Observasi Tingkat Kesadaran Mahasiswa terhadap Kebersihan Lingkungan Kampus Khusunya Fakultas Teknik Universitas Riau
Dian Julia Ananda
Abstrak
Kebersihan kampus merupakan tanggung jawab bersama seluruh civitas kampus.Lingkungan kampus adalah tempat mahasiswa menghabiskan sebagian besar waktunya mencari pendidikan dan pengembangan pribadi. Namun kebersihan lingkungan kampus seringkali diabaikan sehingga berdampak negatif terhadap kesehatan, kenyamanan, dan produktivitas mahasiswa.
Permasalahan ini tidak hanya terjadi di kampus-kampus di negara kita saja, namun di seluruh dunia. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk memiliki kesadaran yang tinggi terhadap kebersihan lingkungan kampus dan berperan aktif dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan kampus. Kebersihan lingkungan mengacu pada tidak adanya kotoran, debu, bau, dan kontaminan lainnya di lingkungan.
Menjaga kebersihan lingkungan merupakan tanggung jawab setiap orang. Setiap individu bertanggung jawab menjaga kebersihan lingkungan demi kenyamanan dan keamanannya.Membantu mahasiswa dan dosen menjaga aktivitas dan kebersihan lingkungan kampus.Namun untuk mengatasi masalah kebersihan, petugas kebersihan harus melakukan perawatan intensif secara berkala dan berkelanjutan.
Administrator bertanggung jawab untuk membersihkan kampus.Dengan banyaknya mahasiswa yang menuntut ilmu di kampus Universitas Riau , maka ruang belajar yang bersih dan aman sangat dibutuhkan. Kurangnya minat mahasiswa dalam menjaga kebersihan lingkungan kampus seperti: misalnya pengumpulan sampah, pembersihan ruangan dll mempengaruhi kebersihan lingkungan kampus.
Untuk menjaga kebersihan lingkungan kampus Anda, sewalah jasa kebersihan untuk mengatasi masalah kebersihan Anda.Menjaga kebersihan kampus merupakan suatu tugas kebersihan yang penting guna menjamin perkuliahan dan aktivitas kampus dapat berjalan dengan nyaman dan lancar. Oleh karena itu, Anda perlu mengevaluasi kinerja sebuah
perusahaan kebersihan untuk menjadi penyedia layanan kebersihan terbaik untuk pekerjaan tersebut.
Pada tahun 2023, Fakultas Teknik menjadi fakultas terkotor kedua di Universitas Riau.Hal ini bukanlah hal yang patut dibanggakan, mengingat Fakultas Teknik merupakan salah satu fakultas dengan jumlah mahasiswa terbanyak di Universitas Riau. Hal ini hendaknya dimanfaatkan untuk menjaga lingkungan bersama di kampus.
Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui tingkat kesadaran menjaga kebersihan lingkungan kampus di kalangan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Riau dengan menggunakan pendekatan observasional di beberapa lokasi Fakultas Teknik. Selain itu, artikel ini juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mahasiswa mengenai kebersihan lingkungan kampus serta menyajikan berbagai solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Pengaruh Kebersihan Kampus dalam Proses Belajar Mengajar
Kampus yang bersih dan nyaman merupakan sebuah pilihan dan impian bagi para mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan dan menuntut ilmu ke perguruan tinggi. Baik siswa maupun pengajar dapat menjalankan semua aktivitas dengan lancar. Kebersihan lingkungan khususnya kampus merupakan tanggung jawab bersama antara mahasiswa, pengajar, dan petugas kebersihan yang menjamin kebersihan kampus. Mahasiswa, dosen, pegawai, dan petugas kebersihan harus mampu menjaga lingkungan yang sehat.
Merujuk pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016, kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor risiko lingkungan hidup untuk mencapai kesehatan yang bermutu. untuk mencegah masalah.lingkungan fisik, kimia dan biologi, dan aspek sosial. Hal-hal tersebut tidak mungkin tercapai tanpa kesadaran dari masing-masing individu (Sujana dan Purwanti, 2018)
Sudah tanggung jawab mahasiswa untuk dapat mencapai tujuan pendidikan mahasiswa, sangat diperlukan kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan kampus dan menciptakan lingkungan kampus yang sehat dan nyaman agar tercipta proses perkuliahan yang baik. Inilah tujuan pendidikan nasional: mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang lebih baik. Mereka harus beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, menjadi warga negara yang sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.
Siswa terlibat aktif dalam menjaga kebersihan guna mencapai tujuan pembelajarannya. Melalui kegiatan perkuliahan mahasiswa, dosen dapat mendidik karakter, perilaku, dan sikap mahasiswa serta membentuknya untuk mencapai kehidupan bersih di lingkungan kampus. Masih terdapat siswa yang membuang sampah dalam kesehariannya.
Kurangnya kesadaran mahasiswa terhadap kebersihan lingkungan kampus disebabkan karena tidak mau menjaga lingkungan kampus atau malas membuang sampah pada tempat sampah yang telah disediakan.
Menurut Mustika dan Sahudra (2018), lingkungan kampus mengemban peranan penting dalam membentuk kepribadian sadar lingkungan pada diri mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepribadian mahasiswa di lingkungan kampus juga mempunyai frekuensi pengajaran yang tinggi lingkungan. Lingkungan kampus juga berperan penting dalam mendidik karakter mahasiswa yang sadar lingkungan. Indikatornya adalah sejauh mana peran lingkungan kampus dalam menumbuhkan sikap peduli lingkungan mahasiswa, yaitu dosen yang mengajar di kelas dan peduli lingkungan, nilai-nilai etika perlindungan lingkungan, dan pengembangan kekayaan intelektual.
Observasi Kebersihan Lingkungan Kampus
Kebersihan merupakan unsur pokok dalam mewujudkan kesehatan yang merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Sebagaimana tercantum dalam, UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dicapai melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan tidak bisa terlepas dari masalah yang berkaitan erat dengan kebersihan (KemenKes RI, 2011).
Berdasarkan data World Heath Organisation (WHO). pada tahun 2013 diperkirakan sebesar 1,1 milyar orang atau 17% penduduk dunia masih buang sampah dan air di area terbuka, dari data tersebut diatas sebesar 81% penduduk yang membuang sampah dan buang air sembarangan (BAK dan BAB) terdapat di 10 negara dan Indonesia sebagai negara kedua terbanyak ditemukan masyarakat buang air besar di area terbuka, yaitu India (58%), Indonesia (12,9%), China (4,5%), Ethiopia (4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%), Brazil (1,2%) dan Niger (1,1%) (WHO, 2013).
Masalah tentang kebersihan lingkungan baik di masyarakat maupun di sekolah- sekolah atau di kampus yang tidak kondusif dikarenakan masyarakat atau siswa/mahasiswa tidak sadar akan menjaga kebersihan lingkungan, misalnya lingkungan yang kotor karena membuang sampah sembarangan hingga mengakibatkan bencana banjir saat musim penghujan tiba, ataupun masalah limbah yang dibuang secara sembarangan sehingga membuat air bersih menjadi tercemar, atau di sekolah siswa atau mahasiswa mmerokok dalam lingkungan sekolah, buang air kecil di toilet dan tidak di siram sehingga membuat lingkungan sekolah menjadi bau yang akan menganggu aktifitas belajar mengajar. Hal Ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan, dan belum adanya tindakan yang serius dalam mengupayakan kebersihan dan kelestarian lingkungan. Ini adalah salah satu contoh nyata bahwa masyarakat belum benar-benar menyadari tentang arti pentingnya kebersihan dan kelestarian lingkungan (Dayatri, 2012).
Setelah diperhatikan, gedung-gedung kelas di Fakultas Teknik sudah cukup bersih.
Tidak terdapat tumpukan sampah dan tidak tercium bau yang kurang sedap. Meja kursi serta papan tulis bersih dari coretan, lantainya pun bersih tidak terdapat jejak kaki akibat lumpur atau pasir. Begitu pula dengan toilet-toilet di Fakultas Teknik, kebersihannya cukup terjaga dan terlihat rapi tanpa ada bau yang menyengat. Air pun selalu mengalir untuk menunjang kegiatan dan kebersihan di toilet.
Namun jika dilihat lebih jauh pada sudut-sudut kampus, seperti di belakang gedung, dibelakang Laboratorim, serta di titik-titik tertentu. Masih terdapat beberapa tumpukan sampah yang sengaja ditumpuk sembarangan, tidak diketahui apakah sampah-sampah ini nantinya akan dipindahkan atau pun akan dibakar. Tumpukan sampah ini tentunya mengganggu kebersihan kampus dan tidak sedap dipandang. Sampah yang terkumpul biasanya akan dibakar oleh petugas kebesihan di sore hari. Hal ini dapat menimbulkan masalah baru, yaitu polusi udara dan berkurangnya kualitas udara di lingkungan kampus.
Perlu solusi yang lrbih ramah lingkungan untuk mengatasi sampah-sampah tersebut.
Seperti menurut Neliwati (2017), Masalah utama dari lingkungan yang kurang bersih atau lingkungan yang tercemar adalah pada sikap dan perilaku mahasiswa bahwa terdapat mahasiswa yang tidak mau mengikuti aturan-aturan yang diberikan terkait dengan kesehatan lingkungan. Masih ada mahasiswa yang tidak mau repot hanya untuk membuang sampah pada tempatnya, kebiasaan untuk menggelontor sesudah buang air juga masih kurang, keadaan tersebut bisa dilihat pada kamar mandi atau toilet yang bau aromanya kurang sedap.
Kesadaran Mahasiswa Terhadap Kebersihan Lingkungan Kampus
Sejauh proses observasi, para mahasiswa di Fakultas Teknik sudah cukup sadar akan pentingnya menjaga kebersihan di lingkungan kampus. Jarang sekali mahasiswa membuang sampah sembarangan atau mengotori fasilitas-fasilitas kampus. Namun tetap saja, kebersihan kampus belum terpelihara seluruhnya, masih ada tumpukan-tumpukan sampah yang tidak dikelola dengan benar. Berikut ini hal-hal yang menyebabkan masih kurangnya kesadaran dalam menjaga kebersihan di lingkungan kampus:
1. Kurangnya Pendidikan Lingkungan: Sebagian mahasiswa mungkin belum sepenuhnya memahami dampak kebersihan lingkungan terhadap kesehatan dan kesejahteraan mereka. Dibutuhkan upaya untuk meningkatkan pemahaman mereka melalui program pendidikan lingkungan yang terintegrasi dalam kurikulum.
2. Kesibukan Akademis dan Aktivitas Ekstrakurikuler: Mahasiswa sering kali terjebak dalam kesibukan akademis dan kegiatan ekstrakurikuler, sehingga mereka mungkin kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. Penting untuk menciptakan inisiatif yang dapat diintegrasikan ke dalam rutinitas harian mereka.
3. Kurangnya Fasilitas Pengelolaan Sampah yang Efektif: Infrastruktur yang kurang memadai, seperti tempat sampah yang jarang ditemui atau kurangnya sistem pengelolaan sampah yang efektif, dapat mengurangi motivasi mahasiswa untuk berpartisipasi dalam praktik kebersihan.
Dari sudut pandang biologis, perilaku dipahami sebagai tindakan atau tindakan organisme (organisme) yang bersangkutan. Perilaku manusia mengacu pada tindakan dan aktivitas manusia itu sendiri, dan mencakup berbagai aktivitas seperti berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, belajar, menulis, dan membaca.Dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa perilaku (manusia) mengacu pada seluruh aktivitas atau tindakan manusia, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2009).
Menurut Notoatmodjo (2010), berdasarkan batasan perilaku Skinner, perilaku sehat adalah respons seseorang (organisme) terhadap rangsangan dan objek yang berkaitan dengan penyakit dan penyakit, sistem medis, makanan dan minuman, serta lingkungan. Perilaku kesehatan lingkungan mengacu pada bagaimana seseorang menyikapi lingkungannya, termasuk lingkungan fisik dan sosial budaya.
Upaya Meningkatkan Kesadaran Mahasiswa terhadap Kebersihan Lingkungan Kampus
Perjalanan kuliah tidak hanya sebatas membaca buku; ini tentang menciptakan gaya hidup yang mencerminkan tanggung jawab terhadap lingkungan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi inisiatif-inisiatif yang penuh semangat dan sedang mengubah kampus-kampus menjadi surga hijau dengan meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap kebersihan lingkungan.
1. Ekstravaganza Edukasi Ekologi: Bayangkan menghadiri kelas-kelas yang tidak hanya memperluas horison akademis Anda tetapi juga mendalami pemahaman Anda tentang dampak kebersihan lingkungan terhadap dunia di sekitar Anda. Kampus-kampus kini merangkul program edukasi ekologi, menyuntikkan kurikulum dengan pengetahuan hijau untuk memberdayakan mahasiswa sebagai penjaga lingkungan.
2. Percakapan Sampah Lupakan tempat sampah biasa. Kampus-kampus mengadopsi sistem pembuangan sampah inovatif yang membuat penyortiran barang daur ulang jadi lebih mudah. Dari stasiun daur ulang yang berwarna-warni hingga kampanye-kampanye menarik, mahasiswa didorong untuk "berbicara sampah" dan memperhatikan ke mana sampah mereka berakhir.
3. Gerakan Mahasiswa Hijau: Ini bukan hanya tentang belajar; ini tentang memimpin.
Gerakan mahasiswa hijau bermunculan, didorong oleh individu-individu bersemangat yang percaya pada membuat perubahan. Gerakan ini mengorganisir aksi penanaman pohon, hari bersih-bersih kampus, dan pameran keberlanjutan, mengubah kampus menjadi tempat aksi lingkungan.
4. Gaya Hidup Berkelanjutan: Siapa bilang yang ramah lingkungan tidak bisa trendi?
Kampus-kampus mempromosikan keberlanjutan melalui alternatif-alternatif yang modis.
Botol air yang dapat digunakan ulang, alat tulis ramah lingkungan, dan tas tote yang modis menjadi simbol baru kebanggaan mahasiswa. Ini bukan hanya tentang apa yang Anda pelajari; ini tentang apa yang Anda bawa saat melakukannya.
5. Teknologi untuk Kebaikan: Di era teknologi, aplikasi-aplikasi adalah pahlawan baru.
Aplikasi-aplikasi yang didedikasikan untuk kesadaran lingkungan semakin populer.
Mahasiswa sekarang dapat dengan mudah menemukan titik daur ulang, berpartisipasi dalam
tantangan pembersihan virtual, dan melacak jejak ekologis mereka - semua dengan sekali sentuh layar.
6. Taman Kampus: Ruang Hijau yang Berkembang: Mengubah hutan beton menjadi oasis hijau, taman kampus menjadi pusat populer untuk bersantai dan merenung. Mahasiswa berpartisipasi dalam klub kebun, menanam bukan hanya tanaman tetapi juga rasa kebersamaan dan tanggung jawab lingkungan.
Gerakan untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap kebersihan lingkungan bukan hanya tren; ini adalah revolusi. Kampus-kampus menjadi laboratorium hidup di mana mahasiswa tidak hanya diberi pendidikan tetapi juga terinspirasi untuk bertindak. Dari percakapan sampah hingga keberlanjutan yang didorong oleh teknologi, upaya-upaya ini beragam dan dinamis. Masa depan ini hijau, dan sepertinya mahasiswa kita yang memimpin jalan. Jadi, mari kita dukung kampus-kampus yang berubah menjadi surga ramah lingkungan, satu inisiatif hijau pada satu waktu.
Kesimpulan
Sudah seharusnya kita sebagai mahasiswa ikut serta dalam upaya memelihara kebesrsihan di lingkungan kampus agar dapat menunjang lingkungan yang ideal dalam menuntut ilmu. Meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap kebersihan lingkungan kampus melibatkan upaya bersama dari semua pihak terkait. Dengan pendekatan yang holistik, termasuk pendidikan, kolaborasi, promosi gaya hidup berkelanjutan, dan pemanfaatan teknologi, kita dapat menciptakan lingkungan kampus yang bersih, sehat, dan berkelanjutan untuk generasi mahasiswa yang lebih peduli terhadap lingkungan.
Daftar Pustaka
Dayatri, Sinta. 2012. Manfaat Menjaga Kebersihan Lingkungan.
http://sintadayatri.wordpress.com/2012/11/06/arti-danmanfaatkebersihan-lingkungan.
Neliwati, 2017. Sikap Masyarakat Kampus (Mahasiswa Dan Dosen) Tentang Kebersihan Lingkungan Kampus Uin Sumatera Utara http://repository.uinsu.ac.id/3231/1/LAPORAN
%20PENELITIAN% 20FULL.pdf
Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Ilmu Perilaku Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Mustika, F., & Sahudra, T. M. (2018). Peranan Lingkungan Sosial terhadap Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan Mahasiswa Pendidikan Geografi di Universitas SamudraLangsa.
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, 10(2), 235-244.
Sujana, K., Hariyadi, S., & Purwanto, E. (2018). Hubungan antara sikap dengan perilaku peduli lingkungan pada mahasiswa. Ecopsy, 5(2), 81-87.
Kementrian Kesehatan RI 2014. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2013 Undang-Undang RI No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.