadikan teladan yang baik.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan di SMP Negeri 1 Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat pada tanggal 16 Mei 2016 dengan guru BK bahwa peserta didik banyak mengalami masalah pada masa pubertasnya. Terutama peserta didik perempuan banyak mengalami masalah yang meng- ganggu pada dirinya seperti: peserta didik yang berinisial RA yang merupakan kelas VIII. 1, dimana RA merasa malu pada perubahan dirinya sendiri karna RA terlihat lebih besar dari teman- teman yang berada dikelasnya, ada juga peserta didik yang malu atau marah dan kecewa karena ada pria seumurnya menyukai AA (teman sekelas), peserta didik ini juga berada di kelas VIII. 1, yang berinisial AA, dimana AA merupakan peserta didik yang paling aktif dan pintar dikelasnya, tetapi ketika AA belajar kelompok dengan teman kelas yang AA yang menyukainya tersebut , AA sangat malu dan menjadi anak yang pendiam.

Peserta didik yang berinisial SS yang berada dikelas VIII. 2 juga mempunyai masalah pada masa pubertas yaitu SS malu terhadap perubahan pinggulnya yang mem- besar, mengakibatkan SS kurang percaya diri, dan menarik diri dari teman-temannya.

Ada juga peserta didik berperilaku malas, berperilaku menyesuaikan diri yang salah, perilaku hiperaktif karena kurangnya perhatian, kurang suka bekerja, ingin cepat bebas dari pengawasan orang tua. Peserta didik laki-laki mengalami masalah seperti kulit menjadi kasar, suara yang bertambah besar.

Berdasarkan fenomena dan pentingnya masalah penelitian ini, maka penulis tertarik untuk memilih judul “Kerja sama guru BK dengan orang tua dalam menghadapi permasalahan peserta didik pada masa pubertas di SMP Negeri 1 Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat”.

Berdasarkan latar belakang masalah maka yang menjadi identifikasi masalah yaitu sebagai berikut:

1. Peserta didik mengalami masalah fisik pada masa pubertas seperti malu dengan perubahan fisiknya.

2. Peserta didik mengalami masalah psikologis seperti malu, marah, dan

(6)

5 kecewa karena ketika ada teman lawan jenis yang menyukainya.

3. Peserta didik berperilaku malas seperti malas dalam bekerja dan belajar.

4. Peserta didik mengalami perilaku penye suaian diri yang salah.

5. Peserta didik mengalami perilaku yang hiperaktif karena kurangnya perhatian.

6. Peserta didik ingin cepat bebas dari pengawasan orang tua.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini difokuskan pada:

1. Kerjasama guru BK dengan orang tua dalam membantu peserta didik dalam menghadapi masalah fisik pada masa pubertas.

2. Kerjasama guru BK dengan orang tua dalam membantu peserta didik dalam menghadapi masalah psikis pada masa pubertas.

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagai- mana kerjasama guru BK dengan orang tua membantu peserta didik dalam menghadapi masalah pubertas di SMP Negeri 1 Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat?

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan :

1. Kerjasama guru BK dengan orang tua dalam membantu peserta didik dalam menghadapi masalah fisik pada masa pubertas.

2. Kerjasama guru BK dengan orang tua dalam membantu peserta didik dalam menghadapi masalah psikis pada masa pubertas.

Berkaitan dengan judul penelitian maka penelitian ini diharapkan berman faat bagi:

1. Guru BK: Hasil penellitian ini diharapkan dapat menjadi bahan per timbangan bagi pendidik supaya bisa mempertahankan kerjasama yang telah terjalin dan menjadi bahan masukan dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik.

2. Orang tua: Dapat membantu dan menjadi Bahan masukan bagi orang tua peserta didik dalam membantu peserta didik menghadapi masalah pubertas.

3. Mahasiswa BK: Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan

tentang kerjasama guru BK dengan orang tua dalam menghadapi masalah pubertas peserta didik.

4. Peneliti: Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik. Dan guna untuk memenuhi penyelesaian skripsi untuk menyele saikan Studi Strata Satu (S1) pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Tingggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat.

5. Pengelola program studi bim- bingan dan konseling: Bahan masukan dalam mempersiapkan mahasiswa untuk mengetahui bentuan usaha yang dilakukan guru BK dan orang tua dalam menghadapi masalah pubertas peserta didik

6. Peneliti selanjutnya: Sebagai pedoman bagi penelliti yang berkaitan dengan masalah tersebut. Penelliti mereko mendasikan kepada penelliti selanjut nya agar menelliti tentang yang berkaitan dengan judul yang peneliti lakukan dengan lebih baik lagi.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, maka penelitian yang dilakukan termasuk penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Penulis meng- gambarkan “Kerjasama Guru BK dengan Orang tua dalam menghadapi permasalahan peserta didik pada masa pubertas di SMP Negeri 1 Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat”

Menurut Sugiyono (2008: 9) penelitian kualitatif yaitu: Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah,(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pe- ngumpulan data dilakukan secara triagulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Menurut Yusuf (2005: 87) penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat

(7)

6 mengenai fakta-fakta dan sifat populasi dan mencoba menggambarkan secara detail.

Pendapat di atas dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang mengunggkap penomena yang ada, bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat tentang kerjasama guru BK dengan orang tua menghadapi permasalahan peserta didi pada masa pubertas di SMP Negeri 1 Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.

Penelitian ini telah dilaksana- kan pada tanggal 16 Mei- 4 Juni 2016 di SMP Negeri 1 Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat, dijadikan lokasi penelitian mengingat bahwa peneliti menemukan dari kenyataan yang terjadi dilapangan bahwa ada kerjasama guru BK dengan orang tua menghadapi permasalahan peserta didik pada masa pubertas. Hal tersebut yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian didaerah tersebut.

Defenisi operasional ini sangat penting dicantumkan, agar menghindari terjadinya kesalahpahaman pembaca dalam memahami variabel penelitian tentang kerjasama guru BK dengan orang tua dalam menghadapi permasalahan peserta didik pada masa pubertas. Kerjasama yang dilakukan guru BK dan orang tua dengan cara memanggil orang tua kesekolah, juga melakukan kunjungan rumah. Ada 3 tujuannya diantaranya: memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya, membangun komit men orang tua terhadap penanganan masalah anaknya.

Perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja yang berdampak terhadap perubahan- perubahan psiko logis. Pada mulanya tanda- tanda perubahan fisik dari anak-anak laki- laki maupun anak perempuan ber- langsung sangat cepat, pada masa pubertas yang disebut dengan grount sport ( percepatan pertumbuhan yang terjadi di seluruh bagian dan dimensi badan).

Perubahan–perubahan fisik itu me nyebabkan kecanggungan bagi remaja.

Karena ia harus menye- suaikan diri dengan perubahan- peru- bahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan badan yang mencolok, pembesaran payudara yang cepat, membuat

remaja merasa tersisih dari teman-temannya.

Demikian pula dalam menghadapi haid yang pertama, anak remaja itu perlu mengadakan penyesuaian- penyesuaian tikah laku.

Penyesuaian itu tidak selalu dapat dilakukannya dengan mulus, terutama jika tidak ada dukungan dari orang tua.

Perubahan psikis pada masa pubertas walaupun perubahan tersebut hanya berlangsung sementara, namun pengaruh pubertas itu menimbulkan perubahan pada pola tingkah lakunya diantaranya, suka menyendiri, jemu, kontradiksi dengan sosial seperti (enggan bekerjasama, membantah dan menentang), beremosi tinggi, dan kurang percaya diri.

Peserta didik pada masa pubertas mengalami suatu osilasi (Oscillatio=

ayunan, bergerak dari suatu situasi ke situasi lainnya) diantara dua iklim psikis tadi harus dilaluinya, sehingga pada saat itu muncul banyak kegelisahan, kebingungan, kekecewaan, frustrasi-frustrasi, penolakan kepedihan hati, kesakitan hati dan rohani.

Berdasarkan penjelasan diatas operasionalnya dalam konsep penelitian ini adalah kerjasama merupakan salah satu cara mengatasi permasalahan pubertas dan peneliti memfokuskan pembahasannya me- ngenai fisik dan psikis dan teknik yang digunakan dalam mengentaskan masalah pubertas melalui kerjasama yang dilakukan guru BK dengan orang tua di SMP Negeri 1 Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.

Menurut Moleong (2010: 132) informan penelitian adalah Orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.

Jadi ia harus mempunyai banyak penga laman tentang latar penelitian. Orang tersebut secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informan. Sebagai anggota tim dengan kebai- kannya dan dengan kesukarelaannya ia dapat memberikan pandangan dari segi orang dala tentang nilai-nilai, sikap, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa informan adalah orang yang mampu membe- rikan informasi yang akurat menge- nai subjek penelitian dan orang tersebut benar-benar mengetahui ten- tang latar belakang penelitian. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu harus

(8)

7 menentukan informan penelitian, rerlebih dahulu peneliti harus menentukan informan kunci dan selanjutnya informan kunci ditetapkan informan selanjutnya. Informan kunci yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa informan kunci harus mengetahui dengan jelas tujuan penelitian serta terkait dengan permasalahan yang diteliti yaitu tentang kerjasa guru BK dan orang tua menghadapi permasalahan peserta didik pada masa pubertas. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai informan peneli- tian yaitu guru BK dengan orang tua yang pernah bekerjasama dalam menghadapi masalah peserta didik pada masa pubertas.

Agar memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penelitian menggunakan alat pengumpulan data berupa wawancara. Agar memperoleh informasi secara langsung demi kelengkapan data dalam penelitian.

Selanjutnya menurut Bungin (2007: 111) wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan yang diwawancarainya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, dengan cara tanya jawab antara pewawancara dan informan peneli- tian. Dengan peneliti melakukan wa- wancara maka akan memudahkan peneliti mencari tahu secara lebih mendalam tentang yang diteliti, dengan cara melakukan wawancara langsung dengan guru BK, orang tua peserta didik dan peserta didik tersebut.

Menurut Bungin (2007: 124) metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodelogi peneli- tian sosial. Pada intinya metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk menyelusuri data dan historis. Dengan demikian, pada peneliti sejarah, maka bahan dokumenter memegang peran yang amat penting.

Walaupun metode ini banyak digunakan penelitian sejarah, namun kemudian ilmu-ilmu sosial lainnya secara serius menggunakan metode dokumentar sebagai metode pengu- ngkapan data. Oleh karena sebenarnya sejumlah besar fakta dan data sosial tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi.

Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, laporan, dan sebagainya. Sifat utama dari data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Kumpulan data bentuk tulisan ini disebut dokumen dalam arti luas termasuk, momen, foto, disc, harddisk, flashidsk dan sebagainya.

Menurut Moleong (2010: 217) dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Dokumen digunakan untuk keperluan penelitian, karena alasan-alasan yang dapat diper tanggung - jawabkan seperti berikut:

a. Dokumen digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya, dan mendorong.

b. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian

c. Berguna untuk penelitian kuali tatif karena sifatnya alamiah, sesuai dengan konteks.

d. Dokumen harus dicari dan ditemukan e. Dokumen tidak reaktif sehingga sukar

ditemukan dengan teknik kajian isi.

f. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih meluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk mengum- pulkan data yang berupa kumpu- lan data bentuk tulisan ini disebut dokumen dalam arti luas terma- suk, momen, foto, disc, harddisk, flashidsk dan sebagainya.

Menjamin keabsahan data dan kepercayaan data penelitian yang peneliti peroleh dapat dilakukan dengan cara sebagaimana dimukakan Sugiyono (2011: 366) yaitu:

1) Kepercayaan ( Credibility)

a. Perpanjang pengamatan, berarti peneliti kembali kelapangan mela kukan penga- matan, wawancara dengan sumber data yang pernah ditemui maupun ynag baru. Peneliti melakukan penelitian tidak hanya sehari tetapi berlanjut untuk hari berikutnya dengan melakukan pe

(9)

8 ngamatan dan wawancara dengan sumber data yang baru dan lama.

b. Meningkatkan ketekunan pengamatan, berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Mening katkan ketekunan ini maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah kata yang telah ditemui salah atau tidak. Peneliti melakukan pengamatan yang terus menerus terhadap informan.

c. Melakukan triangulasi terbagi atas:

1) Triangulasi sumber data, yaitu untuk menguji data yang dilakukan dengan cara menge cek data yang diperoleh melalui berbagai sumber.

Melalui penelitian ini peneliti mengecek data yang diperoleh melalui guru BK dan orang tua.

2) Triangulasi waktu, yaitu me- nguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mela- kukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dengan teknik yang berbeda.

3) Triangulasi metode atau teknik, yaitu menguji kredi- bilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang sama.

4) Menggunakan bahan refe- rensi, yaitu adanya pen- dukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.

5) Mengadakan membercheck, yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti ke- pada pemberi data yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan pemberi data.

2) Keahlian (Transferability)

Nilai trasfer tergantung pada pemakaian, hingga manakala hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi lain. Supaya orang lain memahami hasil penelitian kualitatif atau menerapkannya maka

peneliti dalam membuat laporan harus memberikan uraian yang jelas, sistematis dan dipercaya.

3) Dapat Dipercaya ( Depenability) Dilakukan dengan cara mela kukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Melalui penelitian ini tim pembimbing sebagai auditor dan peneliti menyediakan data seperti: foto, dokumen dan analisis data.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa melakukan teknik keabsahan data penelitian merupakan hal yang sangat penting bagi seorang peneliti, karna keabsahan data dan kepercayaan data penelitian menjamin penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti

Data penelitian dikumpulkan selan jutnya dianalisis. Menurut Sugiyono (2008: 243) menjelaskan bahwa aktivitas analisis data dalam penelitian kualitatif ada 3 tahapan yaitu:

1) Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses berpikir sesitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.

Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli.

Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

2) Penyajian Data

Sesuai dengan penelitian kualitatif, penyajian data data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, kategori atau dalam bentuk teks yang bersifat naratif dengan menyajikan data dapat mempermudah dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan apa yang akan dilakukan selanjutnya berda- sarkan apa yang telah dipahami. Dalam tahap ini peneliti menya- jikan data berbentuk teks naratif.

(10)

9 3) Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didikung oleh bukti- bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengum- pulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Hasil Penelitian

Data hasil penelitian secara umum yang telah peneliti lakukan tentang kerjasama guru BK dengan orang tua dalam menghadapi permasalahan peserta didik pada masa pubertas dapat dijelaskan pada tabel sebagai berikut:

a. Kerjasama Guru BK dengan Orang Tua dalam Membantu Peserta Didik Menghadapi Masalah Fisik pada Masa Pubertas

1) Memanggil Orang Tua ke Sekolah Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci dan infor man tam bahan, informasi yang peneliti peroleh sebagai berikut:

Kerjasama memang dila- kukan oleh guru BK dengan orang tua peserta didik, dimana orang tua peserta didik dipanggil ke sekolah dengan memberikan surat panggilan dari guru BK. Karna peserta didik mengalami masalah pada masa pubertas, supaya nantinya dapat membantu pe- serta didik menghadapi masa- lah yang dihadapi peserta didik tersebut.

Guru BK dengan orang tua peserta didik pun terjalin- nya komunikasi yang baik, dimana guru BK dengan orang menjalin komunikasi atau kerjasam yang baik denagn orang tua peserta didik dalam rangka membantu peserta didik menghadapi permasalahan pada masa pubertas.

2) Melakukan Kunjungan Rumah Berdasarkan hasil wawa- ncara dengan informan kunci dan

informan tambahan, informasi yang peneliti peroleh sebagai berikut:

Kerjasama juga dilakukan oleh guru BK dengan orang tua peserta didik untuk membantu peserta didik mem- bahas permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik tersebut dengan cara melakukan kunjungan rumah ke peserta didik tersebut.

Guru BK melakukan ku- njungan rumah dengan orang tua peserta didik dalam rangka untuk mendapatakan banyak informasi yang dialami oleh peserta didik ter- sebut, serta bagaimana tentang prilaku peserta didik di rumah.

Guru BK dengan orang tua juga sama-sama memberikan kesepa katan saat akan melakukan kunju ngan rumah, supaya semuanya berjalan dengan baik pula.

b. Kerjasama Guru BK dengan Orang Tua dalam Membantu Peserta Didik dalam Menghadapi Masalah Psikis pada Masa Pubertas

1) Memanggil Orang Tua ke Sekolah Berdasarkan hasil wawa ncara dengan informan kunci dan informan tambahan, informasi yang peneliti peroleh sebagai berikut:

Kerjasama guru BK dengan orang tua peserta didik memang ada dilakukan, teru- tama peserta didik yang mengalami permasalahan pada masa pubertas, dalam rangka mem bantu peserta didik menghadapi masa pubertas dengan cara guru BK memanggil orang tua peserta didik ke sekolah.

Kerjasama juga dilakukan oleh guru BK dengan orang tua peserta didik yang mengalami permasalahan pada masa pubertas, dengan mem- berikan surat panggian kepada orang tua peserta didik ter- sebut.

2) Melakukan Kunjungan Rumah Berdasarkan hasil wawan cara dengan informan kunci dan informan tambahan, informasi yang peneliti peroleh sebagai berikut:

Kerjasama memang di lakukan oleh guru BK dengan orang tua peserta didik guna untuk membnatu peserta didik yang mengalami

(11)

10 permasaahan pada masa pubertas, dengan cara guru BK melakukan ku- njungan rumah dengan peserta didik yang bermasalah tersebut. Dalam rangka membantu peserta didik meng- hadapi permasalahan peserta didik tersebut.

Kerjasama guru BK dengan orang tua juga dengan cara melakukan kunjungan rumah dimana guru BK melakukan komunikasi yang baik dengan orang tua peserta didik agar kunjungan rumah yang dikakukan tersebut berjalan denagn baik.

Pembahasan

1. Kerjasama Guru BK dengan Orang Tua dalam Membantu Peserta Didik Mengha dapi Masalah Fisik pada Masa Pubertas.

Kerjasama akan terlaksana dengan baik jika adanya kesadaran dari dua belah pihak ataupun lebih terkait kepentingan – kepentingan yang akan dicapainya secara bersamaan. Menurut Soekanto (2001: 79) kerjasama meru pakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Kerjasama disini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau sekelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.

Menurut Nurihsan (2005:16) kerja- sama yaitu konsultasi yang dilakukan dalam program bimbingan dipandang sebagai suatu proses menyediakan bantuan teknis untuk guru, orang tua dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektefitas peserta didik di sekolah.

Menurut Winkel (2004: 789-790) kontak yang baik antara sekolah dengan para orang tua siswa menguntungkan bagi orang tua, para siswa, dan sekolah sendiri. Konselor sekolah mendapat banyak kesempatan untuk membina hubungan dengan orang tua dalam kedudukannya sebagai konsultan. Dan dalam hal ini konselor dapat mengambil inisiatif dengan mengundang orang tua siswa ke sekolah atau orang tua sendiri memintak bertemu dengan konselor.

Menurut Hamdani (2012: 18) pada hakikatnya, guru dan orang tua dalam

pendidikan mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengasuh, mendidik, mem bimbing, membina, serta meminpin men jadi orang dewasa dan dapat memperoleh kebahagiaan hidupnya dalam arti yang seluas-luasnya.

Kerjasama antara guru dengan orang tua merupakan hal yang baik, sehingga peserta didik senantiasa tetap berada dalam pengontrolan. Dengan hal demikian peserta didik tidak mempunyai peluang untuk melakukan hal-hal yang mengarah pada tindakan yang melanggar tatanan kemasyarakatan. Melalui kerja sama guru dengan orang tua peserta didik terjadi pertukaran informasi antara guru dengan orang tua sekitar fenomena dan kehidupan peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya. Pertukaran in formasi sekitar kehidupan peserta didik, baik dalam lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat merupakan titik nadi kehidupan yang perlu diperhatikan oleh guru dan orang tua dalam rangka mengawasi aktivitas keseharian peserta didik dan aktivitas belajarnya.

a. Memanggil orang tua ke sekolah Berdasarkan wawancara yang di- lakukan di lapangan, dapat diketahui bahwa orang tua yang paling dekat dengan anak. Dengan demikian guru BK melakukan Kerjasama dengan orang tua yaitu guru BK memanggil orang tua peserta didik yang mem punyai permasalahan fisik pada masa pubertas. Untuk mengkonsultasikan tentang permasalahan fisik atau perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas, dengan kerjasama yang dilakukan oleh guru BK dengan orang tua nantinya akan membantu peserta didik yang mempunyai masalah fisik pada masa pubertas tersebut. Dan meyakinkan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas tersebut merupakan hal yang biasa, disini orang tua sangat berperan penting dalam membantu peserta didik menghadapi masa pubertas tersebut, peran tersebut dilakukan dengan baik oleh orang tua peserta didik, diantara yang orang tua lakukan adalah menanggapi dengan positif tentang masalah yang dihadapi oleh peserta didik, selalu

(12)

11 datang ke sekolah bila dipanggil oleh guru BK, orang tuapun memberikan pemahaman kepada peserta didik dan perhatian yang lebih kepada peserta didik tersebut bahwa perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas tersebut merupakan hal yang biasa.

Menurut Djamarah (2014: 18) orang tua adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan. Di dalamnya hidup bersama suami- istri secara sah karena perkawinan. Mereka hidup bersama sehidup semati, ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu tekad dan cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir batin.

Menurut Robert L.Gibson orang tua adalah model ynag kebiasaan dan sikapnya berpengaruh penting bagi nilai dan tindakan anak. Menurut Djamarah (2014: 18) orang tua adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan.

Di dalamnya hidup bersama suami- istri secara sah karena perkawinan.

Mereka hidup bersama sehidup semati, ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu tekad dan cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir batin.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di lapangan, bahwa guru BK melakukan kunjungan rumah. Dimana Penanganan permasalahan peserta didik sering kali memerlukan pemahaman yang lebih jauh tentang suasana rumah atau keluarga peserta didik. Untuk itu perlu dilakukan kunjungan rumah bagi peserta didik yang mempunyai permasalahan tersebut, orang tualah yang berperan pentung karna keluarga merupakan lingkungan pertama dan paling utama yang dikenal oleh peserta didik. Bentuk pelaksanaan yang dialkuakn guru BK di saat kunjunangan rumah dengan orang tua peserta didik yaitu mewa wancarai orang tau peserta didik

berkaitan dengan permasalahan fisik pada masa pubertas tersebut.

Menurut Sukardi ( 2008: 91) kun jungan rumah, yaitu kegiatan pendu kung bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keterangan, kemu dahan, dan komitmen bagi teren tasnpermasalahan peserta Kunju ngan rumah mempunyai dua tujuan, yaitu pertama memperoleh berbagai keterangan (data) yang diperlukan dalam pemahaman lingkungan dan permasalahan siswa dan kedua untuk pembahasan dan pengentasan perma- salahan siswa. Menurut Prayitno (2004:325) pelaksanaan kunjungan rumah dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan guru BK dirumah orang tua peserta didik, sesuai dengan agenda yang telah disampaikan kepa- da orang tua, dengan melakuakan wawancara.

b. Melakukan kunjungan rumah Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di lapangan, bahwa guru BK melakukan kunjungan rumah. Dimana Penanganan perma- salahan peserta didik sering kali memerlukan pemahaman yang lebih jauh tentang suasana rumah atau keluarga peserta didik. Untuk itu perlu dilakukan kunjungan rumah bagi peserta didik yang mempunyai permasalahan tersebut, orang tualah yang berperan pentung karna keluarga merupakan lingkungan pertama dan paling utama yang dikenal oleh peserta didik. Bentuk pelaksanaan yang dialkuakn guru BK di saat kunjunangan rumah dengan orang tua peserta didik yaitu mewawancarai orang tau peserta didik berkaitan dengan permasalahan fisik pada masa pubertas tersebut.

Menurut Sukardi ( 2008: 91) kun- jungan rumah, yaitu kegiatan pen- dukung bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentasnya permasalahan peserta didik.

Kunjungan rumah mempunyai dua tujuan, yaitu pertama mem- peroleh berbagai keterangan (data) yang diperlukan dalam pemahaman

(13)

12 lingkungan dan permasalahan siswa dan kedua untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan siswa.

Menurut Prayitno (2004: 325) pelaksanaan kunjungan rumah dila kukan sesuai dengan rencana kegiatan guru BK dirumah orang tua peserta didik, sesuai dengan agenda yang telah disampaikan kepada orang tua, dengan melakuakan wawancara.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa melakukan kunjungan rumah tersebut merupakan hal yang penting, karna akan sangat membantu guru BK menyelesaikan permasalahan peserta didik tersebut.

2. Kerjasama Guru BK dengan Orang Tua dalam Membantu Peserta Didik Meng- hadapi Masalah Psikis pada Masa Pubertas.

Menurut Hamdani (2012: 18) pada hakikatnya, guru dengan orang tua dalam pendidikan mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengasuh, mendidik, membimbing, membina, serta meminpin menjadi orang dewasa dan dapat mem peroleh kebahagiaan hidupnya dalam arti yang seluas-luasnya. Kerjasama antara guru dengan orang tua merupakan hal yang baik, sehingga peserta didik senan tiasa tetap berada dalam pengontrolan.

Dengan hal demikian peserta didik tidak mempunyai peluang untuk melakukan hal-hal yang mengarah pada tindakan yang melanggar tatanan kemasyarakatan.

Melalui kerjasama guru dengan orang tua peserta didik terjadi pertukaran informasi antara guru dan orang tua sekitar fenomena dan kehidupan peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya.

Pertukaran informasi sekitar kehidupan peserta didik, baik dalam lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat merupakan titik nadi kehidupan yang perlu diperhatikan oleh guru dan orang tua dalam rangka mengawasi aktivitas keseharian peserta didik dan aktivitas belajarnya.

Kerjasama pengawasan antara guru BK dengan orang tua peserta didik tersebut, dimaksudkan agar aktivitas keseharian peserta didik tidak larut dalam aktivitas yang mengganggu belajarnya. Adapun manfaat kerjasama bagi orang tua pserta didik yaitu: orang

tua memperoleh pengetahuan, penga laman tentang tingkat keberhasilan anak nya dalam meningkatkan aktivitas di sekolah, orang tua mengetahui kesulitan- kesulitan yang sedang dialami anaknya di sekolah, dapat memperoleh informasi tentang kondisi anaknya dalam menerima pelajaran, tingkat kerajinan, malas, bodoh, atau etika dalam pergaulan anaknya tersebut. Sebaliknya guru BK juga mendapatkan informasi tentang kondisi kejiwaan perseta didiknya, dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya dan keadaan peserta didik dalam kehidupannya di tengah- tengah masya rakat dan sebagainya.

Selanjutnya menurut Gibson (2010:

528) konselor dapat memberikan konsulti yang efektif bagi orang tua di berbagai momen untuk mempromosikan pemahaman tentang karakteristik siswa dan efek setiap momen tersebut bagi perilaku siswa. Konsultasi dapat mem bantu orang tua mengatasi atau memodifikasi prilaku siswa, mem perbaiki keahlian hubungan antar-pribadi mereka, dan menyesuaikan sikap. Orang tua bisa juga berkonsultasi dengan konselor sekolah terkait perencanaan, kemajuan atau problem akademik anak- anak mereka.

Menurut Prayitno (2004: 324) kerjasama yang dilakukan guru BK dan orang tua dengan cara memanggil orang tua kesekolah, juga melakukan kunju ngan rumah. Ada tiga tujuannya dian taranya: Memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, Menyam paikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya, Membangun komitmen orang tua terhadap penanganan masalah anaknya.

a. Memanggil orang tua ke sekolah Berdasarakan hasil wawancara yang dilakukan dilapangan diketahui bahwa orang tua datang ke sekolah karna dipanggil oleh guru BK. Orang tua melakukan apapun yang membuat anaknya menjadi lebih baik dari sebelumnya, dimana orang tua selalu datang ke sekolah bila dipanggil oleh guru BK, dan mengikuti semua yang disarankan oleh guru BK kepadanya, dalam rangka untuk membantu

(14)

13 peserta didik yang mengalami masalah pada masa pubertas.

Orang tua adalah ayah dan ibu kandung. Orang tua merupakan orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga dan rumah tangga yang biasanya disebut ibu dan ayah. Ayah dan ibu merupakan hasil dari sebuah perkawinan yang sah yang membe- ntuk sebuah keluarga. Orang tua sangat berperan dan bertanggung jawab atas kelangsungan hidup anak.

Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, membimbing anak- anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak dalam kehidupan bermasyarakat.

Menurut Robert L. Gibson (2011:

543) orang tua adalah model yang kebiasaan dan sikapnya berpengaruh penting bagi nilai dan tindakan anak.

Menurut Djamarah (2014: 5) orang tua sebagai peminpin adalah faktor penentu keakraban dalam keluarga.

Tiba kepemimpinan yang diberla- kukan dalam keluarga akan memberiakan suasana tertentu dengan segala dinamikanya. Menurut

Prayitno (2004: 324) menyatakan bahwa pemanggilan orang tua ke sekolah mempunyai tiga tujuan penting.

1) Memperoleh data tambahan tentang permasalahan peserta didik

2) Menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan peserta didik.

3) Membangun komitmen orang tua terhadap penanganan masalah anaknya tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa memanggil orang tua ke sekolah merupakan hal yang sangat penting, karna dari orang tua lah guru BK banyak akan mendapatkan informasi atau kete rangan mengenai peserta didik tersebut.

Menurut Sukardi (2008: 91) kun jungan rumah, yaitu kegiatan pendu kung bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keterangan, kemu dahan, dan komitmen bagi teren tasnya permasalahan peserta didik.

Kunjungan rumah mempunyai dua tujuan, yaitu pertama mem peroleh berbagai keterangan (data) yang diperlukan dalam pemahaman lingkungan dan permasalahan siswa dan kedua untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan siswa.

Menurut Prayitno (2004:325) pelaksanaan kunjungan rumah dila kukan sesuai dengan rencana kegia tan guru BK dirumah orang tua peserta didik, sesuai dengan agenda yang telah disampaikan kepada orang tua, dengan melakuakan wawancara.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa melakukan kunjungan rumah tersebut merupakan hal yang penting, karna akan sangat membantu guru BK menyelesaikan permasalahan peserta didik tersebut.

b. Melakukan kunjungan rumah Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kunjungan rumah telah dilakukan oleh guru BK ke rumah peserta didik yang mempunyai permasalahan psikis pada masa pubertas. Kunjungan rumah adalah kegiatan bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentasnya permasalaahan-permasa- lahan peserta didik melalui kunju ngan rumah.

Kegiatan ini memerlukan kerja- sama yang penuh dari orang tua dari anggota keluarga lainnya. Kunjun gan rumah mempunyai dua tujuan, yaitu pertama untuk memperoleh berbagai keterangan (data) yang diperlukan dalam pemahaman dan permasalahan peserta didik dan kedua untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan peserta didik.

Menurut Prayitno (2004: 324) Sebelum kunjungan rumah guru BK terlebih dahulu:

1) Menyampaikan perlunya kunjungan rumah kepada siswa yang bersangkutan.

2) Menyusun rencana dan agenda yang konkret dan menyampai kannya kepada orang tua yang akan dikunjungi itu.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

(15)

14 melakukan kunjungan rumah merupakan hal yang sangat penting, karna akan membantu guru BK mendapatkan keterangan tentang peserta didik yang bermasalah tersebut.

Fungsi utama bimbingan yang diemban oleh kegiatan kunjungan rumah ialah fungsi pemahaman dan pengentasan. Dengan kunjungan rumah akan diperoleh berbagai data dan keterangan tentang berbagai hal yang besar kemungkinan ada sangkutpautnya dengan permasa- lahan peserta didik.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa melakukan kunjungan rumah merupakan hal yang sangat penting, karna akan membantu guru BK mendapatkan keterangan tentang peserta didik yang bermasalah tersebut.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan tentang kerjasama guru BK dengan orang tua menghadapi permasalahan peserta didik pada masa pubertas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kerjasama yang dilakukan oleh guru BK dengan orang tua adalah dengan Memanggil orang tua datang ke sekolah Guru BK memanggil orang tua peserta didik ke sekolah untuk melakukan konsultasi dengan orang tua peserta didik, dimana orang tualah yang paling dekat dengan anaknya, orang tua juga sangat berperan penting terhadap anaknya. dalam membahas permasalahan peserta didik yang mengalami permasalahan pada masa pubertas tersebut. Dimana orang tualah yang menetahui lebih banyak tentang prilaku dan tingkah laku anaknya tersebut, melalui kerjasama yang dilakukan guru BK dengan orang tua yaitu pada saat guru BK malakukan layanan konsultasi kepada orang tua untuk menyampaikan bahwa peserta didik mengalami permasalahan pubertas.

2. Kerjasama yang dilakukan guru BK dengan orang tua dengan Melakukan kunjungan rumah.

Guru BK melakukan kunjungan rumah dengan peserta didik yang mengalami permasalah pada masa pubertas,disamping itu guru BK saat melakukan kunjungan rumah tujuannya untuk mengenali bagaimana kepribadiaan peserta didik di luar sekolah.

Saran

1. Guru BK. Diharapkan tetap mela- kukan kerjasama dengan orang tua, meskipun kerjasama yang dilakukan selama ini sudah mem- buahkan hasil.

2. Orang Tua. Supaya tidak meng- hentikan kerjasama yang telah dilakukan kerena peserta didik mampu menghadapi permasa- lahan yang terjadi pada masa pubertas.

3. Peserta Didik. Kepada peserta didik diharapkan bisa mengatasi pubertas yang dialaminya sehi- ngga mampu menerima keadaan yang dimilikinya tersebut, sehing- ga kedepannya lebih baik dan berani untuk melakukan hal yang terbaik bagi dirinya sendiri.

4. Kepala Sekolah. Kepada kepala sekolah diharapkan bisa membantu guru BK dalam memahami peserta didik, serta mau ikut andil dalam mengatasi masalah puber- tas peserta didik di sekolah.

5. Pengelolaan Program Studi. Di- harapkan bisa menjadi masukan untuk mempersiapkan calon guru BK dengan wawasan dan kete- rampilan yang handal mengenai kerjasama guru BK dengan orang tua menghadapi masalah peserta didik pada masa pubertas.

6. Peneliti Selanjutnya. Diharapkan bisa menjadi pedoman bagi peneliti yang berkaitan dengan masalah ini dan bisa mengung- gkap permasalahan pubertas yang dialami peserta didik.

Kepustakaan

Al-Mighwar, Muhammad. (2006). Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia.

Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Putra Grafika.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(16)

15 Djiwandono, Sri Esti Wuryani. (2006).

Psikologi Pendidikan. Jakarta:

Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Gibson, Robert L. (2011). Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rosdakarya.

Hamdani. (2012). Bimbingan dan Penyaluran. Jakarta: Pustaka Setia.

Kartono, Kartini. (2006). Psikologi Wanita.

Yogyakarta: Mandar Maju.

Moleong. (2010). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja.

Nurhisan. (2009). Strategi layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung:

Rafika Aditama.

Prayitno dan Anti Erman. (2004). Dasar- dasar Bimbingan dan Konseling.

Jakarta: Rineka Cipta

Prayitno, Elida. (2002). Psikologi Perkembangan Remaja. Padang:

Angkasa Raya.

Sarwono, Wirawan Sarlito. (2007).

Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Parsada.

Soejono, Soekanto. (2001). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung:

Alfabeta.

Sukardi, Dewa Ketut. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

Jakarta: Rineka Cipta.

Winkel. (2004). Bimbingan dan Konseling.

Yogyakarta: Media Abadi.

Yusuf, Muri. (2005). Metodelogi Penelitian.

Padang: UNP Press.

Zulkifli. ( 2009). Psikologi Perkembangan.

Bandung: Remaja Rosdak.

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang tidak kalah penting dalam menghadapi kejang dan menangani anak yang kejang demam adalah kematangan atau sifat kedewasaan dari para orang tua, sehingga orang tua dapat