KINERJA KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN PADA SMPN 8 KOTA BANDA ACEH
Oleh
*Arlis. M
Abstrak: Kinerja komite sekolah merupakan salah satu faktor keberhasilan program pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Sedangkan subjek penelitian adalah ketua komite sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kemampuan komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan antara lain melakukan identifikasi sumber daya pendidikan dengan cara memantau perkembangan sumber daya masyarakat agar dapat direkomendasikan menjadi calon tenaga pengajar di sekolah, memberikan masukan RAPBS, menyelenggarakan rapat RAPBS, memberikan pertimbangan dan perubahan RAPBS, dan ikut mensahkan RAPBS bersama kepala sekolah.; (2) Motivasi komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan antara lain mengelola sumber daya pendidikan melalui koordinasi dengan kepala sekolah dan dewan guru. Adapun pemantauan dan evaluasi terhadap sarana dan prasarana sekola h dilakukan dengan menerima hasil laporan wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana, dan (3) Tanggung jawab komite sekolah dalam penyelenggaran pendidikan dilakukan dengan cara mengontrol keputusan pada setiap kebijakan yang dirumuskan oleh kepala sekolah dan mengontrol pelaksanaan program sekolah melalui pengawasan terhadap organisasi sekolah,
Kata kunci: Kinerja, Komite Sekolah, dan Penyelenggaraan Pendidikan
PENDAHULUAN
Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut adalah dengan mengoptimalkan peran serta masyarakat, khususnya yang tergabung dalam keanggotaan komite sekolah dalam setiap pengambilan kebijakan sekolah.
Suyatmo (2008;11) mengemukakan bahwa
“Peran serta masyarakat diharapkan lebih bernuansa advokasi, mediasi, pemberdayaan, dan demokratisasi”. Dengan adanya pembentukan komite sekolah pada satuan pendidikan sebagaimana telah diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Pembentukan Dewan Pendidikan (DP) dan Komite Sekolah (KS).
Dalam Kepmendiknas tersebut menyebutkan tujuan pembentukan komite sekolah antara lain sebagai berikut (1) Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan; (2) Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta dari seluruh lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan; dan (3)
menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.
Dengan lahirnya Kepmendiknas di atas, semakin memperjelas posisi dan fungsi komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan antara lain sebagai tempat penyaluran aspirasi dalam melahirkan kebijakan, meningkatkan peran serta masyarakat dan menciptakan suasana belajar yang kondusif dan demokratis.
KINERJA KOMITE SEKOLAH
Usaha seorang ketua komite sekolah dapat digambarkan sebagai motivasi yang diperlihatkan untuk menyelesaikan program pendidikan. Tingkat keterampilan ketua komite sekolah berhubungan dengan apa yang dapat dilakukannya di sekolah dan di msayarakat. Sudarmayanti (2006:53) mengemukakan bahwa “Ciri-ciri kinerja seseorang dalam suatu organisasi dapat dikatakan meningkat jika memenuhi indikator-indikator yaitu kualitas hasil kerja,
*Arlis. M adalah Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ketepatan waktu, inisiatif, kecakapan, dan komunikasi yang baik.
Enos (2007:277) mengemukakan ciri- ciri kinerja pada seseorang yang produktif adalah sebagai berikut: (1) Bekerja sepenuhnya dalam jam-jam kerja (fulltime);
(2) Pilihan kerja itu didasarkan pada motivasi yang kuat; (3) Memiliki seperangkat pengetahuan, ilmu dan keterampilan khusus yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang lama; (4) Membuat keputusan sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan atau menangani klien; (5) Pekerjaan berorientasi kepada pelayanan, bukan kepentingan pribadi; (6) Pelayanan didasarkan pada kebutuhan objektif klien; (7) Memiliki otonomi untuk bertindak dalam menyelesaikan persoalan klien; (8) Menjadi anggota organisasi profesi sesudah memenuhi persyaratan atau kriteria tertentu; (9) Memiliki kekuatan dan status yang tinggi sebagai eksper dalam spesialisasinya; dan (10) Keahlian yang sudah dimiliki tidak diadvertensikan untuk mencari klien. Dari deskripsi tersebut dapat dipahami bahwa kinerja komite sekolah harus dicapai dalam bentuk pelaksanaan kegiatan atau program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi sekolah yang dipengaruhi oleh motivasi dan kemampuan para anggota komite sekolah.
Berhasil tidaknya tujuan dan cita-cita dalam organisasi pemerintahan sangat tergantung bagaimana proses kinerja tersebut dilaksanakan. Kinerja tidak lepas dari faktor yang mempengaruhinya. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sebagaimana yang dikemukakan Davis (Mangkunegara, 2006:13) yaitu: (1) Faktor kemampuan (ability). Secara psikologis, kemampuan terdiri dari potensi IQ dan reality knowledge+skill. Artinya pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatan dan terampil dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari, maka akan mudah menjalankan kinerja maksimal; dan (2) Faktor motivasi (motivation).
Motivasi diartikan sebagai suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja di lingkungan organisasinya.
Mereka yang bersikap positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka
berpikir negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukan pada motivasi kerja yang rendah. Situasi yang dimaksud meliputi hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa suatu kinerja dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung dan penghambat berjalannya suatu pencapaian kinerja yang maksimal faktor tersebut meliputi faktor yang berasal dari intern maupun ekstern. Menilai suatu kinerja apakah sudah berjalan dengan yang direncanakan perlu diadakan suatu evaluasi kinerja. Hal ini senada dengan pernyataan Sikula (Mangkunegara, 2006:69), yang mengatakan bahwa evaluasi kinerja atau penilaian merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian dalam proses penafsiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa objek orang ataupun sesuatu barang.
Dari beberapa pendapat tentang penilaian atau evaluasi kinerja dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk menilai kinerja pegawai dan organisasi. Di samping itu juga untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja dengan tepat dan memberikan tanggung jawab kepada pegawai atau organisasi sehingga dapat meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang. Pegawai sebagai pelayan masyarakat, harus memberikan layanan terbaik untuk mencapai suatu kinerja yang baik. Kenyataannya untuk mencapai kinerja yang diinginkan tidaklah mudah, banyak hambatan-hambatan yang harus dilewati. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja, faktor tersebut berasal dari faktor kemampuan dan motivasi pegawai.
Berdasarkan hal tersebut, Davis (Mangkunegara, 2006:13-14), bahwa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah: (a) faktor kemampuan (ability) yang mencakup
pengetahuan dan keahlian, dan (b) faktor motivasi (motivation), yang meliputi sikap dan situasi kerja. Dari pengertian di atas, seorang pegawai dalam pencapaian kinerja harus memiliki kemampuan dan motivasi kerja. Kemampuan yang dimiliki Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1
pegawai dapat berupa kecerdasan ataupun bakat.
PERAN DAN FUNGSI KOMITE SEKOLAH
Kehadiran komite sekolah dapat berfungsi dan berperan untuk (1) Memberi pertimbangan (advisory agency); (2) Memberikan dukungan (supporting agency);
(3) Mengawasi penyelenggaraan pendidikan di sekolah (controlling agency); dan (4) Penghubung antara sekolah dengan orang tua siswa (mediator).
Sehingga untuk menjalankan perannya, komite sekolah memiliki fungsi, yaitu mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, bertugas mendorong orang tua dan masyarakat agar berpartisipasi dalam pendidikan serta menggalang atau menggali potensi-potensi dana masyarakat untuk pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di sekolah tersebut. Secara kelembagaan, komite sekolah langsung dapat diawasi oleh masyarakat (Kurniawan, 2006:21).
Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa sinergisitas antara komite sekolah dan sekolah menyebabkan tanggung jawab pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah dan masyarakat sebagai mitra kerja dalam membangun pendidikan. Dari sini masyarakat dapat menyalurkan berbagai ide dan partisipasinya dalam memajukan pendidikan di daerahnya.
PENINGKATAN KINERJA KOMITE SEKOLAH
Peningkatan kinerja sumber daya manusia dalam organisasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Peningkatan kinerja merupakan perubahan prilaku individu dari yang baik menjadi lebih baik.
Peningkatan kinerja dapat terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. Usman (2007:120) mengemukakan bahwa dalam suatu profesi akan menggambarkan bagaimana prilaku yang harus ditampilkan oleh sesorang yang berprofesi dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga peningkatan kinerja komite sekolah dapat dipahami sebagai tingkat kemajuan kuantitas dan kualitas kerja yang diarahkan pada tujuan sekolah dengan potensi yang dimiliki dalam wujud sumber daya manusia.
Selanjutnya Usman (2007:133-143) menambahkan bahwa terdapat lima pendekatan penting dalam peningkatan sumber daya manusia yaitu: (1) Peningkatan pengetahuan (knowledge); (2) Peningkatan kemampuan (ability); (3) Peningkatan keterampilan (skills); (4) Peningkatan sikap diri (attitude); dan (5) Peningkatan sikap diri (habit)”.
Sedangkan Danim dan Suparno (2009:79) mengemukakan tiga alternatif strategi peningkatan kinerja sumber daya manusia di sekolah antara lain: “(1) Kemampuan berkomunikasi; (2) Motivasi;
dan (3) Pengetahuan. Adapun upaya untuk meningkatkan kinerja komite sekolah merupakan suatu kebutuhan penting bagi sekolah secara terus menerus dan tidak pernah berakhir, karena peningkatan kinerja tidak hanya dilakukan apabila terdapat kesenjangan kinerja komite sekolah antara kinerja aktual dengan kinerja yang diharapkan.
Peningkatan tersebut harus tetap dilakukan karena perubahan lingkungan eksternal dunia pendidikan yang dinamis di mana semakin meningkatnya tuntutan stakeholders atas kuantitas dan kualitas proses dan produk yang dihasilkan oleh sekolah. Oleh karena itu, desain strategi peningkatan kinerja komite sekolah yang ampuh dilakukan secara berkesinambungan, baik melalui pendidikan dan pelatihan (diklat), studi komperatif, serta pemberian motivasi perlu mendapat perhatian dalam meningkatkan kinerja.
Rampersad (Mangkunegara, 2006:144) peningkatan kinerja merupakan suatu siklus yang terdiri dari: (a) result planning, (b) coaching, (c) appraisal, dan (d) job-oriented competence development. Sedangkan menurut Zwell (Sudarmayanti, 2006:287), bahwa siklus proses peningkatan kinerja pegawai terdiri dari tiga tahapan yaitu: (a) tahap perencanaan kinerja, (b) tahap eksekusi yang mencakup monitoring perkembangan, coaching, supervisi dan penyesuaian rencana, dan (c) tahap penilaian atas hasil kerja.
Dari deskripsi tersebut dapat dipahami bahwa perencanan hasil berkaitan dengan kriteria persetujuan hasil berdasarkan tujuan kinerja dan pemilihan kompetensi yang mendukung pada kinerja tersbut. Dalam pandangan Usman (2012:63), bahwa kinerja
yang baik dapat dipengaruhi oleh kemampuan dan motivasi. Kinerja adalah prestasi yang dapat dicapai oleh seseorang atau organisasi berdasarkan kriteria dan alat ukur tertentu. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kemampuan dalam melaksanakan tugas dan motivasi kerja seseorang akan mengakibatkan pada hasil kerja sehingga akan menentukan kinerjanya sebagai aparatur dalam suatu organisasi.
Dalam konteks kemampuan melaksanakan tugas merupakan hasil perpaduan antara pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Sedangkan motivasi kerja merupakan daya pendorong yang menyebabkan seseorang berbuat dan melakukan sesuatu. Motivasi dalam konteks ini merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan kinerja seseorang. Tanpa motivasi produktivitas akan sulit dicapai, karena dengan motivasi dapat mengubah nasib individu maupun instansi di mana ia mengantungkan diri.
Kepuasan kerja akan tercipta oleh sejumlah faktor yang saling berkaitan, seperti kepemimpinan, iklim kerja, dan hubungan kerja yang manusiawi. Artinya apabila kepuasan kerja tercapai akan meningkatkan motivasi seseorang untuk kerja. Dalam upaya meningkatkan kinerja komite sekolah, dengan ini komite sekolah memiliki wewenang dan tugas pokok komite sekolah yang harus dipahami oleh para pengelola kegiatan.
Fattah (2006:160) menyatakan bahwa komite sekolah mempunyai wewenang sebagai berikut: (1) Menetapkan AD/ART komite sekolah; (2) Menetapkan rencana strategi pengembangan sekolah; (3) Menetapkan standar pelayanan sekolah; (4) Membahas bentuk kesejahteraan personil sekolah; (5) Menetapkan RAPBS; (6) Mengkaji pertanggungjawaban program sekolah; (7) Mengkaji dan menilai kinerja sekolah; (8) Merekomendasikan kepada sekolah atau guru yang berprestasi dan memenuhi persyaratan profesionalisme serta administratif secara normatif sesuai dengan landasan hukum untuk promosi dan diajukan kepada pihak berwenang, dalam hal ini kepala Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten;
(9) Menerima kepala sekolah dan guru yang dipromosikan oleh sekolah lain sesuai dengan kriteria dan persyaratan profesional serta administratif secara normatif sesuai
denga landasan hukum untuk dipromosikan dan ditunjuk oleh pihak yang berwenang;
dan (10) Merekomendasikan kepada sekolah atau guru yang melanggar etika profesionalisme serta administratif secara normatif sesuai dengan landasan hukum yang berlaku dan diajukan kepada pihak yang berwenang, dalam hal ini kepala kantor Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten.
Adapun sehubungan dengan kegiatan pokok komite sekolah, selanjutnya Fattah (2006:161-162) menyatakan bahwa komite sekolah mempunyai kegiatan pokok sebagai berikut: (1) Menyelenggarakan rapat-rapat komite sesuai dengan program yang telah ditetapkan; (2) Merumuskan dan menetapkan visi dan misi sekolah; (3) Menyusun standar pelayanan pembelajaran disekolah; (4) Menyusun rencana strategik pengembangan sekolah; (5) Menyusun dan menetapkan rencana program tahunan sekolah termasuk RAPBS; (6) Membahas dan turut menetapkan pemberian tambahan kesejahteraan berupa uang honororium yang diperoleh dari masyarakat kepada sekolah, tenaga guru dan tenaga administratif sekolah; (7) Mengembangkan potensi unggulan, baik yang bersifat akademis maupun non akademis; (8) Menghimpun dan menggali sumber dana dari masyarakat untuk meningkatkan kualitas pelayanan sekolah; (9) Mengelola kontribusi masyarakat berupa uang yang diberikan kepada sekolah; (10) Mengelola kontribusi masyarakat yang berupa non material (tenaga, pikiran) yang diberikan kepada sekolah; (11) Mengevaluasi program sekolah secara profesional sesuai dengan kesepakatan pihak sekolah, meliputi pengawasan penggunaan sarana dan prasarana sekolah, pengawas keuangan secara berkala dan berkesinambungan; (12) Mengidentifikasi berbagai permasalahan dan memecahkannya bersama-sama dengan pihak sekolah; (13) Memberikan respon terhadap kurikulum yang dikembangkan secara standar nasional maupun lokal; (14) Memberikan motivasi dan penghargaan kepada tenaga pendidik dan kependidikan;
(15) Memberikan otonomi secara profesional kepada guru mata pelajaran dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikannya sesuai dengan kaidah dan kopetensi guru; (16) Membangun jaringan kerjasama dengan pihak luar sekolah yang Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan proses dan hasil pendidikan di sekolah; (17) Memantau kualitas proses pelayanan dan hasil pendidikan di sekolah;
(18) Mengkaji laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program yang dikonsultasikan oleh kepala sekolah; dan (19) Menyampaikan usul atau rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Dari penjelasan wewenang dan tugas pokok komite sekolah di atas jelaslah bahwa keberadaan fungsi dan peran komite sekolah yang selama ini hanyalah sebagai simbol belaka merupakan unsur yang esensial terhadap pencapaian target pengelolaan pendidikan yang melibatkan masyarakat.
Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang wewenang dan tugas pokok komite sekolah sejatinya harus diwujudkan oleh setiap sekolah dalam pencapaian dan peningkatan mutu pendidikan.
HUBUNGAN KOMITE DENGAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Independensi Kedudukan Komite Sekolah dengan Kepala Sekolah
Dalam iklim yang kompetitif sekarang ini, sangat sulit bagi organisasi pendidikan untuk dapat hidup dengan baik jika tidak memiliki kemampuan untuk merubah diri dengan cepat dan mampu berkembang seiring dengan tuntutan stakeholder. Kondisi ini berlaku hampir pada keseluruhan organisasi baik yang bersifat profit maupun non profit. Adapun sekolah sebagai lembaga pendidikan yang termasuk juga lembaga non profit juga tidak terlepas dari fenomena ini, itulah sebabnya dalam banyak hal lembaga pendidikan harus mengetahui berbagai harapan dan kebutuhan stakeholder.
Pemerintah dalam hal ini telah memberikan regulasi kepada lembaga pendidikan untuk selalu menyertakan stakeholder dalam seluruh kegiatan melalui komite sekolah.
Secara tegas, Pantjastuti (2008:85) mengatakan bahwa komite sekolah merupakan lembaga mandiri dan bersifat independen. Kedudukan komite sekolah tidak berada di bawah bayang-bayang kekuasaan kepala sekolah. kedudukan
kepala sekolah sama sekali tidak sebagai pembina seperti kedudukan BP3 pada era sebelumnya. Independen kedudukan dan peran tersebut menjadi terganggu, misalnya hanya karena salah satu sumber anggara komite sekolah mungkin berasal dari RAPBS.
Dengan tersedianya anggaran dalam RAPBS tersebut, maka ada anggapan bahwa komite sekolah menjadi lembaga birokrasi yang kedudukannya berada di bawah kepala sekolah, bahkan berada di bawah Dinas Pendidikan. Penyediaan anggaran komite sekolah dalam RAPBS tidak berarti anggaran itu bukan dari kepala sekolah, melainkan sumber dari keluarga dan masyarakat.
Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa kedudukan dan peran komite sekolah dengan kepala sekolah merupakan lembaga yang independen dan berjalan secara sendiri- sendiri dalam melaksanakan berbagai program pendidikan. Hanya saja untuk meluruskan persoalan ini kepada masyarakat dibutuhkan sosialisasi yang mengarah kepada program dan tujuan yang dimaksud sehingga masyarakat sebagai penerima akhir dari jasa pendidikan dapat memahami duduk perkara yang berhubungan dengan status komite sekolah dengan kepala sekolah.
Hubungan Kemitraan Komite Sekolah dengan Kepala Sekolah
Masyarakat adalah komponen pendidikan nasional yang sangat berpengaruh dalam pengembangan pendidikan. Dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas, harus ada hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat dan keluarga. Hubungan yang harmonis akan terwujud apabila ada saling pengertian antara sekolah, orang tua, dan masyarakat serta lembaga-lembaga lain yang ada dalam masyarakat termasuk pula dalam dunia kerja.
Setiap unsur mempunyai peran masing- masing sehingga membentuk saru kesatuan dalam sebuah sistem masyarakat. Seperti pihak sekolah, masyarakat, dan pemerintah mempunyai peran masing-masing yang saling mendukung satu dengan yang lainnya.
Masyarakat dituntut untuk berpartisipasi aktif agar dapat lebih memahami, membantu, dan mengontrol proses pendidikan.
Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, di mana daerah (termasuk di dalamnya adalah sekolah) diberi kebebasan untuk mengelola dan memberdayakan potensi sekolahnya masing-masing. Kebijakan tersebut bertujuan untuk memberdayakan daerah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dalam segala bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan dan sebagai upaya untuk pemetaan dan peningkatan mutu pendidikan.
Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan, diperlukan wadah yang dapat mengakomodasi pandangan, aspirasi, dan potensi masyarakat, sekaligus dapat menjamin terwujudnya demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan. Salah satu wadah tersebut adalah dewan pendidikan di tingkat kabupaten/kota dan komite sekolah di setiap satuan pendidikan.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, komite sekolah merupakan suatu wadah/lembaga yang mengikutsertakan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan yang dapat menampung, dan meyalurkan pikiran dan gagasan dalam mengupayakan kemajuan pendidikan. Dalam hal ini, komite sekolah merupakan badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efesiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan (Khaeruddin, dkk, 2007:248).
Namun dalam pelaksanaan di lapangan, komite sekolah sebagai wakil masyarakat harus diberikan ruang oleh kepala sekolah untuk bisa mengimplementasikan berbagai peran dan fungsinya. Hal itu sejalan dengan pendapat Prabowo (2009:30) bahwa “Kepala sekolah harus berkompetensi dalam mengelola hubungan sekolah dengan masyarakat dalam rangka pencapaian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah atau madrasah”.
Adapun dalam pedoman kerja komite sekolah pada bab II pasal 4 tentang kedudukan komite sekolah menyebutkan bahwa komite sekolah di SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, berkedudukan sebagai lembaga mandiri yang di luar struktur organisasi SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK atau lazim disebut dengan
organisasi non struktural, tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK sebagai mitra kerja unsur pimpinan SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK.
Dalam pasal 4 di atas sangat jelas disebutkan bahwa komite sekolah merupakan mitra kerja kepala sekolah sebagai unsur pimpinan satuan pendidikan.
Sehingga transformasi pelaksanaan konsep komite sekolah memerlukan pemahaman dari berbagai pihak baik dari anggota komite sekolah maupun dari kepala sekolah sehingga bisa menciptakan hubungan sinergis antara keduanya. Jika dilihat dari pada struktur organisasinya, keberadaan komite sekolah sejajar dengan kepala sekolah yang dihubungkan dengan garis koordinatif.
Dalam tata hubungan antara kepala sekolah dengan komite sekolah dalam hal ini Suhaman (2012:2) menjelaskan bahwa hubungan antara kepala sekolah dengan komite sekolah memiliki garis yang dapat mengantarkan keduanya, yaitu: (a) koordinatif, (b) suportif, (c) evaluatif, (d) normatif, (e) kolaburatif, dan (f) komunikatif.
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penggunaan metode dan pendekatan tersebut mengingat bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis tentang kinerja komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan pada SMP negeri 8 Kota Banda Aceh, dengan melibatkan partisipasi kepala sekolah maupun guru sebagai sumber informasi sebagai kegiatan pengumpulan data.
Deskripsi tersebut sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2005:115) bahwa metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan obyek atau subyek yang diteliti sesuai dengan apa adanya dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik subyek yang diteliti secara cepat. Dari deskripsi tersebut dapatlah dipahami bahwa pendekatan kualitatif adalah suatu pertanyaan mengenai hakikat gejala atau pertanyaan mengenai apa itu atau mendiskripsikan tentang apa itu, Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1
sehingga diperoleh informasi keadaan gejala yang sedang berlangsung sebagai pemecahan masalah yang ada, masalah yang hangat dan aktual, dalam bentuk kata atau kalimat sehingga memberikan makna.
Subjek dalam penelitian ini adalah ketua komite sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan pihak- pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan di persekolahan. Moleong (2007:65) mengemukakan bahwa subjek penelitian pada penelitian kualitatif adalah sampel bertujuan artinya menjaring informasi dari berbagai macam sumber dan bentuknya sehingga dapat dirinci kekhususannya yang ada dalam konteks yang unik.
Dalam menemukan data yang benar tentang kinerja komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan pada SMP negeri 8 Kota Banda Aceh, peneliti mengunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Selanjutnya untuk menganilisis data yang telah dikumpulkan sejak awal penelitian sampai akhir penelitian dengan teknik reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.
HASIL PENELITIAN
Kemampuan Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan pada SMP Negeri 8 Kota Banda Aceh
Hasil penelitian membuktikan bahwa kemampuan komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan pada SMP Negeri 8 Kota Banda Aceh, dalam aspek perencanaan sekolah antara lain dengan melakukan identifikasi sumber daya pendidikan dalam masyarakat, memberikan masukan Rencana Anggaran Pendidikan dan
Belanja Sekolah (RAPBS),
menyelenggarakan rapat RAPBS, memberikan pertimbangan dan perubahan RAPBS, dan ikut mensahkan RAPBS bersama kepala sekolah.
Motivasi Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan pada SMP Negeri 8 Kota Banda Aceh
Hasil penelitian membuktikan bahwa motivasi komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan pada SMP Negeri 8 Kota Banda Aceh difokuskan pada aspek pengelolaan sumber daya, pemantauan dan evaluasi sarana dan prasarana sekolah,
dan pemantauan dan evaluasi terhadap penggunaan anggaran sekolah.
Tanggung Jawab Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan pada SMP Negeri 8 Kota Banda Aceh
Hasil penelitian memuktikan bahwa tanggung jawab komite sekolah dalam penyelenggaran pendidikan pada SMP Negeri 8 Kota Banda Aceh dilakukan melalui kontrol terhadap perencanaan sekolah, kontrol terhadap pelaksanaan program sekolah, dan kontrol terhadap output sekolah, selanjutnya menjadi penghubung dalam perencanaan program sekolah, penghubung dalam pelaksanaan program sekolah, dan penghubung dalam mengidentifikasi sumber daya sekolah.
PEMBAHASAN
Kemampuan Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan pada SMP Negeri 8 Kota Banda Aceh
Hasil penelitian membuktikan bahwa kemampuan komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan pada SMP Negeri 8 Kota Banda Aceh, dalam aspek perencanaan sekolah antara lain dengan melakukan identifikasi sumber daya pendidikan dalam masyarakat, memberikan masukan RAPBS, menyelenggarakan rapat RAPBS, memberikan pertimbangan dan perubahan RAPBS, dan ikut mensahkan RAPBS bersama kepala sekolah.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa komite sekolah pada SMP Negeri 8 Kota Banda Aceh sudah memiliki memahami peran dan fungsi komite terhadap kemajuan sekolah. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa komite sekolah pada SMP Negeri 8 Kota Banda Aceh sudah memiliki kemampuan yang baik terhadap penyelenggaraan pendidikan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Khaeruddin, dkk (2007:248) mengatakan bahwa komite sekolah merupakan wadah atau lembaga yang mengikutsertakan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan yang dapat menampung dan menyalurkan pikiran dan gagasan dalam mengupayakan kemajuan pendidikan.
Dalam hal ini komite
sekolahmerupakan badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam
rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan.
Dari penjelasan di atas dapatlah dipahami bahwa komite sekolah merupakan lembaga mandiri dengan mengedepankan kesukarelaan dan sosial yang melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.
Oleh karena itu, komponen yan terlibat dalam komite sekolah haruslah menyadari bahwa dalam melakukan identifikasi sumber daya pendidikan di masyarakat, memberikan masukan RAPBS, menyelenggarakan rapat RAPBS, memberikan pertimbangan perubahan RAPBS, dan ikut mensahkan RAPBS bersama kepala sekolah merupakan sejumlah kegiatan bidang sosial yang diterapkan oleh komite sekolah.
Motivasi Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan pada SMP Negeri 8 Kota Banda Aceh
Hasil penelitian membuktikan bahwa motivasi komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan pada SMP Negeri 8 Kota Banda Aceh difokuskan pada aspek pengelolaan sumber daya, pemantauan dan evaluasi sarana dan prasarana sekolah, dan pemantauan dan evaluasi terhadap penggunaan anggaran sekolah. Sehubungan dengan deskripsi tersebut, salah satu cara untuk menerapkan kegiatan pemantau terhadap sarana dan prasarana pendidikan antara lain dengan melakukan pemeliharaan.
Ada beberapa macam pemeliharaan sarana prasarana pendidikan di sekolah.
Menurut Bafadal (2008:45), bila ditinjau dari sifatnya, terdapat empat macam pemeliharaan sarana pendidikan yang cocok dilakukan pada sarana pendidikan, yaitu: (1) Pemeliharaan yang bersifat pengecekan.
Pengecekan ini dilakukan oleh seseorang yang mengetahui tentang baik buruknya keadaan mesin; (2) Pemeliharaan yang bersifat pencegahan. Pemeliharaan dengan cara demikian itu dilakukan agar kondisi mesin selalu dalam keadaan baik. Misalnya, sekolah memiliki sepeda motor dinas hendaknya setiap hari dilakukan pemeriksaan terhadap minyak rem dan bensinnya; (3) Pemeliharaan yang bersifat perbaikan ringan, seperti perbaikan remnya;
dan (4) Perbaikan berat. Sedangkan apabila ditinjau dari waktu perbaikannya, ada dua
macam pemeliharaan sarana prasarana sekolah, yaitu: (a) pemeliharaan sehari hari dan (b) pemeliharaan berkala. Pemeliharaan sehari hari, misalnya, berupa menyapu, mengepel lantai, dan membersihkan pintu.
Sedangkan pemeliharaan berkala, misalnya, berupa pengontrolan genting dan pengapuran dinding. Kegiatan pemeliharaan ini bertujuan untuk: (a) memperpanjang usia kegunaan aset, (b) menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi atau jasa, (c) menjamin kesiapan operasional daru seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu, dan (d) menjamin keselamatan orang yang menggunakannya.
Tanggung Jawab Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan pada SMP Negeri 8 Kota Banda Aceh
Hasil penelitian memuktikan bahwa tanggung jawab komite sekolah dalam penyelenggaran pendidikan pada SMP Negeri 8 Kota Banda Aceh dilakukan melalui kontrol terhadap perencanaan sekolah, kontrol terhadap pelaksanaan program sekolah, dan kontrol terhadap output sekolah, selanjutnya menjadi penghubung dalam perencanaan program sekolah, penghubung dalam pelaksanaan program sekolah, dan penghubung dalam mengidentifikasi sumber daya sekolah.
Sehubungan dengan hasil temuan penelitian di atas, dalam mengelola berbagai kegiatan komite sekolah, terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan oleh komponen komite sekolah agar tujuan tersebut dapat tercapai dengan maksimal.
Prinsip-prinsip tersebut menurut Bafadal (2008:34), yaitu: (a) prinsip pencapaian tugas, (b) prinsip efisiensi, (c) prinsip administratif, (d) prinsip kejelasan tanggung jawab, dan (e) prinsip kekohesifan.
Adapun organisasi komite sekolah harus didelegasikan kepada perwakilan masyarakat yang mampu mengemban tanggung jawab, apabila melibatkan banyak personil dalam manajemennya, maka perlu adanya deskripsi tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk setiap personel komite sekolah.
Adapun pemahaman tanggung jawab dalam pemahaman prinsip ini adalah menjunjung budaya dan disiplin kerja sesuai dengan paparan dan pembagian tugas yang Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1
sudah diamanatkan kepadanya serta mampu mempertanggungjawabkan segala kegiatan yang sudah dilaksanakan.
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Dari hasil temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan, yaitu:
1. Kemampuan komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan pada SMP Negeri 8 Kota Banda Aceh, dalam aspek perencanaan sekolah antara lain dengan melakukan identifikasi sumber daya pendidikan dalam masyarakat, memberikan masukan Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS), menyelenggarakan rapat RAPBS, memberikan pertimbangan dan perubahan RAPBS, dan ikut mensahkan RAPBS bersama kepala sekolah.
2. Motivasi komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan pada SMP Negeri 8 Kota Banda Aceh difokuskan pada aspek pengelolaan sumber daya pendidikan, pemantauan dan evaluasi sarana dan prasarana sekolah, dan pemantauan dan evaluasi terhadap penggunaan anggaran sekolah.
3. Tanggung jawab komite sekolah dalam penyelenggaran pendidikan pada SMP Negeri 8 Kota Banda Aceh dilakukan melalui kontrol terhadap perencanaan sekolah, kontrol terhadap pelaksanaan program sekolah, dan kontrol terhadap output sekolah, selanjutnya menjadi penghubung dalam perencanaan program sekolah, penghubung dalam pelaksanaan program sekolah, dan penghubung dalam mengidentifikasi sumber daya sekolah.
Saran-saran
Adapun saran-saran yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kemampuan komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan pada SMP Negeri 8 Kota Banda Aceh, pengurus komite sekolah yang melibatkan ketua dan sekretaris agar dapat meningkatkan kinerjanya sebagai pemberi pertimbangan, badan pendukung, badan pengontrol, dan mediator antara pemerintah dengan
masyarakat, agar dapat merumuskan berbagai macam program kerja yang dapat meningkatkan pola pikir masyarakat sehingga jumlah partisipasi belajar siswa akan mengalami peningkatan di tahun anggaran berikutnya. Begitu pula halnya kepala sekolah, guru, dan pegawai administrasi agar dapat meningkatkan kerjasama yang baik antara komponen pengelolaan sekolah dengan pengurus komite sekolah.
2. Dalam membangun motivasi komite sekolah, pengurus komite sekolah beserta jajarannya supaya dapat memperluas jaringan dengan jenis satuan pendidikan lainnya terkait dengan anggaran pendidikan untuk dapat mengimplementasikan berbagai program kerja sekolah dan program kerja komite sekolah. Begitu pula halnya dengan kepala sekolah beserta komponen pengelola sekolah agar dapat meningkatkan koordinasinya dengan komite sekolah dalam rangka menyukseskan permasalahan anggaran pendidikan yang sedang dihadapi sekolah.
3. Begitu pula dalam meningkatkan tanggung jawab komite sekolah, pihak komite sekolah agar dapat mengikuti perkembangan pendidikan yang berlangsung di sekolah, sehingga pihak komite sekolah secara langsung dapat memberi masukan kepada kepala sekolah atau bahkan dapat memberi masukan kepada kepala sekolah tentang situasi masyarakat dan pengaruhnya terhadap penyelenggaran pendidikan di sekolah. Begitu pula halnya kepala sekolah, guru-guru, dan seluruh pegawai administrasi sekolah agar dapat membangun komunikasi yang baik dengan pihak komite sekolah agar program kerja yang dilaksanakan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal, Ibrahim, (2008), Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara.
Danim, Sudarwan dan Suparno. (2009).
Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan:
Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi Krisis, dan Internasionalisasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Enos, Darryl D. (2007). Performance Improvement: Making It Happen. USA:
St. Lucie Press.
Fatah, Nanang, (2006). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah, Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
---, (2006). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
Khaeruddin, dkk, (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Konsep dan Implementasinya di Madrasah, Yogyakarta: Pilar Media.
Kurniawan, I. (2006). Optimalisasi Komite Sekolah. (Online), (Tersedia di:
http://www.pikiran_rakyat.com/cetak/2 006/012006/27/99forumguru.htm/, diakses 4 April 2012).
Mangkunegara, Prabu Anwar. (2006).
Perencanaan dan Pengembangan SDM, Bandung: Refika Aditama.
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pantjastuti, Sri Renani, dkk (2008). Komite Sekolah: Sejarah dan Prospeknya di Masa
Prabowo, Sugeng Listyo, (2009).
Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah/Madrasah, Malang: UIN Malang Press.
Sudarmayanti. (2006). Tata Kerja &
Produktivitas Kerja, Jakarta: Mandar Maju.
Sudarmayanti. (2006). Tata Kerja &
Produktivitas Kerja, Jakarta: Mandar Maju.
Sugiyono, (2005). Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Suhaman, (2012). Tata Hubungan Kepala Sekolah dengan Komite Sekolah, (Online), (Tersedia di:
http://www.smun8.net/index.php?opti on, diakses 4 April 2012).
Suyatmo. (2008), Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah: Strategi Pendidikan Nasional dalam Era Globalisasi dan Otoomi Daerah.
Jakarta: Uhamka Press.
Usman, Nasir, (2007). Manajemen Peningkatan Kinerja Guru, Bandung:
Mutiara Ilmu.
---, (2012). Manajemen Peningkatan Mutu Kinerja Guru:
Konsep, Teori, dan Model, Bandung:
Cita Pustaka Media Perintis.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1