Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo 79
ANALISIS KINERJA SIMPANG
BERSINYAL DI PERSIMPANGAN KEJAKSAAN SUKOHARJO
Hendra Muhammad Arif
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo hendrakkmuh@gmail.com
ABSTRAK
Persimpangan Kejaksaan yang terletak di Kelurahan Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo. Kondisi lalu lintas pada persimpangan Kejaksaan terjadi konflik, penyebab utamanya adalah kinerja lampu lalu lintas yang kurang efektif dan sulitnya pengendara dari arah solo akan menuju kesimpang Jaksa Agung Suprapto, yang dikarenakan dari simpang Jenderal Sudirman arah utara dan simpang Jenderal Sudirman arah selatan lampu traffic light yang berwarna hijau menyala bersaamaan yang mengakibatkan pengendara sulit untuk berbelok kearah simpang Jaksa Agung Suprapto. Survey dilakukan selama 2 hari yaitu satu hari kerja dan satu hari libur jam-jam sibuk dan malam hari saat dibukanya dua jalur disimpang Jaksa Agung Suprapto untuk masing-masing hari, Setelah data terkonversi dalam satuan mobil penumpang maka berdasarkan teori-teori transportasi dilakukan tahapan-tahapan perhitungan berasarkan MKJI 1997.
Berdasarkan Pengumpulan data serta penilitian diatas maka diperoleh hasil penelitian yang berisi penyelesaian, yaitu perlu penambahan lampu flash pada pagi hari disimpang Jenderal Sudirman dari arah utara agar mengurangi panjang antrian kendaraan disimpang Jenderal Sudirman arah utara dan menerapkan sistem satu selama 24 jam disimpang Jaksa Agung Suprapto agar mengurangi konflik utama saat malam hari.
Kata Kunci : jalan, kinerja simpang, lalu lintas, sistem pengaturan
PENDAHULUAN
Traffic light adalah lampu yang digunakan untuk mengatur kelancaran lalu lintas
di suatu persimpangan jalan dengan cara memberi kesempatan pengguna jalan dari masing–masing arah untuk berjalan secara bergantian. Karena fungsinya yang begitu penting maka lampu lalu lintas harus dapat dikendalikan atau dikontrol semudah dan efisien mungkin guna memperlancar arus lalu lintas di suatu persimpangan. Seiring dengan perkembangan zaman yang juga disertai dengan perkembangan teknologi, jumlah kendaraan yang ada terus bertambah banyak sehingga lalu lintas di jalan juga semakin bertambah padat akan tetapi hal tersebut tidak di ikuti dengan perkembangan infastruktur yang ada.
Perkembangan tersebut membawa dampak terhadap sistem lalu lintas yang ada yaitu dalam sistem pengaturan waktu penyalaan traffic light. Persimpangan merupakan jalinan jalan yang memiliki posisi penting dan kritis dalam mengatur arus lalu lintas. Tidak praktis dan tidak optimalnya kinerja simpang akan menimbulkan permasalahan.Oleh karena itu, pengaturan kinerja simpang dan pemakaian sinyal yang optimal sangat di perlukan untuk mengatur arus lalu lintas agar tidak terjadi permasalahan pada persimpangan-persimpangan di kota Sukoharjo.
80 Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Jalan di kota Sukoharjo merupakan penunjang bagi penduduk dalam melakukan aktifitas dan sarana untuk meningkatkan perekonomian terutama di Jl. Jenderal Sudirman, Jl. Calen III, dan Jl. Jaksa Agung yang paling penting. Saat pagi dan siang hari pada Jl. Jenderal sudirman dari arah Solo menuju Wonogiri mengalami penumpukan kendaraan di lampu lalu lintas karena volume yang tinggi begitu sebaliknya dari arah Wonogiri menuju ke arah Solo. Sedangkan untuk jam 6 sore keatas pada Jl. Jenderal Sudirman dari arah Solo yang akan berbelok ke Jl. Jaksa Agung Suprapto agak sulit karena lampu traffic light dari arah Wonogiri menuju Solo dan Solo menuju ke arah Wonogiri memiliki fase traffic light yang nyala bersamaan, sehingga untuk arah lajur dari Solo–Wonogiri yang mengambil ke arah kanan akan menimbulkan konflik dari arah Wonogiri–Solo sehingga kendaraan yang menuju ke arah Jl. Jaksa Agung Suprapto memicuterjadinya kecelakaan lalu lintas. Dengan kasus seperti di atas, maka perlu adanya evaluasi kinerja pengaturan lalu lintas yang didukung oleh suatu studi pengaturan lalu lintas untuk menghasilkan kinerja simpang yang optimal.
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, dan jalan kabel
Traffic Light adalah lampu yang mengendalikan arus lalu lintas yang terpasang di persimpangan jalan, tempat penyebrangan jalan pejalan kaki (zebra cross),dan tempat arus lalu lintas lainnya.Lampu ini yang menandakan kapan keadaan harus berjalan atau harus berhenti secara bergantian dari berbagai arah. Pengelolaan arus lalu lintas secara signifikan dapat mengurangi emisi CO2 berbahaya. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997) pada suatu persimpangan umumnya sinyal lalu lintas dipergunakan untuk alasan sebagai berikut:
1. Untuk menghindari kemacetan persimpangan akibat adanya konflik arus lalu lintas. Sinyal lalu lintas umumnya diperlukan untuk simpang dengan arus lalu lintas lebih dari 1.000 kendaraan/jam puncak pada simpang-simpang dengan jalan dua lajur dan untuk simpang dengan arus lalu lintas lebih dari 1.500 kendaraan/jam puncak pada simpang-simpang dengan empat lajur atau lebih. 2. Untuk memberi kesempatan pada kendaraan dan pejalan kaki dari jalan simpang
atau jalan kecil untuk memotong jalan utama.
3. Untuk mengurangi tingkat kecelakaan yang diakibatkan oleh tubrukan (collisions) antara kendaraan pada arah yang terdapat konflik.
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo 81 Menurut MKJI (1997), kapasitas ruas jalan dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :
C= Co x Fcw x FCsp x FCsf xFCcs (1)
Keterangan :
C = kapasitas (smp/jam) Co = kapasitas dasar (smp/jam) FCw = faktor penyesuaian lebar lajur FCsp = faktor penyesuaian pemisah arah FCsf = faktor penyesuaian hambatan samping FCcs = faktor penyesuaian ukuran kota
Menurut MKJI 1997, derajat kejenuhan adalah perbandingan antara jumlah arus totaldengan kapasitas jalan. Derajat kejenuhan dinyatakan dengan formula:
DS = Q / C (2)
Keterangan :
DS = Derajat kejenuhan Q = Arus total (smp/jam) C = Kapasitas (smp/jam)
Tujuan utama dari pengaturan lalu lintas umumnya adalah untuk menjaga keselamatan arus lalu lintas dengan memberi petunjuk-petunjuk yang jelas dan terarah, tidak menimbulkan keraguan. Pengaturan lalu lintas di simpang dapat dicapai dengan menggunakan lampu lalu lintas, marka, dan rambu-rambu yang mengatur, mengarahkan, dan memperingatkan.
Dari pemilihan pengaturan simpang dapat ditemukan tujuan yang ingin dicapai dengan pengaturan simpang seperti berikut :
1. Mengurangi maupun menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan yang berasal dari berbagai kondisi titik konflik.
2. Menjaga kapasitas dari simpang agar dalam oprasinya dapat dicapai pemanfaatan simpang yang sesuai dengan rencana.
3. Dalam operasinya dari pengaturan simpangan harus memberikan petunjuk yang jelas dan pasti sederhana, mengarahkan lalu lintas pada tempatnya yang sesuai dan aman.
82 Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada simpang bersinyal empat lengan Jl. Jenderal
Sudirman - Jl. Jaksa Agung Suprapto - Jl. Calen III. Kondisi simpang tersebut menunjang terjadinya kemacetan lalu lintas karena kawasan tersebut merupakan jalan provinsi. Peta lokasi penelitian secara lengkap seperti pada GAmbar 1.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Pengambilan Data
Data - data yang diperlukan untuk menganalisa kapasitas dan tundaan pada persimpangan lengan Jl. Jenderal Sudirman - Jl. Jaksa Agung Suprapto - Jl. Calen III, yaitu :
1. Data volume lalu lintas setiap lengan persimpangan pada jam sibuk. 2. Data geometrik jalan (lebar dan jumlah jalur).
3. Data keadaan lingkungan dan tata guna lahan di daerah persimpangan.
Pengumpulan data dilakukan di persimpanganlengan Jl. Jenderal Sudirman - Jl. Jaksa Agung Suprapto - Jl. Calen III. Pada persimpangan tersebut terdapat empat (4) lengan percabangan. Setiap lengan simpang ditempatkan pos yang terdiri dari 2 orang personil, dimana setiap personil bertugas mencatat volume kendaraan terdiri dari kendaraan yang bergeraklurus, kendaraan belok kanan, dan kendaraan yang belok kiri pada setiap lengan persimpangan.
Survey lalu lintas dilakukan selama 2 hari yaitu 1 hari kerja dan 1 hari libur. Survey dilakukan pada jam-jam sibuk untuk masing-masing lengan percabangan yaitu :
1. Pagi hari antara pukul 06.30 sampai dengan 09.00 WIB 2. Siang hari antara pukul 12.00 sampi dengan 14.00 WIB
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo 83 3. Sore hari antara pukul 16.00 sampai dengan 18.00 WIB
4. Malam hari antara pukul 19.00 sampai dengan 20.00 WIB
Secara keseluruhan kegiatan penelitian ini dapat digambarkan kedalam bagan alir seperti terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persimpangan Kejaksaan Sukoharjo merupakan salah satu persimpangan yang terdapat lampu lalu lintas sebagai pengatur lalu lintas, serta mempunyai tingkat lalu lintas yang sangat sibuk. Berdasarkan criteria pada Tabel 1 maka persimpangan Kejaksaan Sukoharjo merupakan jalan kolektor dengan kelas jalan I (arteri) dan melayani lalu lintas 2 arah. Survei kondisi jalan dilakukan menyeluruh pada masing-masing lengan yang mempunyai dua arah lalu lintas pada masing-masing-masing-masing lengan. Survei lalu lintas pada masing-masing lengan meliputi lebar jalan, panjang antrian kendaraan, nyala lampu lalu lintas, dan jumlah kendaraan yang melalui persimpangan tersebut baik kendaraan ringan, kendaraan berat, kendraan bermotor maupun kendaraan tak bermotor.
84 Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Tabel 1. Klasifikasi kelas jalan beserta MST berdasarkan UU 22 Tahun 2009 pasal 19:
MST berdasarkan berat as kendaraan.
A. Data Masukkan Pada Lokasi Penelitian Data Geometrik Jalan :
a). Lebar Jl. Jenderal Sudirman = 16,00 m
b.) Lebar Jl. Callen III = 3,50m
c). Lebar Jl. Jaksa Agung = 7,00 m
d). Kelas Jalan = I
e). Konstruksi = Flexible Pavement
Data Panjang Antrian Setiap Lengan Persimpangan
a). Jl. Jenderal Sudirman (u) = 52,8 m b). Jl .Jenderal Sudirman (s) = 48,4 m
c). Jl. Callen III = 8 m
d). Jl. Jaksa Agung = 83,7m
Data Waktu Nyala Lampu Lalu Lintas.
Pada persimpangan Kejaksaan Agung Sukoharjo diperoleh data nyala lampu lalu lintas sebagai berikut :
1. Jl. Jenderal Sudirman - Merah = 33 detik - Hijau = 17 detik - Kuning = 3 detik 2. Jl. Callen III - Merah =41 detik - Hijau =9 detik - Kuning = 2 detik
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo 85 3. Jl. Jaksa Agung
- Merah = 36 detik
- Hijau = 13 detik
- Kuning = 3 detik
B. Analisis dan Perhitungan
Analisis Kemacetan dan Konflik Jalan Pada Lokasi Penelitian
Dari data teknis jalan pada persimpangan Kejaksaan Sukoharjo diatas bahwa lebar jalan pada persimpangan Kejaksaan Sukoharjo termasuk dalam klasifikasi kelas jalan I (arteri), pada persimpangan Kejaksaan Sukoharjo terdapat 4 lampu traffic
lihgtyang pertama lampu traffic light di simpang Jenderal Surdirman arah utara dimana
lamputraffic light berwarna merah menyala selama 32 detik, kuning 3 detik, dan hijau 17 detik. Kedua disimpang Jenderal Sudirman arah selatan lampu traffic lightberwana merah menyala selama 32 detik, kuning 3 detik, dan hijau 17 detik. Ketiga disimpang Jaksa Agung Suprapto dimana lampu traffic light merah menyala selama 36 detik, kuning 3 detik dan hijau 13 detik. Keempat disimpang Callen III lampu traffic light berwarna merah menyala selama 41 detik, kuning 2 detik, dan hijau 9 detik.Terjadinya konflik karena kendaraan dari Jl. Jenderal Sudirman (utara) dan Jl. Jenderal Sudirman (selatan) berajalan berasamaan atau lampu traffic light berwarna hijau menyala bersamaan hal ini menyebabkan sulitnya kendaraan yang akan berbelok kearah Jl. Jaksa Agung Suprapto pada malam hari atau pada saat dibukanya dua jalur di Jl. Jaksa Agung Suprapto.
Data Volume Lalu lintas Harian
Data ini diambil dari lokasi pengamatan yang ada pada persimpangan Kejaksaan Sukoharjo. Rekapitulasi hasil perhitungan volume lalu lintas tersebut dinyatakan dalam satuan smp/jam, yang didapat dari survei langsung lokasi persimpangan tersebut. Berdasarkan data tipe jalan dua lajur tak terbagi (2/2 UnDevided) jumlah arus lalu lintas total dua arah > 1800 kendaraan/jam dan lebar jalur> 6m maka nilai ekuivalensi mobil penumpang untuk kendaraan berat (Heightweight Vehicle/HV) adalah 1,3, untuk kendaraan ringan adalah 1,0 dan untuk sepeda motor adalah 0,2 untuk terlindung dan 0,4 untuk terlawan.
Perhitungan Data Survei
Dalam menganalisa data-data di lapangan untuk menetapkan kapasitas dan tundaan pada persimpangan Kejaksaan Sukoharjo menggunakan metode Manual
86 Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 membandingkan dua perhitungan yaitu dengan 4 fase dan 3 fase.Dari hasil survey yang saya lakukan terdapat 2 hasil tundaan simpang rata-rata di persimpangan Kejaksaan Sukoharjo yaitu :
1. Dengan 4 fase yaitu Jendral Sudirman Utara, Jendral Sudirman Selatan, Jaksa Agung Suprapto dan Calen 3.
2. Dengan 3 fase yaitu Jendral Sudirman Utara dan Selatan, Jaksa Agung Suprapto dan Calen 3.
Hasil yang didapat dari persimpang Kejaksaan Sukoharjo dengan perhitungan 4 fase, diperoleh data lapangan seperti yang terlihat pada Tabel 2
Tabel. 2. Data Hasil Survei Lapangan
Kode Pendekat Arus Lalu Lintas Lebar Pendekat Lebar Masuk Belok Kiri Langsung Lebar Keluar Utara 1982 16 8 0 8 Selatan 1872 7 3,5 1,5 3,5 Timur 1261 16 8 0 8 Barat 222 3,5 1,75 0,75 1,75
Data arus lalu lintas dari survei yang dilakukan pada hari Senin dan Minggu dapat diketahui konflik pada Persimpangan Kejaksaan Sukoharjo, adapun data arus lalu lintas dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Arus Lalu Lintas pada Jam Sibuk untuk Masing-masing Approach
Pendekat Kode Waktu TOTAL 07.00-08.00 LTOR ST RT FASE A Utara Jl. Jenderal Sudirman (u) Kendaraan Ringan 0 280 22 302 Kendaraan Berat 0 0 0 0 Sepeda Motor 0 1102 578 1680
Kendaraan Tak Bermotor 0 7 8 15
FASE B Jl. Jenderal Sudirman (s) Kendaraan Ringan 32 292 0 324 Kendaraan Berat 0 12 0 12 Sepeda Motor 134 780 0 914
Kendaraan Tak Bermotor 18 10 0 28
FASE C Selatan Jl. Jaksa Agung Kendaraan Ringan 12 240 160 412 Kendaraan Berat 0 52 0 52 Sepeda Motor 18 850 526 1394
Kendaraan Tak Bermotor 7 11 6 24
FASE D Barat Jl. Callen III Kendaraan Ringan 8 10 8 26 Kendaraan Berat 0 0 0 0 Sepeda Motor 45 55 89 189
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo 87 Tundaan yang terjadi pada setiap kendaraan dapat diakibatkan oleh tundaan lalulintas rata-rata (DT), tundaan akibat geometrik (DG) dan tundaan rata-rata tiap pendekat (D) adalah jumlah dari tundaan lalu lintas rata-rata. Hasil perhitungan tundaan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perhitungan Tundaan
Kode Pendekat Arus Lalu Lintas (Q) Smp/jam DT Det/smp DG Det/smp D = DT + DG Det/smp D x Q Smp.det Utara 638 34,321 3,936 38,257 24408 Selatan 778,4 25,167 3,701 28,868 22471 Timur 573,3 35,374 3,830 39,204 22476 Barat 70,8 83,687 4,832 88,519 6267 QTOT 2060,5 ∑ 75622
Hasil perhitungan tundaan simpang rata-rata di persimpangan Kejaksaan Sukoharjo dengan 3 fase adalah sebagai berikut:
D1 =
=
= 36,701 detik/smp
C. Pembahasan
Kinerja simpang bersinyal pada persimpangan Kejaksaan Sukoharjo terdapat beberapa konflik terutama pada malam hari atau saat dibukanya jalur untuk belok kearah simpang Jaksa Agung Suprapto lampu traffic light yang menujukan untuk berbelok kearah simpang Jaksa Agung Suprapto tidak ada dan pada simpang Jenderal Sudirman dari arah (s) dan simpang Jenderal Sudirman (u) lampu traffic light berwana hijau menyala bersamaan atau kendaraan pada simpang Jenderal Sudirman dari arah utara dan selatan melaju bersamaan yang mengakibatkan pengendara sulit untuk berbelok kearah simpang Jaksa Agung Suprapto. Hal ini dapat menimbulkan konflik kendaraan yang fatal karena konflik kendaraan ini merupakan konflik utama.
Dari hasil perhitungan sebelumnya maka diperoleh 2 alternatif solusi yang berbeda yaitu dengan menggunakan cara 4 fase dan cara 3 fase. 4 fase meliputi Jl. Jenderal Sudirman (u) – Jl. Jenderal Sudirman (s) – Jl. Jaksa Agung Suprapto – Jl. Callen
88 Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo III, dan 3 fase meliputi Jl. Jenderal Sudirman (u), Jl. Jenderal Sudirman (s) – Jl. Jaksa Agung Suprapto – Jl. Callen III. Dari perhitungan 4 fase diperoleh derajat kejenuhan (DS) arus lalu lintas mencapai 0,855 smp/jam, hasil perhitungan tundaan simpang rata-rata dipersimpangan Jaksa Agung Suprapto diperoleh 49,696 detik/smp. Untuk 3 fase diperoleh derajat kejenuhan (DS) arus lalu lintas mencapai 0,83 smp/jam, hasil perhitungan tundaan simpang rata-rata dipersimpangan kejaksaan Sukoharjo diperoleh36,701 detik/smp.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja persimpangan Kejaksaan Sukoharjo kurang efektif karena pada saat dibukanya jalur dua arah disimpang Jaksa Agung Suprapto pada malam hari untuk belok kearah simpang Jaksa Agung Suprapto lampu traffic light yang menujukan untuk berbelok kearah simpang Jaksa AgungSuprapto tidak ada dan pada simpang Jenderal Sudirman dari arah (s) dan simpang Jenderal Sudirman (u) lampu traffic light berwana hijau menyala bersamaan atau kendaraan pada simpang Jenderal Sudirman dari arah utara dan selatan melaju bersamaan yang mengakibatkan pengendara sulit untuk berbelok kearah simpang Jaksa Agung Suprapto. Maka dari hasil kinerja persimpang Kejaksaan Sukoharjo tersebut sulit untuk bisa dipertahankan dikarenakan hal ini dapat menimbulkan konflik kendaraan yang fatal karena konflik kendaraan ini merupakan konflik utama.
Persimpangan Kejaksaan Sukoharjo dapat dioptimalkan dengan cara memaksimalkan kinerja traffic light 24 jam dengan tanpa menghilangkan jalur 1 satu arah dari simpang Jaksa Agung Suprapto, dikarenakan pada pukul 18.00 atau malam hari dibukanya dua jalur pada simpang Jaksa Agung Suprapto yang biasa mengakibatkan konflik utama.
DAFTAR PUSTAKA
Bachiar, H., 2008. Kinerja Simpang Bersinyal dan Analisis Keterkaitan dengan Resiko
Kecelakaan : studi kasus simpang UPN. Tugas Akhir. Yogyakarta: Jurusan
Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Lawalata, G. M. (2010). Studi Konflik Lalu Lintas Sebagai Alat Mengevaluasi
Pengaturan Lalu Lintas (Studi Kasus Simpang-T Bandung) . Bandung: Pusat
Litbang Jalan dan Jembatan.
Mayasari, R. (2009). Analisis Efektifitas Lampu Lalu Lintas di Kota Surakarta . Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo 89 Radhitya, G., 2013. Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal : Studi Kasus Simpang Sagan, Yogyakarta. Tugas Akhir. Yogyakarta: Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Tamam Muhammad Fikri, B. A. (2016). Analisis Kinerja Simpang Bersinyal (Studi Kasus
: Jalan Tegar Beriman _ Jalan Raya Bogor. Bogor: Universitas Pakuan.
Umum, D. P. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta: Direktoral Jenderal Bina Marga.