• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keutamaan Iman kepada Allah dan Muhammad

N/A
N/A
akal sehat

Academic year: 2025

Membagikan " Keutamaan Iman kepada Allah dan Muhammad"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ميحرلا نمحرلا هللا مسب

Khutbah I

دُمْحَلْاَ

  لَذَ خَوَ ،هِ مِرَكَوَ هِلِضْفَبِ هِقِلِخَ نْمِ ءَاشَ نْمِ قَ فَّوَ يْذَ لْاَ هِلِلْ

هُدُحْوَ هِلِلْاَ لَّاإِ هِ'لْإِ لَّا نْأَ دُهَشَأَوَ .هِلْدُعَوَ هِتِئَيْشِمْبِ هِقِلِخَ نْمِ ءَاشَ نْمِ

ءَاضْعَأَ لَّاوَ ةَ ثَّجُ لَّاوَ دُحْ لَّاوَ ،هِلْ دُنِ لَّاوَ لَثَّمِ لَّاوَ هِيْبِشَ لَّاوَ ،هِلْ كَيْرَشَ لَّا 9لَ صَ مهَلِلْاَ .هِ بِيْبِحْوَ هِ<يْفَصَوَ،هِلْوْسُرَوَ هُدُبِعَ اَ@دُ مْحَمِ نْأَ دُهَشَأَوَ .هِلْ

م9لِسُوَ

هِبِحَ صَوَ هِلْآ ىلِعَوَ ،هِلِلْاَ دُبِعَ نْبِ دُ مْحَمِ انِدُ9يْسُ ىلِعَ كْرَابِوَ  

لَّاوَ لَوْ حْ لَّاوَ ،ةَ مِايْقِلْاَ مِوْ يْ ىلْإِ Eنْاسَحْإِبِ مهَعَبِتَ نْمِوَ ،هُلَّااَوَ نْمِوَ

.هِلِلْابِ لَّاإِ ةَ وْقُ

ا هَ<يْاL'يْ : هِ لِلْاَ ىوْ قِتِبِ يْسَفَنِوَ مكُيْصَوَأَ يْ9نِإِفَّ ،دُعَبِا مِأَ  

نْاَ هِ'Qلِلْاَ اَوْقِ تَاَوَ غَلْ تْمِ دُقُ ا مِ Tسٌفَنِ رَظُنْتِلْوَ هِ'Qلِلْاَ اَوْقِ تَاَ اَوْنْمِ'اَ نْيْذَ لْاَ ۗ دٍۚ

نْوْلِمْعَتَ امْبِ Tرَيْبِخَ هِ'Qلِلْاَ ۢ ١٨

:رَشِحَلْاَ ةَرَوْسُ(

١٨ )

هللا مكُمحرَ نيملسملا رشِاعَمَ

Dalam ayat ini, Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada kita untuk bertakwa dan berinstrospeksi diri. Masing-masing dari kita hendaknya selalu berpikir dan mencermati apa yang telah dipersiapkan untuk akhiratnya kelak. Jika telah berbuat baik dan beramal shalih, maka hendaknya kita memuji Allah subhanahu wa ta’ala atas kemurahan-Nya, dan tetap istiqamah (konsisten) dalam kebaikan itu sepanjang hidup kita. Namun jika kita masih berbuat maksiat, maka hendaknya kita tinggalkan semua maksiat, beristighfar (memohon ampun), dan memperbaiki hati, karena di akhirat kelak tidaklah bermanfaat harta dan keturunan serta apa pun jua kecuali orang-orang yang memasuki kehidupan akhirat dengan hati yang bersih.

Hadirin yang berbahagia,

Di akhirat kelak, seseorang akan dihisab dan dimintai pertanggungj awaban atas semua amalnya , seluruh anggota badan akan di mintai pertangug jawaban , mulai pendengaran, penglihatan dan bahkan hati kita juga akan di hisab oleh allah , Oleh karena hati adalah pemimpin anggota badan, maka perbuatan-perbuatan anggota badan sejatinya mencerminkan apa yang ada dalam hati. Jika hati baik, maka anggota badan menjadi baik. Dan jika hati rusak, maka rusaklah anggota badan.

Hadirin yang berbahagia,

Dalam kesempatan ini, marilah Marilah kita berintrospeksi dan bermuhasabah , sebab kata nabi : ada enam sifat yang dibenci oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Koreksi diri kita , apakah hati kita sudah bersih dan terhindar dari enam sifat tersebut, ataukah sebaliknya, justru enam sifat yang dibenci oleh Allah subhanahu wa ta’ala tersebut tertanam kuat dan bercokol di hati kita. Na’udzu billahi min dzalik.

Ibnu Hibban meriwayatkan dalam hadits shahih dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu

‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(2)

يٍّرظَعَجَ لَّكُ ضُغِبْيُ هللا نَّإِ

رَبِكُتِمْلْاَ (

%ظٍاوَّجَ ) (

يْذَلْاَ

)عنْمِوَ عمْجُ

قِاوَّسْلْأَاب %بٍاخَّسْ

( ع مِ جاجلِلْاَوَ حايْصلْاَ رَثَّكُيْ يْذَلْاَ

) ءَاَرَشِلْاَوَ عيْبِلْاَ دُنْعَ هُرَيْغ لَّيللاب %ةٍفَيجَ

( لَيْلِلْاَ وَأَ لَيْلِلْاَ رَثَّكَأَ مِانْيْ

)ةَبِعَتِمْلْاَ لَامْعَلأابِ هِسَفَنِ قَهرَأَ هِنِلأ ؛حبِصلْاَ ةَلاصلْ مِوْقِيْ لَّاوَ ،هِلِكَ

رَاهَنَّلاب %رَامح (

ايْنِدُلِلْ لَمْعَيْ

اينْ3دُّلا رمَأَب %مـلاعَ ) (

يْفَّ هُدُ جتَ

)رَضْلْاَ هِنْعَ عفَّدُيْوَ ،رَيْخلْاَ هِلْ بلِجيْ امْبِ @اَرَيْبِخَ ايْنِدُلْاَ رَوْمِأَ

%لَّهِاجَ

ةِرخِلآا رمَأَب (

؛هِ مْلِعَيْ نْأَ هِيْلِعَ بجيْ امْمِ هِنْيْد يْفَّ هِقِفَتِيْ ملْ هِنِأَ

.هِمْلِعَ غلِبِمِوَ ،هِمْه رَبِكَأَ ايْنِدُلْاَ لَعَجفَّ ،ايْنِدُلْاَ رَوْمِأبِ هِسَفَنِ لَغَشَ هِنِلأ )نْا بِحْ نْبِاَ هُاَوَرَ Tحيْحَصَ Tثٌيْدُحْ( )

hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala membenci seseorang yang memiliki enam sifat berikut ini:

 mيْرَظُعَجُ

Yakni orang yang takabbur atau sombong.

Sombong ada dua macam.   Pertama, menolak kebenaran yang disampaikan oleh orang lain padahal ia tahu bahwa hal itu benar, dikarenakan penyampai kebenaran lebih muda usianya, lebih miskin hartanya, lebih rendah status sosialnya atau karena hal lain.

Padahal fir’aun tidaklah binasa kecuali karena sifat takabburnya. Fir’aun telah melihat sekian banyak mu’jizat Nabi Musa ‘alaihissalam, namun ia tidak beriman kepada Nabi Musa

‘alaihissalam. Haman, perdana menteri Fir’aun ketika itu berkata kepada Fir’aun: “Jika engkau beriman kepada Musa, maka engkau akan kembali menjadi hamba yang menyembah, padahal selama ini engkau sudah menjadi tuhan yang disembah.” Demikian pula Bani Isra’il yang diutus kepada mereka Nabi Isa ‘alaihissalam. Setelah mereka melihat mu’jizat Nabi Isa

‘alaihissalam, tidak ada yang membuat mereka tidak beriman kecuali sifat takabbur mereka. Mereka selalu mengatakan bahwa jika mereka beriman, maka akan lenyaplah kehormatan dan kekuasaan mereka. Demikian pula Abu Lahab dan tokoh-tokoh kafir Quraisy, setelah mereka melihat mu’jizat al-Qur’an dan mengakui bahwa al-Qur’an tidak seperti puisi dan prosa yang mereka kenal, tidak ada yang membinasakan mereka dan membuat mereka tidak beriman kecuali sifat takabbur mereka.

Jenis takabbur yang kedua adalah merendahkan orang lain. Seseorang yang memiliki sifat takabbur jenis kedua ini dalam hatinya, ia akan menganggap dirinya memiliki keistimewaan lebih atas orang lain sehingga melihat dirinya dengan pandngan kesempurnaan dan penuh kebaikan. Dia melupakan bahwa itu semua adalah anugerah yang Allah berikan kepadanya.

 Eظٍاَ وْجُ

yaitu seseorang yang rakus dan gandrung untuk mengumpulkan harta sebanyak- banyaknya dengan niat yang tidak benar dan didorong kecintaannya yang sangat besar terhadap harta. Ia tidak peduli dari mana harta itu ia peroleh, apakah dari sumber yang halal ataukah haram. Dengan itu, ia bertujuan untuk memenuhi keinginan hawa nafsunya yang haram dan

(3)

membanggakan diri di hadapan para hamba yang lain. Dan juga ia tidak mau berbagi kepada sesama

 قِاَوْسُلأابِ Eبٍا خسُ

Artinya orang yang karena kerakusan dan kegandrungannya pada harta, ia memperbanyak omongan dengan tujuan supaya bisa mengumpulkan harta sebanyak- banyaknya. Ia tidak peduli apakah omongannya halal ataukah haram.

 لَيْ لِلْابِ Eةَفَيْجُ

Menjadi bangkai di malam hari. Yakni menghabiskan seluruh waktu malamnya untuk tidur. Sampai dia meninggalkan sholat subuh

 رَاهَ نْلْابِ Eرَامْحْ

Menjadi keledai di siang hari. Yakni yang ia pikirkan hanya bagaimana bisa memakan berbagai menu makanan dan banyak menikmati berbagai kemewahan hidup. Dengan sebab itu, ia lalai melakukan hal-hal yang Allah wajibkan kepadanya.

 ةَرَخَلْآاَ رَمِأبِ Eلَهاجُ ايْنِ<دُلْاَ رَمِأبِ Eم لْاعَ

Mengetahui perkara dunia namun bodoh mengenai perkara akhirat. Yakni mengetahui bagaimana cara mencari dan mengumpulkan harta, akan tetapi tidak memiliki pengetahuan mengenai bagian ilmu agama yang fardlu ‘ain untuk dipelajari,

  هِلِلْاَ مكُمْحْرَ نْيْمْلِسَمْلْاَ رَشَاعَمِ

Di akhir khutbah, saya ingin mengutip mutiara nasihat Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah yang mengingatkan kepada kita semua bahwa kehidupan dunia adalah waktu untuk beramal, dan semua yang kita lakukan di dunia ini akan kita pertanggung jawabkan di akhirat:

،=ةٍلبْقْمَ ةِرخِلآا تِلحَتَرَاوَ ،=ةِربدُّمَ اينْ3دُّلا تِلحَتَرَا

،ةِرخِلآا ءِانَّبأَ نمَ اوَّنْوَّكُفَ ،نَّوَّنَّب امهَنَّمَ %ةِدُّحاوَ Fلَّكُلوَ

،بٍاسحلاَوَ Hلَّمعَ مَوَّيلا نَّإِفَ ،اينْ3دُّلا ءِانَّبأَ نمَ اوَّنْوَّكُتَلاَوَ

لَّمعَلاَوَ Hبٍاسحا=دُّغَوَ

“Dunia berjalan membelakangi kita, sedangkan akhirat berjalan menghampiri kita.

Masing-masing dari dunia dan akhirat memiliki anak-anaknya. Maka jadilah bagian dari anak- anak akhirat (senantiasa mementingkan kehidupan akhirat) dan janganlah menjadi bagian dari anak-anak dunia (selalu mementingkan kehidupan dunia yang sementara), karena hari ini (kehidupan dunia) adalah waktunya beramal dan tidak ada hisab, sedangkan besok (kehidupan akhirat) adalah waktunya mempertanggungjawabkan amal, dan bukan waktunya beramal,”

(Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari)

Hadirin jamaah jum’at rahimakumullah

mari , melalui mimbar khutbah ini kita Bersama sama mendekatkan diri dan berusaha untuk menjadi orang yang dicintai allah , jangan biarkan kita larut dalam kejauhan , dan peduli dengan segala bentuk kewajiban

dalam kitab zubad ibnu Ruslan mengatakan :

(4)

بٍوَّلقْلا ةِوَّسق نَّاتبْجَوَّمَ _ بٍوَّنْذلا عمَ سفَنَّلا ةِوَّهَشفَ

يسْاق بلق ميحرلا انَّبرَ نمَ – سانَّلا بٍوَّلق دُّعَبأَ نَّاوَ

.ميْحْ رَلْاَ نْمْحْ رَلْاَ هِلِلْاَ مسَبِ .ميْجُ رَلْاَ نْاطَيْ شِلْاَ نْمِ هِلِلْابِ ذُوْعَأَ

 

اهَ3يُاايُ

غِل تِمَدُّق امَ Hسفَنْ رظَنَّتلوَ هWXللا اوَّقْتَا اوَّنَّمَWا نيُذلا دٍۚ نَّوَّلمعَتَ امب Hريبْخِ هWXللا نَّا هWXللا اوَّقْتَاوَ ۢ ۗ

يْفَّ مكُلْوَ يْلْ هِلِلْاَ كْرَابِ

ميْلِعَلْاَ عيْمْ سَلْاَ وْه ىلْاعَتَ هِ نِإِ هِتَوَلاتِبِ مكَا يْإِوَ يْنْعَفَنِوَ ميْظُعَلْاَ نْآرَقِلْاَ

Khutbah II

هِلْاَ لَّا نْأَ دُهَشَأَوَ .هِنِانْتِمِاَوَ هِقِيْفَّوْتَ ىلِعَ هِلْ رَكُ <شِلْاَوَ هِنِاسَحْإِ ىلِعَ هِلِلْ دُمْحَلْاَ

هِلْوْ سُرَوَ هُدُ بِعَ اَ@دُ مْحَمِ انِدُ9يْسُ نْأَ دُهَشَأَوَ هِلْ كَيْرَشَ لَّا هُدُحْوَ هِلِلْاَوَ هِلِلْاَ لَّاإِ

هِبِاحَ صَأَوَ هِ لْاَ ىلِعَوَ Eدُ مْحَمِ انِدُ9يْسُ ىلِعَ 9لَصَ مهَلِلْاَ .هِنِاَوْضْرَ ىلْإِ يْعَاَ دُلْاَ

ا مْعَ اَوْهَتِنِاَوَ رَمِأَ امْيْفَّ هِلِلْاَ اَوْقِ تَاَ سُا نْلْاَ اهَ<يْاَ ايْفَّ دُعَبِ ا مِأَ اَ@رَيْثَّكَ ا@مْيْلِسَتَ م9لِسُوَ

هِسُدُقِبِ هِتِكُئِ لآمْبِ ىنْ ثَوَ هِسَفَنْبِ هِيْفَّ أَدُبِ Eرَمِأبِ مكَرَمِأَ هِلِلْاَ نْأَ اَوْمْلِعَاَوَ ىهَنِ

اَوْ<لِصَ اَوْنْمِآ نْيْذَ لْاَ اهَ<يْاَ آيْ ىبِ نْلْاَ ىلِعَ نْوْ<لِصيْ هِتِكُئِلآمِوَ هِلِلْاَ نْإِ ىلْاعَتَ لَاقُوَ

م9لِسُوَ هِيْلِعَ هِلِلْاَ ى لِصَ Eدُ مْحَمِ انِدُ9يْسُ ىلِعَ 9لَصَ مهَلِلْاَ .ا@مْيْلِسَتَ اَوْمْ9لِسُوَ هِيْلِعَ

ضَرَاَوَ نْيْبِ رَ قِمْلْاَ ةَ كُئِلآمِوَ كَلِسُرَوَ كَئِآيْبِنِاَ ىلِعَوَ Eدُ مْحَمِ انِدُ9يْسُ لَآ ىلِعَوَ

ةَ يْقِبِ نْعَوَ ىلِعَوَ نْا مْثَّعَوَ رَ مْعَوَ Eرَ كُبِ ىبِأَ نْيْدُشَاَ رَلْاَ ءَافَلِخلْاَ نْعَ مهَQلِلْاَ

ا نْعَ ضَرَاَوَ نْيْ9دُلْاَ مِوْيْىلْاَ Eنْاسَحْابِ مهَلْ نْيْعَبِا تِلْاَ يْعَبِاتَوَ نْيْعَبِا تِلْاَوَ ةَبِاحَ صلْاَ

تِا نْمِؤْمْلْاَوَ نْيْنْمِؤْ مْلِلْ رَ فَغاَ مهَلِلْاَ نْيْمْحْاَ رَ لْاَ محْرَأَ ا يْ كَ تِمْحْرَبِ مهَعَمِ

مِلا سُلإِاَ زَّ عَأَ مهَلِلْاَ تِاَوْ مِلَّااَوَ مهَنْمِ ءَآ يْحْلَّااَ تِامْلِ سَمْلْاَوَ نْيْمْلِ سَمْلْاَوَ

نْمِ رَصنِاَوَ ةَ يْدُ9حْوْمْلْاَ كْدابِعَ رَصنِاَوَ نْيْكَرَشِمْلْاَوَ كْرَ 9شِلْاَ لَذُأَوَ نْيْمْلِسَمْلْاَوَ

كَتَامْلِكَ لَعَاَوَ نْيْ9دُلْاَ ءَاَدُعَأَ رَ9مِد وَ نْيْمْلِسَمْلْاَ لَذَخَ نْمِ لَذَخَاَوَ نْيْ9دُلْاَ رَصنِ

ءَوْ سُوَ نْحَمْلْاَوَ لَزِلَّا زَّ لْاَوَ ءَا بِوْلْاَوَ ءَلابِلْاَ ا نْعَ عفَّداَ مهَلِلْاَ .نْيْ9دُلْاَ مِوْيْ ىلْإِ

رَئِا سُوَ @ةَ صَآخَ ا يْسَيْنِوَدُنِاَ انِدُلِبِ نْعَ نْطَبِ امِوَ اهَنْمِ رَهَظَ امِ نْحَمْلْاَوَ ةَنْتِفَلْاَ

ىفَّوَ @ةَنْ سَحْ ايْنِ<دُلْاَ ىفَّ انْتَآ انْ بِرَ .نْيْمْلْاعَلْاَ بٍرَ ايْ @ةَ مِآعَ نْيْمْلِسَمْلْاَ نْاَدُلِبِلْاَ

ا نْلْ رَ فَغَتَ ملْ نْإِاَوَ انْ سَفَنِاَ ا نْمْلِظَ ا نْ بِرَ .رَا نْلْاَ بٍاَذَ عَ انْقُوَ @ةَنْسَحْ ةَرَخَلْآاَ

.نْيْرَسُاخلْاَ نْمِ نْنِوْكُنْلْ انْمْحْرَتَوَ

نْعَ ىهَنْيْوَ ىبِرَقِلْاَ يْذُ ءَآتِيْإِوَ نْاسَحْلإِاَوَ لَدُعَلْابِ انِرَمِأيْ هِلِلْاَ نْإِ ! هِلِلْاَدابِعَ

ميْظُعَلْاَ هِ لِلْاَ اَوَرَ كَذُاَوَ نْوَرَ كَذَ تَ مكُ لِعَلْ مكُظُعَيْ يْغَبِلْاَوَ رَكُنْمْلْاَوَ ءَآشِحَفَلْاَ

رَبِكَأَ هِلِلْاَ رَكَذَلْوَ مكَدزَّيْ هِمْعَنِ ىلِعَ هُوَرَكُشَاَوَ مكَرَكَذَيْ

Sholihan

(5)

7

juli 2023

Referensi

Dokumen terkait

utusan Quraisy juga tidak setuju apabila ditulis kalimat “Muhammad utusan Allah”, melainkan harus diganti dengan kalimat “Muhammad bin Abdullah” permintaan itupun

Maka, syahadat Islam berbunyi: ”Saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Tanpa beriman kepada Nabi Muhammad saw

Mengenal Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah beriman bahwa beliau adalah utusan Allah dan beriman dengan setiap khabar yang beliau sampaikan.. Mengenal agama Islam

Beriman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitabnya kepada para rasul untuk disampaikan kepada

Yaitu kepercayaan yang pasti bahwasanya Allah subhanahu wata’ala memiliki kitab-kitab yang diturunkan kepada para Rasul-Nya untuk disampaikan kepada para hamba-Nya,

Berkata Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy “bahwa semua orang yang menyangkal kebenaran, tidak beriman kepada Allah Swt dan Rasul-Nya serta mengajarkan

Maka disimpulkan pengertian beriman kepada kitab-kitab Allah adalah meyakini dengan sepenuh hati, bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab- kitabnya kepada nabi atau rasul yang berisikan

menjawab, “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan berhaji