• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesadaran Dasar Sampah: Pentingnya Pengelolaan dari Sumbernya

N/A
N/A
Ahmad Rizal Ridho

Academic year: 2025

Membagikan "Kesadaran Dasar Sampah: Pentingnya Pengelolaan dari Sumbernya"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Kesadaran Dasar Sampah: Fokus Pada Pengenalan Masalah dan Pentingnya Pengelolaan dari Sumbernya

1. Pendahuluan: Krisis Sampah di Depan Mata dan Urgensi Pengelolaan dari Sumbernya

Permasalahan sampah telah menjadi salah satu tantangan lingkungan paling

mendesak di abad ke-21, baik pada skala global maupun nasional. Setiap menit, dunia menghasilkan sekitar 3.825 ton sampah kota (Municipal Solid Waste/MSW).1 Secara tahunan, planet kita menampung sekitar 2,01 miliar ton MSW, dan angka ini

diproyeksikan melonjak hingga 3,40 miliar ton dalam kurun waktu 30 tahun ke depan, menandakan peningkatan sebesar 70%. Ironisnya, meskipun berbagai teknologi daur ulang telah dikembangkan, kurang dari 20% sampah di dunia yang benar-benar didaur ulang setiap tahunnya, sementara 80% sisanya berakhir di tempat pemrosesan akhir (TPA) atau, lebih buruk lagi, tercecer di lingkungan.1

Di Indonesia, volume sampah yang dihasilkan juga sangat signifikan. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2024, Indonesia menghasilkan sekitar 33,79 juta ton timbulan sampah. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 21,83%

dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 43,23 juta ton.2 Meskipun penurunan ini patut diapresiasi, volume yang ada tetap menjadi beban besar bagi lingkungan.

Komposisi sampah nasional pada tahun 2024 didominasi oleh sisa makanan yang mencapai 39,36%. Komponen sampah terbesar berikutnya adalah plastik dengan 19,64%, diikuti oleh kayu/ranting sebesar 12,62%, dan kertas/karton sebanyak 11,16%.2 Tabel 1: Komposisi Sampah Nasional Indonesia Tahun 2024 (Sumber: SIPSN KLHK)

Jenis Sampah Persentase (%)

Sisa Makanan 39,36

Plastik 19,64

Kayu/Ranting 12,62

Kertas/Karton 11,16

(2)

Logam 3,43

Kain 2,55

Kaca 2,37

Karet/Kulit 2,11

Lainnya (Tidak dirinci)

Sumber: Diolah dari 2

Dominasi sampah sisa makanan dalam komposisi sampah nasional menggarisbawahi area intervensi yang sangat krusial dan memiliki potensi besar untuk dikelola langsung dari sumbernya, misalnya melalui praktik pengomposan. Sampah sisa makanan, yang bersifat organik dan mudah terurai, justru dapat menimbulkan masalah serius jika tidak dikelola dengan baik di TPA. Penumpukannya akan menghasilkan gas metana, salah satu gas rumah kaca yang berkontribusi signifikan terhadap pemanasan global, serta lindi, yaitu cairan beracun yang dapat mencemari tanah dan sumber air. Oleh karena itu, meskipun terjadi penurunan total timbulan sampah, fokus pada

pengelolaan sampah sisa makanan dari sumbernya menjadi sangat penting untuk mengurangi dampak lingkungan lebih lanjut dan sekaligus memanfaatkan potensi sumber daya yang terkandung di dalamnya.

Pengelolaan sampah dari sumbernya, yang mencakup kegiatan pemilahan,

pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang di tingkat rumah tangga atau komunitas, merupakan pendekatan paling efektif untuk menekan volume sampah yang berakhir di TPA. Pendekatan ini sejalan dengan konsep hierarki pengelolaan sampah, di mana pencegahan dan pengurangan sampah di sumber menempati prioritas tertinggi. Upaya ini sangat krusial mengingat kapasitas TPA yang semakin terbatas dan seringkali justru menjadi sumber masalah lingkungan baru. Secara global, sekitar 23% sampah tidak terkumpul dan 33% dibuang secara terbuka, dengan kondisi yang lebih parah terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah.3

Namun, ketersediaan teknologi dan infrastruktur canggih sekalipun tidak akan cukup tanpa adanya perubahan mendasar dalam perilaku masyarakat. Kesadaran akan skala masalah, dampak yang ditimbulkan, dan solusi yang dapat diimplementasikan adalah langkah awal yang fundamental untuk mendorong partisipasi aktif dalam pengelolaan sampah. Banyak pihak belum sepenuhnya menyadari bahaya dari pola konsumsi

(3)

berlebih dan produksi berlebih yang menjadi akar dari masalah sampah.1 Oleh karena itu, membangun kesadaran dasar menjadi fondasi utama bagi perubahan perilaku yang berkelanjutan.

2. Ancaman Nyata di Balik Tumpukan Sampah: Dampak Buruk Pengelolaan yang Lalai

Pengelolaan sampah yang tidak tepat dan cenderung lalai akan menimbulkan serangkaian dampak buruk yang merusak lingkungan dan mengancam kesehatan manusia. Tumpukan sampah yang tidak terurus bukanlah sekadar masalah estetika, melainkan sumber pencemaran yang kompleks dan berbahaya.

Pencemaran Air

Sampah, khususnya sampah plastik, menjadi salah satu kontributor utama

pencemaran air. Plastik, baik dalam bentuk utuh maupun yang telah terfragmentasi menjadi partikel-partikel kecil (mikroplastik), dapat melepaskan zat-zat kimia

berbahaya seperti bifenil poliklorinasi dan pestisida ke dalam badan air. Kontaminasi ini tidak hanya merusak kualitas air tetapi juga meracuni dan merusak habitat bagi organisme akuatik.4 Lebih lanjut, sampah yang dibuang sembarangan ke sungai dapat menyumbat aliran air, yang berujung pada terjadinya banjir, berkurangnya

ketersediaan pasokan air bersih, dan kerusakan ekosistem sungai secara keseluruhan.5

Efek berantai dari pencemaran air oleh sampah ini sangat mengkhawatirkan. Zat-zat toksik yang terlarut dalam air dapat diserap oleh biota air, seperti ikan dan kerang.

Ketika manusia mengonsumsi hasil laut yang telah terkontaminasi tersebut, toksin ini akan berpindah dan terakumulasi dalam tubuh manusia (bioakumulasi), berpotensi menyebabkan berbagai masalah kesehatan jangka panjang.4 Ini menunjukkan bahwa dampak pengelolaan sampah yang buruk tidak hanya terbatas pada lingkungan lokal, tetapi meluas hingga ke rantai makanan dan mengancam kesehatan publik.

Pencemaran Tanah

Ancaman serupa juga terjadi pada tanah. Partikel mikroplastik, logam berat, dan berbagai zat kimia yang berasal dari proses dekomposisi sampah plastik dapat meresap ke dalam lapisan tanah. Kontaminan ini kemudian dapat menempel pada tanaman, termasuk sayuran dan buah-buahan yang menjadi sumber pangan

manusia.4 Konsumsi produk pertanian yang tumbuh di tanah tercemar meningkatkan risiko paparan zat berbahaya dan berbagai penyakit. Selain itu, kontaminasi sampah plastik dan bahan kimia yang dikandungnya juga dapat menyebabkan penurunan

(4)

kesuburan tanah, merusak struktur tanah, dan membunuh unsur hara, sehingga produktivitas pertanian menurun.4

Kontaminasi tanah oleh sampah adalah ancaman yang seringkali "tersembunyi"

namun memiliki dampak jangka panjang yang serius. Kerusakan kesuburan tanah berarti kapasitas produksi pangan akan terganggu, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi ketahanan pangan. Dengan demikian, pengelolaan sampah yang buruk tidak hanya menciptakan masalah limbah, tetapi juga mengancam fondasi keberlanjutan hidup melalui degradasi sumber daya tanah dan potensi kontaminasi pangan.

Pencemaran Udara

Pembakaran sampah secara terbuka, terutama sampah plastik, merupakan praktik yang sangat berbahaya karena melepaskan berbagai polutan ke atmosfer. Asap dari pembakaran plastik mengandung partikel mikroplastik, logam berat seperti kadmium dan timbal, serta senyawa berbahaya lainnya seperti bifenil poliklorinasi dan dioksin yang bersifat karsinogenik.4 Polutan ini tidak hanya menurunkan kualitas udara yang dihirup tetapi juga dapat memperparah masalah lingkungan yang lebih luas seperti pemanasan global dan perubahan iklim.4

Ancaman Kesehatan Manusia

Dampak buruk pengelolaan sampah yang lalai paling nyata dirasakan pada kesehatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penyakit Akibat Sanitasi Buruk dan Vektor Penyakit: Lingkungan yang kotor akibat tumpukan sampah menjadi tempat ideal bagi perkembangbiakan kuman, bakteri, virus, dan berbagai vektor penyakit seperti lalat, tikus, dan nyamuk.5 Berbagai penyakit infeksius dapat timbul akibat kondisi ini, di antaranya adalah diare (disebabkan oleh bakteri seperti E. coli atau virus seperti rotavirus), kolera (akibat bakteri Vibrio cholerae yang mencemari sumber air), disentri, demam tifoid (disebabkan oleh Salmonella typhi), dan Hepatitis A.7 Genangan air yang tercipta dari sampah yang menyumbat saluran drainase juga menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti, vektor penyakit demam berdarah dengue.8 Penyakit kulit seperti kudis (scabies) dan tinea pedis (kurap kaki) juga umum terjadi di lingkungan dengan sanitasi yang buruk akibat sampah.7 Infeksi saluran pernapasan juga dapat dipicu oleh mikroorganisme yang berkembang biak di lingkungan kotor.7

Dampak Paparan Plastik dan Mikroplastik: Ancaman kesehatan yang lebih spesifik datang dari paparan plastik dan mikroplastik. Senyawa kimia beracun yang

terkandung dalam plastik atau dilepaskan selama degradasinya dapat masuk ke

(5)

dalam tubuh manusia melalui berbagai jalur, seperti udara yang tercemar, makanan, dan minuman yang terkontaminasi.4 Paparan ini dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai jenis kanker, termasuk kanker paru-paru, kanker payudara, kanker prostat, dan kanker testis, karena beberapa senyawa dalam plastik bersifat karsinogenik.4

Kerusakan organ juga menjadi risiko serius. Logam berat dan mikroplastik dapat menyebabkan iritasi dan kerusakan kulit, serta memicu gangguan pada sistem saraf, sistem pencernaan, sistem pernapasan, dan sistem kelenjar endokrin (misalnya, penyakit tiroid).4 Fungsi ginjal dan hati juga dapat terganggu akibat paparan zat toksik dari limbah plastik.4

Mikroplastik, partikel plastik berukuran sangat kecil, kini ditemukan hampir di semua kompartemen lingkungan dan bahkan dalam tubuh manusia. Paparannya dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari iritasi kulit dan gangguan pernapasan seperti asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), hingga gangguan pencernaan akibat kerusakan dinding usus dan peradangan.9 Lebih jauh, mikroplastik dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik di usus, yang berdampak pada penyerapan nutrisi dan sistem imunitas tubuh.

Ada juga indikasi bahwa paparan mikroplastik dapat mengganggu metabolisme tubuh (akibat zat seperti Bisphenol A/BPA dan ftalat yang mengganggu fungsi endokrin), meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke (karena potensi pembentukan plak di pembuluh darah), serta menyebabkan kerusakan DNA dan mutasi genetik yang dapat memicu kanker.9 Bahkan, perkembangan janin dan anak-anak juga rentan terhadap paparan zat beracun dari limbah plastik, dengan risiko gangguan tumbuh kembang, kelahiran prematur, hingga penyakit bawaan lahir.4

Rangkaian potensi gangguan sistemik ini menggarisbawahi betapa pentingnya mencegah pelepasan plastik ke lingkungan dan mengurangi ketergantungan kita pada material tersebut. Ini bukan hanya soal satu jenis risiko kesehatan, melainkan potensi krisis kesehatan publik yang multi-dimensi.

3. Fondasi Perubahan: Mengenal Prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan Praktik Terbaiknya

Menghadapi krisis sampah yang semakin kompleks, perubahan paradigma dan

perilaku menjadi sebuah keniscayaan. Fondasi utama dari perubahan ini terletak pada pemahaman dan penerapan prinsip 3R: Reduce (Mengurangi), Reuse (Menggunakan Kembali), dan Recycle (Mendaur Ulang). Prinsip ini menawarkan kerangka kerja hierarkis yang mengedepankan pencegahan timbulan sampah sebagai prioritas

(6)

tertinggi.

Reduce (Mengurangi)

Reduce adalah upaya untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dari sumbernya.11 Ini berarti meminimalisir produksi sampah sejak awal, sebelum suatu produk atau material menjadi sampah. Filosofi di balik reduce adalah bahwa sampah yang tidak pernah ada adalah solusi terbaik dan paling efektif.

Praktik reduce menuntut perubahan mendasar dalam pola pikir dan perilaku konsumsi, beralih dari konsumsi impulsif dan boros menuju konsumsi yang sadar, bijak, dan bertanggung jawab.

Ini bukan hanya soal tindakan praktis, tetapi juga refleksi atas kebutuhan riil versus keinginan semata. Beberapa praktik terbaik reduce meliputi:

Membeli hanya barang-barang yang benar-benar dibutuhkan dan dalam jumlah yang sesuai.13

Menghindari penggunaan produk sekali pakai seperti kantong plastik, botol minuman kemasan, alat makan plastik, dan sedotan plastik. Sebaliknya, beralih ke alternatif yang dapat digunakan berulang kali.13

Memilih produk dengan kemasan minimal, tanpa kemasan, atau kemasan yang mudah didaur ulang.13

Selalu membawa tas belanja sendiri saat berbelanja untuk menghindari penggunaan kantong plastik sekali pakai.13

Mengemas makan siang atau minuman dari rumah menggunakan wadah dan botol minum reusable.14

Menghemat penggunaan energi dengan mematikan lampu dan mencabut peralatan elektronik yang tidak digunakan. Selain mengurangi tagihan listrik, ini juga memperpanjang usia pakai peralatan tersebut, sehingga tidak cepat menjadi sampah.14

Memanfaatkan layanan tagihan elektronik (e-billing) untuk mengurangi penggunaan kertas.14

Reuse (Menggunakan Kembali)

Reuse berarti menggunakan kembali barang-barang atau material untuk fungsi yang sama atau fungsi lain yang berbeda, sehingga memperpanjang masa pakainya sebelum akhirnya menjadi sampah.11 Reuse tidak hanya menghemat sumber daya alam dan energi yang

dibutuhkan untuk memproduksi barang baru, tetapi juga secara signifikan mengurangi volume sampah yang harus diolah.

Prinsip reuse mendorong kreativitas dalam menemukan fungsi baru untuk barang-barang yang sudah ada dan mendukung elemen ekonomi sirkular di tingkat individu atau komunitas.

Contohnya adalah pasar barang bekas atau kegiatan tukar-menukar barang yang memperpanjang siklus hidup produk. Praktik terbaik reuse mencakup:

Menggunakan botol minum dan wadah makanan yang dapat diisi ulang

(7)

berkali-kali.13

Mendonasikan pakaian, buku, perabotan, mainan, dan barang-barang lain yang masih layak pakai namun sudah tidak dibutuhkan kepada pihak yang memerlukan atau lembaga amal.13

Memperbaiki barang yang rusak, seperti peralatan elektronik atau pakaian, daripada langsung membuangnya dan membeli yang baru.

Menggunakan kembali amplop, map, atau sisi kosong kertas bekas untuk catatan atau keperluan lain.14

Menggunakan baterai isi ulang (rechargeable batteries) sebagai pengganti baterai sekali pakai untuk mengurangi limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).14

Menggunakan serbet kain yang dapat dicuci dan dipakai ulang daripada tisu kertas sekali pakai.13

Saat melakukan renovasi rumah, material bangunan bekas seperti kayu, pintu, atau jendela yang masih baik dapat dimanfaatkan kembali atau didonasikan.13 Recycle (Mendaur Ulang)

Recycle adalah proses mengolah kembali material sampah menjadi produk baru yang memiliki nilai guna.11 Proses ini biasanya melibatkan serangkaian tahapan, mulai dari pengumpulan sampah terpilah, pemilahan lebih lanjut di fasilitas daur ulang, pembersihan, pemrosesan material (misalnya, pelelehan plastik atau kertas), hingga pembuatan produk baru.

Keberhasilan program daur ulang sangat bergantung pada infrastruktur yang memadai dan partisipasi aktif dari seluruh rantai nilai, mulai dari pemilahan yang benar di tingkat rumah tangga, sistem pengumpulan yang efisien, hingga ketersediaan industri daur ulang yang mampu mengolah berbagai jenis material. Tanpa sinergi antar elemen ini, sistem daur ulang tidak akan berjalan efektif. Praktik terbaik recycle meliputi:

Memilah sampah sesuai dengan jenis materialnya (misalnya, kertas, plastik, logam, kaca) langsung dari rumah atau sumber timbulan sampah lainnya.13

Membersihkan kemasan bekas (seperti botol plastik, kaleng minuman, atau wadah makanan) sebelum dimasukkan ke tempat sampah daur ulang untuk

menghilangkan sisa makanan atau kotoran yang dapat mengganggu proses daur ulang.15

Berpartisipasi aktif dalam program daur ulang yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, komunitas, atau pihak swasta.

Mencari informasi mengenai jenis-jenis material apa saja yang diterima dan dapat diolah oleh fasilitas daur ulang setempat, karena tidak semua jenis plastik atau material lain dapat didaur ulang di setiap daerah.13

Melakukan daur ulang sampah elektronik (e-waste atau eCycling) dengan benar, misalnya dengan mendonasikan komputer atau gawai lama yang masih berfungsi ke sekolah atau lembaga yang membutuhkan, atau mempertimbangkan untuk

(8)

meningkatkan (upgrade) komponen daripada mengganti seluruh perangkat.14 Tabel 2: Panduan Praktis Penerapan 3R dalam Kehidupan Sehari-hari

Prinsip Saat Belanja Di Rumah Di

Kantor/Sekolah

Saat Bepergian

Reduce - Bawa tas belanja sendiri

- Beli produk isi ulang (refill)

- Cetak dua sisi (duplex) atau jika perlu saja

- Bawa botol minum sendiri

- Pilih produk tanpa

kemasan/kemas an minimal

- Habiskan makanan, jangan buang sia-sia

- Gunakan email/digital untuk dokumen

- Tolak sedotan/alat makan sekali pakai

- Hindari produk sekali pakai

- Matikan lampu

& alat elektronik jika tidak dipakai

- Bawa bekal dari rumah dengan wadah reusable

- Pilih akomodasi ramah lingkungan

Reuse - Gunakan

kembali kantong belanja

- Gunakan wadah bekas untuk

menyimpan barang

- Gunakan kembali map, amplop

- Bawa sapu tangan kain

- Beli barang bekas berkualitas

- Donasikan barang layak pakai

- Isi ulang pulpen/spidol

- Gunakan ulang botol air mineral (jika aman)

- Perbaiki barang rusak

- Gunakan kertas bekas untuk catatan

Recycle - Pilih produk dari bahan daur ulang

- Pilah sampah (kertas, plastik, logam, kaca)

- Sediakan tempat sampah terpilah

- Buang sampah pada tempatnya sesuai jenis

- Pilih produk dengan

kemasan mudah didaur ulang

- Bersihkan kemasan sebelum dibuang

- Ikut program daur ulang kantor/sekolah

- Cari tempat sampah daur ulang

(9)

- Setor sampah terpilah ke bank sampah/petugas daur ulang

- Daur ulang kertas, kartrid printer

Sumber: Diolah dari 13

Konteks Kebijakan: Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen

Upaya pengelolaan sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab konsumen, tetapi juga produsen. Di Indonesia, hal ini diatur melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor P.75/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen.17 Regulasi ini merupakan langkah penting dalam menerapkan konsep Tanggung Jawab Produsen yang Diperluas (Extended Producer Responsibility - EPR).

Permen LHK ini mewajibkan produsen dari berbagai sektor, termasuk manufaktur, ritel, dan jasa makanan dan minuman, untuk menyusun rencana dan melaksanakan upaya pengurangan sampah yang berasal dari produk dan/atau kemasan produk mereka. Tiga pilar utama

pengurangan sampah oleh produsen adalah:

1. Pembatasan timbulan sampah: Melalui inovasi desain produk dan kemasan yang lebih ramah lingkungan, penggunaan material yang lebih sedikit, atau model bisnis yang mengurangi potensi sampah (misalnya, sistem isi ulang).

2. Pendauran ulang sampah: Merancang produk dan kemasan agar mudah didaur ulang, serta membangun atau mendukung sistem pengumpulan dan daur ulang sampah produk mereka.

3. Pemanfaatan kembali sampah: Mendorong penggunaan kembali kemasan atau komponen produk.18

Jenis produk, kemasan produk, dan/atau wadah yang menjadi fokus dalam peraturan ini meliputi plastik, kaleng aluminium, kaca, dan kertas.18 Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan ada dorongan kuat dari sisi hulu produksi untuk berkontribusi aktif dalam mengatasi masalah sampah, sejalan dengan prinsip 3R.

4. Inovasi dari Lapangan: Contoh Sukses Pengelolaan Sampah Kreatif dari Sumbernya

Kesadaran akan urgensi pengelolaan sampah telah memicu lahirnya berbagai inisiatif kreatif dan inovatif, baik di tingkat lokal maupun internasional. Contoh-contoh sukses ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat dan partisipasi aktif

masyarakat, masalah sampah dapat diubah menjadi peluang.

(10)

Inisiatif Lokal yang Menginspirasi

Di Indonesia, berbagai komunitas dan individu telah menunjukkan kemampuannya dalam mengelola sampah dari sumbernya secara efektif dan kreatif.

Bank Sampah:

Bank sampah adalah salah satu inovasi sosial yang paling dikenal dalam

pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Indonesia. Mekanismenya sederhana namun efektif: warga mengumpulkan sampah anorganik terpilah (seperti plastik, kertas, logam, dan kaca) dari rumah masing-masing, kemudian menyetorkannya ke bank sampah. Di bank sampah, sampah tersebut ditimbang dan nilainya dicatat dalam buku tabungan milik warga, layaknya menabung uang di bank konvensional.19 Sampah yang terkumpul kemudian dijual ke industri daur ulang atau pengrajin.

Manfaat bank sampah sangat beragam. Selain secara langsung mengurangi volume sampah yang dikirim ke TPA, bank sampah juga memberikan nilai ekonomi tambahan bagi masyarakat, terutama bagi rumah tangga berpenghasilan

rendah.20 Lebih dari itu, bank sampah berperan penting dalam meningkatkan kesadaran lingkungan, menumbuhkan budaya memilah sampah, dan

memberdayakan komunitas melalui kegiatan kolektif.6

Sebagai contoh, studi kasus pada Bank Sampah NTB Mandiri di Mataram

menunjukkan bahwa faktor ekonomi bagi nasabah, yang mencapai 33% dari total faktor, menjadi penentu utama keberhasilan operasional bank sampah tersebut, karena mampu memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat.20

Mengingat data tahun 2019 yang menunjukkan bahwa Provinsi NTB menghasilkan sekitar 3.388 ton sampah per hari namun hanya sekitar 51,21 ton per hari yang berhasil didaur ulang 22, peran bank sampah seperti NTB Mandiri menjadi sangat vital dalam meningkatkan angka daur ulang dan mengurangi sampah yang tidak terkelola. Inisiatif serupa juga ditemukan di Kelurahan Kotabaru, Yogyakarta, di mana bank sampah aktif berkontribusi pada implementasi pengelolaan sampah berkelanjutan, meskipun masih memerlukan optimalisasi lebih lanjut.23

Keberhasilan bank sampah menunjukkan bahwa model ini bukan hanya sekadar solusi teknis pengelolaan sampah, tetapi juga instrumen pemberdayaan ekonomi dan sosial di tingkat akar rumput. Sampah yang tadinya dianggap tidak berguna dan menjadi masalah, diubah menjadi aset yang memiliki nilai tukar. Proses pengumpulan, pemilahan, dan penjualan sampah ini menciptakan aktivitas ekonomi baru di tingkat komunitas, sekaligus memperkuat kohesi sosial melalui interaksi dan gotong royong antar warga.

Pengomposan Skala Rumah Tangga dan Komunal:

Mengingat dominasi sampah organik, khususnya sisa makanan, dalam komposisi

(11)

sampah nasional 2, pengomposan menjadi solusi yang sangat relevan dan efektif.

Pengomposan adalah proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme menjadi material kaya hara yang disebut kompos, yang sangat bermanfaat untuk menyuburkan tanah.

Panduan praktis pembuatan kompos cukup sederhana. Dapat dimulai dengan menyiapkan wadah (bisa berupa tong, ember, atau lubang di tanah), memisahkan sampah organik dari sampah anorganik, dan menerapkan teknik pelapisan

(layering) antara bahan hijau (sumber nitrogen, seperti sisa sayuran,

buah-buahan, potongan rumput) dan bahan cokelat (sumber karbon, seperti daun kering, serbuk gergaji, sobekan kardus).24 Menjaga kelembapan yang tepat (tidak terlalu basah atau kering) dan melakukan pengadukan secara berkala untuk aerasi juga penting untuk mempercepat proses dekomposisi.24 Bahan-bahan yang ideal untuk dikomposkan antara lain sisa makanan (sayur, buah, bahkan daging busuk dalam jumlah kecil), kertas atau tisu bekas (yang tidak mengandung bahan kimia berbahaya), dedaunan, rumput, potongan kayu kecil, hingga kotoran hewan herbivora.24 Sebaliknya, bahan-bahan seperti tumbuhan yang terinfeksi penyakit, kertas berlapis logam atau plastik, kaca, besi, plastik, kemasan makanan berminyak (seperti boks pizza), produk susu, dan daging dalam jumlah besar sebaiknya dihindari karena dapat mengganggu proses pengomposan atau menarik hama.24

Contoh sukses pengomposan komunal dapat dilihat di Yogyakarta. Rumah Kompos di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Nitikan, misalnya, berhasil mengolah sampah daun dari lingkungan sekitar menjadi kompos berkualitas menggunakan bantuan mesin penggiling dan bak-bak fermentasi.

Kompos yang dihasilkan kemudian didistribusikan secara gratis kepada

masyarakat, kelompok tani, atau PKK untuk mendukung kegiatan pertanian dan penghijauan.26 Program seperti ini tidak hanya mengurangi volume limbah

organik yang masuk ke TPA, tetapi juga meningkatkan kualitas tanah, mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, dan memberdayakan ekonomi masyarakat.27 Pengomposan, baik dalam skala rumah tangga maupun komunal, menawarkan solusi yang terdesentralisasi dan sangat efektif untuk mengatasi masalah sampah organik, sekaligus menghasilkan produk sampingan yang bermanfaat.

Ecobricks:

Ecobrick adalah inovasi sederhana namun cerdas untuk mengelola sampah plastik yang sulit didaur ulang. Ecobrick dibuat dengan cara memasukkan dan memadatkan sampah plastik bersih dan kering ke dalam botol plastik bekas hingga botol menjadi sangat keras dan padat, menyerupai batu bata.28 Sampah plastik yang digunakan bisa berupa kemasan makanan ringan, tas kresek, atau jenis plastik lain yang umumnya tidak diterima oleh fasilitas daur ulang.

(12)

Cara pembuatannya relatif mudah: siapkan botol plastik bekas (umumnya ukuran 600ml atau 1500ml), kumpulkan sampah plastik yang sudah dibersihkan dan dikeringkan, potong sampah plastik menjadi ukuran kecil agar mudah dimasukkan, lalu masukkan ke dalam botol dan padatkan menggunakan tongkat kayu atau bambu hingga mencapai kepadatan tertentu (biasanya minimal 0,33 gram/ml).30 Manfaat ecobrick antara lain mengurangi jumlah sampah plastik yang berpotensi mencemari lingkungan, proses pembuatannya mudah dan tidak memerlukan teknologi canggih, bahan-bahannya mudah didapatkan, serta ramah lingkungan karena "mengunci" plastik agar tidak terurai menjadi mikroplastik.31 Ecobrick yang sudah jadi dapat dimanfaatkan sebagai material bangunan alternatif untuk membuat berbagai struktur seperti bangku, meja, dinding partisi, atau bahkan elemen taman bermain.29

Gerakan ecobrick telah menyebar secara global, didorong oleh kesadaran individu untuk mengambil tanggung jawab pribadi atas sampah plastik yang mereka hasilkan.28 Ecobrick menawarkan cara kreatif dan partisipatif bagi

masyarakat untuk terlibat langsung dalam pengelolaan sampah plastik, khususnya jenis plastik yang memiliki nilai daur ulang rendah. Meskipun ecobrick bukanlah solusi akhir untuk krisis plastik – karena plastik tersebut tetap ada dan tidak terurai – ia berfungsi sebagai langkah transisi yang penting, mencegah plastik tersebut terlepas ke lingkungan sambil menunggu solusi pengelolaan plastik yang lebih komprehensif dan berkelanjutan. Ini adalah bentuk "sekuestrasi plastik"

partisipatif yang juga memiliki nilai edukasi tinggi.

Pembelajaran dari Mancanegara

Beberapa negara telah berhasil menerapkan sistem pengelolaan sampah yang sangat efektif dan dapat menjadi sumber inspirasi.

Jepang:

Jepang terkenal dengan sistem pengelolaan sampahnya yang sangat disiplin dan detail. Kunci keberhasilannya terletak pada klasifikasi sampah yang sangat rinci.

Sampah rumah tangga umumnya dikategorikan menjadi beberapa jenis utama, seperti sampah dapat dibakar (moeru gomi), sampah tidak dapat dibakar (moenai gomi), sampah daur ulang (shigen gomi), sampah berukuran besar (sodai gomi), dan sampah berbahaya.12 Bahkan dalam kategori daur ulang, pemilahannya bisa sangat spesifik; misalnya, satu botol plastik PET harus dipisahkan menjadi tiga bagian: tutup botol, label plastik, dan badan botol itu sendiri, yang masing-masing dibuang ke tempat berbeda.12

Masyarakat Jepang memiliki budaya pemilahan sampah yang tinggi. Mereka diwajibkan untuk memilah sampah di rumah, membersihkan kemasan (misalnya,

(13)

botol dan kaleng harus dicuci dan dikeringkan sebelum dibuang), dan bahkan minyak goreng bekas harus dipadatkan menggunakan produk khusus sebelum dibuang agar tidak mencemari lingkungan atau menyumbat saluran.12 Setiap jenis sampah memiliki jadwal pengumpulan yang ketat dan berbeda-beda di setiap wilayah, dan warga harus membuang sampah pada hari dan jam yang telah ditentukan.15

Dari sisi teknologi, Jepang memanfaatkan insinerator canggih yang mampu membakar sampah pada suhu sangat tinggi (lebih dari 800°C) untuk

menghasilkan energi (waste-to-energy), dengan sistem kontrol emisi yang ketat untuk meminimalkan polusi udara.32 Sampah plastik yang tidak dapat dibakar atau didaur ulang secara mekanis (menjadi benang fiber atau material paving) juga diolah melalui teknologi ini.32 Pemerintah Jepang memainkan peran sentral dalam mendidik masyarakat dan pelaku bisnis mengenai pentingnya 3R, serta terus mendorong inovasi teknologi dalam pengelolaan sampah.32 Filosofi "5S"

(Seiri, Seiton, Seisou, Seiketsu, Shitsuke – Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) juga turut membentuk budaya kebersihan dan pengelolaan sampah yang mengakar.32

Korea Selatan:

Korea Selatan juga menjadi contoh sukses dalam pengelolaan sampah, terutama melalui implementasi sistem Volume-Based Waste Fee (VBWF) sejak tahun 1995.35 Dalam sistem ini, warga diwajibkan membayar biaya pembuangan

sampah berdasarkan volume sampah yang mereka hasilkan. Untuk sampah umum rumah tangga, warga harus menggunakan kantong sampah standar khusus yang berbayar dan tersedia dalam berbagai ukuran. Semakin banyak sampah yang dibuang, semakin besar biaya yang harus dikeluarkan.35

Sisa makanan juga dikenakan sistem biaya berbasis volume, biasanya menggunakan chip pembayaran atau stiker yang ditempelkan pada wadah pengumpul standar, atau melalui sistem RFID (Radio-Frequency Identification) yang lebih canggih untuk pengukuran volume yang akurat.35 Sebaliknya, sampah yang sudah dipilah dengan benar untuk didaur ulang (seperti kertas, plastik, kaleng, kaca) dikumpulkan secara gratis, memberikan insentif kuat bagi masyarakat untuk aktif memilah sampahnya.35

Dampak dari penerapan sistem VBWF ini sangat signifikan: terjadi penurunan produksi sampah secara keseluruhan, peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemilahan dan daur ulang, serta peningkatan kesadaran lingkungan secara umum.35 Korea Selatan juga mengembangkan sistem informasi sampah yang terintegrasi untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi pengelolaan.35

Contoh Lain:

Swedia: Negara ini berhasil mengubah lebih dari 50% sampahnya menjadi energi listrik dan panas melalui insinerasi suhu tinggi. Abu sisa pembakaran

(14)

bahkan dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi jalan. Swedia juga

menerapkan pant system, di mana masyarakat mendapatkan sejumlah uang sebagai insentif ketika mengembalikan botol atau kaleng bekas ke pusat daur ulang.34

Hongkong: Salah satu TPA besar, Sai Tso Wan, yang telah penuh, berhasil dialihfungsikan menjadi taman bermain publik. Taman ini bahkan dilengkapi dengan sumber energi terbarukan seperti turbin angin, sel surya, dan

pemanfaatan gas metana dari residu sampah yang membusuk di bawahnya.34 Keberhasilan negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan, serta inisiatif di Swedia dan Hongkong, tidak disebabkan oleh satu faktor tunggal. Melainkan,

merupakan hasil dari kombinasi berbagai elemen: kedisiplinan masyarakat yang tinggi (buah dari edukasi berkelanjutan dan budaya yang kuat), penerapan teknologi

pengolahan sampah yang canggih, kerangka regulasi yang tegas dan ditegakkan dengan baik, serta mekanisme insentif dan disinsentif ekonomi yang efektif (seperti sistem VBWF di Korea Selatan atau pant system di Swedia). Ini menunjukkan bahwa pendekatan holistik dan multi-cabang diperlukan untuk mencapai pengelolaan sampah yang benar-benar berkelanjutan.

Tabel 3: Perbandingan Praktik Unggulan Pengelolaan Sampah dari Sumbernya (Internasional dan Lokal)

Negara/Inisiatif Fitur Utama Keberhasilan Utama Potensi

Adaptasi/Pelajaran untuk Indonesia

Jepang - Pemilahan sampah sangat detail &

disiplin<br>- Jadwal buang sampah ketat<br>- Teknologi daur ulang & WTE canggih<br>- Edukasi

& budaya 5S

- Tingkat daur ulang tinggi<br>-

Kebersihan lingkungan terjaga<br>-

Minimalisasi sampah ke TPA

- Penguatan edukasi pemilahan sejak dini<br>- Penerapan jadwal pengumpulan sampah terpilah yang konsisten<br>- Investasi bertahap pada teknologi pengolahan yang sesuai

Korea Selatan - Sistem

Volume-Based Waste Fee (VBWF)<br>- Kewajiban

penggunaan kantong

- Penurunan signifikan volume sampah<br>- Peningkatan

partisipasi daur ulang

- Uji coba sistem retribusi sampah berbasis volume di beberapa

daerah<br>-

(15)

sampah berbayar<br>- Insentif untuk daur ulang (gratis)

masyarakat Penyediaan kantong sampah terpilah yang mudah diakses

Swedia - Waste-to-Energy (WTE) dominan<br>- Pant system (insentif pengembalian kemasan)<br>- Pemanfaatan abu insinerator

- Ketergantungan rendah pada TPA<br>- Sumber energi alternatif<br>- Tingkat

pengembalian kemasan tinggi

- Eksplorasi potensi WTE dengan teknologi ramah lingkungan<br>- Pengembangan skema insentif untuk pengembalian jenis sampah tertentu (misal, botol plastik)

Bank Sampah (Indonesia)

- Sistem tabungan sampah terpilah<br>- Pengelolaan berbasis komunitas<br>- Memberikan nilai ekonomi pada sampah

- Mengurangi sampah ke TPA<br>- Memberdayakan ekonomi

masyarakat<br>- Meningkatkan kesadaran pemilahan

- Perluasan jangkauan dan peningkatan kapasitas bank sampah<br>- Penguatan jejaring dengan industri daur ulang<br>- Dukungan regulasi dan

pendanaan dari pemerintah

Kompos Komunal (Indonesia)

- Pengolahan

sampah organik skala komunitas<br>- Produksi kompos untuk

pertanian/penghijaua n

- Mengurangi signifikan sampah organik ke TPA<br>- Menyediakan pupuk organik lokal

- Fasilitasi

pembentukan unit kompos komunal di tingkat RW/desa<br>- Pelatihan teknik pengomposan yang efektif<br>-

Pengembangan pasar untuk produk kompos

Ecobricks (Global/Lokal)

- Sekuestrasi sampah plastik sulit daur ulang dalam botol<br>-

Pemanfaatan sebagai bahan bangunan alternatif

- Mengurangi plastik tercecer<br>- Memberdayakan individu<br>- Alat edukasi efektif

- Sosialisasi sebagai solusi sementara untuk plastik

residu<br>- Integrasi dalam kegiatan kerajinan atau pembangunan

(16)

fasilitas publik skala kecil

Sumber: Diolah dari 20

5. Kesimpulan: Bergerak Bersama Menuju Indonesia Bersih dan Lestari

Permasalahan sampah, dengan segala kompleksitas dan dampak buruknya terhadap lingkungan dan kesehatan, menuntut perhatian serius dan tindakan nyata dari semua lapisan masyarakat. Pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan tidak dapat lagi ditunda. Inti dari solusi terletak pada perubahan fundamental dalam cara pandang dan perilaku kita terhadap sampah, dimulai dari kesadaran dasar akan pentingnya mengelola sampah langsung dari sumbernya.

Kesadaran bahwa setiap individu memiliki peran dan tanggung jawab dalam siklus hidup sampah adalah motor penggerak utama perubahan. Ketika kesadaran ini telah tertanam, praktik-praktik seperti memilah sampah, mengurangi konsumsi yang tidak perlu, menggunakan kembali barang, dan berpartisipasi dalam upaya daur ulang akan menjadi bagian alami dari kehidupan sehari-hari. Pengelolaan sampah dari sumbernya bukan hanya mengurangi beban TPA yang semakin kritis, tetapi juga membuka

peluang untuk memanfaatkan sampah sebagai sumber daya, mengurangi pencemaran, dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat.

Untuk mewujudkan Indonesia yang bersih dan lestari, diperlukan gerakan bersama yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan:

Individu: Setiap orang dapat memulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat.

Menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam aktivitas sehari-hari, memilah sampah organik dan anorganik, serta berpartisipasi aktif dalam inisiatif pengelolaan sampah lokal seperti bank sampah atau program pengomposan adalah langkah konkret yang dapat dilakukan.

Komunitas: Komunitas memiliki peran strategis dalam mengorganisir program pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Ini bisa berupa pendirian bank sampah unit, fasilitas pengomposan komunal, kampanye edukasi lingkungan secara rutin, atau pengembangan produk daur ulang kreatif. Solidaritas dan gotong royong di tingkat komunitas dapat menjadi kekuatan besar.

Pemerintah (Daerah dan Pusat): Pemerintah memegang peran kunci dalam menciptakan ekosistem yang mendukung pengelolaan sampah berkelanjutan. Ini mencakup perumusan dan penegakan kebijakan yang progresif (termasuk

(17)

implementasi penuh Permen LHK No. 75 Tahun 2019 tentang Tanggung Jawab Produsen yang Diperluas), penyediaan infrastruktur pemilahan dan pengolahan sampah yang memadai di setiap daerah, serta pelaksanaan kampanye kesadaran publik yang masif, terstruktur, dan berkelanjutan. Insentif bagi praktik baik dan disinsentif bagi pelanggaran juga perlu ditegakkan.

Produsen/Industri: Sektor swasta, khususnya produsen, memiliki tanggung jawab besar terhadap sampah yang dihasilkan dari produk dan kemasannya.

Sesuai amanat Permen LHK No. 75 Tahun 2019, produsen harus secara proaktif merancang produk yang lebih ramah lingkungan (eco-design), menggunakan material daur ulang, mengurangi kemasan yang tidak perlu, dan membangun sistem untuk menarik kembali serta mendaur ulang sampah produk mereka.

Meskipun tantangan pengelolaan sampah di Indonesia sangat besar, berbagai contoh sukses dari dalam dan luar negeri membuktikan bahwa perubahan positif adalah hal yang mungkin dicapai. Dengan komitmen yang kuat, kolaborasi yang erat antar semua pihak, dan kesadaran yang terus diasah, Indonesia dapat bergerak maju mengatasi krisis sampah. Ini bukan hanya tentang menciptakan lingkungan yang bersih secara fisik, tetapi juga tentang membangun masa depan yang lebih sehat, adil, dan lestari bagi generasi sekarang dan yang akan datang. Sinergi antara individu yang sadar, komunitas yang berdaya, pemerintah yang suportif, dan industri yang bertanggung jawab adalah kunci utama untuk membuka pintu menuju transformasi sistem

pengelolaan sampah nasional.

Works cited

1. World waste: statistics by country and brief facts - Development Aid, accessed on June 9, 2025,

https://www.developmentaid.org/news-stream/post/158158/world-waste-statistic s-by-country

2. 39% Sampah Indonesia adalah Sisa Makanan - GoodStats Data, accessed on June 9, 2025,

https://data.goodstats.id/statistic/39-sampah-indonesia-adalah-sisa-makanan-r1 vK4

3. How the World Bank is tackling the growing global waste crisis, accessed on June 9, 2025,

https://blogs.worldbank.org/en/sustainablecities/how-the-world-bank-is-tackling -the-growing-global-waste-crisis

4. Dampak Sampah Plastik bagi Lingkungan dan Kesehatan Manusia ..., accessed on June 9, 2025,

https://www.alodokter.com/dampak-sampah-plastik-bagi-lingkungan-dan-keseh atan-manusia

5. Dampak membuang sampah ke sungai - PERUMDA AIR MINUM TIRTA SATRIA,

(18)

accessed on June 9, 2025,

https://perumdamts.com/dampak-membuang-sampah-ke-sungai/

6. Studi Kasus Bank Sampah Berkah (BSB) Talang Benih Kota Curup Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu, accessed on June 9, 2025,

https://journal.instidla.ac.id/index.php/jebr/article/download/199/pdf

7. Kenali Macam-Macam Penyakit Akibat Lingkungan Kotor - Siloam Hospitals, accessed on June 9, 2025,

https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/penyakit-akibat-lingkun gan-kotor

8. 7 Penyakit yang Disebabkan oleh Buang Sampah Sembarangan - Hello Sehat, accessed on June 9, 2025,

https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/penyakit-disebabkan-sampah/

9. 5 Bahaya Mikroplastik Bagi Kesehatan Tubuh - Halodoc, accessed on June 9, 2025,

https://www.halodoc.com/artikel/5-bahaya-mikroplastik-bagi-kesehatan-tubuh 10. Mikroplastik, Ini 7 Bahayanya bagi Kesehatan - Alodokter, accessed on June 9,

2025, https://www.alodokter.com/mikroplastik-ini-7-bahayanya-bagi-kesehatan 11. Membangun Literasi Lingkungan dengan Menerapkan 3R (Reduce, Reuse,

Recycle) di TK Nasional KPS Balikpapan, accessed on June 9, 2025, https://journal.uinsi.ac.id/index.php/bocah/article/download/5631/2258/

12. Disiplinnya Jepang dalam Hal Pengelolaan Sampah - Waste4Change, accessed on June 9, 2025,

https://waste4change.com/blog/disiplinnya-jepang-dalam-hal-pengelolaan-samp ah/

13. Tips to Reduce, Reuse & Recycle - Whitewater-WI.GOV, accessed on June 9, 2025, https://www.whitewater-wi.gov/241/Twelve-Tips-to-Reduce-Reuse-Recycle 14. Reducing Waste: What You Can Do | US EPA, accessed on June 9, 2025,

https://www.epa.gov/recycle/reducing-waste-what-you-can-do

15. 5 Aturan Buang Sampah Rumah Tangga di Jepang - IDN Times, accessed on June 9, 2025,

https://www.idntimes.com/life/inspiration/ari-1687055626-zar/aturan-buang-samp ah-rumah-tangga-di-jepang-c1c2

16. Garbage Disposal in Japan – A Complete Guide! ー 2025 Update, accessed on June 9, 2025, https://onecoinenglish.com/hireme/garbage-disposal-in-japan/

17. Permen LHK No. 75 Tahun 2019 - Peraturan BPK, accessed on June 9, 2025, https://peraturan.bpk.go.id/Details/312182/permen-lhk-no-75-tahun-2019 18. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR P.75/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2019 TENTANG PETA JALAN P, accessed on June 9, 2025,

https://jdih.maritim.go.id/cfind/source/files/permen-lhk/p_75_2019_peta_jalan_sa mpah_menlhk.pdf

19. APA ITU BANK SAMPAH? DAN APA MANFAATNYA ? | Dinas Lingkungan Hidup, accessed on June 9, 2025,

https://dlh.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/apa-itu-bank-sampah-dan-a pa-manfaatnya-59

(19)

20. Faktor Penentu Keberhasilan Pengelolaan Bank Sampah di Kota Mataram (Studi Kasus: Bank Sampah NTB Mandiri) | Wahyuningsih - UMMAT Scientific Journals, accessed on June 9, 2025,

https://journal.ummat.ac.id/index.php/PRPE/article/view/7844

21. Analisis Manfaat Ekonomis Pengelolaan Bank Sampah (Studi Kasus pada Bank Sampah Mutiara Kelurahan Tuah Karya Kota Pekanbaru) | Salmiah | Eklektik : Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Kewirausahaan - e-Journal UIN Suska, accessed on June 9, 2025, https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/EKLEKTIK/article/view/34805 22. PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI PENERAPAN GREEN ECONOMY DI DESA PRAI

MEKE Oleh : ISNA ARIANI NIM - etheses UIN Mataram, accessed on June 9, 2025, https://etheses.uinmataram.ac.id/6355/1/Isna%20Ariani%20170501200%20.pdf 23. Studi Kasus Bank Sampah di Kelurahan Kotabaru, Kota Yogyakarta, accessed on

June 9, 2025,

https://journals.ecotas.org/index.php/ems/article/download/162/62/1232

24. Membuat Kompos dari Sampah Organik – Dinas Lingkungan Hidup ..., accessed on June 9, 2025,

https://dlh.palangkaraya.go.id/membuat-kompos-dari-sampah-organik/

25. Ayo Membuat Kompos di Rumah: Panduan Praktis | kumparan.com, accessed on June 9, 2025,

https://kumparan.com/twendari/ayo-membuat-kompos-di-rumah-panduan-prak tis-22mF6SF4Qbk

26. Rumah Kompos Nitikan Percontohan Pengelolaan Sampah - Portal Berita Pemerintah Kota Yogyakarta, accessed on June 9, 2025,

https://warta.jogjakota.go.id/detail/index/20802

27. Pengelolaan Kompos Praktis, Hasilnya Ekonomis - Dinas Pertanian dan Pangan, accessed on June 9, 2025, https://pertanian.jogjakota.go.id/detail/index/37514 28. The Plastic Transition Ecobrick Movement, accessed on June 9, 2025,

https://ecobricks.org/en/movement.php

29. Welcome to Ecobricks.org, accessed on June 9, 2025, https://ecobricks.org/en/

30. Apa Itu Ecobrick Sampah Plastik, Manfaat, dan Cara Membuatnya - Tirto.id, accessed on June 9, 2025,

https://tirto.id/apa-itu-ecobrick-sampah-plastik-manfaat-dan-cara-membuatnya -gU5P

31. Ecobrick Adalah: Sejarah, Manfaat, Cara Membuat, Kelebihan, dan Kekurangan - detikcom, accessed on June 9, 2025,

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7169965/ecobrick-adalah-sejarah-manfa at-cara-membuat-kelebihan-dan-kekurangan

32. PENGELOLAAN SAMPAH DI JEPANG - Katadata, accessed on June 9, 2025, https://cdn1.katadata.co.id/template/frontend_template_v3/images/microsites/regi onal-summit/paper/RIVA%20ROVANI_Waste%20Management%20Jepang%20as of%20%2011042020-final.pdf

33. Mastering Waste Disposal in Japan: A Must-Know Guide for Travelers and Residents, accessed on June 9, 2025,

https://arigatojapan.co.jp/guide-to-waste-disposal-japan/

34. Menengok 5 Cara Kreatif Pengolahan Sampah di Luar Negeri - Rinso, accessed on

(20)

June 9, 2025,

https://www.rinso.com/id/sustainability/menengok-5-cara-kreatif-pengolahan-sa mpah-di-luar-negeri.html

35. COMMUNITY PARTICIPATION IN WASTE ... - Journal Unpas, accessed on June 9, 2025,

https://journal.unpas.ac.id/index.php/temali/article/download/2336/1166/9818 36. Waste management in South Korea - Wikipedia, accessed on June 9, 2025,

https://en.wikipedia.org/wiki/Waste_management_in_South_Korea

37. Korea Environmental Policy Bulletin - Volume-Based Waste Fee System | UNEP, accessed on June 9, 2025,

https://www.unep.org/resources/report/korea-environmental-policy-bulletin-volu me-based-waste-fee-system

Referensi

Dokumen terkait

Paradigma penanganan sampah pada tahap akhir (TPSA) harus segera diubah dengan pengelolaan sampah pasar mulai dari sumbernya yang dapat mengurangi tingkat pencemaran lingkungan

Untuk mengkaji sistem pengelolaan sampah berwawasan lingkungan yang dapat memberi kontribusi bagi terwujudnya kota yang berkelanjutan.. Untuk mengkaji sistem pengelolaan sampah

Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda yang meliputi pengurangan Sampah dan penanganan sampah belum terdukung oleh sikap

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pengetahuan pengelolaan sampah terhadap perilaku pemilahan sampah pada mahasiswa di lingkungan

Seperti panduan untuk mendirikan penginapan minim sampah, informasi mengenai pengelolaan restoran yang lebih ramah lingkungan, dan panduan untuk mengurangi sampah di pusat perbelanjaan

SIMPULAN Secara keseluruhan, kegiatan Seminar Kesadaran Lingkungan mengenai Pengurangan Plastik dan Pengelolaan Sampah Yang Berkelanjutan telah berhasil meningkatkan kesadaran,

Pelarangan sampah organik ke TPA sebagai solusi mengatasi krisis pengelolaan sampah regional sekaligus upaya mitigasi perubahan

Pentingnya Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup di suatu