• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketua Peneliti a

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Ketua Peneliti a"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

Perkawinan bawah tanah selama ini cenderung merugikan perempuan (istri) dan anak atau anak yang lahir dari perkawinan di luar nikah. Dampak negatif perkawinan sirri tidak hanya diderita oleh istri (istri), tetapi juga anak-anak yang lahir dari perkawinan tersebut.

Sistematika Penelitian

Dalam pelaksanaannya diharapkan dapat membawa manfaat berupa usulan-usulan untuk mengatasi persoalan perlindungan hukum bagi anak yang lahir dari perkawinan di luar nikah, khususnya masyarakat muslim di Indonesia. Sebagai salah satu pertimbangan bagi masyarakat jika ingin melangsungkan pernikahan sirri karena mengetahui akibatnya.

Landasan Teori 1. Pernikahan Sirri

Pengertian nikah sirri

Secara harfiah, Nikah Sirri berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua glosarium, yaitu “nikah” dan “sirri”. Dengan demikian yang dimaksud dengan nikah sirri dalam pasal ini adalah nikah yang tidak dicatatkan pada Kantor Urusan Agama, atau dengan kata lain disebut nikah di bawah tangan.

Hukum Melakukan Pernikahan

Bagi orang yang sudah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk menikah dan khawatir akan terjerumus ke dalam perbuatan zina jika tidak menikah maka hukum ijab kabul hukumnya wajib bagi orang tersebut. Jika nafkah wajib dilakukan dengan nikah, sedangkan nafkah wajib, maka hukum pelaksanaan nikah wajib sesuai dengan kaidah: Sesuatu yang wajib belum sempurna kecuali dengan itu, maka sesuatu juga wajib. Bagi orang yang telah memiliki kemauan dan kemampuan untuk menikah, tetapi jika tidak menikah, tidak takut melakukan zina, maka hukum menikahkan orang tersebut adalah sunnah.

Bagi orang yang tidak mempunyai keinginan dan tidak mempunyai kemampuan dan tanggungjawab untuk menunaikan kewajipan dalam rumah tangga sehingga jika dia berkahwin dia dan isterinya akan ditinggalkan, maka hukum perkahwinan adalah haram bagi orang yang demikian. Bagi orang yang mempunyai pilihan untuk berkahwin, mereka juga mempunyai pilihan untuk mengawal diri agar tidak membenarkan dirinya berzina jika tidak berkahwin. Cuma orang ini tidak mempunyai keinginan yang kuat untuk menunaikan kewajipan suami isteri dengan sebaiknya. e) Kesimpulan perkahwinan yang sah.

Akibat hukum pernikahan sirri

Kedudukan Anak yang Lahir dari Pernikahan Sirri

Dan jika mereka (isteri-isteri yang diceraikan) itu sedang hamil, maka berikanlah nafkah kepada mereka hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anakmu) untukmu, maka berikanlah kepada mereka upahnya dan bincangkanlah (segala sesuatu) di antara kamu. dan jika kamu menemui kesusahan, maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya." Jika keduanya ingin membiasakan (sebelum dua tabun) dengan persetujuan dan musyawarahnya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu menghendaki anakmu dipelihara oleh orang lain, tidak ada dosa ke atasmu jika kamu memberi bayaran mengikut apa yang patut.

Anak adalah keturunan atau keturunan yang dihasilkan dari hubungan seksual atau persetubuhan (persetubuhan) antara seorang pria dengan seorang wanita baik di dalam perkawinan maupun di luar perkawinan. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Anak adalah orang yang dalam hal pelaku tindak pidana di bawah umur telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin. Berdasarkan beberapa pandangan di atas, dapat dikatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun (0-18 tahun). 7) Perlindungan hukum terhadap anak yang lahir dari perkawinan sirri.

Perlindungan Hukum terhadap Anak yang Lahir dari Pernikahan sirri

Terhadap anak yang lahir di luar perkawinan yang tercantum dalam Pasal 43 (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal tersebut menyatakan bahwa “Anak luar kawin mempunyai hubungan keperdataan dengan ibunya dan keluarga ibunya, demikian juga dengan seorang laki-laki sebagai bapak yang dapat menunjukkan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau bukti lain bahwa ia mempunyai hubungan perdata dengan bapaknya menurut hukum.

Hak Asasi Manusia

Perkembangan sejarah perlindungan HAM di Amerika juga terkait dengan pengalaman perjuangan Inggris dan Perancis. Kemerdekaan), egalite (kesetaraan) dan fraternite (persaudaraan).32 Deklarasi tersebut harus menjamin hak asasi manusia yang disebutkan dalam konstitusi. Pengadopsian itu kemudian disusul dengan penyusunan Deklarasi Dunia Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada 10 Desember 1948.35.

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia adalah pernyataan global tentang hak asasi manusia yang terdiri dari 30 pasal. XVII/MPR/998 tentang Hak Asasi Manusia, perkembangan di bidang hak asasi manusia bergerak cepat. Mendampingi pembukaan UUD 1945 adalah pernyataan tentang hak asasi manusia yang berbunyi: “Itu.

Orisinalitas Penelitian

Penelitian yang peneliti lakukan adalah perlindungan hukum terhadap anak dalam kawin siri yang ditinjau dari perspektif hak asasi manusia di Kota Semarang. Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti dengan topik yang hampir sama, yaitu tentang Rekonstruksi Undang-Undang Anak Hasil Kawin Rahasia Ditinjau dari Aspek Hak Asasi Manusia di Kota Semarang. Penelitian yang peneliti lakukan adalah rekonstruksi hukum anak hasil perkawinan bawah tanah ditinjau dari aspek hak asasi manusia di Kota Semarang.

Pendekatan Penelitian

Spesifikasi Penelitian

Jenis Bahan Hukum 1. Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum Sekunder

Teknik Pengumpulan Data

Studi pustaka

Wawancara

Teknik Penyajian Data

Teknik Analisis Data

Dengan kata lain, proses reduksi data ini terus menerus dilakukan oleh peneliti ketika melakukan penelitian untuk menghasilkan core notes dari data yang diperoleh dari hasil data mining. Dengan demikian, tujuan dari reduksi data ini adalah untuk menyederhanakan data yang diperoleh selama penggalian data di lapangan. Tentu saja data yang diperoleh dari data mining merupakan data yang sangat rumit dan tidak jarang juga ditemukan data yang tidak ada kaitannya dengan tema penelitian, namun data tersebut tercampur dengan data yang ada hubungannya dengan penelitian.

Maka dengan kondisi data tersebut, sebaiknya peneliti menyederhanakan data dan menghilangkan data yang tidak ada hubungannya dengan topik penelitian. Jadi tujuan penelitian tidak hanya untuk menyederhanakan data, tetapi juga untuk memastikan bahwa data yang diolah adalah data yang termasuk dalam ruang lingkup penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan, kesamaan atau perbedaan.

Hasil Penelitian

Penyebab Terjadinya Pernikahan Sirri

Di daerah-daerah terpencil khususnya pedalaman dan pelosok, rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pencatatan perkawinan dapat dilihat di beberapa desa yang mayoritas penduduknya beragama Islam, ternyata masih banyak masyarakat yang perkawinannya tidak dicatatkan oleh penduduk setempat. KUA. Melihat antusiasme masyarakat untuk melegalkan perkawinannya di Pengadilan Agama setelah mendapatkan pemahaman hukum tersebut menunjukkan bahwa kesadaran hukum masyarakat sebenarnya mulai meningkat. Rendahnya kesadaran hukum masyarakat oleh karena itu perlu ditingkatkan melalui kegiatan pembinaan hukum yang dilakukan secara formal oleh instansi terkait dan secara informal oleh dosen pada forum pengajian majelis ta’lim dan sebagainya44.

Selain alasan poligami yang tegas, ada juga yang mengemukakan syarat pencatatan nikah yang tidak tegas. Dalam RUU tersebut, kewajiban mencatatkan perkawinan secara tegas dirumuskan dan dilengkapi dengan sanksi yang jelas bagi yang melanggarnya. Ketentuan pidana terkait pelanggaran pencatatan perkawinan tercantum dalam Pasal 141 RUU tersebut, yang berbunyi: Barangsiapa dengan sengaja melangsungkan perkawinan tanpa PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5(1), diancam dengan pidana denda paling banyak enam juta. rupiah. ) atau pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan.

Akibat Hukum Tentang Anak Pernikahan Sirri Ditinjau Dari Aspek HAM

Akibat hukum bagi perkawinan yang tidak memiliki akta nikah adalah suami atau istri dan anak yang dilahirkan tidak dapat secara sah melakukan perbuatan hukum perdata yang berkaitan dengan rumah tangganya. 4 Tahun 1979 menyebutkan: (1) Anak berhak atas kesejahteraan, pemeliharaan, pengasuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarga maupun dalam pengasuhan khusus agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar. 2) Anak berhak mendapatkan pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan budaya dan kepribadian bangsa agar menjadi warga negara yang baik dan berguna. Anak berhak atas perlindungan dari lingkungan yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan yang wajar.

Tidak ada hubungan keperdataan atau tanggung jawab suami dan ayah terhadap anak. Dalam hal pewarisan, akan sulit bagi anak yang lahir dari perkawinan sirri dan istri yang dinikahi secara sirri, karena tidak ada bukti yang mendukung adanya hubungan hukum antara anak dengan bapaknya atau antara istri sirri dengannya. suami. Perlindungan hukum terhadap anak yang lahir dalam perkawinan sirri Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan baik dengan cara wawancara.

Perlindungan Hukum Bagi anak Yang Lahir Dari Pernikahan Sirri Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan baik dengan wawancara

Perlindungan hukum terhadap anak yang lahir dalam perkawinan sirri Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan baik dengan cara wawancara. rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. UU no. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 42 alinea pertama berbunyi: “Anak sah adalah anak yang lahir dalam atau sebagai akibat perkawinan”. Negara masih menentang anak hasil perkawinan tidak tercatat yang berstatus perkawinan anak. Mereka masih kesulitan mendapatkan hak-hak hukum, seperti biaya hidup, warisan, bahkan akte kelahiran.Karena perkawinan orang tua tidak dicatatkan dalam dokumen negara, anak-anak dari perkawinan di luar nikah dinyatakan sebagai anak tidak sah oleh negara.

Dalam kehidupan sehari-hari, anak yang lahir dari perkawinan di luar nikah menurut hukum negara masih dipandang tidak memiliki hubungan hukum dengan ayahnya. Selain itu, akibat tidak adanya hubungan hukum antara ayah dan anak juga berarti anak di luar nikah tidak mendapat warisan dari ayah kandungnya. Kajian pasal tersebut berbunyi: “Anak yang lahir di luar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai bapaknya, yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut undang-undang.

Pembahasan

Akibat Hukum Tentang Anak Dari Pernikahan Sirri Ditinjau Dari Aspek HAM

Anak sah menurut undang-undang adalah anak hasil perkawinan yang sah yang dicatat dalam dokumen negara. Pasal ini menyatakan bahwa anak luar nikah mempunyai hubungan keperdataan hanya dengan ibunya dan keluarga ibunya. Anak sah adalah anak yang dianggap lahir dari perkawinan yang sah antara ayah dan ibunya.

Keturunan yang sah didasarkan pada adanya perkawinan yang sah, dalam arti seseorang adalah keturunan dari orang lain karena lahir dalam perkawinan atau sebagai hasil perkawinan; kanak-kanak sebegini dipanggil anak yang sah. Sedangkan zuriat yang tidak sah taraf adalah zuriat yang tidak berdasarkan perkahwinan yang sah, orang memanggil anak-anak sebegitu tidak sah taraf. Menurut Undang-Undang Perkawinan (UU No. 1 Tahun 1974) dan Himpunan Hukum Islam, anak yang sah adalah anak yang lahir di dalam atau di luar perkawinan yang sah, walaupun anak tersebut lahir di luar nikah dari wanita hamil yang mengandung. umurnya tidak sampai enam bulan sejak dia berkahwin secara rasmi.

Perlindungan Hukum Anak Yang Lahir Dari Pernikahan Sirri

Seorang anak yang lahir dari seorang perempuan, tetapi perempuan itu tidak mengadakan ikatan perkawinan dengan laki-laki yang bersetubuh dengannya dan tidak mengadakan ikatan perkawinan dengan laki-laki atau perempuan lain. Seorang anak yang lahir dari seorang wanita yang suaminya telah meninggalkannya lebih dari 300 hari tidak diakui oleh suaminya sebagai anak yang sah. Anak yang lahir dari seorang perempuan sedangkan ketentuan negara yang melarang perkawinan, misalnya warga negara Indonesia (WNI) dan warga negara asing (WNA) tidak mendapat izin.

Anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan, tetapi anak itu langsung tidak mengenali ibu bapanya. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 42 ayat 1 berbunyi: “Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan. Mahkamah Agung berpendapat bahwa anak tidak sah taraf mempunyai hubungan yang sah dengan ayah kandungnya, tidak lagi hanya dengan ibu dan keluarga si ibu. ibu. .

PENUTUP

Sebab-sebab Terjadinya Nikah Sirri a. Kurangnya kesadaran hukum masyarakat

Akibat Hukum Tentang Anak Pernikahan Sirri

Saran

  • Kepada Masyarakat
  • Pemerintah
  • Tokoh Agama

Referensi

Dokumen terkait

Adapun yang dimaksudkan dalam Pasal 1 ayat 15 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yaitu: ‘’Perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada anak