Regulasi dan system pengelolaan sampah di Amerika
Kemakmuran negeri Paman Sam memicu lahirnya konsumerisme serta gaya hidup konsumtif di kalangan masyarakatnya. Tak jarang, berbagai macam benda dengan kondisi masih sangat baik malah tergeletak begitu saja di dumpster atau tempat pembuangan sampah. Barang-barang yang seharusnya bisa digunakan dalam jangka waktu yang panjang, terpaksa dilengserkan demi membeli produk-produk terbaru. Microwave, oven, penyedot debu, kasur dan sofa, adalah benda-benda yang mudah ditemui di tempat sampah milik warga Amerika.
Didukung oleh data dari EPA (United States Environmental Protection Agency). pada tahun 2017 saja, terdapat sebanyak 267.8 juta ton sampah dihasilkan di AS. Data ini hanya meliputi Municipal Solid Waste atau sampah sehari-hari (sampah dapur, sampah halaman/kebun, perabot, kemasan sisa konsumsi, sampah elektronik), belum termasuk sampah industri, sampah medis, sisa konstruksi, dsb.
Di Amerika serikat jarang sekali ditemukan sampah berserakan, Kesadaran masyarakat mengenai ‘membuang sampah pada tempatnya’ sudah cukup tinggi. Namun, bukan berarti masalah lingkungan selesai. Membuang sampah pada tempat nya, menghilangkan sampah dari pandangan mata saja tidak cukup. Sampah akan tetap berakhir di Tempah Pembuangan Sampah Akhir (TPSA).
Bagi pemerintah AS solusi terbaik yaitu mengurangi sampah dari sumbernya sesuai dengan RCRA. Sudah berbagai cara dilakukan oleh Pemerintah setempat, yang paling utama adalah menyediakan sebanyak-banyaknya materi edukasi kepada masyarakat. Pada laman web EPA, terdapat banyak sekali informasi dan panduan yang sangat lengkap tentang cara mengurangi sampah untuk berbagai kalangan. Seperti panduan untuk mendirikan penginapan minim sampah, informasi mengenai pengelolaan restoran yang lebih ramah lingkungan, dan panduan untuk mengurangi sampah di pusat perbelanjaan pun dapat di akses serta di unduh dengan mudah.
Figure 1 Paduan mengurangi sampah di pusat perbelanjaan
Selain mater edukasi, adapun aksi nyata yang diterapkan. Beberapa wilayah di AS sudah melakukan Progam ‘Pay as you throw’ Contoh seperti di San Jose dan Mount Vermont. dalam progam ini, masyarakat akan dikenakan biaya pengelolaan sampah yang bergantung kepada banyak nya jumlah sampah yang di hasilkan. Berdasarkan laporan EPA, progam pay as you throw terbukti sukses mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan.
Bebebrapa kota besar di AS juga sudah mulai mengambil langkah untuk membantu pemerintah dalam mengelola sampah
• New York, melarang penggunaan botol air minum dalam kemaasan
• California, hawai, Connecticut dan Oregon, melarang penggunaan kantong plastic.
bahkan di tahun 2019 california telah menandatangi peraturan untuk melarang penggunaan wdah plastic untuk shampoo dan sabun di hotel-hotel
Di kota Columbus terdapat kegiatan “backyard composting’ (mengompos dari halaman rumah) yang bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah organic rumah tangga yang dikirimkan ke TPSA. Progamnya berupa kampanye dan kelas gratis mengenai serba-serbi mengompos.
Figure 2 Backyard Composting
Progam daur ulang dan pembuatan kompos di AS berbeda-beda mengikut wilayah. Salah satu kota yang mampu menjalankan progam tsb dengan baik yaitu san Francisco. untuk memudahkan masyarakat memilah sampah, pemerintah kota sna Francisco melakukan kampanye “Fantastic Three’. Sampah di sana di pilah ke dalam tiga wadah dengan tiga warna berbeda. Warna biru untuk semua material daur ulang, hijau untuk sisa organik, dan hitam untuk sampah yang dikirim ke TPSA.
Selain solusi dari pemerintah, terdapat juga beragam solusi kreatif yang dimotori oleh masyarakat.
• Thrift Store (Toko barang bekas layak pakai sekalugus Lembaga amal)
Barang yang telah dihibahkan akan dijual kembali ke warga setempat dengan harga yang jauh lebih terjangkau. Keuntungan dari penjualan akan dikembalikan lagi untuk amal.
etiap thrift store biasanya memiliki tujuan amal yang berbeda. Ada yang menggunakan profit tersebut untuk pengembangan komunitas, memberikan pelatihan kepada mereka yang kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan, memberdayakan penyandang disabilitas dan golongan lanjut usia, menolong gelandangan serta anak terlantar, dsb.
Thrift Store ini membantu memperpanjang usia guna suatu barang, sehingga dapat mengurangi jumlah sampah yang dikirim ke TPSA. Selain itu, perusahaan ini juga menolong berbagai lapisan masyarakat. Tidak hanya mereka yang kurang beruntung saja, tetapi juga membantu masyarakat biasa agar dapat membeli beragam kebutuhannya dengan harga terjangkau.
Figure 3 . Baju yang dijual di Thrift Store Amerika Setikat
• Tukar Baju
Dalam progam ini, orang-orang akan bertukar untuk bertukai pakaian. Selain menghemat uang dan membantu proses merapikan rumah, program clothes swap ini juga sangat menolong lingkungan. Tekstil adalah salah satu sampah yang sulit diolah dan sulit terurai (bukan cuma plastik ya!). Program tukar baju ini merupakan salah satu langkah untuk mengurangi sampah tekstil yang kita hasilkan.
• Food Bank
Di AS, makanan terbuang juga merupakan fenomena yang kerap terjadi. Masalah ini direspon dengan didirikannya suatu Lembaga Swadaya Masyarakat yang bernama Food Bank. Organisasi ini telah berdiri sejak tahun 1967 dan terus berkembang sampai hari ini ke seluruh penjuru Amerika Serikat. Food Bank menampung kelebihan makanan, kemudian menyalurkannya kembali ke masyarakat yang membutuhkan.
Petani di AS seringkali mengalami kesulitan menjual hasil panen yang tampilannya kurang menarik. Seperti bawang bombay yang ukurannya lebih kecil, atau wortel yang patah.
Begitupun dengan supermarket. Terkadang mereka memiliki standar kualitas yang ketat.
Kemasan makanan yang sedikit rusak (penyok, basah, dsb) tidak dijajakan di etalase.
Makanan yang masih beberapa bulan lagi kadaluarsa pun, biasanya sudah harus disingkirkan.
Makanan-makanan ini padahal masih sangat layak untuk dikonsumsi. Food Bank melihat bahwa bahan pangan ini bisa diselamatkan, sekaligus menjadi penyelamat bagi mereka yang kelaparan.
Figure 4. Wortl dan bawang bombay imperfect, biasanya tidak laku dipasaran