• Tidak ada hasil yang ditemukan

Khalifah Abu Bakar As Siddiq

N/A
N/A
Ressy Armianda

Academic year: 2024

Membagikan "Khalifah Abu Bakar As Siddiq "

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan hidaya-Nya makalah yang berjudul “Khalifah Abu Bakar As Siddiq“ ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Selama penyusunan makalah ini, penyusun ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik moril maupun spiritual atas wujudnya makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah yang membahas tentang Khalifah Abu Bakar As Siddiq ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan baik dari segi penyusunan maupun isinya, oleh sebab itu penyusun mengucapkan terima kasih jika ada pihak yang memberikan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalmualaikum Wr.Wb

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3.Tujuan Masalah...2

BAB II PEMBAHASAN...3

2.1 Biografi Abu Bakar As Siddiq...3

2.2 Proses pengangkatan Abu Bakar As Siddiq...7

2.3 Masa Pemerintahan Abu Bakar As Siddiq...10

2.4 Watak/Sifat Abu Bakar As Siddiq...11

2.5 Prestasi Khalifah Abu Bakar As Siddiq...13

BAB III PENUTUP... 16

3.1 Kesimpulan...16

DAFTAR PUSTAKA...17

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 H atau tanggal 8 Juni 632 M. Saat itu, Beliau berumur 63 tahun. Sesaat setelah beliau wafat, situasi di kalangan umat Islam sempat kacau. Hal itu disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon penggantinya secara pasti. Sekelompok orang berpendapat bahwa Abu Bakar lebih berhak atas kekhalifahan karena Rasulullah meridhainya dalam soal-soal agama, salah satunya dengan memintanya mengimami shalat berjamaag sekama beliau sakit. Oleh karena itu, mereka menghendaki agar Abu Bakar memimpin urusan keduniaan, yakni kekhalifahan.

Kelompok lain berpendapat bahwa orang yang paling berhak atas kekhalifahan ialah dari Ahlul bait Rasulullah yaitu Abdullah bin Abbas atau Ali bin Abi Thalib.

Selain itu, masih ada sekelompok lain yang berpendapat bahwa yang paling berhak atas kekhalifahan ialah salah seorang dari kaum Quraisy yang termasuk di dalam kaum Muhajirin gelombang pertama. Kelompok lainnya berpendapat, bahwa yang paling berhak atas kekhalifahan ialah kaum Anshar.

Memang Rasulullah wafat mengejutkan kaum muslimin tetapi sesungguhnya dalam sakitnya yang terakhir ketika beliau mengalami gangguan kesehatan sekurang-kurangnya selama tiga bulan. Nabi Muhammad telah merasakan bahwa ajalnya akan segera tiba. Masalah suksesi mengakibatkan suasana politik umat islam menjadi sangat tegang. Padahal semasa hidupnya, nabi bersusah payah dan berhasil membina persaudaraan sejati yang kokoh di antara sesame pengikutnya, yaitu antara kaum Muhajirin dan Anshar. Dilambatkannya pemakaman jenazah beliau menggambarkan betapa gawatnya krisis suksesi itu.

Ada tiga golongan yang bersaing keras dalam perebutan kepemimpinan ini:

Anshar, Muhajirin, dan keluarga Hasyim.

(4)

Perbedaan pendapat antar kelompok tersebut akhirnya dapat diselesaikan secara damai setelah Umar bin Khatab mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya, Umar menegaskan bahwa yang paling berhak memegang pimpinan sepeninggal Rasulullah orang-orang Quraisy. Akhirnya alasan tersebut dapat diterima, Umar bin Khatab membaiat Abu Bakar Ash Shidiq menjadi khalifah dan diikuti oleh Sa’ad bin Ubadah. Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan sahabat Nabi yang menjadi salah satu orang yang mendapat gelar Asabiqunal Awwalun yaitu orang- orang yang pertama kali masuk Islam. Beliau juga mendapat gelar Ash-Shiddiq lantaran beliau lah orang yang membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Biografi Abu Bakar As Siddiq?

2. Bagaimana Proses Pengangkatan Abu Bakar As Siddiq?

3. Bagaimana Masa Pemerintahan Abu Bakar As Siddiq?

4. Bagaimana Watak/Sifat Abu Bakar As Siddiq?

5. Apa saja Prestasi Khalifah Abu Bakar As Siddiq?

1.3 Tujuan Masalah

Adapun tujuan umum dibuatnya makalah ini adalah : 1. Mengetahui Biografi Abu Bakar As Siddiq.

2. Mengetahui Proses Pengangkatan Abu Bakar As Siddiq.

3. Mengetahui Masa Pemerintahan Abu Bakar As Siddiq.

4. Mengetahui Watak/Sifat Abu Bakar As Siddiq.

5. Mengetahui Prestasi Khalifah Abu Bakar As Siddiq.

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biografi Abu Bakar As Siddiq

1. Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu masuk Islam daripadanya, adapun dari golongan anak- anak, Ali yang pertama kali memeluk Islam, sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak. Sebelum masuk Islam, ia dipanggil dengan sebutan Abdul Ka’bah. Ada cerita menarik tentang nama ini.

Ummul Khair, ibunda Abu Bakar sebelumnya beberapa kali melahirkan anak laki- laki. Namun setiap kali melahirkan anak laki-laki, setiap kali pula mereka meninggal. Sampai kemudian ia bernazar akan memberikan anak laki-lakinya yang hidup untuk mengabdi pad Ka’bah dan lahirlah Abu Bakar.

Setelah Abu Bakar lahir dan besar ia diberi nama lain; Atiq. Nama ini diambil dari nama lain Ka’bah, Baitul Atiq yang berarti rumah purba. Setelah masuk Islam, Rasulullah memanggilnya dengan sebutan Abdullah. Nama Abu Bakar sendiri konon berasal dari predikat pelopor dalam Islam, Bakar berarti dini atau awal. Nama Abu Bakar ash-Shiddiq sebenarnya adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai. Dan ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Yang artinya ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani Taim. Ayahnya diberi kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah. Dan pada masa jahiliyyah Abu Bakar ash-Shiddiq digelari Atiq. Imam Thabari menyebutkan dari jalur Ibnu Luhai’ah bahwa anak-

(6)

anak dari Abu Quhafah tiga orang, pertama Atiq (Abu Bakar), kedua Mu’taq dan ketiga Utaiq.

2. Isteri dan Anak Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As’ad pada masa Jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’. Beliau juga menikahi Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan

‘Aisyah. Beliau juga menikahi Asma’ binti Umais bin Ma’add bin Taim al- Khats’amiyyah, dan sebelumnya Asma’ diperisteri oleh Ja’far bin Abi Thalib.

Dari hasil pernikahan ini lahirlah Muhammad bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah. Beliau juga menikahi Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair dari Bani al-Haris bin al-Khazraj.

Abu Bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh hingga Rasulullah wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah.

Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Kaltsum setelah wafatnya Rasulullah.

1. Abu Bakar Ash-Shiddiq Sebelum Masuk Islam

Sosok Abu Bakar As Shiddiq dikenal sebagai shahabat dekat Rasulullah, dan merupakan orang yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW. Beliau menjadi orang yang sangat berjasa besar dalam penyebaran risalah Islam. Beliau hidup dalam lingkungan keluarga yang baik dan mulia di antara kaumnya. Bahkan Abu Bakar temasuk salah satu pembesar Quraisy dari Bani Taim. Dia menjadi orang yang mulia dan terkemuka di kaumnya. Bahkan sebelum Islam datang Abu Bakar terkenal sebagai orang yang mampu menjaga diri dari perilaku perilaku jahiliyah seperti minum khamr, zina, dan bahkan diriwayatkan bahwa beliau termasuk orang yang tidak pernah bersujud kepada berhala.

(7)

Dalam hal keilmuan pun Abu Bakar terkenal seorang ahli nasab. Dia bahkan menjadi rujukan dan guru para ahli nasab di zamannya seperti ‘Uqail bin Abi Thalib dan yang lainnya. Dan Rasulullah pernah bersabda mengenai hal ini dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah R.A. “Sesungguhnya Abu Bakar adalah orang Quraisy yang paling mengetahui nasab-nasab mereka.” Beliau juga terkenal sebagai saudagar kaya yang sering berdagang ke negeri Syam. Beliau menjadi sahabat Rasulullah sejak dari kecil hingga dewasa, bahkan dalam dunia perdagangan saat Rasulullah menjadi pedagang.

2. Abu Bakar Ash-Shiddiq Setelah Masuk Islam

Abu Bakar termasuk orang yang menjaga diri di masa jahiliyah. Dia tidak pernah bersujud kepada berhala dan bahkan berusaha mencari agama yang benar dan sesuai dengan fitrah yang suci. Dengan profesinya sebagai pedagang, beliau sering melakukan perjalan jauh ke berbagai wilayah. Dalam perjalananya inilah beliau selalu berhubungan dengan penganut berbagai agama demi mencari agama yang paling benar sesuai fitrah manusia. Maka banyak penulis yang sering menuliskan bahwa keimanan Abu Bakar lahir dari perjalanan perncariannya terhadap agama yang lurus sesuai fitrah.

Dikisahkan pula bahwa beliau sering berbincang dengan orang-orang yang masih berpegang pada ajaran tauhid semisal Waraqah bin Naufal dkk. Abu Bakar pernah bercerita bahwa ketika dia duduk di sekitar Ka’bah, saat itu ‘Amru bin Nufail juga sedang duduk. Kemudian lewatlah Umayyah ibnu Abi As Shalt dan bertanya:

“Bagaimana kabarmu wahai pencari kebaikan?” (maksudnya pencarian agama yang benar) lalu beliau menjawab: “Baik” maka Ibnu Abi Shalt pun bertanya kembali: “Apa kamu sudah menemukannya?” dan beliau pun menjawab: “Belum”

a. Sampainya Dakwah kepada Abu Bakar Ash Shiddiq

Abu Bakar merupakan orang yang sangat dekat dan memiliki hubungan yang kuat dengan Rasulullah Muhammad Saw. Maka ketika Rasulullah mengajaknya kepada Islam Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang langsung

(8)

menerima Islam tanpa sedikitpun keraguan. Adapun kisah keIslaman beliau adalah sebagai berikut: “Kemudian Abu Bakar menemui Rasulullah Saw. seraya bertanya: “Apakah benar yang dikatakan oleh kaum Quraisy wahai Muhammad?

Bahwa engkau telah meninggalkan tuhan-tuhan kami, membodohkan akal kami, dan mengkafirkan orang tua kami?” Rasulullah menjawab: “Benar, sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan nabi-Nya, Allah mengutusku untuk menyampaikan risalahNya dan mengajakmu menuju Allah dengan benar. Demi Allah ini adalah risalah yang benar. Aku mengajakmu wahai Abu Bakar kepada Allah yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya, dan janganlah engkau menyembah selainNya dan agar selalu setia dalam ketaatan kepada-Nya.” Kemudian Rosul membacakan Al-Quran dan Abu Bakar tidak mengakui dan tidak pula mengingkari. Kemudian dia masuk Islam dan mengingkari berhala, menanggalkan sekutu-sekutu Allah dan mengakui kebenaran Islam. Dan Abu Bakar pun pulang dalam keadaan sebagai seorang mukmin yang membenarkan.”Ibnu Katsir dalam al-Bidâyah wa Nihâyah menyebutkan beberapa riwayat yang mengatakan bahwa Abu Bakar adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan laki-laki. Beliau juga merupakan orang yang pertama kali shalat bersama Nabi Muhammad SAW.

b. Perannya setelah masuk Islam

Setelah menyatakan dirinya masuk Islam, Abu bakar menjadi orang yang sangat besar peranannya dalam penyebaran risalah dan dakwah Islam. Banyak dari sahabat-sahabat besar yang masuk Islam melalui Abu Bakar Ah Shiddiq.

Diantaranya adalah Zubaeir bin Awwam, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqash, Utsman bin Math’un, Abi Ubaidah bin Jarah, Abi salamah bin Abdul Asad, Al Arqam ibnu Abi’l Arqam. Abu Bakar juga mengajak keluarganya untk memeluk Islam dan berhasil mengislamkan putrinya Aisyah dan Asma’, putranya Abdullah, Istrinya Ummu Rumman, juga pembantunya Amir bin Qahirah.

Abu Bakar menjadi pendamping Rasulullah dalam perjalanan dakwah beliau. Abu Bakar belajar bahwa Islam adalah amal, dakwah dan jihad.

(9)

Keimanan baginya tak hanya cukup dengan sekedar percaya belaka, namun lebih dari itu keimanan takkan pernah sempurna sehingga seorang muslim menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Keteguhan beliau dalam membela dan mendampingi Rasulullah ini menjadikan beliau menjadi orang yang paling dekat dan dicintai oleh Rasulullah. Sehingga tak heran ketika kabar Isra’ Mi’raj sampai kepadanya tak ada keraguan sedikitpun dalam hatinya seraya mengtakan “Jika yang mengatakannya adalah Nabi Muhammad maka itu pasti benar”. Tak heran ketika QS. An-Nasr turun, beliau menjadi orang pertama yang menangis karena menyadari bahwa sahabat dekatnya akan segera meninggalkannya menghadap sang Khaliq. Tak heran juga jika Rasulullah pun menjadikan belaiu sebagai Imam mengantikan Rasulullah saat terbaring sakit dan tak heran pula, jika umat islam pun membaiat beliau menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah Saw.

2.2 Proses Pengangkatan Abu Bakar As-Siddiq

Wafatnya Rasulullah Saw. mengejutkan seluruh umat Islam bahkan banyak dari kalangan sahabat yang tidak mempercayai kabar ini. sehingga banyak yang bingung menyikapi peristiwa besar ini. banyak dari para Shahabat yang tertunduk lesu tak mampu menegakkan kakinya, banyak yang lidahnya kelu tak bisa berkata-kata, bahkan ada yang mengingkari hal ini dan bahkan ada pula yang sampai mengatakan bahwa Rasulullah tidaklah meninggal, beliau hanya pergi untuk menemui Rabbnya sebagaiman Musa AS menemui Rabbnya selama 40 hari. Bahkan Umar pun mengangkat pedangnya dan bersumpah akan menebas siapapun yang mengatakan Rasulullah meninggal.

Bahkan Imam Qurthuby mengisahkan betapa besarnya musibah ini, seraya menjelaskan bahwa sebesar-besar musibah adalah musibah yang menimpa agama.

Dan wafatnya Roslullah merupakan musibah besar yang menimpa agama ini.

Rasulullah bersabda:

مظعأ اهنإف يب هباصم ركذيلف ةبيصم مكدحأ باصأ اذإ

بئاصملا

(10)

“Jika salah seorang diantara kalian tertimpa musibah maka hendaklah ia mengingat musibahnya dengan musibah yang menimpaku, sesungguhnya (musibah yang menimpaku) inilah sebesar-besarnya musibah.”

Sungguh benar apa yang disabdakan oleh Rasulullah Saw ini karena umat Islam ketika ditinggalkan oleh beliau mulai menghadapi musibah besar yang tiada henti. Karena dengan wafatnya Rasulullah maka terputuslah wahyu, berakhirlah kenabian, dan merupakan awal munculnya para nabi palsu, banyak umat Islam yanng murtad, dan ini menjadi titik kemunduran pertama setelah sebelumnya umat Islam berhasil mencapai puncaknya.

Disinilah mulai terlihat kepiawaian Abu Bakar Ash Shidiq yang dengan tenang mampu menghadapi musibah besar ini. beliau segera berpidato membacakan ayat Allah menenangkan kaum muslimin. Beliau pun mengatakan dalam pidatonya bahwa sesungguhnya barang siapa menyembah Nabi Muhammad Saw maka sesungguhnya Nabi Muhammad Saw. telah meninggal dan barang siapa menyembah Allah SWT maka sesungguhnya Allah adalah Maha Hidup dan tak akan pernah mati, kemudian beliau membacakan QS. Ali Imran [3]: 144

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”

1. Pertemuan di Saqîfah Bani Sa’idah

Setelah berita wafatnya Rasulullah menyebar, para sahabat mulai bertanya-tanya mengenai siapakah yang akan menggantikan kepemimpinan umat Islam nantinya. Mengingat bahwa ini merupakan masalah yang penting bagi kaum Muslimin. Maka di hari itu pula, berkumpullah kaum Anshar di Saqîfah atau

(11)

tempat pertemuan Bani Sa’idah. Saat kaum Muhajirin mengetahui hal ini, mereka pun segera menyusul untuk mengikuti pertemuan ini.

Di dalam perjalanannya menuju Saqîfah Bani Sa’idah ini Umar menceritakan bahwa mereka bertemu dengan dua orang laki-laki shalih. Dua orang ini bertanya:

“Hendak kemanakah kalian wahai kaum Muhajirin?” kami menjawab: “Kami hendak menemui saudara-saudara kami di Saqîfah bani Sa’idah.” Keduanya pun mengingatkan agar kaum Muhajirin mengurungkan niatnya untuk pergi ke saqîfah ini. Namun mereka tetap bersikukuh untuk pergi kesana. Ketika sampai mereak melihat seseorang yang sedang terbaring berselimut berada dalam majlis itu. Aku (Umar) bertanya: “Siapa ini?” mereka menjawab: “Dia adalah Sa’ad bin Ubadah.”

Setelah mereka duduk sejenak salah seorang dari mereka berrpidato dengan menyatakan akan keutamaan kaum Anshar yang telah menjadi penolong Rasulullah dan membawa Islam menuju kemajuan seraya mengingatkan agar kaum Muhajirin tidak mengeluarkan kaum Anshar dalam masalah khilafah. Saat itu Umar telah menyiapkan kata-kata yang menurutnya paling indah untuk di sampaikan. Namun saat itu Abu Bakar mencegah dan dia menyampaikan kata- kata yang jauh lebih indah dari yang hendak Umar sampaikan. Kemudian ia menyampaiakan hadits nabi tentang siapa yang berhak dalam perkara ini. Maka Kaum Anshar pun menerimanya.

Setelah Abu Bakar selesai berpidato dalam saqîfah Bani Sa’idah dia pun mengajukan Umar dan Abu Ubaidah sebgai Khalifah. Tapi Umar juga menolaknya dan membenci hal itu. Umar juga mengatakan bahwa jikalau lehernya dipenggal, itu tidaklah cukup untuk dibandingkan jika dia harus menjadi pemimpin dimana Abu Bakar ada di dalam kaum tersebut. Maka ketika itu Umar pun membaiat Abu Bakar dan kaum Muhajirin pun mengikutinya, kemudian kaum Anshar berikutnya.

(12)

2. Baiat ‘Ammah terhadap Abu Bakar

Setelah Abu Bakar mendapat baiat dalam pertemuan di saqîfah Bani Sa’idah, di hari berikutnya umat Islam pun melaksanakan baiat Ammah terhadap Abu Bakar. Dalam riwayat dari Annas bin Malik ia mengatakan bahwa saat itu Umar berdiri sedang Abu Bakar duduk, dia berpidato seraya menyebutkan keutamaan Abu bakar yang telah menjadi orang terdekat Rasulullah, yang menemani beliau dalam gua, yang menggantikan beliau sebagai imam saat beliau sakit. Kemudian Umar pun meminta agar kaum muslimin untuk membaiat Abu Bakar sebagai pemimpin umat Islam. Saat itulah kaum muslimin membaiat Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar pun ganti berpidato di hadapan seluruh kaum muslimin saat itu. Dan bersatulah seluruh umat Islam dalam kepemimpinan Abu Bakar RA.

Hal menarik dari Abu Bakar, bahwa pidato inagurasi yang diucapkan sehari setelah pengangkatannya, menegaskan totalitas kepribadian dan komitmen Abu Bakar terhadap nilai-nilai Islam dan strategi meraih keberhasilan tertinggi bagi umat sepeninggal Rasulullah. Di bawah ini adalah sebagian kutipan dari pidato Abu Bakar yang terkenal itu.

Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antaramu. Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik, bantulah (ikutilah) aku, tetapi aku berlaku salah, maka luruskanlah! Orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak dari padanya. Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan haknya kepadanya. Maka hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, namun bilamana aku tiada mematuhi Allah dan Rasul-Nya, kamu tidaklah perlu menaatiku.

2.3 Masa Pemerintahan Abu Bakar As Siddiq

Pada masa kepemimpinan Abu Bakar ini, pemerintah Islam banyak mengalami ujian atau cobaan, baik internal maupun eksternal, yang dapat mengancam berlangsungnya kelestarian agama Islam. Sejumlah masalah seperti ridat atau kemurtadan dan ketidak setiaan, munculnya beberapa kafir yang

(13)

menyatakan dirinya sebagai Nabi, banyaknya orang-orang yang ingkar membayar zakat serta sejumlah pemberontakan kecil yang merupakan bibitbibit perpecahan.

Namun berkat dari kepiawaian sang Khalifah semua cobaan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik. Kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Nabi Muhammad SAW, bersifat sentral;

kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum yang telah ditetapkan dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi wasallam, Abu Bakar selalu mengajak sahabat- sahabat besarnya bermusyawarah. Abu Bakar selalu menyediakan kesempatan bagi kaum muslim untuk berunding dan menentukan pilihan, inilah peradaban berpolitik dan bernegara beliau. Ia adalah orang yang demokratis, dengan tetap berpedoman pada al-Qur‟an.

2.4 Watak/Sifat Abu Bakar As Siddiq

Nama Abu Bakar Al-Shiddiq radhiallahu ‘anhu adalah tidak asing lagi bagi sekalian ummat Islam, baik dahulu maupun sekarang. Dialah manusia yang dianggap paling agung dalam sejarah Islam sesudah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemuliaan akhlaknya, kemurahan hatinya dalam mengorbankan harta benda dan kekayaannya, kebijaksanaannya dalam menyelesaikan masalah ummat, ketenangannya dalam menghadapi kesukaran, kerendahan hatinya ketika berkuasa serta tutur bahasanya yang lembut lagi menarik adalah sukar dicari bandingannya baik dahulu maupun sekarang. Dialah tokoh sahabat terbilang yang paling akrab dan paling disayangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena besarnya pengorbanan beliau itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengatakan: “Islam telah tegak di atas harta Siti Khadijah dan pengorbanan Abu Bakar.”

Beberapa keistimewaan beliau adalah karena Abu Bakar al-Shiddiq r.a.

adalah seorang sahabat yang terkenal karena keteguhan imannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menyanjungi sahabatnya itu dengan sabdanya,

(14)

“Jika ditimbang iman Abu Bakar Ash- Shiddiq dengan iman sekalian ummat maka lebih berat iman Abu Bakar“. Mengapa demikian, di antara jawabannya adalah karena beliau tidak mencintai dunia ini, cintanya pada Allah dan rasulnya melebihi apapun. Dan yang kedua adalah karena rasa takutnya pada yaumul Hisab attau pengadilan Allah Swt. Suatu ketika beliau berkata: “alangkah beruntung jikalau diriku tercipta hanya seperti selembar daun yang tidak dihisab pada hari Qiyamat nanti.” Dua keadaan inilah yang menyebabkan Nabi bersabda bahwa imannya adalah paling berat di banding iman umat Islam semuanya.

Berikut adalah deskripsi tentang Abu Bakar r.a. Setelah ia masuk Islam dia telah menginfaqkan empat puluh ribu dinar untuk kepentingan shadaqah dan memerdekakan budak. Dalam Perang Tabuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah meminta kepada sekalian kaum Muslimin agar mengorbankan hartanya pada jalan Allah. Tiba-tiba datanglah Abu Bakar radhiallahu ‘anhu membawa seluruh harta bendanya lalu meletakkannya di antara dua tangan baginda Rasul. Melihat banyaknya harta yang dibawa oleh Saiyidina Abu Bakar radhiallahu ‘anhu, bagi tujuan jihad itu maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi terkejut lalu berkata kepadanya: “Hai sahabatku yang budiman, kalau sudah semua harta bendamu kau korbankan apa lagi yang akan engkau tinggalkan buat anak-anak dan isterimu?” Pertanyaan Rasulullah Saw. itu dijawab oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan tenang sambil tersenyum, ujarnya. “Saya tinggalkan buat mereka Allah dan RasulNya.” (lih. tafsir surah Al-Lail).

Diriwayatkan oleh At-Turmudzi dari Umar Ibnul Khattab berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kita untuk bersadaqah, saat itu aku memiliki harta maka aku berkata, “Pada hari inilah aku akan mengungguli Abu Bakar, semoga aku mengunggulinya pada hari ini”. Maka akupun mengambil setengah hartaku, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu? Aku menjawab: Sejumlah yang aku sadaqahkan (50 %)”. Lalu Abu Bakar datang dengan membawa seluruh hartanya dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abu Bakar, apa

(15)

yang kamu tinggalkan untuk keluargamu? Dia menjawab: Aku meninggalkan Allah dan Rasul- Nya. Lalu Umar berkata: Demi Allah aku tidak bisa mengungguli Abu Bakar dalam kebaikan untuk selamanya”. [Sunan At-Tirmdzi no: 3675).

Diriwayatkan oleh At-Turmudzi dari hadis Anas bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Abu Bakar dan Umar, “Dua orang ini adalah pemimpin para penghuni surga yang dewasa baik generasi yang terdahulu atau yang akan datang kecuali para Nabi dan Rasul”.[Sunan Turmudzi:

no: 3664]. Imam Bukhari rahimahullah membuat bab di dalam Kitab Fadha’il ash-Shahabah [Fath al-Bari Juz 7 hal. 15]

2.5 Prestasi Khalifah Abu Bakar As Siddiq 1. Memerangi Kelompok Pembangkang

Abu Bakar terpilih menjadi Khalifah secara demokratis, hal ini tidak men- jamin situasi umat Islam akan stabil. Setelah Nabi wafat, krisis kepemimpinan menimbulkan gejolak perpecahan umat. Sebagian umat Islam mulai menentang kebijakan Nabi Muhammad Saw. Mereka menciptakan ketidakstabilan umat Is- lam. Khalifah Abu Bakar menetapkan kebijakan yang tegas terhadap para pem- bangkan. Ada sekelompok orang di Madinah menyatakan keluar dari Islam mereka kembali memeluk agama dan tradisi lama, yakni menyembah berhala.

Suku-suku tersebut menyatakan bahwa hanya memiliki perjanjian dengan Nabi Muhammad Saw. beberapa pemberontakan antara lain:

 Al -Aswad al-Ansi

Al-Anwad al Ansi memimpin pasukan suku Badui di Yaman. Mereka berhasil merebut Najran dan San’a. akan tetapi Al -Aswad al-Ansi terbunuh oleh saudara gubernur Yaman.Ketika Zubair bin Awwam datang di Yaman Al Ansi telah terbunuh. Pasukan Islam berhasil menguasi Yaman.

(16)

 Musailamah al-Kazab

Musailamah al-Kazab mengaku dirinya sebagai Nabi . Ia didukung oleh Bani Hanifah di Yamamah. Ia mengawini Sajah yang mengaku sebagai Nabi di kalangan Kristen. Mereka berhasil menyusun Pasukan dengan kekuatan 40.000 orang. Khalifah Abu Bakar as Siddiq mengirimkan Ikrimah bin Abu Jahal dan Syurahbil bin Hasanah. Pada mulanya pasukan Islam terdesak. Akan tetapi, pasukan bantuan mereka datang dipimpin Khalid bin Walid. Pasukan Musailamah berhasil dikalahkan 10.000 orang kaum murtad mati terbunuh, ribuan kaum muslimin gugur dalam perang ini, termasuk penghafal Al-Qur’an. Perang ini dinamakan Perang Yamamah dan merupakan yang paling besar diantara perang melawan kaum murtad lainya.

Thulaihah bin Thuwailid al-Asadi

Thulaihah bin Thuwailid al-Asadi mengangap dirinya sebagai Nabi.

Pengikutnya mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid . pertempuran teradi berasal dari Bani Asad, Gatafan dan Bani Amir. Abu Bakar ash-Shiddiq di dekat sumur Buzakhah. Pasukan muslim berhasil mengalahkakn mereka.

2. Kodifikasi Al-Qur’an

Ketika umat Islam kehilangan lebih dari 70 orang yang gugur di perang melawan para pembangkang. Umar bin Khattab merasa khawatis kehilangan al- Qur’an. Beliau mengusulkan kepada Abu Bakar untuk membukukan al-Qur’an.

Pada awalnya Khalifah Abu Bakar menolaknya karena Nabi Muhammad tidak pernah menyuruhnya. Tapi setelah mendapat penjelasan dari Umar. Abu Bakar menerimnya. Abu Bakar as Siddiq dengan menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai pe-

(17)

mimpin pengumpulan. Setelah pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an selesai, mushaf disimpan Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq. Setelah Abu Bakar ash-Shiddiq meninggal dunia, mu- shaf tersebut disimpan oleh Hafsah binti Umar, putri Umar bin Khattab dan salah seorang istri Rasulullah.

3. Perluasan Wilayah Islam

Khalifah Abu Bakar melanjutkan penyebaran Islam ke Syiria yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid bin Haritsah. Panglima ini telah dipersiapkan sebelumnya pada masa Nabi Muhammad Saw. sempat tertunda karena Nabi wafat. Pada masa Abu Bakar, pasukan ini bergerak dari negeri Qudha’ah, lalu memasuki kota Abil. Khalifah Abu Bakar merencakan penyebarannya ke wilayah yang dikuasai Kekaisaran Persia dan Byzantium. Beliau mengirimkan dua panglima yaitu Kha- lid bin Walid dan Musanna bin Harits. Mereka mampu menguasai Hirah dan be-berapa kota lainya yaitu Anbar, Daumatul Jandal dan Fars.

Peperangan dihentikan setelah Abu Bakar ash-Shiddiq memeerintahkan Kha- lid bin Walid berangkat menuju Suriah. Ia diperintahkan untuk membantu pasukan muslim yang mengalami kesulitan menghadapi pasukan Byzantium yang sangat besar. Komando pasukan dikemudian dipegang oleh Musanna bin Haritsah. Kekaisaran Byzantium dijadikann Kota Damaskus, Syria sebagai pusat pemer- intahan di wilayah Arab dan sekitarnya. untuk menghadapi mereka.

Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq mengirimkan beberapa pasukan yaitu:

(18)

1. Pasukan Yazid bin Abu Sufyan ke Damaskus

2. Pasukan Amru bin As ke Palestina

3. Pasukan Syurahbil bin Hasanah ke Yordania

4. Pasukan Syurahbil bin Hasanah ke Yordania

Ketika itu pasukan Islam berjumlah 18.000. Pasukan Romawi berjumlah 240.000 orang. Pasukan Islam mengalami kesulitan. Khalifah Abu Bakar segera memerintahkan Khalid bin Walid berangkat menuju Syam. Perjalanan mereka selama 18 hari melewati 2 lembah padang pasir yang belum pernah dilewatinya.

Pertempuran akhirnya pecah di pingggir sungai Yarmuk, sehingga dinamakan perang Yarmuk. Ketika perang sedang terjadi ada kabar bahwa Abu Bakar menin- ggal . Beliau digantikan Umar bin Khattab. Khalid bin Walid kemudian digan- tikan oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Peperangan ini dimenangkan oleh Pasukan Islam dan menjadi kunci utama runtuhnya kekuasaan Byzantium di Tanah Arab.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nama lengkapnya Abdullah bin Utsman bin Amir bin Ka’ad At-Taimi Al- Quraisy. Sebelum masuk Islam ia bernama Abdul Ka’bah, lalu Rasulullah menamainya Abdullah. Ia digelari Ash-Siddiq (yang membenarkan), biasa di panggil Abu Bakar. Abu Bakar adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah. Dia juga termasuk orang yang pertama masuk Islam. Abu Bakar termasuk orang yang menjaga diri di masa jahiliyah. Dia tidak pernah bersujud

(19)

kepada berhala dan bahkan berusaha mencari agama yang benar dan sesuai dengan fitrah yang suci. Dengan profesinya sebagai pedagang, beliau sering melakukan perjalan jauh ke berbagai wilayah. Dalam perjalananya inilah beliau selalu berhubungan dengan penganut berbagai agama demi mencari agama yang paling benar sesuai fitrah manusia.

Setelah menjadi khalifah, yang pertama-tama menjadi perhatian Abu Bakar adalah melaksanakan keinginan Nabi saw yang hampir tidak bisa terlaksana, yaitu mengirimkan suatu ekspedisi di bawah pimpinan Usamah, yaitu Zaid, dan kerugian yang diderita oleh umat Islam di dalam perang Mut’ah. Pada masa Abu Bakar pulalah muncul nabi nabi palsu. Nabi palsu itu mengaku bahwa dia merupakan mitra kenabian. Agar tidak membahaya membahayakan umat Islam, Abu Bakar memerangi nabi palsu tersebut. Peperangan melawan nabi nabi palsu itu pun dimenangi oleh Abu Bakar. Abu Bakar menjadi khalifah hanya 2 tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah.

DAFTAR PUSTAKA

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO, 2006.

Hamka, Sejarah Umat Islam, Siangapura : Pustaka Nasional Pte Ltd, 2005.

Husayn Ahmad Amin, seratus tokoh dalam sejarah islam, Bandung:

MAKTABAH MADBOULI, 1997.

Imam Syuyuthi, Tarikh Khulafa’, Jakarta:PUSTAKA AL-KAUTSAR, 2000.

(20)

Jamil Ahmad,Seratus Muslim Terkemuka, Jakarta: PUSTAKA FIRDAUS, 2013.

Rohim, Abu Bakar As-Shiddiq, dalam rohimzoom.blogspot.com januari 2014 diakses 10 oktober 2014

Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Jakarta:PUSTAKA AL-KAUTSAR, 2007.

Referensi

Dokumen terkait

Umar bin Khattab didukung oleh sebagian besar sahabat yang menyatakan tidak harus memerangi mereka, sedangkan Abu Bakar berpendapat bahwa mereka harus diperangi,