• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketenagakerjaan

N/A
N/A
40. Anisa Dewi Purniasari

Academic year: 2024

Membagikan "Ketenagakerjaan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KETENAGAKERJAAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pidana Ekonomi Dosen Pengampu: Junaidi, S.H., M.H.

Disusun Oleh Kelompok 5 (HES 7I)

1. Anisa Dewi Purniasari (202111265) 2. Rasyid Maulana Firmansyah (202111272) 3. Prasetyo Wicaksono (202111279) 4. Dewa Pratama Putra (202111282) 5. Ressa Ananda Putra (202111295)

PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2023

(2)

1 BAB I PEMBAHASAN KETENAGAKERJAAN A. Pengertian Ketenagakerjaan

Tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain. Ketenagakerjaan pada awalnya dikenal dengan istilah perburuhan. Perburuhan berasal dari kata “buruh”, secara etimologis dapat diartikan dengan keadaan memburuh, yaitu keadaan dimana seseorang buruh bekerja pada orang lain (pengusaha).1

Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.

Ketenagakerjaan diatur dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003, yang diundangkan pada lembaran negara tahun 2003 Nomor 39 pada tanggal 25 Maret 2003, dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan itu, pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara RI Tahun 1945, dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat, martabat, dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur dan merata, baik materil maupun spiritual (Penjelasan Umum atas UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan).2

Dari beberapa definisi tersebut, dapat dipahami bahwa tenaga kerja merupakan kelompok orang-orang dari masyarakat yang mampu melakukan kegiatan serta mampu menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik, kemampuan diukur dengan usia dengan kata lain orang yang dalam usia kerja disebut sebagai penduduk dalam usia kerja (working age population).3

1 Zaeni Ashadie, Hukum Kerja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.1

2 Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 9

3 Suroso, Ekonomi Produksi, (Bandung: Lubuk Agung 2004), hlm. 109

(3)

2 B. Tren Ketenagakerjaan

1. Partisipasi Tenaga Kerja

Penawaran tenaga kerja yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau kualifikasi tertentu yang dituntut oleh pasar tenaga kerja, meskipun permintaan sangat tinggi, sehingga menimbulkan angka pengangguran yang semakin tinggi. Sejalan dengan pembangunan ekonomi nasional, maka menimbulkan kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja dan kemampuan berbagai sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja menjadi kesempatan kerja masih menjadi masalah utama di bidang perekonomian. Angkatan kerja di Indonesia dapat dikatakan sangat besar, namun dengan lapangan kerja yang terbatas, tingkat partisipasi kerja menurun dan struktur pasar tenaga kerja berubah relatif cepat. Hal ini mengakibatkan tingkat pengangguran di negara kita menjadi semakin tinggi.4

2. Tingkat Pengangguran

Pertumbuhan penduduk yang selalu meningkat menyebabkan bertambahnya kebutuhan ekonomi setiap orang. Semakin meningkat pertumbuhan penduduk maka semakin sedikit lapangan pekerjaan yang ada sehingga jumlah pengangguran bertambah. Karena pengangguran terjadi disebabkan oleh tidak seimbangnya jumlah penduduk dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Pada dasarnya, peningkatan jumlah penduduk memiliki dua sisi yang berbeda. Penduduk merupakan sumber penawaran tenaga kerja namun tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menimbulkan berbagai masalah diantaranya masalah tenaga kerja.5

Pengangguran telah menjadi masalah yang umum dan kompleks di dalam suatu daerah, karena pengangguran bukan hanya terjadi pada masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan yang rendah, namun juga menyerang masyarakat yang memiliki latar pendidikan yang tinggi. Setiap tahun perguruan tinggi menghasilkan lulusan sarjana yang jumlahnya terus meningkat dari tahun ketahun, terlebih lagi beberapa pakar ekonomi memperkirakan pengangguran di negara-negara sedang

4 Nur Hikmah Resminati. "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Kerja", Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, 2018.

5 Riska Franita, Andes Fuady Dharma Harahap, dan Yani Sukriah, "Analisa pengangguran di Indonesia." Nusantara: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, Vol. 6 No.1, 2019. hlm. 5.

(4)

3

berkembang pada umumnya didominasi oleh pengangguran usia muda dan pengangguran berpendidikan. Tingkat pengangguran kelompok muda yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan penduduk disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: Pertama, faktor struktural. Faktor ini terdiri dari kurangnya keterampilan kelompok muda dibanding kelompok yang lebih matang, ketimpangan atau kendala geografis dan kelangkaan informasi yang menghambat pasar kerja, dan faktor usia ketika meninggalkan sekolah, biasanya meninggalkan sekolah pada usia lebih awal mengalami tingkat pengangguran yang lebih tinggi. Kedua, faktor non struktural yang terdiri dari kenaikan tingkat upah buruh yang mendorong pengusaha untuk memutuskan hubungan kerja atau tidak menerima karyawan baru, meningkatnya partisipasi perempuan termasuk mereka yang berstatus kawin kedalam angkatan kerja, persepsi pemuda terhadap tingkat upah yang masih rendah, serta persepsi karir maupun lingkungan kerjanya.6

3. Upah dan Kondisi Kerja

Kondisi kerja yang baik, kualitas output yang tinggi, upah yang layak serta kualitas sumber daya manusia adalah persoalan yang selalu muncul dalam pembahasan tentang tenaga kerja disamping masalah hubungan industrial antara pekerja dengan dunia usaha. Banyaknya jumlah penduduk menimbulkan berbagai masalah, terutama masalah di bidang ekonomi dan sosial, yaitu pengangguran dan kemiskinan di mana jumlah penduduk yang terlalu besar tetapi tidak bisa diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat dan lapangan pekerjaan yang memadai. Pengangguran dan kemiskinan juga merupakan masalah ekonomi yang kompleks dan sulit untuk diatasi serta perlu dicarikan solusi yang tepat disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan, diantaranya pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, angkatan kerja, dan upah yang dapat berakibat buruk terhadap stabilitas perekonomian, politik, dan sosial.

Upah Minimum juga sangat berpengaruh terhadap tingkat pengangguran, upah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran sehingga besar kecilnya upah yang ditetapkan oleh pemerintah sangat berpengaruh terhadap tingkat pengangguran yang ada. Setiap kenaikan tingkat upah akan diikuti oleh turunnya tenaga kerja yang diminta, yang berarti akan menyebabkan meningkatnya

6 Ibid., hlm. 7.

(5)

4

pengangguran. Sebaliknya, apabila tingkat upah turun maka akan diikuti oleh meningkatnya penyerapan tenaga kerja, sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah tenaga kerja yang terserap mempunyai hubungan timbal balik dengan tingkat upah.7 C. Tantangan dalam Ketenagakerjaan

1. Teknologi dan Otomatisasi

Perkembangan teknologi dan otomatisasi telah membawa perubahan besar dalam dunia ketenagakerjaan. Mesin, perangkat lunak, dan robot semakin digunakan dalam berbagai industri untuk meningkatkan efisiensi produksi.8 Dampak utamanya adalah sebagai berikut:

a. Pemotongan Pekerjaan: Automatisasi dapat menggantikan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia. Misalnya, dalam sektor manufaktur, robot dapat melakukan tugas-tugas monoton atau berbahaya yang sebelumnya dijalankan oleh pekerja manusia. Hal ini dapat menyebabkan pemotongan pekerjaan dan penurunan kesempatan kerja.

b. Perubahan Keterampilan: Meskipun beberapa pekerjaan dapat digantikan oleh otomatisasi, teknologi juga menciptakan pekerjaan baru yang memerlukan keterampilan teknis yang lebih tinggi. Pekerja harus terus belajar dan mengembangkan keterampilan baru untuk tetap relevan dalam pasar tenaga kerja yang berubah.

c. Kesenjangan Penghasilan: Dampak teknologi dan otomatisasi tidak merata.

Beberapa pekerjaan yang digantikan oleh mesin mungkin pekerjaan berpenghasilan rendah, sementara pekerjaan teknis yang memerlukan keterampilan khusus cenderung membayar lebih tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan kesenjangan penghasilan yang lebih besar di masyarakat.

d. Mobilitas Tenaga Kerja: Dalam era digital, pekerja sering kali dapat bekerja dari jarak jauh, yang dapat mengubah cara tenaga kerja bergerak. Ini memungkinkan perusahaan untuk merekrut pekerja dari berbagai lokasi, tetapi juga dapat menciptakan tekanan pada pekerja yang harus bersaing dengan tenaga kerja global.9

7 Muhammad Baihawafi, dan Asnita Frida Sebayang. "Pengaruh Upah Minimum, Indeks Pembangunan Manusia dan Laju Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengangguran Terbuka." Jurnal Riset Ilmu Ekonomi Dan Bisnis, 2023. hlm. 10.

8 Sumanto, Hubungan Industrial, (Yogyakarta : CAPS (Center of Academic Publishing Service), 2014), hlm. 36.

9 Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), hlm. 3-4.

(6)

5 2. Ketidakcocokan Keterampilan

Masalah ketidakcocokan keterampilan antara tenaga kerja dan permintaan pasar tenaga kerja adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan Permintaan Keterampilan Khusus: Pasar tenaga kerja semakin mengharapkan keterampilan khusus dan tinggi. Namun, banyak pekerja mungkin tidak memiliki keterampilan ini, sehingga terjadi ketidakcocokan antara apa yang pekerja tawarkan dan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan.

b. Pendidikan dan Pelatihan: Untuk mengatasi masalah ketidakcocokan keterampilan, pendidikan dan pelatihan menjadi sangat penting. Pemerintah dan sektor swasta harus bekerja sama untuk mengembangkan program pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.10 c. Kesulitan untuk Mendapatkan Pekerjaan: Pekerja yang mengalami

ketidakcocokan keterampilan mungkin kesulitan menemukan pekerjaan yang sesuai. Hal ini dapat mengakibatkan pengangguran atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan tingkat keterampilan mereka.

d. Perubahan Kebutuhan Pasar: Permintaan pasar tenaga kerja dapat berubah secara cepat karena perkembangan teknologi dan perubahan tren ekonomi.

Pekerja harus dapat menyesuaikan diri dengan perubahan ini melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.

3. Ketidaksetaraan Gender

Permasalahan ketidaksetaraan gender dalam ketenagakerjaan dan dampaknya adalah sebagai berikut:

a. Pembatasan Akses: Beberapa perempuan masih mengalami pembatasan akses ke pekerjaan tertentu, terutama di sektor-sektor yang dianggap sebagai

"pekerjaan pria." Hal ini dapat menghambat perkembangan karier perempuan dan menyebabkan kesenjangan gender dalam pendapatan.

b. Kesetaraan Gaji: Kesetaraan gaji masih menjadi masalah di banyak tempat.

Perempuan sering kali dibayar lebih rendah daripada pria untuk pekerjaan yang sama atau sejenis dengan alasan gender.

10 Mulyadi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), hlm. 16-18.

(7)

6

c. Diskriminasi di Tempat Kerja: Diskriminasi gender di tempat kerja masih terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk ketidaksetaraan dalam promosi, pelecehan seksual, dan perlakuan tidak adil lainnya.

d. Dampak pada Ekonomi: Ketidaksetaraan gender dalam ketenagakerjaan dapat memiliki dampak negatif pada ekonomi. Hal ini karena potensi pekerja perempuan tidak dimanfaatkan sepenuhnya, sehingga mengurangi produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah, perusahaan, dan masyarakat harus bekerja sama untuk mengatasi masalah ketidaksetaraan gender dalam ketenagakerjaan dengan mempromosikan kesetaraan akses, kesetaraan gaji, dan lingkungan kerja yang bebas diskriminasi.

Ini akan menghasilkan pasar tenaga kerja yang lebih inklusif dan berkelanjutan.11 Ketenagakerjaan adalah salah satu aspek kunci dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Namun, Indonesia juga menghadapi sejumlah tantangan dalam ketenagakerjaan, termasuk dampak perkembangan teknologi dan otomatisasi, ketidakcocokan keterampilan antara tenaga kerja dan permintaan pasar tenaga kerja, serta permasalahan ketidaksetaraan gender dalam ketenagakerjaan.

Pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai tindakan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan menciptakan lingkungan ketenagakerjaan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

D. Kebijakan Ketenagakerjaan 1. Pendidikan Dan Pelatihan

Kebijakan pendidikan dan pelatihan dalam ketenagakerjaan adalah bagian penting dari upaya pemerintah dan organisasi terkait untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan kapasitas tenaga kerja. Kebijakan ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi sumber daya manusia, meningkatkan daya saing ekonomi, dan memastikan bahwa tenaga kerja siap menghadapi perubahan dalam pasar kerja.12

Kebijakan pendidikan dan pelatihan merupakan landasan penting bagi pengembangan tenaga kerja yang produktif. Ini mencakup:

11 Anis Elisa, Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Dalam Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Secara Outsourcing. Jurnal Penelitian Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009, hlm. 4.

12 Oemar Hamali, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

(8)

7 a. Pendidikan Dasar dan Menengah

Menyediakan akses dan kualitas pendidikan dasar dan menengah bagi semua warga negara. Hal ini penting untuk memberikan fondasi pengetahuan yang diperlukan bagi pekerja untuk bersaing di pasar tenaga kerja.

b. Pendidikan Tinggi dan Vokasional

Mendukung akses dan kualitas pendidikan tinggi dan vokasional.

Pendidikan tinggi membantu individu mengembangkan keterampilan tingkat lanjut, sementara pendidikan vokasional memberikan pelatihan praktis dalam berbagai bidang.

c. Pelatihan Keterampilan

Melibatkan program pelatihan keterampilan yang membantu pekerja memperoleh keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

d. Pendanaan Pendidikan

Pendanaan pendidikan adalah elemen penting dari kebijakan ini.

Pemerintah harus memastikan adanya dana yang cukup untuk mendukung sistem pendidikan yang efektif, mencakup pendidikan dasar, tinggi, dan pelatihan keterampilan.

2. Perlindungan Tenaga Kerja

Kebijakan perlindungan tenaga kerja adalah aspek kunci dalam kebijakan ketenagakerjaan yang bertujuan untuk melindungi hak-hak, kesejahteraan, dan keamanan pekerja di lingkungan kerja. Tujuannya adalah untuk menciptakan kondisi kerja yang adil dan aman, mengurangi eksploitasi, dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.13

a. Upah dan Jam Kerja

yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Kebijakan ini mencakup penentuan upah minimum yang harus dibayar kepada pekerja. Upah minimum bertujuan untuk memastikan bahwa pekerja menerima penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Selain itu, kebijakan ini juga mengatur jam kerja maksimum per minggu, lembur, cuti tahunan, dan istirahat yang wajib. Ini bertujuan untuk mencegah eksploitasi pekerja dan memastikan keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi.

13 Darwin Prinst, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Buku Pegangan Pekerja Untuk Mempertahankan hakhaknya), (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), hlm. 1.

(9)

8 b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Kebijakan perlindungan tenaga kerja mencakup regulasi keselamatan kerja dan perlindungan kesehatan. Tujuannya adalah melindungi pekerja dari cedera, penyakit, dan kondisi berbahaya di tempat kerja. Hal ini melibatkan standar keselamatan, pelatihan untuk mengidentifikasi dan mengatasi risiko, dan pemeriksaan rutin untuk memastikan kepatuhan.

c. Perlindungan terhadap Pekerja Migran

yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pekerja Migran Indonesia. Kebijakan perlindungan tenaga kerja juga mencakup hak- hak dan perlindungan bagi pekerja migran. Ini termasuk hak untuk gaji yang adil, kondisi kerja yang layak, dan perlindungan dari eksploitasi

d. Hak Organisasi Buruh dan Negosiasi Kolektif

Diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Kebijakan ketenagakerjaan seringkali mencakup hak bagi pekerja untuk membentuk serikat pekerja dan melakukan negosiasi kolektif dengan majikan. Ini memberikan pekerja suara dalam menentukan kondisi kerja mereka dan memastikan adanya mekanisme untuk menyelesaikan sengketa dan mencapai persetujuan yang adil.

3. Kesetaraan Gender

Kesetaraan gender melibatkan berbagai aspek, termasuk kesetaraan dalam pendidikan, kesempatan kerja, keputusan politik, pengambilan keputusan, dan perlindungan hukum. Hal ini juga berarti melawan deskripsi gender yang mengorganisasikan praktik dan harapan berdasarkan kelas mereka. Tujuan akhir dari kesetaraan gender adalah menciptakan komunitas di mana laki-laki dan perempuan memiliki peluang yang sama untuk mengembangkan kapasitas mereka, untuk mengkonseptualisasikan hidup mereka, dan untuk menjalani hidup tanpa gangguan atau diskriminasi.14

a. Penghapusan Diskriminasi

Kebijakan harus melarang diskriminasi gender di tempat kerja, termasuk dalam rekrutmen, promosi, dan pembayaran. Kesetaraan gender di tempat kerja telah diatur dalam Pasal 5 UU No. 13 Tahun 2003 tentang

14 Tiffany Angelina, “Analisis Hak Perempuan Dan Kesetaraan Gender Dalam Bidang Ketenagakerjaan.” Journal Riset hukum, 2023.

(10)

9

Ketenagakerjaan, yaitu “setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh perkerjaan.” Dan Pasal 6 “setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan ang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha” Negara menetapkan sejumlah prosedur yang haru diikuti perusahaan untuk mewujudkan hak kerja yang sama bagi pekerja laki-laki dan perempuan. Tenaga kerja memegang peranan penting bagi perusahaan.

b. Pemberdayaan Ekonomi Wanita

Pemberdayaan Ekonomi Wanita adalah konsep dan kebijakan yang bertujuan untuk memberikan perempuan kesempatan yang setara dalam berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi, meningkatkan akses mereka terhadap sumber daya ekonomi, dan memajukan peran mereka dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pemberdayaan ekonomi wanita mendukung ide bahwa perempuan memiliki potensi yang belum sepenuhnya dimanfaatkan dalam pengembangan ekonomi dan sosial.

(11)

10 BAB II

KASUS DAN ANALISA TERKAIT BIDANG KETENAGAKERJAAN DALAM HUKUM PIDANA EKONOMI

A. Kasus Klasik Buruh Vs Perusahaan

Persoalan dua pihak mulai dari upah, fasilitas, PHK hingga pesangon.15 a. Upah di bawah UMK:

Pada tanggal 5 Desember 2012, seorang pengusaha di Surabaya, Tjioe Christina Chandra, harus menelan pil pahit pidana. Ia dihukum penjara satu bulan lantaran membayar murah buruhnya.

Tjioe terbukti memberi upah lebih rendah dari standar upah minimum berdasarkan pada wilayah kota atau provinsi. Tjioe dinyatakan melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, yakni Pasal 90 Ayat (1) jo. Pasal 185 Ayat (1). Pasal 90 Ayat (1) menyebutkan, pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum. Sementara Pasal 185 Ayat (1) menyebutkan, pelanggaran terhadap ketentuan tersebut dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 4 tahun, dan/atau denda paling sedikit Rp 100 juta dan paling banyak Rp 400 juta.

Di dalam vonis kasasi No. perkara 687 K/Pid.Sus/2012, Tjioe juga diganjar dengan hukuman tambahan berupa denda Rp 100 juta. Apabila ia tidak mampu membayar denda tersebut, hakim M. Zaharuddin Utama yang didampingi Surya Jaya dan T. Gayus Lumbuun menetapkan dapat diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan. Dalam proses sebelumnya di Pengadilan Negeri Surabaya Tjioe diputus bebas, tetapi jaksa penuntut umum mengajukan kasasi.

b. Fasilitas Rekreasi dan Tunjangan:

Serikat pekerja menuntut perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan rekreasi di luar perusahaan dan memberikan tunjangan tidak tetap. Pengadilan awal menerima tuntutan tersebut, tetapi Mahkamah Agung menolak permohonan peninjauan kembali.

15Kartini Laras Makmur, Kasus Klasik Buruh Vs Perusahaan, https://www.hukumonline.com/berita/a/kasus-klasik-buruh-vs-perusahaan-lt57236ba148381/, diakses pada pukul 11.30 WIB, tanggal 06, November 2023.

(12)

11 c. PHK Tidak Sah:

Seorang perempuan bernama Daryati dipecat oleh perusahaannya, tetapi setelah mediasi, dia kembali dipekerjakan. Namun, dia mengajukan kasasi untuk mendapatkan pembayaran yang seharusnya diterimanya selama mediasi, yang ditolak oleh Mahkamah Agung.

d. Tak Bayar Pesangon:

Harisanto dipecat secara dramatis dan mengajukan gugatan untuk mendapatkan pesangon, uang penghargaan masa kerja, uang penggantian sisa cuti, dan kekurangan upah. Pengadilan memutuskan bahwa dia berhak mendapatkan sebagian dari tuntutannya, yang kemudian ditolak oleh perusahaan dalam kasasi.

B. Analisa Kasus dan tanggapan

Kasus-kasus tersebut mencerminkan berbagai konflik yang umum terjadi antara buruh dan perusahaan di berbagai sektor. Analisa kasus dan tanggapan yang dapat diberikan terhadap kasus tersebut adalah:

1. Kasus Upah Rendah: Pengusaha yang membayar upah di bawah standar upah minimum jelas melanggar undang-undang ketenagakerjaan. Hal ini adalah pelanggaran serius yang harus dihindari. Perlindungan upah minimum sangat penting untuk menjaga kesejahteraan buruh.

2. Perselisihan Fasilitas dan Tunjangan: Perselisihan terkait fasilitas rekreasi dan tunjangan menunjukkan pentingnya komunikasi yang baik antara serikat pekerja dan perusahaan. Kesepakatan yang jelas dan adil mengenai manfaat bagi karyawan bisa membantu mencegah perselisihan semacam ini.

3. PHK yang Tidak Sah: Kasus Daryati menunjukkan pentingnya prosedur yang adil dan proses mediasi yang efektif dalam menangani PHK. Dalam hal ini, mediasi berhasil mengembalikan pekerja ke perusahaannya. Namun, penting juga untuk memastikan bahwa hak pekerja dihormati selama proses mediasi.

4. Pembayaran Pesangon: Kasus Harisanto menggarisbawahi pentingnya kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan prosedur PHK yang berlaku. Ketidakpatuhan dalam membayar pesangon dapat mengakibatkan konsekuensi hukum, seperti yang terjadi dalam kasus ini. Perusahaan harus mematuhi peraturan ketenagakerjaan dan prosedur yang berlaku.

(13)

12 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Tenaga kerja adalah kelompok orang yang mampu melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan masyarakat.

Ketenagakerjaan di Indonesia diatur oleh Undang-Undang No. 13 Tahun 2003. Tren ketenagakerjaan menghadapi beberapa tantangan, seperti tingkat partisipasi kerja yang menurun, tingkat pengangguran yang tinggi, dan masalah ketidaksetaraan gender. Upah, kondisi kerja, dan ketidakcocokan keterampilan juga menjadi isu penting. Perkembangan teknologi dan otomatisasi memberikan dampak besar pada ketenagakerjaan, termasuk pemotongan pekerjaan, perubahan keterampilan yang dibutuhkan, dan kesenjangan penghasilan. Ketidaksetaraan gender juga menjadi masalah serius yang memerlukan perhatian.

Kebijakan ketenagakerjaan melibatkan upaya dalam pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja, perlindungan tenaga kerja, dan promosi kesetaraan gender. Pemberdayaan ekonomi wanita juga menjadi aspek penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang inklusif.. Secara keseluruhan, ketenagakerjaan memegang peranan kunci dalam pembangunan ekonomi suatu negara.

Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dan menciptakan lingkungan ketenagakerjaan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Secara keseluruhan, Kasus Klasik Buruh Vs Perusahaan menyoroti pentingnya penegakan hak-hak pekerja dan kepatuhan perusahaan terhadap hukum. Komunikasi yang baik, mediasi efektif, dan kepatuhan terhadap regulasi ketenagakerjaan adalah kunci untuk menyelesaikan konflik industrial secara adil dan berkelanjutan.

B. Saran

Semoga dengan adanya pembahasan ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para pembaca mengenai ketenagakerjaan dan kasusnya dalam hukum pidana ekonomi.

(14)

13

DAFTAR PUSTAKA Buku

Ashadie, Zaeni, Hukum Kerja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Hamalik, Oemar, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Mulyadi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan, Jakarta : Rajawali Pers, 2012.

P. Siagian, Sondang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Prinst, Darwin, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Buku Pegangan Pekerja Untuk Mempertahankan hakhaknya, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994.

Rusli, Hardijan, Hukum Ketenagakerjaan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004.

Sumanto, Hubungan Industrial, Yogyakarta: CAPS (Center of Academic Publishing Service), 2014.

Suroso, Ekonomi Produksi, Bandung: Lubuk Agung 2004.

Jurnal

Angelina, Tiffany, “Analisis Hak Perempuan Dan Kesetaraan Gender Dalam Bidang Ketenagakerjaan.” Journal Riset hukum, 2023.

Baihawafi, Muhammad, dan Asnita Frida Sebayang. "Pengaruh Upah Minimum, Indeks Pembangunan Manusia dan Laju Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengangguran Terbuka." Jurnal Riset Ilmu Ekonomi Dan Bisnis, 2023.

Elisa, Anis, Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Dalam Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Secara Outsourcing. Jurnal Penelitian Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009.

Franita, Riska, Andes Fuady Dharma Harahap, dan Yani Sukriah, "Analisa pengangguran di Indonesia." Nusantara: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, Vol. 6 No.1, 2019.

Skripsi

Resminati, Nur Hikmah, "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Kerja", Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, 2018.

Website

Kartini Laras Makmur, Kasus Klasik Buruh Vs Perusahaan, https://www.hukumonline.com/berita/a/kasus-klasik-buruh-vs-perusahaan-

lt57236ba148381/, diakses pada pukul 11.30 WIB, tanggal 06, November 2023.

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah ini membahas pengertian hukum pidana, pembagian hukum pidana, kriminalisasi dan dekriminalisasi, luas berlakunya undang-undang delicti, percobaan perbuatan

Menganalisis aspek-aspek hukum ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia guna mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja dan mendukung dalam mempersiapkan diri

Hasil penelitian dan diskusi untuk menjelaskan kebijakan hukum pidana terhadap resiko kejahatan di bidang ketenagakerjaan adalah ketentuan peraturan mengenai masalah hukum

Hukum Pidana merupakan mata kuliah yang memberikan uraian mengenai pemahaman awal hukum pidana yang menguraikan Pengertian,tujuan,fungsi, jenis-jenis dan kaitannya

Oleh karena itu, sanksi pidana denda bagi badan hukum yang melakukan tindak pidana di bidang ketenagakerjaan harus dirubah dengan meningkatkan jumlahnya dan diatur

Oleh karena itu, sanksi pidana denda bagi badan hukum yang melakukan tindak pidana di bidang ketenagakerjaan harus dirubah dengan meningkatkan jumlahnya dan diatur dalam

Bensra Sukses Indonesia, agar melaksanakan hak Istirahat Melahirkan bagi Tenaga Kerja Perempuan berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan... Pengertian hukum

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMRAH 3 Mahasiswa mengetahui memahami dan mampu menjelaskan perkembangan hukum ketenagakerjaan di Indonesia 