KETENAGAKERJAAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Hukum Pidana Ekonomi Dosen Pengampu: Junaidi, S.H., M.H.
Disusun Oleh Kelompok 5 (HES 7I)
1. Anisa Dewi Purniasari (202111265) 2. Rasyid Maulana Firmansyah (202111272) 3. Prasetyo Wicaksono (202111279) 4. Dewa Pratama Putra (202111282) 5. Ressa Ananda Putra (202111295)
PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2023
1 BAB I PEMBAHASAN KETENAGAKERJAAN A. Pengertian Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain. Ketenagakerjaan pada awalnya dikenal dengan istilah perburuhan. Perburuhan berasal dari kata “buruh”, secara etimologis dapat diartikan dengan keadaan memburuh, yaitu keadaan dimana seseorang buruh bekerja pada orang lain (pengusaha).1
Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Ketenagakerjaan diatur dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003, yang diundangkan pada lembaran negara tahun 2003 Nomor 39 pada tanggal 25 Maret 2003, dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan itu, pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara RI Tahun 1945, dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat, martabat, dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur dan merata, baik materil maupun spiritual (Penjelasan Umum atas UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan).2
Dari beberapa definisi tersebut, dapat dipahami bahwa tenaga kerja merupakan kelompok orang-orang dari masyarakat yang mampu melakukan kegiatan serta mampu menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik, kemampuan diukur dengan usia dengan kata lain orang yang dalam usia kerja disebut sebagai penduduk dalam usia kerja (working age population).3
1 Zaeni Ashadie, Hukum Kerja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.1
2 Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan 2003, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 9
3 Suroso.Ekonomi Produksi. (Bandung: Lubuk Agung 2004) hlm. 109
2 B. Tren Ketenagakerjaan
1. Partisipasi Tenaga Kerja
Penawaran tenaga kerja yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau kualifikasi tertentu yang dituntut oleh pasar tenaga kerja, meskipun permintaan sangat tinggi, sehingga menimbulkan angka pengangguran yang semakin tinggi. Sejalan dengan pembangunan ekonomi nasional, maka menimbulkan kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja dan kemampuan berbagai sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja menjadi kesempatan kerja masih menjadi masalah utama di bidang perekonomian. Angkatan kerja di Indonesia dapat dikatakan sangat besar, namun dengan lapangan kerja yang terbatas, tingkat partisipasi kerja menurun dan struktur pasar tenaga kerja berubah relatif cepat. Hal ini mengakibatkan tingkat pengangguran di negara kita menjadi semakin tinggi.4
2. Tingkat Pengangguran
Pertumbuhan penduduk yang selalu meningkat menyebabkan bertambahnya kebutuhan ekonomi setiap orang. Semakin meningkat pertumbuhan penduduk maka semakin sedikit lapangan pekerjaan yang ada sehingga jumlah pengangguran bertambah. Karena pengangguran terjadi disebabkan oleh tidak seimbangnya jumlah penduduk dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Pada dasarnya, peningkatan jumlah penduduk memiliki dua sisi yang berbeda. Penduduk merupakan sumber penawaran tenaga kerja namun tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menimbulkan berbagai masalah diantaranya masalah tenaga kerja.5
Pengangguran telah menjadi masalah yang umum dan kompleks di dalam suatu daerah, karena pengangguran bukan hanya terjadi pada masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan yang rendah, namun juga menyerang masyarakat yang memiliki latar pendidikan yang tinggi. Setiap tahun perguruan tinggi menghasilkan lulusan sarjana yang jumlahnya terus meningkat dari tahun ketahun, terlebih lagi beberapa pakar ekonomi memperkirakan pengangguran di negara-negara sedang berkembang pada umumnya didominasi oleh pengangguran usia muda dan pengangguran berpendidikan. Tingkat pengangguran kelompok muda yang jumlahnya lebih banyak
4 Nur Hikmah Resminati. "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Kerja", Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, 2018.
5 Riska Franita, Andes Fuady Dharma Harahap, and Yani Sukriah. "Analisa pengangguran di Indonesia." Nusantara: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, Vol. 6 No.1, 2019. hlm. 5.
3
dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan penduduk disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: Pertama, faktor struktural. Faktor ini terdiri dari kurangnya keterampilan kelompok muda dibanding kelompok yang lebih matang, ketimpangan atau kendala geografis dan kelangkaan informasi yang menghambat pasar kerja, dan faktor usia ketika meninggalkan sekolah, biasanya meninggalkan sekolah pada usia lebih awal mengalami tingkat pengangguran yang lebih tinggi. Kedua, faktor non struktural yang terdiri dari kenaikan tingkat upah buruh yang mendorong pengusaha untuk memutuskan hubungan kerja atau tidak menerima karyawan baru, meningkatnya partisipasi perempuan termasuk mereka yang berstatus kawin kedalam angkatan kerja, persepsi pemuda terhadap tingkat upah yang masih rendah, serta persepsi karir maupun lingkungan kerjanya.6
3. Upah dan Kondisi Kerja
Kondisi kerja yang baik, kualitas output yang tinggi, upah yang layak serta kualitas sumber daya manusia adalah persoalan yang selalu muncul dalam pembahasan tentang tenaga kerja disamping masalah hubungan industrial antara pekerja dengan dunia usaha. Banyaknya jumlah penduduk menimbulkan berbagai masalah, terutama masalah di bidang ekonomi dan sosial, yaitu pengangguran dan kemiskinan di mana jumlah penduduk yang terlalu besar tetapi tidak bisa diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat dan lapangan pekerjaan yang memadai. Pengangguran dan kemiskinan juga merupakan masalah ekonomi yang kompleks dan sulit untuk diatasi serta perlu dicarikan solusi yang tepat disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan, diantaranya pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, angkatan kerja, dan upah yang dapat berakibat buruk terhadap stabilitas perekonomian, politik, dan sosial.
Upah Minimum juga sangat berpengaruh terhadap tingkat pengangguran, upah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran sehingga besar kecilnya upah yang ditetapkan oleh pemerintah sangat berpengaruh terhadap tingkat pengangguran yang ada. Setiap kenaikan tingkat upah akan diikuti oleh turunnya tenaga kerja yang diminta, yang berarti akan menyebabkan meningkatnya pengangguran.
Sebaliknya, apabila tingkat upah turun maka akan diikuti oleh meningkatnya
6 Ibid., hlm. 7.
4
penyerapan tenaga kerja, sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah tenaga kerja yang terserap mempunyai hubungan timbal balik dengan tingkat upah.7
C. Tantangan dalam Ketenagakerjaan 1. Teknologi dan Otomatisasi
Perkembangan teknologi dan otomatisasi telah membawa perubahan besar dalam dunia ketenagakerjaan. Mesin, perangkat lunak, dan robot semakin digunakan dalam berbagai industri untuk meningkatkan efisiensi produksi. 8 Dampak utamanya adalah sebagai berikut:
a. Pemotongan Pekerjaan: Automatisasi dapat menggantikan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia. Misalnya, dalam sektor manufaktur, robot dapat melakukan tugas-tugas monoton atau berbahaya yang sebelumnya dijalankan oleh pekerja manusia. Hal ini dapat menyebabkan pemotongan pekerjaan dan penurunan kesempatan kerja.
b. Perubahan Keterampilan: Meskipun beberapa pekerjaan dapat digantikan oleh otomatisasi, teknologi juga menciptakan pekerjaan baru yang memerlukan keterampilan teknis yang lebih tinggi. Pekerja harus terus belajar dan mengembangkan keterampilan baru untuk tetap relevan dalam pasar tenaga kerja yang berubah.
c. Kesenjangan Penghasilan: Dampak teknologi dan otomatisasi tidak merata.
Beberapa pekerjaan yang digantikan oleh mesin mungkin pekerjaan berpenghasilan rendah, sementara pekerjaan teknis yang memerlukan keterampilan khusus cenderung membayar lebih tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan kesenjangan penghasilan yang lebih besar di masyarakat.
d. Mobilitas Tenaga Kerja: Dalam era digital, pekerja sering kali dapat bekerja dari jarak jauh, yang dapat mengubah cara tenaga kerja bergerak. Ini memungkinkan perusahaan untuk merekrut pekerja dari berbagai lokasi, tetapi juga dapat menciptakan tekanan pada pekerja yang harus bersaing dengan tenaga kerja global.9
7 Muhammad Baihawafi, dan Asnita Frida Sebayang. "Pengaruh Upah Minimum, Indeks Pembangunan Manusia dan Laju Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengangguran Terbuka." Jurnal Riset Ilmu Ekonomi Dan Bisnis, 2023. hlm. 10.
8 Sumanto, Hubungan Industrial, (Yogyakarta : CAPS (Center of Academic Publishing Service), 2014), hlm. 36.
9 Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010),hlm. 3-4.
5 2. Ketidakcocokan Keterampilan
Masalah ketidakcocokan keterampilan antara tenaga kerja dan permintaan pasar tenaga kerja adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan Permintaan Keterampilan Khusus: Pasar tenaga kerja semakin mengharapkan keterampilan khusus dan tinggi. Namun, banyak pekerja mungkin tidak memiliki keterampilan ini, sehingga terjadi ketidakcocokan antara apa yang pekerja tawarkan dan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan.
b. Pendidikan dan Pelatihan: Untuk mengatasi masalah ketidakcocokan keterampilan, pendidikan dan pelatihan menjadi sangat penting. Pemerintah dan sektor swasta harus bekerja sama untuk mengembangkan program pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.10
c. Kesulitan untuk Mendapatkan Pekerjaan: Pekerja yang mengalami ketidakcocokan keterampilan mungkin kesulitan menemukan pekerjaan yang sesuai. Hal ini dapat mengakibatkan pengangguran atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan tingkat keterampilan mereka.
d. Perubahan Kebutuhan Pasar: Permintaan pasar tenaga kerja dapat berubah secara cepat karena perkembangan teknologi dan perubahan tren ekonomi.
Pekerja harus dapat menyesuaikan diri dengan perubahan ini melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.
3. Ketidaksetaraan Gender
Permasalahan ketidaksetaraan gender dalam ketenagakerjaan dan dampaknya adalah sebagai berikut:
a. Pembatasan Akses: Beberapa perempuan masih mengalami pembatasan akses ke pekerjaan tertentu, terutama di sektor-sektor yang dianggap sebagai
"pekerjaan pria." Hal ini dapat menghambat perkembangan karier perempuan dan menyebabkan kesenjangan gender dalam pendapatan.
b. Kesetaraan Gaji: Kesetaraan gaji masih menjadi masalah di banyak tempat.
Perempuan sering kali dibayar lebih rendah daripada pria untuk pekerjaan yang sama atau sejenis dengan alasan gender.
10 Mulyadi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan, (Jakarta : Rajawali Pers), 2012, hlm. 16-18.
6
c. Diskriminasi di Tempat Kerja: Diskriminasi gender di tempat kerja masih terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk ketidaksetaraan dalam promosi, pelecehan seksual, dan perlakuan tidak adil lainnya.
d. Dampak pada Ekonomi: Ketidaksetaraan gender dalam ketenagakerjaan dapat memiliki dampak negatif pada ekonomi. Hal ini karena potensi pekerja perempuan tidak dimanfaatkan sepenuhnya, sehingga mengurangi produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah, perusahaan, dan masyarakat harus bekerja sama untuk mengatasi masalah ketidaksetaraan gender dalam ketenagakerjaan dengan mempromosikan kesetaraan akses, kesetaraan gaji, dan lingkungan kerja yang bebas diskriminasi. Ini akan menghasilkan pasar tenaga kerja yang lebih inklusif dan berkelanjutan.11
Ketenagakerjaan adalah salah satu aspek kunci dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Namun, Indonesia juga menghadapi sejumlah tantangan dalam ketenagakerjaan, termasuk dampak perkembangan teknologi dan otomatisasi, ketidakcocokan keterampilan antara tenaga kerja dan permintaan pasar tenaga kerja, serta permasalahan ketidaksetaraan gender dalam ketenagakerjaan.
Pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai tindakan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan menciptakan lingkungan ketenagakerjaan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
D. Kebijakan Ketenagakerjaan
(Membahas mengenai Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan yaitu Pentingnya investasi dalam pendidikan dan pelatihan untuk mengatasi masalah ketidakcocokan keterampilan., Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja yaitu Peran kebijakan perlindungan tenaga kerja dalam menciptakan kondisi kerja yang aman dan adil, Kebijakan Kesetaraan Gender yaitu Pentingnya kebijakan untuk mencapai kesetaraan gender dalam ketenagakerjaan.) cari pembahasannya sendiri
11 Anis Elisa. 2009. Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Dalam Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Secara Outsourcing. Jurnal Penelitian Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, hlm. 4
7 BAB II
KASUS DAN ANALISA TERKAIT BIDANG KETENAGAKERJAAN DALAM HUKUM PIDANA EKONOMI
A. Kasus………
(isi sendiri)
Analisa Kasus dan Tanggapan:...
(isi sendiri)
.
8 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Isi sendiri……….
B. Saran
Isi sendiri………
9