• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesesuaian Lokasi Ritel Modern Berdasarkan Analisis Space Syntax

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Kesesuaian Lokasi Ritel Modern Berdasarkan Analisis Space Syntax"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Pertumbuhan dan penyebaran ritel modern di Kota Semarang terus terjadi dengan penyebaran lokasi yang cenderung mengelompok di pusat kota. Dari berbagai ritel modern terdapat mall yang terletak pada jaringan jalan berkelas lingkungan (Semarang Town Square di Jalan Inspeksi) Lokasi ritel modern dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aksesibilitas suatu lokasi dan banyaknya pergerakan orang yang lalu lalang. melalui lokasi ritel modern.

Tujuan dan Sasaran

Dengan analisis sintaksis spasial dapat memberikan informasi spasial mengenai aksesibilitas suatu lokasi dan perkiraan pergerakan manusia dalam suatu kota dengan melihat seberapa terhubungnya jaringan jalan dalam suatu kota. Agar persebaran lokasi ritel modern dapat memberikan dampak positif bagi konsumen dengan memberikan kemudahan dalam menjangkau lokasi ritel modern, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kesesuaian lokasi ritel modern berdasarkan metode analisis sintaksis spasial di Kota Semarang?” untuk dapat memberikan masukan mengenai kesesuaian lokasi retail modern di kota semarang.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah wilayah administratif Kota Semarang dengan luas 373,76 km2 yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Demak di timur, Kabupaten Semarang di selatan, dan Kabupaten Kendal di timur. Selatan. Barat. Ruang lingkup penelitian ini menggunakan data jaringan jalan kota semarang tahun 2018 (data jaringan jalan terbaru dari BAPPEDA kota semarang) dan data distribusi ritel modern tahun 2016 (data terakhir yang disimpan oleh dinas perdagangan kota semarang) dan tahun 2018 (terkini). data distribusi ritel hasil pencitraan satelit Google Earth) sehingga data yang dibutuhkan untuk penelitian lebih mutakhir sehingga dapat menghasilkan hasil penelitian yang terkini.

Gambar 1.2: Peta Dasar Kota Semarang (BAPPEDA Kota Semarang 2018,  diolah)
Gambar 1.2: Peta Dasar Kota Semarang (BAPPEDA Kota Semarang 2018, diolah)

Manfaat Penelitian

PEMAHAMAN KESESUAIAN LAHAN RITEL MODERN

Ritel Modern

  • Pengertian Ritel Modern
  • Jenis-jenis Ritel Modern
  • Lokasi Ritel Modern

Berdasarkan sistem penjualan dan jenis barang yang dijual, perdagangan eceran modern barang konsumsi, khususnya produk makanan dan produk rumah tangga lainnya, serta produk sandang dan perlengkapan dengan klasifikasi barang berdasarkan jenis kelamin dan/atau tingkat usia konsumen. Dari sintesis teoritis jenis-jenis ritel modern di atas diperoleh 4 jenis ritel modern, yaitu (1) minimarket, (2) supermarket, (3) hypermarket, dan (4) pusat perbelanjaan.

Tabel 2.1: Definisi Ritel menurut Ahli (Analisis Peneliti, 2019)
Tabel 2.1: Definisi Ritel menurut Ahli (Analisis Peneliti, 2019)

Konsep dan Analisis Space Syntax

Nilai integrasi yang tinggi (kedalaman rendah) berarti ruang tersebut dapat dengan mudah dijangkau dari setiap ruang lainnya, sedangkan nilai integrasi yang rendah (kedalaman tinggi) berarti ruang tersebut tidak dapat dijangkau dengan mudah karena pengamat harus melewati beberapa ruang perantara terlebih dahulu (Siregar , 2014). Nilai integrasi yang dihasilkan dari analisis sintaksis ruang dibagi menjadi 5 strata warna (Hasan, Ahmed dan Ahmad 2008) dengan nilai integrasi kuat terbagi menjadi merah, oranye dan kuning, nilai integrasi sedang berwarna hijau dan nilai integrasi lemah ​​ditampilkan dalam warna hijau, kebiruan/kehijauan dan biru (Pramudito, 2013).

Gambar 2.1: Ilustrasi Jaringan Jalan 1 (Siregar, 2014)
Gambar 2.1: Ilustrasi Jaringan Jalan 1 (Siregar, 2014)

Kerangka Pikir Penelitian

PENERAPAN SPACE SYNTAC DALAM KESESUAIAN

Variabel Penelitian

Ritel modern tergolong hipermarket apabila mempunyai luas bangunan lebih dari 5.000 m2, terletak pada jaringan jalan arteri atau kolektor, dimana jenis barang yang dijual terutama adalah makanan dan produk rumah tangga lainnya. Pada analisis overlay antara lokasi ritel modern dan hasil analisis sintaksis ruang, maka variabel operasional yang akan digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1: Variabel Analisis Space syntax (Analisis Peneliti, 2019)
Tabel 3.1: Variabel Analisis Space syntax (Analisis Peneliti, 2019)

Kebutuhan Data

Tinggi Sesuai Tidak Sesuai Sedang Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai Rendah Kurang Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Hasil analisis konektivitas dan integrasi suatu sistem (kota) dapat menunjukkan tempat-tempat dalam suatu sistem (kota ) yang mempunyai aksesibilitas tinggi seperti yang ditunjukkan oleh garis merah dalam peta analisis konektivitas dan integrasi jaringan jalan (Holland, 2017). Retail modern mempunyai lokasi yang tepat jika berada pada jaringan jalan yang mempunyai akses tinggi (Ma'aruf, 2005; Lezy dan Weitz, 2009), jalan raya dengan lalu lintas padat (Sunarto, 2007) baik kendaraan maupun pejalan kaki (Bond, 2008), yang dapat ditunjukkan dengan tingginya nilai konektivitas dan integrasi menurut hasil analisis sintaksis ruang.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer dilakukan secara langsung yang diperoleh dari sumber/fakta yang terjadi di lapangan. Metode pengumpulan data primer yang digunakan adalah observasi (baik observasi langsung maupun menggunakan citra satelit Google Earth.

Populasi dan Sampel

  • Populasi
  • Sampel

Teknik pengumpulan data sekunder merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data tertulis atau dokumen yang disiapkan oleh instansi lain atau klien. Dokumen atau data tertulis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain peta jaringan jalan, peta penggunaan lahan, dan data sebaran lokasi ritel modern di Semarang. Dari tabel di atas diketahui jumlah pengecer modern menurut jenisnya di Kota Semarang adalah 416 pengecer modern jenis mini market, 39 pengecer modern jenis supermarket, 1 toko eceran modern jenis hypermarket, dan 11 jenis pusat perbelanjaan. .

Sampel adalah sebagian dari suatu populasi yang terdiri dari sejumlah anggota yang dipilih dari populasi tersebut (Sekaran, 2006). Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan seluruh populasi ritel modern di Kota Semarang yang diperoleh dari data Dinas Perdagangan Kota Semarang tahun 2016 yang telah didigitalkan, dan data ritel modern dari citra Google Earth (street view) tahun 2018.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Identifikasi Persebaran Ritel Modern di Kota Semarang

  • Identifikasi Persebaran Ritel Modern Jenis Minimarket
  • Identifikasi Persebaran Ritel Modern Jenis Supermarket
  • Identifikasi Persebaran Ritel Modern Jenis Hypermarket
  • Identifikasi Persebaran Ritel Modern Jenis Pusat Perbelanjaan

Mayoritas (78%) gerai ritel modern di Kota Semarang berlokasi di kawasan yang memiliki aksesibilitas tinggi, ditandai dengan berada di jalan arteri dan kelas kolektor. Titik distribusi ritel modern cenderung mengelompok di pusat kota, yang biasa disebut dengan titik ritel terpusat (Retcliff, 1949, Alonso, 1964 dan Utami, 2006), seperti halnya distribusi ritel modern di kota. dariSemarang. Penyebaran ritel modern di Kota Semarang bagian barat mengikuti jalur transportasi yang ada (jaringan jalan raya), berbeda dengan di Kota Semarang bagian tenggara dan selatan.

Sebaran ritel modern di Kota Semarang sebagian besar berada pada penggunaan lahan perdagangan dan jasa (179 ritel), penggunaan lahan komersial dan perumahan (151 ritel), dan penggunaan lahan perumahan (114 ritel). Sekitar 5% dari jumlah bangunan ritel modern di Semarang berada pada penggunaan lahan lain seperti industri, kawasan industri, perkantoran, kawasan pendidikan dan pemukiman, serta layanan kesehatan. Lokasi retail biasanya berada di kawasan perumahan atau komersial (Sunarto, 2007). Hal ini juga terjadi pada situasi ritel modern seperti minimarket di Semarang.

Sebagian besar supermarket di Kota Semarang terletak pada lahan yang digunakan untuk perdagangan dan jasa dengan jalan arteri dan kolektor yang mudah dijangkau. Namun terdapat 5 supermarket yang terletak pada jaringan jalan dengan kelas pelayanan (lingkungan) yang berbeda. Pusat perbelanjaan di Kota Semarang dengan 11 gerai ini memiliki lokasi yang mengelompok di pusat Kota Semarang.

Gambar 5.1: Diagram Perbandingan Kelas Jalan Lokasi Ritel Modern di Kota  Semarang (Analisis, 2019)
Gambar 5.1: Diagram Perbandingan Kelas Jalan Lokasi Ritel Modern di Kota Semarang (Analisis, 2019)

Jaringan Jalan Kota Semarang Hasil Analisis Space Syntax

Suatu ruang (jaringan jalan) yang mempunyai nilai integrasi yang tinggi dianggap memiliki interaksi yang tinggi relatif terhadap ruang-ruang lain dalam konfigurasi tersebut, atau dengan kata lain terhubung dengan baik dengan ruang observasi (Hillier dan Hanson: 1984). Nilai integritas yang tinggi berarti ruang tersebut mudah diakses dari seluruh ruang lainnya (Siregar, 2014). Beberapa penggunaan lahan seperti kegiatan ritel dan komersial secara alami akan berpindah ke jalan-jalan yang lebih terintegrasi dibandingkan jalan lainnya untuk mengambil keuntungan ekonomi (Berhie dan Haq, 2017), hal ini juga terjadi pada distribusi penggunaan lahan di kota semarang, dimana penggunaan lahan untuk komersial /kegiatan perdagangan terletak pada jalan yang tingkat integrasinya tinggi.

Garis hitam menunjukkan jalan dengan nilai integrasi tinggi, sedangkan blok merah muda dan merah menunjukkan penggunaan lahan berupa perpaduan perdagangan dan pemukiman (merah muda) serta perdagangan & jasa (merah). Berdasarkan hasil analisis sintaksis spasial, Kota Semarang mempunyai kejelasan yang rendah, yang berarti korelasi antara metrik lokal (konektivitas) dan metrik global (integrasi) lemah (Alalouch, et al., 2019). Pada studi kasus di Al-Maabilah, Muscat, Oman, di Area A Al-Maabilah yang memiliki nilai kejelasan tinggi, terdapat korelasi antara integrasi dengan kawasan pemukiman (korelasi kuat) dan lahan komersial (korelasi lemah) (Alalouch ), a al., 2019).

Beberapa penggunaan lahan, seperti aktivitas ritel dan komersial, secara alami akan bermigrasi ke jalan-jalan yang lebih terintegrasi dibandingkan jalan-jalan lain untuk mengambil keuntungan ekonomi (Berhie dan Haq, 2017). Hal serupa juga kita temukan di kota semarang karena jaringan jalan sangat terintegrasi, penggunaan lahan untuk lahan komersil (perdagangan dan jasa) yang menjadi tempat retail modern, juga kawasan kangnam seoul mempunyai kawasan komersil dan fasilitas jalan yang sangat mudah diakses (Kim dan Jun, 2013) dan Old Dhaka, Bangladesh, yang inti integrasinya terletak di jalan Shakhari Bazar, Inggris, Johnson dan Kotwali, yang merupakan pusat administrasi dan komersial di wilayah tersebut (Ahmed, et al. . , 2014), hal serupa juga terjadi pada sebaran penggunaan lahan di Kota Semarang, dimana penggunaan lahan yang terkait dengan kegiatan komersial/perdagangan terletak pada jalan dengan tingkat integrasi yang tinggi.

Gambar 5.10: Peta Kecamatan Semarang Tengah (Analisis, 2019)  Intelligibility  menunjukkan  tingkat  korelasi  antara  pengukuran  skala  lokal  (konektivitas)  dengan  pengukuran  skala  global  (integritas),  menjadikan  nilai  intelligibility  sebagai
Gambar 5.10: Peta Kecamatan Semarang Tengah (Analisis, 2019) Intelligibility menunjukkan tingkat korelasi antara pengukuran skala lokal (konektivitas) dengan pengukuran skala global (integritas), menjadikan nilai intelligibility sebagai

Kesesuaian Lokasi Ritel Modern Apabila Dilihat Dengan Analisis Space

Sebanyak 341 pengecer modern berlokasi di Kota Semarang pada lokasi yang memenuhi analisis sintaksis ruang. Sebaran jenis toko modern yang mempunyai lokasi yang sesuai dilihat dengan menggunakan analisis sintaksis ruang adalah sebagai berikut. Sebagian besar pertokoan modern di kota semarang terletak di lokasi yang nyaman dengan aksesibilitas tinggi sesuai dengan lokasinya.

Sebaran jenis toko modern dengan lokasi yang kurang sesuai (cukup terjangkau) saat ini adalah sebagai berikut. Dari 467 pengecer modern yang ada di Kota Semarang, 10 pengecer modern berlokasi di wilayah yang sulit dijangkau. Peta dan tabel diatas menunjukkan bahwa 341 lokasi ritel modern di Kota Semarang mempunyai lokasi yang sesuai, 116 lokasi ritel modern memiliki lokasi yang tidak sesuai, dan 10 lokasi ritel modern memiliki lokasi yang tidak sesuai, berdasarkan analisis sintaksis ruang.

Bab ini menjelaskan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian kesesuaian lokasi ritel modern berdasarkan analisis sintaksis ruang yang dilakukan di Kota Semarang, serta penjelasan mengenai saran atau rekomendasi yang dapat diberikan dari fakta dan hasil analisis di lapangan. Jenis ritel modern yang lokasinya tidak memenuhi analisis sintaksis ruang adalah ritel modern jenis minimarket.

Gambar 5.11: Kesesuaian Lokasi Ritel Modern berdasarkan Analisis Space  Syntax (Analisis, 2019)
Gambar 5.11: Kesesuaian Lokasi Ritel Modern berdasarkan Analisis Space Syntax (Analisis, 2019)

PENUTUP

Saran

Sebagai masukan/informasi mengenai kawasan di Kota Semarang yang mempunyai aksesibilitas tinggi agar dapat dimanfaatkan dengan penggunaan lahan yang sesuai. Dapat dijadikan tambahan informasi mengenai kawasan-kawasan strategis di Kota Semarang yang dapat dikembangkan kedepannya. b. Dalam mendirikan ritel modern juga harus disesuaikan dengan peraturan daerah yang ada agar tidak melanggar peraturan yang ada.

Kajian Perubahan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Bersejarah Menggunakan Metode Sintaks Ruang (Studi Kasus Kawasan Perkampungan Kapitan di Palembang. Dampak Atribut Spasial Sintaks Ruang Terhadap Tata Guna Lahan Perkotaan di Muskat: Implikasinya Terhadap Keberlanjutan Kota Re)mengkonfigurasi kebiasaan Crusoe : Penerapan dari teori sintaksis ruang kepada Robinson Crusoe, The Journal of Space Syntax, Vol.7(2), hal.179-192.

1 Tahun 2014 tentang Toko Modern tentang Iklim Persaingan Usaha Sehat Antara Toko Modern dan Pasar Tradisional di Kota Semarang. Studi Perbandingan Himpunan Metode Berbasis Sintaks Ruang Penerapan Analisis Metrik, Topologi, dan Sudut pada Jalan Alam, Garis Aksial, dan Segmen Aksial.

Gambar

Gambar 1.1: Peta Persebaran Ritel Modern di Kota SemarangData Dinas  Perdagangan Tahun 2016 (Dinas Perdagangan Kota Semarang Tahun 2016,
Gambar 1.2: Peta Dasar Kota Semarang (BAPPEDA Kota Semarang 2018,  diolah)
Gambar 4.1: Peta Jaringan Jalan berdasarkan Fungsi di Kota Semarang  (BAPPEDA Kota Semarang Tahun 2018 telah diolah)
Gambar 4.2: Peta Tata Guna Lahan Kota Semarang (BAPPEDA Kota  Semarang Tahun 2018 telah diolah)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Non-Indigenous Academic and Indigenous Autonomy Geoffrey Partington Visiting Scholar, School of Education The Flinders University of South Australia Introduction One of the