• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Eksploitasi Ekonomi di Kota Parepare

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Eksploitasi Ekonomi di Kota Parepare"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

  • Pengertian Perlindungan Hukum
  • Bentuk-bentuk Perlindungan Hukum
  • Tinjauan Tentang Anak
    • Pengertian Anak
    • Hak-hak Anak
  • Tinjauan Tentang Korban
    • Pengertian Korban
    • Hak-hak korban
  • Tinjauan Eksploitasi Ekonomi
    • Pengertian Eksploitasi
    • Faktor-faktor Eksploitasi Ekonomi terhadap Anak

Negara telah menjamin kesejahteraan warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap anak yang merupakan hak asasi manusia. Menurut Pasal 45 KUHP, anak yang berusia di bawah 16 tahun, sedangkan mengenai batasan anak dalam KUHP sebagai korban kejahatan, sebagaimana tercantum dalam XIV. bab ketentuan Pasal 295, anak adalah mereka yang belum berumur 15 tahun. Sesuai dengan alinea pertama Pasal 1 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah seseorang yang berusia di bawah 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Anak yang berkonflik dengan hukum atau biasa disebut dengan anak yang melakukan tindak pidana yaitu anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun, yang diduga melakukan tindak pidana. Anak yang menjadi korban tindak pidana, yaitu anak yang selanjutnya disebut anak korban adalah anak yang berusia 18 (delapan belas) tahun yang telah menderita kerugian fisik, psikis, dan/atau finansial yang diakibatkan oleh tindak pidana. Dasar hukum yang digunakan untuk melaksanakan pemenuhan hak anak adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan prinsip dasar Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi pada tahun 1990 dan kemudian dituangkan dalam UU No. 23. tahun 2002.

Yakni bahwa dalam segala tindakan yang menyangkut anak, dilakukan oleh lembaga kesejahteraan sosial atau badan legislatif pemerintah. Prinsip ini diabadikan dalam Pasal 12(1) Konvensi Hak Anak, yaitu: Negara-negara peserta harus memastikan bahwa anak-anak yang memiliki pandangannya sendiri memiliki hak untuk mengekspresikan pandangannya secara bebas dalam segala hal yang mempengaruhi anak-anak, dan pandangan ini akan dihormati sesuai dengan usia dan tingkat kematangan anak Penegasan hak anak dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 merupakan pengesahan hak anak yang tertuang dalam KHA dan norma hukum nasional. Hak anak atas perlindungan (protection rights) adalah hak-hak dalam Konvensi Hak Anak, termasuk hak atas perlindungan terhadap diskriminasi, kekerasan dan penelantaran bagi anak yang tidak.

Eksploitasi terhadap anak menunjukkan sikap diskriminatif atau tindakan sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua atau masyarakat yang memaksa anak melakukan sesuatu untuk kepentingan ekonomi, sosial atau politik, terlepas dari hak anak untuk mendapatkan perlindungan sesuai dengan perkembangan fisik, psikologis dan status sosial. . Eksploitasi anak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu eksploitasi anak yang berbahaya dan eksploitasi anak yang tidak dapat ditolerir lagi. Anak yang bekerja di jalanan merupakan bentuk eksploitasi yang dilakukan terhadap anak.

Munculnya kasus-kasus eksploitasi ekonomi terhadap anak menunjukkan bahwa Pemerintah khususnya Pemerintah Kota Parepare belum berhasil secara maksimal mengatasi permasalahan anak yang bekerja di jalanan. Rata-rata tingkat pendidikan yang diperoleh orang tua dari anak yang bekerja di jalanan hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD). Hal ini menyebabkan para orang tua dari anak-anak yang bekerja di jalanan kesulitan mencari pekerjaan yang layak sehingga ekonomi mereka menjadi rendah.

Selain itu rendahnya tingkat pendidikan orang tua dari anak yang bekerja di jalanan mengakibatkan ketidaktahuan mereka akan fungsi dan peran orang tua, serta pemahaman akan hak-hak anak. Pada umumnya anak-anak yang bekerja di jalanan tinggal di daerah kumuh dan masyarakat tidak teratur.

METODE PENELITIAN

  • Pendekatan Penelitian
  • Lokasi Penelitian dan Objek Penelitian
  • Jenis Dan Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Analisis Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka lokasi penelitian yang penulis tentukan adalah di Kota Parepare pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Parepare dan Dinas Sosial Kota Parepare. Subyek yang akan diteliti adalah anak korban eksploitasi ekonomi di kota Parepare dan perlindungan hukumnya. Jenis dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Sugiono.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama melalui penelitian lapangan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan, antara lain buku-buku peraturan perundang-undangan yang ada hubungannya dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini. Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian melalui pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian melalui pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian melalui pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian melalui observasi dan persepsi (Sutrisno Hadi.

Dokumentasi adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi berupa buku, arsip, dokumen, catatan, angka dan gambar dalam bentuk laporan dan informasi yang dapat mendukung penelitian (Sugiyono. Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dianalisis secara kualitatif , dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu analisis data yang diperoleh melalui studi lapangan dan literatur dengan penjelasan dan deskripsi fakta yang ditemui di lapangan Bentuk-bentuk eksploitasi ekonomi terhadap anak di kota Parepare, bentuk eksploitasi yang dilakukan Sebagian besar disuruh bekerja sebagai pengemis, berjualan melalui orang lain orang tuanya mengabaikan hak anak dan merampas haknya karena anak ini harus bersekolah dan menikmati masa mudanya seperti anak lainnya.

Selain bentuk eksploitasi orang tua, ada juga bentuk penjahat yang disuruh oleh penjahat untuk menghasilkan uang. Perlindungan bentuk hukum bagi anak korban eksploitasi ekonomi di kota Parepare, perlindungan bentuk hukum bagi anak korban eksploitasi, sesuai undang-undang nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan hukum anak korban eksploitasi ekonomi di kota parepare Kota Parepare belum habis masa berlakunya menurut undang-undang atau masih belum diakomodasi. Untuk panti hanya memberikan nasehat atau berupa somasi kepada orang tua, dan anak yang terjaring rajah dikembalikan kepada orang tuanya tanpa pengawasan lebih lanjut dari pemerintah atau instansi yang terkait dengan masalah tersebut.

Orang tua harus lebih meningkatkan pengawasan dan kontrol terhadap anak dan remaja untuk mengantisipasi tindakan eksploitasi yang mengancam remaja. Selain itu, orang tua harus lebih aktif dalam menanamkan pemahaman pada anak agar terhindar dari berbagai bujukan dan godaan dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Pemerintah dan penegak hukum harus kembali melakukan penegakan hukum dengan menindak tegas orang tua atau oknum yang tidak bertanggung jawab yang mengeksploitasi anak.

Dinas Sosial dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak harus bekerja dan memberikan pemahaman kepada orang tua tentang tanggung jawab orang tua terhadap anak dan larangan eksploitasi anak. Hak Anak dalam Undang-undang Perlindungan Anak dan Konvensi PBB tentang Hak Anak: Beberapa Masalah Hukum Keluarga.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perlindungan Bentuk Hukum Terhadap Anak Korban Eksploitasi

PENUTUP

Saran

Referensi

Dokumen terkait

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, bagi anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi dan/atau

(2) Perlindungan hukum anak dalam Undang Nomor 23 Tahun 2002 memenuhi kepentingan hukum anak sebagai korban tindak pidana karena mengacu pada perlindungan yang

(2) Apakah perlindungan khusus yang dilakukan oleh Yayasan Setara telah sesuai dengan Pasal 66 UU RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak jo. Metode Penelitian yang

Pengaturan terhadap anak penyandang cacat disebutkan pada Pasal 70 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yaitu Perlindungan khusus bagi anak

adanya diskriminasi terutama dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan tentang perlindungan hukum secara khusus terhadap anak korban eksploitasi ekonomi yang

Peran masyarakat dalam melindungi hak-hak anak secara jelas pada pasal 72 ayat 2 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

Ketentuan pidana dalam undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak : Pasal 83 Setiap orang yang memperdagangkan, menjual atau menculik anak untuk diri sendiri atau

23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dan adapun faktor yang menjadi kendala dalam perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban kekerasan seksual di Kota Makassar adalah sulitnya