Kinerja Simpang Tak Bersinyal Pada Persimpangan Jl. Damang Batu – Jl. Pilau Kota Palangka Raya
Rexy Lukas Punduly1*, Ina Elvina2, Desi Riani3
1,2,3Jurusan Teknik Sipil, Universitas Palangka Raya, Palangka Raya, Indonesia
*Koresponden email: [email protected]
Diterima: 19 September 2023 Disetujui: 29 September 2023
Abstract
An intersection refers to a designated area on the road network where traffic on vehicles sourced from several directions meets. The intersection of Damang Batu Road - Pilau Road is located in the urban area of Palangka Raya. This intersection is a very important traffic meeting point as it must facilitate rapid movement throughout the area. Analyzing the performance of the intersection is an important factor in identifying the most effective strategies to improve its efficiency. This study was conducted with the aim of analysing the intersection performance and obtaining alternatives to optimise the intersection performance. This research uses observational methodology, where data collection is carried out in a field situation. After all the data both primary and secondary are collected, the data will be analysed using the MKJI 1997. According to the results, under current conditions it has shown good results. The capacity value is 2434 smp/hour. And the degree of saturation is 0.51. Meanwhile, the intersection delay is 10.779 sec/smp. And the upper limit for queuing opportunities is 25%, the lower limit is 11%. So that the service level at that intersection falls into category B, indicating a good level of service.
Keywords: Unsignalized Intersection, Capacity, Degree of Saturation, Delay, MKJI 1997.
Abstrak
Persimpangan mengacu pada area yang ditentukan pada jaringan jalan di mana lalu lintas pada kendaraan yang bersumber dari beberapa arah bertemu. Persimpangan Jalan Damang Batu - Jalan Pilau terletak di wilayah perkotaan Palangka Raya. Persimpangan ini merupakan titik pertemuan lalu lintas yang sangat penting karena harus memfasilitasi pergerakan yang cepat di seluruh wilayah tersebut. Analisis pada kinerja persimpangan merupakan faktor penting dalam mengidentifikasi strategi yang paling efektif untuk meningkatkan efisiensinya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan supaya dapat menganalisis kinerja simpang dan memperoleh alternatif optimalisasi kinerja simpang. Penelitian ini menggunakan metodologi observasional, dimana pengumpulan data dilakukan dalam situasi di lapangan. Setelah keseluruhan data baik primer ataupun sekunder terkumpul, maka data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan MKJI 1997. Berdasarkan hasil analisis, kondisi saat ini telah menunjukkan hasil yang baik. Nilai kapasitas sebesar 2434 smp/jam. Dan derajat kejenuhan yaitu sebesar 0,51. Sementara itu, tundaan persimpangan adalah 10,779 det/smp. Dan batas atas untuk peluang antrian adalah 25%, sementara itu batas bawahnya adalah 11%. Sehingga tingkat pelayanan pada persimpangan tersebut masuk dalam kategori B, yang menunjukkan tingkat pelayanan yang baik.
Kata Kunci: Simpang Tak Bersinyal, Kapasitas, Derajat Kejenuhan, Tundaan, MKJI 1997.
1. Pendahuluan
Adanya masalah lalu lintas di dalam wilayah metropolitan Palangka Raya merupakan indikator penting yang memerlukan pertimbangan yang cermat dan manajemen yang bijaksana. Wilayah perkotaan Palangka Raya memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan mengalami pertumbuhan yang signifikan di pusat-pusat kegiatan. Kawasan perkotaan merupakan wilayah yang merujuk pada area di mana aktivitas utamanya tidak terkait dengan pertanian, dan di sana terdapat fungsi-fungsi seperti tempat tinggal bagi penduduk perkotaan, pusat dan distribusi pelayanan pemerintah, fasilitas sosial, serta aktivitas ekonomi [13]. Meningkatnya kemacetan kendaraan di berbagai lokasi telah mengakibatkan penurunan kualitas layanan di jalan raya dan persimpangan. Dalam hal ini, persimpangan memiliki peran utama dalam sistem jaringan jalan dan umumnya kapasitasnya dapat diatur dengan mengatur volume kendaraan yang melintas dalam sistem jalan tersebut [2]. Tingkat kapasitas persimpangan di dalam jaringan jalan menunjukkan sejauh mana jaringan jalan dapat menangani volume lalu lintas [8].
Penilaian kinerja simpang sangat penting dalam menentukan keberhasilan metode-metode yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja simpang. Ketika kinerja simpang berkurang, maka hal ini akan mengakibatkan kerugian bagi pengguna jalan, termasuk penurunan kecepatan, waktu tunggu yang lebih lama, hingga terbentuknya antrean kendaraan [9]. Persimpangan Jalan Damang Batu - Jalan Pilau merupakan persimpangan tiga lengan. Biasanya, daerah sekitar persimpangan jalan merupakan daerah dengan kepadatan hunian dan tempat usaha yang cukup tinggi, sehingga menjadikan persimpangan jalan ini sebagai pusat pertemuan dan interaksi sosial yang menonjol. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kinerja simpang pada kondisi saat ini (eksisting) dan memperoleh alternatif untuk optimalisasi fungsi simpang.
2. Landasan Teori 2.1 Simpang
Merupakan area yang luas di mana dua buah jalan atau lebih bertemu. Fungsi utamanya adalah untuk membantu dan mengontrol pergerakan lalu lintas melalui persimpangan, dan terdiri dari jalan dan infrastruktur di sekitarnya [4].
2.2 Pengaturan Simpang
Bertujuan untuk memastikan keamanan arus lalu lintas dengan memberikan panduan yang tegas dan jelas. Pengaturan di persimpangan dapat dilakukan melalui penggunaan lampu lalu lintas, marka jalan, dan rambu lalu lintas yang mengarahkan serta memberi peringatan [15].
2.3 Volume Lalu Lintas
Merupakan suatu ukuran yang mengukur jumlah kendaraan yang melewati lokasi atau segmen tertentu di jalan raya. Pengambilan data mengenai tingkat lalu lintas memiliki peranan penting dalam berbagai tahap, yang mencakup bidang perencanaan, desain, manajemen jalan, dan operasi [7].
2.4 Arus Lalu Lintas
Merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan volume kendaraan yang melewati lokasi tertentu di jalan atau segmen jalan. Pengukuran arus lalu lintas biasanya melibatkan penghitungan jumlah kendaraan dalam jangka waktu tertentu, biasanya dilambangkan sebagai kendaraan per satu jam (kend/jam) [5].
2.5 Manajemen Lalu Lintas
Merupakan administrasi strategis dan pemanfaatan yang efektif dari jaringan jalan yang sudah ada sebelumnya untuk mencapai tujuan tertentu, tanpa memerlukan pembuatan atau pengembangan infrastruktur fisik baru [6].
2.6 Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan mengacu pada penilaian menyeluruh terhadap kondisi operasional lalu lintas, yang mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif [12]. Tingkat pelayanan di persimpangan disajikan seperti dibawah.
a. Tingkat pelayanan Baik Sekali yaitu A, kendaraan mengalami tundaan kurang dari 5 detik.
b. Tingkat pelayanan Baik yaitu B, kendaraan mengalami tundaan antara 5 hingga 15 detik.
c. Tingkat pelayanan Cukup yaitu C, kendaraan mengalami tundaan antara 15 hingga 25 detik.
d. Tingkat pelayanan Kurang yaitu D, kendaraan mengalami tundaan antara 25 hingga 40 detik.
e. Tingkat pelayanan Buruk yaitu E, kendaraan mengalami tundaan antara 40 detik hingga 60 detik.
f. Tingkat pelayanan Sangat Buruk yaitu F, kendaraan mengalami tundaan lebih dari 60 detik.
2.7 Kapasitas Simpang
Penentuan Kapasitas Simpang (C) melibatkan penjumlahan volume lalu lintas yang terjadi diantara semua pendekat persimpangan. Penentuan nilai ini dicapai melalui perkalian diantara kapasitas dasar dengan berbagai faktor koreksi. Ditentukan dengan menggunakan rumus berikut:
Keterangan:
C = Kapasitas C0 = Kapasitas dasar FW = Faktor lebar pendekat FM = Faktor median jalan utama FCS = Faktor ukuran kota
FRSU = Faktor hambatan samping FLT = Faktor belok kiri
FRT = Faktor belok kanan
FMI = Faktor rasio arus jalan minor 2.8 Derajat Kejenuhan
Untuk dapat mengetahui derajat kejenuhan (DS) dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap arus lalu lintas (QTOT) dan terhadap kapasitas (C).
2.9 Tundaan
Tundaan (D) mengacu pada waktu tambahan yang harus dialokasikan oleh pengemudi ketika melewati persimpangan, dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak yang sama tanpa harus melewati persimpangan [1]. Tundaan ini terjadi dikarenakan dua faktor, yaitu dikarenakan terjadinya tundaan lalu lintas (DTI) dan dikarenakan terjadinya tundaan geometri (DG). Maka, perhitungan ini ditentukan dengan rumus berikut, yaitu:
2.9.1 Tundaan Lalu Lintas
Mengacu pada periode waktu dimana lalu lintas terhambat karena interaksi antara kendaraan dan pergerakan lain di dalam persimpangan dapat terjadi di jalan raya utama dan jalan minor. Maka, perhitungan ini ditentukan dengan menggunakan rumus, yaitu:
2.9.2 Tundaan Lalu Lintas Jalan Utama
Mengacu pada durasi rata-rata dari tundaan lalu lintas pada setiap kendaraan bermotor yang memasuki persimpangan dari jalan utama. Ditentukan dengan rumus berikut ini, yaitu:
2.9.3 Tundaan Lalu Lintas Jalan Minor
Mengacu pada durasi rata-rata dari tundaan lalu lintas pada setiap kendaraan bermotor yang memasuki persimpangan dari jalan minor. Ditentukan dengan rumus berikut ini, yaitu:
2.9.4 Tundaan Geometrik
Mengacu pada tundaan yang dialami oleh kendaraan akibat gangguan perlambatan dan akselerasi yang terjadi saat kendaraan menavigasi belokan di persimpangan atau berhenti. Oleh karena itu, perhitungannya ditentukan dengan rumus berikut ini, yaitu:
2.10 Peluang Antrian
Peluang antrian biasanya dikuantifikasi dalam bentuk kemungkinan, yang direpresentasikan dalam bentuk persentase (%). Penilaian kinerja lalu lintas di persimpangan tergantung pada nilai peluang antrian (QP%), yang dipengaruhi oleh derajat kejenuhan (DS). Oleh karena itu, perhitungan akan dilakukan dengan rumus di bawah ini, yaitu:
2.11 Marka Jalan
Merupakan rambu yang ditempatkan di atas atau ditempatkan pada permukaan jalan, diantaranya meliputi berbagai perangkat atau pada suatu tanda yang terdiri dari garis berbentuk, garis berbentuk
melintang, garis berbentuk miring, dan simbol. Marka ini berfungsi untuk mengatur pergerakan lalu lintas dan menggambarkan zona lalu lintas tertentu [11].
2.12 Rambu Lalu Lintas
Merupakan komponen instrumen dari infrastruktur jalan yang terdiri dari berbagai simbol, karakter, angka, kata, atau kombinasinya. Tujuan utamanya adalah untuk menyampaikan peringatan, larangan, petunjuk, atau arahan kepada pengguna jalan [10].
3. Metode Penelitian 3.1 Tahapan Penelitian
Pada tahap awal dari proses penelitian, telah dilakukan survei pendahuluan kemudian dilakukan pengumpulan data dan selanjutnya pengolahan data. Selama tahap ini, dilakukan beberapa rencana penelitian, mencakup tugas-tugas penting yang perlu segera dilaksanakan untuk meningkatkan efisiensi waktu dan pekerjaan. Dalam kerangka kerja penelitian ini, serangkaian prosedur berikutnya yang perlu dilakukan selama penelitian ialah:
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
3.2 Waktu Penelitian
Pengumpulan data dilakukan pada jam sibuk, yang diidentifikasi sebagai periode dengan jumlah kendaraan terbanyak sehingga dapat menjadi ukuran yang representatif untuk mengukur volume lalu lintas. Jadwal penelitian untuk hari Senin, Selasa, dan Rabu disusun untuk dilakukan pada pagi hari yang dimulai sejak pukul 06.00 hingga pukul 08.00 WIB, diikuti dengan sesi siang yang dimulai sejak pukul 11.00 hingga pukul 13.00 WIB, dan diakhiri dengan sesi sore hari yang dimulai sejak pukul 16.00 hingga pukul 18.00 WIB. Sementara untuk hari Sabtu, jam penelitian yaitu dimulai sejak pukul 06.00 hingga pukul 18.00 WIB.
3.3 Data Penelitian
Sumber utama pengumpulan data meliputi observasi lapangan serta data yang didapatkan dari lembaga yang berwenang. Sehingga pada penelitian, data yang dibutuhkan berasal dari sumber primer dan sekunder. Dalam hal ini, data primer yang dikumpulkan ini berasal dari pengamatan langsung di lapangan. Jenis data ini mencakup beragam informasi, termasuk pengukuran arus lalu lintas di
persimpangan, karakteristik fisik persimpangan, dan kondisi lingkungan yang ada. Maka, menurut data yang disediakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Kota Palangka Raya dihitung sebagai sumber sekunder.
3.4 Analisis Data
Sesudah data-data didapatkan maka selanjutnya dilakukan Analisis menggunakan MKJI 1997.
Sehingga dari hasil yang diperoleh dari analisis tersebut maka akan diketahui kinerja lalu lintas simpang.
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Kondisi Geometrik
Data geometrik persimpangan yang berkaitan dengan persimpangan perlu dikumpulkan untuk memberikan informasi yang komprehensif tentang kondisi saat ini yang ada di persimpangan tersebut.
Data yang diperlukan meliputi informasi seperti jumlah lajur dan arah masing-masing, kode pendekat, keberadaan median jalan, pengukuran lebar pendekat, serta pengukuran terhadap lebar bahu dan median jalan (hanya jika ada) [14]. Adapun hasil pengamatan di lokasi yaitu:
Gambar 2. Kondisi Geometrik Simpang Sumber: Hasil Survei, 2023
a. Keterangan jalan utama dan jalan minor, dimana jalan utama ini dikenal dengan nama Jalan Damang Batu memiliki lebar jalan 4 meter dan diklasifikasikan dalam kode pendekat A dan C.
Jalan minor yang dikenal dengan nama Jalan Pilau memiliki lebar jalan 5,2 meter dan diklasifikasikan dalam kode pendekat B.
b. Tidak ada median pada keseluruhan pendekat di lokasi penelitian ini.
4.2 Kondisi Lingkungan
Tata guna lahan di lingkungan persimpangan Jalan Damang Batu – Jalan Pilau terdapat beberapa toko dan rumah. Menurut MKJI 1997, dimana kondisi lingkungan jalan yang dimaksud termasuk kedalam kategori lingkungan jalan Komersial, yang ditandai dengan adanya hambatan samping sedang. Menurut data yang diperoleh BPS Kota Palangka Raya, dapat diketahui kalau jumlah keseluruhan dari jumlah penduduk Kota Palangka Raya pada tahun 2022 yaitu tercatat sebanyak 305.907 jiwa [3]. Maka dari itu, Kota Palangka Raya digolongkan kota kecil yaitu 0,1 – 0,5 juta jiwa penduduk.
4.3 Analisis Simpang
Tabel 2. Arus Lalu Lintas Kendaraan Hari Senin, Selasa, dan Rabu Waktu Arus Lalu Lintas (QTOT), smp/jam
Senin Selasa Rabu
06.00 - 07.00 1159.1 1222.9 1234.1
06.15 - 07.15 1092.1 1144.4 1215.5
06.30 - 07.30 929.6 1022.9 1040.7
06.45 - 07.45 844.6 925.7 930.3
07.00 - 08.00 823.5 852.6 835.7
11.00 - 12.00 930.6 929.8 883.5
11.15 - 12.15 854.7 855.7 825.2
11.30 - 12.30 837 831.7 854
11.45 - 12.45 839.7 789.8 869.4
12.00 - 13.00 861.4 758.5 880.1
16.00 - 17.00 1071.3 1114.5 1048.7
16.15 - 17.15 1075.5 1099.2 996.4
Waktu Arus Lalu Lintas (QTOT), smp/jam
Senin Selasa Rabu
16.30 - 17.30 1063.3 1104 993.9
16.45 - 17.45 967.3 1004.9 910.1
17.00 - 18.00 882.2 871.9 832.6
Sumber: Hasil Analisis, 2023
Tabel 3. Arus Lalu Lintas Kendaraan Hari Sabtu Sabtu
Waktu Arus Lalu Lintas
(QTOT) smp/jam Waktu Arus Lalu Lintas
(QTOT) smp/jam Waktu Arus Lalu Lintas (QTOT) smp/jam
06.00 - 07.00 941.4 09.45 - 10.45 770 13.30 - 14.30 737.7
06.15 - 07.15 921 10.00 - 11.00 770.2 13.45 - 14.45 705.7
06.30 - 07.30 838.1 10.15 - 11.15 798.8 14.00 - 15.00 648.5
06.45 - 07.45 805.6 10.30 - 11.30 810.6 14.15 - 15.15 613.7
07.00 - 08.00 769.5 10.45 - 11.45 806.4 14.30 - 15.30 584.4
07.15 - 08.15 794.8 11.00 - 12.00 783.7 14.45 - 15.45 614.3
07.30 - 08.30 793.6 11.15 - 12.15 811.4 15.00 - 16.00 652.8
07.45 - 08.45 771.9 11.30 - 12.30 786 15.15 - 16.15 723.1
08.00 - 09.00 787.6 11.45 - 12.45 797.5 15.30 - 16.30 775.6
08.15 - 09.15 787.2 12.00 - 13.00 802.3 15.45 - 16.45 841.8
08.30 - 09.30 829 12.15 - 13.15 753.7 16.00 - 17.00 924.4
08.45 - 09.45 847.8 12.30 - 13.30 756.7 16.15 - 17.15 962.8
09.00 - 10.00 843.6 12.45 - 13.45 766.9 16.30 - 17.30 979
09.15 - 10.15 822 13.00 - 14.00 767 16.45 - 17.45 907.3
09.30 - 10.30 801 13.15 - 14.15 742.4 17.00 - 18.00 804.4
Sumber: Hasil Analisis, 2023
Data yang digunakan untuk analisis adalah data yang menunjukkan jam puncak yang paling tinggi dalam rangkaian waktu jam sibuk yang diamati selama empat hari penelitian. Menurut kumpulan data di atas, dapat diamati bahwa telah terjadi kemacetan lalu lintas yakni di jam puncak yakni pada hari Rabu diantara pukul 06.00 – 07.00 WIB, serta dengan arus lalu lintas sebesar 1234,1 smp/jam di persimpangan Jalan Damang Batu – Jalan Pilau.
Selama periode waktu tersebut, kondisi lalu lintas ditandai dengan arus total (QTOT) yaitu sebesar 1234,1 smp/jam. Arus total ini terdiri dari sebesar 726,8 smp/jam di jalan utama (QMA), sebesar 507,3 smp/jam di jalan minor (QMI), dan 16 kendaraan/jam untuk kendaraan tak bermotor (QUM). Sedangkan rasio belok kiri (PLT) ialah sejumlah 0,48, sementara itu rasio belok kanan (PRT) ialah sejumlah 0,42.
Rasio arus jalan minor (PMI) didapat 0,4111, sementara itu rasio kendaraan tak bermotor (PUM) dihitung sejumlah 0,0069. Data-data tersebut di atas kemudian digunakan untuk tujuan analisis kinerja simpang.
Hasil analisis simpang bisa dilihat dalam Tabel 4 – 6 berikut.
1. Lebar Pendekat dan Tipe Simpang
Tabel 4. Lebar Pendekat dan Tipe Simpang Lebar Pendekat dan Tipe Simpang
Lebar Pendekat Jalan Utama 4 m
Lebar Pendekat Jalan Minor 5,2 m
Lebar Pendekat Seluruh Simpang 4,4 m
Tipe Simpang 322
Sumber: Hasil Analisis, 2023
2. Kapasitas
Tabel 5. Faktor Penyesuaian Kapasitas Faktor Penyesuaian Nilai
Kapasitas Dasar (C0) 2700
Lebar Pendekat (FW) 1,064
Faktor Penyesuaian Nilai
Median Jalan Utama (FM) 1,00
Ukuran Kota (FCS) 0,88
Hambatan Samping (FRSU) 0,94
Belok Kiri (FLT) 1,613
Belok Kanan (FRT) 0,703
Rasio Jalan Minor (FMI) 0,902
Kapasitas (C) 2431
Sumber: Hasil Analisis, 2023
3. Perilaku Lalu Lintas
Tabel 6. Perilaku Lalu Lintas
Perilaku Lalu Lintas Nilai
Arus Lalu Lintas (QTOT) 1234,1
Derajat Kejenuhan (DS) 0,51
Tundaan Lalu Lintas (DTI) 5,946
Tundaan Lalu Lintas Jalan Utama (DTMA) 4,493 Tundaan Lalu Lintas Jalan Minor (DTMI) 8,028
Tundaan Geometrik (DG) 4,833
Tundaan Simpang (D) 10,779
Peluang Antian (QP%) 25 – 11
Sumber: Hasil Analisis, 2023
Menurut hasil analisis tersebut di atas, maka bisa disimpulkan kalau kondisi simpang tidak menunjukkan kejenuhan, yang ditunjukkan dengan nilai derajat kejenuhan (DS) di bawah 0,75. Maka dari itu, tidak perlu dilakukan perubahan yang bertujuan untuk meningkatkan fungsionalitas simpang, seperti perubahan desain yang memiliki keterkaitan dengan lebar pendekat ataupun melakukan perhitungan ulang.
Tundaan (D) keseluruhan persimpangan diukur sebesar 10,779 det/smp. Sementara itu, tingkat pelayanan dikategorikan sebagai B, yang mengindikasikan adanya mobil yang berhenti saat melintasi persimpangan, namun dalam jumlah yang sedikit.
4.4 Penanganan Simpang
Berdasarkan hasil analisis kinerja simpang tak bersinyal menggunakan MKJI 1997 diperoleh nilai derajat kejenuhan (DS), serta tundaan (D) dan peluang antrian (QP%), maka penanganan simpang yang optimal untuk kedepannya adalah
a. Pemasangan APILL untuk saat ini masih belum diperlukan, melihat nilai derajat kejenuhan yang kurang dari 0,75 (DS < 0,75) dan tundaan yang kurang dari 30 det/smp.
b. Penambahan Marka Jalan seperti Marka Membujur dan Marka Melintang disetiap pendekat simpang untuk mengontrol atau mengatur arah pergerakan lalu lintas pada simpang.
c. Perlunya penambahan Rambu pada simpang seperti Rambu Peringatan Simpang Prioritas dan Rambu Larangan Berjalan Terus.
5. Kesimpulan
Menurut hasil yang diperoleh dari analisis kinerja simpang yang dilakukan pada persimpangan Jalan Damang Batu - Jalan Pilau, diketahui kalau hasilnya menunjukkan hasil yang baik. Arus lalu lintas total (QTOT) tercatat yakni sebesar 1234,1 smp/jam, sedangkan kapasitas (C) diperoleh yakni sebesar 2431 smp/jam. Didapat derajat kejenuhan (DS) yakni sebesar 0,51, yang menghasilkan tundaan (D) yakni sebesar 10,779 detik/smp. Selain itu, peluang antrian (QP%) berkisar antara 11% dan 25%. Maka, tingkat pelayanan persimpangan diklasifikasikan sebagai tingkat B, yang menunjukkan tingkat pelayanan yang Baik.
6. Saran
Untuk mengoptimalkan fungsi simpang tak bersinyal perlu dilakukan Penambahan Marka Jalan seperti Marka Membujur dan Marka Melintang disetiap pendekat simpang untuk mengontrol atau mengatur arah pergerakan lalu lintas pada simpang dan Penambahan Rambu pada simpang seperti Rambu Peringatan Simpang Prioritas dan Rambu Larangan Berjalan Terus.
7. Referensi
[1] Afdala Gani Lubis. Rekayasa Koordinasi Sinyal Antara Simpang (Tugu - AM Sangaji Yogyakarta). Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia, 2020.
[2] Anggi Oktavian. 2021. Analisis Lampu Lalu Lintas Di Simpang Glugur Dan Simpang Bambu II.
Fakultas Teknik Universitas Medan Area. Medan.
[3] Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya. 2022. Jumlah Penduduk Per Kabupaten Kota.
Palangka Raya.
[4] Cyndi Gustiandriyani. 2023. Analisis Penerapan Belok Kiri Langsung Pada Persimpangan Bersinyal (Studi Kasus : Simpang Empat Jelutung Kota Jambi). Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Jambi.
[5] D. Prasetyanto. 2019. Rekayasa Lalu Lintas dan Keselamatan Jalan. Institut Teknologi Nasional.
Bandung.
[6] Dillo Tanaka. 2021. Perubahan Pola Pergerakan Masyarakat Sekitar Jalan Sukajadi Pasca Rekayasa Lalu Lintas. Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional.
Bandung.
[7] Edmund Surya Jaya, Najid. 2021. Analisis Kapasitas Dan Kinerja Lalu Lintas Di Jalan H.R.
Rasuna Said Jakarta. Jurnal Mitra Teknik Sipil Vol. 4 No. 2.
[8] Furqon A. 2021. Analisis Kinerja Simpang tak Bersinyal Studi Kasus Simpang Yoman-Lembaksiu- Balaulang. Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal.
[9] Muhammad Haryadi. 2018. Analisis Kinerja Simpang Tak Bersinyal Jalan Selokan Mataram Yogyakarta Menggunakan Metode MKJI 1997. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia.
[10] Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 13 Tahun 2014. Rambu Lalu Lintas. Menteri Perhubungan. Jakarta.
[11] Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 34 Tahun 2014. Marka Jalan. Menteri Perhubungan.
Jakarta.
[12] Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 96 Tahun 2015. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas. Menteri Perhubungan. Jakarta.
[13] Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2021. Penyelenggaraan Penataan Ruang. Pemerintah Pusat. Jakarta.
[14] V. Bawangun, T. K. Sendow, dan L. Elisabeth, "Analisis Kinerja Simpang Tak Bersinyal Untuk Simpang Jalan W.R. Supratman Dan Jalan B.W. Lapian Di Kota Manado," Jurnal Sipil Statik, Vol. 3, No. 6, 2015.
[15] Yusmei Gulo. 2019. Analisa Perhitungan Lampu Lalu Lintas Pada Persimpangan Terhadap Titik Konflik Kendaraan. Fakultas Teknik Universitas Medan Area. Medan.