STRATEGI PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SMP ISTIQAMAH BANDUNG
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Magister
Ilmu Pendidikan dalam Bidang Pendidikan Umum/Nilai
Oleh:
LISNAWATI
NIM.1005042
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013
HALAMAN PENGESAHAN TESIS
LISNAWATI 1005042
STRATEGI PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SMP ISTIQAMAH BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Pembimbing I
Prof.Dr.H.Dasim Budimansyah, M.Si.
NIP. 196203161988031
Pembimbing II
Dr. Zaenal Alimin, M.Ed.
NIP. 195903241984031002
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Pendidikan Umum
Prof.Dr.H.Dasim Budimansyah, M.Si.
HALAMAN PERNYATAAN
“Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Strategi
Pengembangan Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus di SMP
Istiqamah Bandung” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran
terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.
Bandung, Juli 2013
Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Lisnawati, (1005042). Strategi Pengembangan Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus di SMP Istiqamah Bandung. Penelitian ini mengangkat fenomena dari sebuah kasus yang terjadi pada seorang anak berkebutuhan khusus di SMP Istiqamah Bandung yang melibatkan seorang anak berkebutuhan khusus, tiga orang guru dan orang tua siswa. Masalah pokok yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi pengembangan kemandirian anak berkebutuhan khusus yang diterapkan di SMP Istiqamah Bandung. Dalam menjawab pertanyaan tersebut penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Aunillah (2011) bahwa persyaratan untuk mewujudkan kemandirian pada peserta didik adalah sebagai berikut: 1) berilah bekal keterampilan untuk mengurus diri sendiri, 2) bentuklah kegiatan yang merangsang kegiatan sekolah untuk mandiri, 3) mintalah peserta didik untuk membuat program kegiatan positif, 4) biarkan peserta didik mengatur waktunya sendiri, 5) peserta didik diberi tanggungjawab, 6) mewujudkan kondisi badan yang sehat dan kuat, 7) berilah kebebasan peserta didik untuk menentukan tujuannya sendiri, 8) menyadarkan peserta didik bahwa guru tidak selalu ada disisinya. Untuk menjawab permasalahan, penulis merumuskan beberapa pertanyaan penelitian, antara lain; 1) Bagaimana profil SMP Istiqamah Bandung? 2) Bagaimana pihak sekolah memperlakukan anak berkebutuhan khusus? 3) Kendala-kendala apa yang dihadapi selama menangani anak berkebutuhan khusus? 4) Langkah apa saja yang ditempuh dalam mengatasi berbagai kendala selama menangani anak berkebutuhan khusus? 5) Faktor apa saja yang mendukung terciptanya kemandirian anak berkebutuhan khusus? 6) Program apakah yang diterapkan sekolah sehingga tercipta kemandirian anak berkebutuhan khusus?. Analisis data yang digunakan adalah model kualitatif melalui tahap obeservasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil analisis data adalah sebagai berikut: 1) SMP Istiqamah adalah sekolah Islam yang memadukan dua kurikulum, yakni kurikulum Dinas Pendidikan Kota Bandung dan Departemen Agama. 2) Perlakuan sekolah terhadap siswa berkebutuhan khusus mengalami proses perubahan yang meningkat, dimulai dari titik keraguan, berubah menjadi open minded (pikiran terbuka). 3) Kendala yang dihadapi selama menangani anak berkebutuhan khusus terkait masalah motorik kasar dan halus, serta sistem komunikasi yang terganggu. 4) Beberapa langkah yang ditempuh dalam mengatasi kendala selama menangani anak berkebutuhan khusus yakni melalui penerapan pola pendekatan dalam strategi perubahan sikap. 5) Faktor yang mendukung terciptanya kemandirian anak berkebutuhan khusus bersumber dari motivasi, baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik. 6) Program sekolah yang mampu mengembangkan kemandirian anak berkebutuhan khusus terbagi menjadi dua, yakni untuk guru dan peserta didik.
ABSTRACT
Lisnawati, (1005042). Independence Strategy Development Children with Special Needs in junior Istiqamah Bandung. This study raised the phenomenon of a case which occurred in a child with special needs in junior Istiqamah Bandung involving a child with special needs, three teachers and parents. Principal issue raised in this study is how the independence development strategy adopted children with special needs in junior Istiqamah Bandung. In answering these questions the author uses the theory advanced by Aunillah (2011) that the requirement to achieve independence in the students is as follows: 1) give the skills provision to take care of themselves, 2) form a stimulating activity for independent school activities, 3) ask learners to make positive activities program, 4) let the students set up their own time, 5) learners are given the responsibility, 6) creating conditions for a healthy and strong body, 7) give learners the freedom to define their own goals, 8) sensitize learners that teachers are not always there by his side. To solve the problem, the authors formulate some research questions, among others: 1) What is the profile Istiqamah SMP Bandung? 2) How the school treats children with special needs? 3) what constraints faced during work with children with special needs? 4) What steps should be taken to overcome the obstacles for handling children with special needs? 5) What are the factors that support the creation of a special needs child's independence? 6) whether the program is implemented so as to create independent school children with special needs?. Analysis of the data used is the qualitative model through the stages of observation, interviews, and documentation. Results of data analysis are as follows: 1) SMP Istiqamah is Islamic school curriculum that combines two, namely curriculum Department of Education and Religious Affairs Bandung. 2) Treatment of schools to students with special needs to experience the process of incremental change, starting from the point of doubt, turn out to be open minded (open-minded). 3) Obstacles encountered during handling children with special needs related to gross and fine motor problems, and impaired communication systems. 4) Some of the steps taken to overcome the obstacles for handling children with special needs through the application of a strategic approach to changing attitudes. 5) Factors that support the creation of independent special needs children comes from motivation, both intrinsic and extrinsic motivation. 6) school program that is able to develop independence in children with special needs are divided into two, namely for teachers and learners.
DAFTAR ISI
Hal.
PERNYATAAN ………... i
ABSTRAK ……… ii
KATA PENGANTAR ………... iv
DAFTAR ISI ………. v
UCAPAN TERIMA KASIH ……… viii
DAFTAR TABEL ……… xii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………... 6
1. Identifikasi Masalah ... 6
2. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 9
1. Manfaat Teoritis ……… 9
2. Manfaat Praktis ………. 9
E. Stuktur Organisasi ……….. 10
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ……….. 12
A. Kemandirian ... 12
1.Pengertian Kemandirian ……… 12
2. Hakekat Kemandirian dalam Pendidikan Umum ………. 14
3. Strategi Pengembangan Kemandirian ……….. 19
B. Pembelajaran dan Pendidikan ……….. 26
1. Makna Pembelajaran ………... 26
2. Hakekat Pendidikan ……….
v
3. Prinsip dan Pendekatan Pembelajaran Pengembangan sikap .. 35
C. Anak Berkebutuhan Khusus ………. 37
BAB III. METODE PENELITIAN ... 46
A. Pendekatan penelitian ... 46
B. Lokasi Penelitian ... 47
C. Informan Penelitian ... 47
D. Prosedur Penelitian ... 49
E. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian ... 51
1. Teknik pengumpulan data ... 51
a. Observasi ... 51
b. Wawancara ……….. 51
c. Dokumen ... 53
2. Teknik pengembangan Instrumen Penelitian ... 53
F. Pengolahan Data ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 53
. A. Hasil penelitian ………. 53
1. Profil SMP Istiqamah Bandung ... 56
2. Perlakuan Sekolah terhadap Anak Berkebutuhan Khusus ….. 56
3. Kendala-kendala yang Dihadapi Selama Menangani Anak Berkebutuhan Khusus ………. 69
4. Langkah-langkah yang Ditempuh dalam Mengatasi Berbagai Kendala Selama Menangani Anak Berkebutuhan Khusus ….. 71
5. Faktor-faktor yang Mendukung Terciptanya Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus ………. 74
B. Pembahasan ……….. 84
1. Profil SMP Istiqamah Bandung ... 84
2. Perlakuan Sekolah terhadap Anak Berkebutuhan Khusus …… 85
3. Kendala-kendala yang Dihadapi Selama Menangani Anak Berkebutuhan Khusus ……….. 87
4. Langkah-langkah yang Ditempuh dalam Mengatasi Berbagai Kendala Selama Menangani Anak Berkebutuhan Khusus ….. 89
5. Faktor-faktor yang Mendukung Terciptanya Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus ………. 90
6. Program yang Diterapkan Sekolah sehingga Tercipta Kemandirian pada Anak Berkebutuhan Khusus……… 92
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….. 95
A. Kesimpulan ……….. 95
1. Kesimpulan Umum ………. 95
2. Kesimpulan Khusus ……… 98
B. Rekomendasi ……… 99 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan sering kita temukan berbagai macam
permasalahan, salah satunya adalah masalah diskriminasi yang secara tidak
langsung dialami oleh para orang tua yang memiliki anak yang tergolong
disability. Kendala yang dihadapi para orang tua yang memiliki anak disability ini
tidak bertumpu pada masalah diskriminasi saja, melainkan faktor finansial dan
keterbatasan jumlah sekolah luar biasa di daerah-daerah yang jauh dari perkotaan
menghambat keinginan besar mereka untuk mengantarkan anaknya pada kondisi
yang lebih baik lagi. Upaya yang mereka lakukan ini merupakan perwujudan dari
kesungguhan mereka dalam menjalankan amanah dari Allah Swt.
Menurut pandangan Islam mengenai hak anak dalam mendapatkan pendidikan, sebetulnya terkait erat dengan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Orang tua berkewajiban memberikan perhatian kepada anak dan dituntut untuk tidak lalai dalam mendidiknya. Jika anak merupakan amanah dari Allah Swt., otomatis mendidiknya termasuk dari bagian menunaikan amanah-Nya. (Sauri, 2010:87)
Tidak sedikit kasus sosial yang menggambarkan betapa kehidupan
masyarakat berkelas ekonomi rendah sangat rentan pada tumbuhnya komunitas
baru yang di dalamnya terdapat manusia-manusia yang mengalami
keterbelakangan mental maupun fisik. Pola hidup, gizi buruk, sanitasi, serta latar
belakang pendidikan, merupakan faktor-faktor yang secara langsung maupun
tidak sangat memengaruhi munculnya kondisi yang sama sekali tidak pernah
sama sekali tidak dapat diprediksi oleh pihak manapun, yakni takdir Allah. Fakta
tersebut sejalan dengan kondisi ril di lapangan, yang terungkap dalam sebuah
penelitian Widiati ( http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_
BIASA/195310141987).
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan angket dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus tidak bersekolah yaitu: a. Faktor Ekonomi Dari 30 responden, semua menyatakan bahwa penyebab ABK tidak sekolah karena orang tuanya miskin. Kebanyakan sebagai buruh tani yang menggarap sawah orang lain dengan upah sehari Rp. 10.000,- kalau ada yang menyuruh, kalau tidak ada ya menganggur. Dengan pendapatan yang tidak menentu, maka anaknya tidak disekolahkan dengan kendala masalah biaya. b. Faktor tempat tinggal. Pada umumnya tempat tinggal ABK adalah jauh dari sekolah umum, apalagi di desa tersebut belum ada SLB. Untuk menuju sekolah diperlukan biaya transportasi dengan ojek yang mahal, sehingga orang tua merasa keberatan menyekolahkan anaknya. c. Faktor Psikologis. Dengan kehadiran anak yang mengalami kecacatan, para orang tua merasa ada beban mental yang berat, sehingga ada yang merasa malu, menolak, dan sebaliknya merasa kasihan dan sangat melindungi atau overproteksi. Akhirnya anak tidak disekolahkan karena menganggap tidak mampu apa-apa. d. Faktor pendidikan orang tua. Kebanyakan orang tua ABK adalah lulusan SD dan malah ada beberapa orang yang tidak lulus SD, sehingga tidak memahami kondisi dan kemampuan anaknya yang cacat, tidak paham akan pentingnya pendidikan bagi ABK, karena mereka juga tidak sekolah. e. Faktor sosial para orang tua merasa malu membawa anaknya yang cacat ke sekolah, takut diejek oleh orang lain, akhirnya anak dibiarkan saja di rumah tidak dapat bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain. f. Faktor guru sekolah umum. Berhubung di kecamatan Sukanagara belum ada SLB, ada beberapa ABK yang mencoba sekolah di sekolah umum, akan tetapi karena guru umum belum memahami cara mengajar ABK, maka pendidikan bagi mereka kurang maksimal, akhirnya ABK keluar lagi dari sekolah.
Era globalisasi yang menuntut lahirnya masyarakat pendukung yang
berkualitas jelas sangat tidak sepadan dengan permasalahan sosial yang sedang
posisi mereka. Tentu saja harus ditemukan formula ampuh guna mengatasi
kendala sosial yang menghinggapi anak-anak bangsa yang di masa mendatang
akan menjadi agen pembaharu bagi kemajuan bangsa ini.
Sektor pendidikan merupakan sektor paling strategis dalam menentukan
arah kehidupan bangsa di masa yang akan datang, karena dalam proses
pendidikan terdapat beberapa aspek penting yang sangat berpengaruh. Seperti
yang dijabarkan oleh Sauri (2010:90) , bahwa:
Dalam pendidikan setidaknya mengandung aspek-aspek: 1. pembinaan manusia;
2. aktualisasi fitrah (potensi) kemanusiaan, yaitu daya potensial yang sudah tersedia sejak awal penciptaan, yaitu pikir, rasa, karsa, dan keterampilan berbuat;
3. oleh orang yang dapat memberi pengaruh;
4. bertujuan me”manusiawi”kan manusia sebagai diri yang mandiri dan bertanggungjawab;
5. pengakuan hak asasi anak.
Oleh sebab itulah pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui
Permendiknas No.70/2009 tentang Pendidikan Inklusi bagi peserta didik yang
memiliki kelainan dan memiliki potensi atau bakat istimewa. Peraturan ini
mewajibkan setiap kecamatan memiliki satu sekolah dengan setiap jenjang
pendidikan untuk sekolah inklusi. Namun, mulai 2013 setiap sekolah ditargetkan
sudah siap menerima ABK.
SMP Istiqamah, sebuah sekolah Islam di kota Bandung, pada tahun
pelajaran 2011/2012 merupakan salah satu sekolah yang wajib mematuhi
Permendiknas No.70/2009, karena kedatangan seorang tamu istimewa yang
masuk dalam kategori ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Sejak pertama kali
Baru) yang cukup ketat. Calon peserta didik diwajibkan mengikuti beberapa tahap
seleksi, diantaranya meliputi seleksi akademik, keagamaan, dan psikotes.
Berdasarkan standar serta proses penilaian yang ditetapkan oleh lembaga ini,
calon peserta didik yang telah mengikuti seleksi, baru mendapatkan pernyataan
lulus atau tidak lulus dari pihak sekolah. Ibarat buah simalakama, hasil penilaian
seluruh komponen yang dijalankan oleh tim seleksi ternyata menunjukkan bahwa
ada keganjilan dari salah satu calon peserta didik yang telah mengikuti tes. Hasil
analisis membuktikan bahwa anak tersebut merupakan anak berkebutuhan khusus
yang terlindungi oleh Permendiknas No.70/2009.
Kebijakan lokal yang bertabrakan dengan kebijakan nasional ini tidak bisa
dibiarkan tumbuh dan berkembang menjadi momok yang dapat melemahkan
reputasi lembaga pendidikan yang telah mendapatkan apresiasi yang sangat baik
dari masyarakat sekitar. Keputusan pemangku kebijakan untuk menerima tamu
istimewa ini dilengkapi oleh selembar surat perjanjian yang berlaku selama satu
semester kedepan, mengingat penerimaan peserta didik ini tidak dilengkapi oleh
guru pendamping yang dapat menjamin bahwa anak yang terkategori tunadaksa
tersebut akan mampu bertahan untuk mengikuti program pendidikan di sekolah
yang berdomisili di Jl. Pahlawan no.65 Bandung ini.
Di awal masa sosialisasi, kontroversi pun muncul dari beberapa kalangan
yang belum tahu akan munculnya payung hukum yang melindungi ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus). Dimulai dari lingkungan peserta didik, staf pengajar,
sampai orang tua, mempertanyakan perubahan sistem PPDB (Penerimaan Peserta
bagi pihak sekolah untuk melanggar komitmen yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berpijak pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang memberikan
jaminan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh
layanan pendidikan yang bermutu, sekolah ini berupaya keras untuk
melaksanakan amanat yang telah diberikan negara guna menjalankan program
pendidikan yang terbuka untuk seluruh lapisan sosial. Sesuai dengan pandangan
Islam yang menyatakan bahwa anak adalah sebagai manusia yang mempunyai
watak dasar (fitrah) yang baik, yang dalam perkembangannya sangat dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang datang di luar dirinya (Sauri, 2010:88), maka sekolah
ini yakin bahwa melalui penciptaan lingkungan pembelajaran yang baik, maka
perkembangan yang diharapkan muncul dari diri siswa terkait akan muncul.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba untuk
mengembangkan sebuah tulisan dengan judul “Strategi Pengembangan
Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus di SMP Istiqamah Bandung”. Tema
judul tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari pokok bahasan yang hanya
layak disajikan di Program Pendidikan Kebutuhan Khusus. Namun dalam hal ini
penulis beranggapan bahwa tema penelitian tersebut layak pula diangkat di
Program Pendidikan Umum, dengan asumsi bahwa Pendidikan Umum
merupakan pendidikan kepribadian, pendidikan memanusiakan manusia, yakni
pembentukan jati diri manusia sebagai individu, mahluk sosial, dan mahluk
religius (Sauri, 2006:21). Selanjutnya mengenai hal ini Sauri (2006:29)
…. Pendidikan Umum merupakan suatu fase belajar di mana semua siswa
baik laki-laki maupun perempuan mendapatkan suatu pengalaman yang sama, dan menghadapkan mereka kepada masalah-masalah pribadi dan masalah sosial, tanpa melihat latar belakang minat dan bakat yang dimiliki oleh masing-masing individu siswa, mereka berhak menerima Pendidikan Umum.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dalam menjalankan amanat UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 dan
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khusus untuk
memperoleh layanan pendidikan yang bermutu, sekolah sebagai pelaksana teknis
kerap menemukan berbagai permasalahan, diantaranya:
1. Persepsi masyarakat yang menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus tidak
layak dimasukkan ke dalam lingkungan pendidikan umum.
2. Tidak tersedianya guru pendamping bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah
umum.
3. Sikap pesimis yang muncul di sebagian besar tenaga pendidik akan
keberhasilan sekolah dalam menumbuhkembangkan kemandirian anak
berkebutuhan khusus.
4. Seluruh komponen sekolah dituntut untuk menciptakan kultur pembelajaran
baru bagi anak berkebutuhan khusus, yang pada saat sebelumnya kultur
tersebut belum pernah dilaksanakan.
Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, sekolah umum diharapkan
mampu mencari solusi terbaik dalam menangani anak berkebutuhan khusus agar
2. Rumusan Masalah
Secara umum penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
“ Bagaimana strategi pengembangan kemandirian anak berkebutuhan khusus
yang diterapkan di SMP Istiqamah Bandung?”
Untuk menjabarkan fokus pada penelitian ini sebagaimana dijelaskan
diatas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana profil SMP Istiqamah Bandung?
2. Bagaimana pihak sekolah memperlakukan anak berkebutuhan khusus?
3. Kendala-kendala apa yang dihadapi selama menangani anak berkebutuhan
khusus?
4. Langkah apa saja yang ditempuh dalam mengatasi berbagai kendala selama
menangani anak berkebutuhan khusus?
5. Faktor apa saja yang mendukung terciptanya kemandirian anak berkebutuhan
khusus?
6. Program apakah yang diterapkan sekolah sehingga tercipta kemandirian anak
berkebutuhan khusus?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan
kemandirian anak berkebutuhan khusus di SMP Istiqamah Bandung, sehingga
dapat terukur keberhasilan sekolah ini dalam menjalankan amanat UUD 1945
Pendidikan Nasional yang memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak
berkebutuhan khusus untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
a. Memperkenalkan profil SMP Istiqamah Bandung
b. Mengembangkan kemampuan seluruh komponen, khususnya guru di SMP
Istiqamah Bandung dalam memperlakukan anak berkebutuhan khusus selama
proses pembelajaran.
c. Menemukan solusi dari kendala-kendala yang dihadapi selama menangani
anak berkebutuhan khusus.
d. Mengembangkan faktor-faktor pendukung yang membantu terciptanya
kemandirian anak berkebutuhan khusus.
e. Mengkreasikan program kegiatan sekolah yang dapat menciptakan
kemandirian peserta didik, khususnya bagi anak berkebutuhan khusus.
f. Merekomendasikan hasil penelitian untuk dijadikan bahan acuan bagi
pihak-pihak pemangku kebijakan dibidang pendidikan, bahwa keberadaan anak
berkebutuhan khusus di sekolah umum perlu mendapatkan perhatian, sehingga
pada perkembangan selanjutnya peserta didik yang tergolong anak
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dalam kerangka kajian teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
kajian ke arah pengembangan pendidikan nilai di sekolah umum terkait dengan
penanganan kasus anak berkebutuhan khusus. Penelaahan aspek psikologis
sangat membantu dalam menerapkan metode pembelajaran yang berdampak
signifikan terhadap perkembangan kemandirian anak berkebutuhan khusus selama
mengikuti proses pembelajaran di SMP Istiqamah Bandung.
2. Manfaat Praktis
Dalam tataran praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat
sebagai berikut:
a. Memberikan pemahaman kepada masyarakat luas bahwa anak berkebutuhan
khusus memperoleh perlindungan hukum yang jelas untuk menjalani proses
pendidikan di sekolah umum.
b. Mengembangkan potensi pedagogik, kepribadian, psikologis, dan sosial guru,
dengan menggunakan anak berkebutuhan khusus sebagai alat ukurnya.
c. Menumbuhkan perhatian khusus dari pemangku kebijakan di sekolah akan
pentingnya dukungan sarana dan prasarana dalam menumbuhkembangkan
kemandirian anak berkebutuhan khusus.
d. Menggerakkan dukungan dinas terkait terhadap pelaksanaan program
pengembangan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus melalui pemberian
bantuan materil untuk sekolah umum yang menyediakan layanan bagi anak
E. Struktur Organisasi
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta stuktur
organisasi penulisan tesis.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi konsep-konsep/ teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian yang sedang dikaji oleh penulis, yakni terkait “Strategi
Pengembangan Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus di SMP
Istiqamah Bandung”.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian,
antara lain: Pendekatan Penelitian, Lokasi Penelitian, Informan
Penelitian, Prosedur Penelitian, serta Teknik Pengumpulan Data
dan Pengembangan Instrumen Penelitian.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari dua
hal utama, yakni pengolahan atau analisis data yang menghasilkan
temuan berkaitan dengan “Strategi Kemandirian Anak
Berkebutuhan Khusus di SMP Istiqamah Bandung”, serta
pembahasan atau analisis temuan dari permasalahan yang dikaji
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini mengangkat fenomena dari sebuah kasus yang terjadi pada
seorang anak berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan dalam hal motorik
halus dan komunikasi, baik komunikasi ekspresif maupun komunikasi reseptif.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Diharapkan
dengan menggunakan metode ini dapat diperoleh satu gambaran yang menyeluruh
terhadap subjek peneliti. Menurut McMillan (Kusmawan, 2012: 64) bahwa ‘Penelitian kualitatif dilakukan ketika sebuah penelitian menggambarkan dan
menganalisa perilaku, keyakinan, pemikiran, dan persepsi individu atau social
secara kolektif’.
Dalam mengungkapkan satu fenomena, penelitian kualitatif tidak
berdasarkan pada teori atau menguji teori yang ada, seperti yang dikemukakan
oleh Maxwell (Alwasilah, 2006:110) bahwa peneliti berupaya untuk lebih
memahami proses (daripada produk) kejadian atau kegiatan yang dialami.
Berdasarkan pendapat para pakar di atas, maka dalam penelitian ini
penulis penulis lebih cenderung mengamati sebuah proses aktivitas yang berkaitan
dengan perilaku individu yang terlibat langsung dalam interaksi sosial di sebuah
B. Lokasi Penelitian
Berdasarkan survey lapangan, maka lokasi penelitian yang diambil adalah
SMP Istiqamah Bandung. Alasan utama dipilihnya lembaga pendidikan ini
sebagai lokasi penelitian adalah sistem penerimaan peserta didik yang dilakukan
di luar kebijakan sebelumnya.
Peserta didik yang tergolong berkebutuhan khusus ini diterima
berdasarkan uji coba serta perjanjian hitam di atas putih antara pemangku
kebijakan dengan orang tua siswa terkait. Salah satu anak bangsa yang berobsesi
besar untuk masuk di sekolah Islam Terpadu ini merupakan satu-satunya peserta
didik yang mengalami kekurangan dalam motorik halus serta komunikasi. Namun
karena motivasi serta dukungan kuat dari pihak keluarga, maka siswa yang power
full ini mencoba menjalani proses pembelajaran di tengah komunitas siswa yang
fisiknya normal serta iklim pembelajaran dengan kurikulum yang tidak
menyediakan fasilitas ekslusif baginya.
C. Informan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitian dinamakan informan,
partisipan, atau sumber. Informan penelitian adalah orang yang diperkirakan
menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta objek penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan informan yaitu:
1. Subjek yang bersangkutan:
Yaitu seorang siswa laki-laki yang duduk di kelas VIII (delapan) SMP
Istiqamah Bandung. Peserta didik ini merupakan satu-satunya siswa yang
tergolong disability, namun memiliki motivasi yang kuat untuk memposisikan
dirinya sebanding dengan siswa lainnya yang tergolong normal. informasi
yang penulis gali dari subjek yang bersangkutan terkait aktivitasnya di luar
sekolah, baik di rumah maupun dalam kondisi lain di luar sekolah.
2. Guru:
Guru diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai mengenai kemampuan
komunikasi dari subjek penelitian. Adapun guru yang menjadi key person yaitu
wali kelas, guru BK (Bimbingan Konseling), dan guru Penjaskes, yang terlibat
selama proses pembelajaran di kelas siswa terkait. Selain itu pula penulis
melibatkan guru lain dalam proses perolehan data, terkait sistem pembelajaran
yang diterapkan oleh guru-guru yang terlibat langsung dalam proses
pembelajaran di kelas siswa terkait.
3. Orang Tua Siswa
Untuk memperoleh data mengenai riwayat hidup siswa terkait, maka penulis
membutuhkan informasi yang bersumber dari orang tua yang bersangkutan.
Hal ini dianggap penting karena yang menjadi fokus penelitian ini adalah
Adapun data dari subjek penelitian sebagai berikut:
Prosedur penelitian adalah langkah dan cara yang dilakukan oleh peneliti
dalam satu penelitian. Langkah penelitian yang akan dilaksanakan yaitu, pertama:
studi pendahuluan mengenai kondisi objektif melalui penelitian kualitatif, ke dua:
merumuskan draf program, ke tiga: validasi dengan melibatkan guru dan orang
tua, dan ke empat: program pengembangan kemandirian anak berkebutuhan
Langkah-langkah penelitian:
Profil
Sekolah
Studi Lapangan
Perlakuan Sekolah
Studi
Pendahuluan Analisis
Kendala
Solusi Studi
Literatur
Faktor Pendukung
E. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada studi pendahuluan melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Teknik yang dipergunakan:
a. Observasi
Observasi dilakukan terhadap siswa yang bersangkutan di dalam kelas dan
di lingkungan sekolah.
Tujuan observasi:
1) Mengetahui kondisi objektif perlakuan guru terhadap siswa berkebutuhan
khusus dalam proses pembelajaran.
2) Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru selama menangani anak
berkebutuhan khusus yang menjalani proses pembelajaran di kelas reguler.
3) Mengetahui formula yang digunakan guru dalam mengatasi berbagai kendala
yang dihadapi selama menangani anak berkebutuhan khusus.
b. Wawancara
Teknik lain yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini yakni melalui wawancara. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan
teknik wawancara mendalam. Teknik wawancara mendalam bertujuan untuk
mendapatkan informasi terperinci. Data yang diperoleh dari hasil wawancara
diharapkan dapat memberikan gambaran keseluruhan mengenai perkembangan
kemandirian siswa berkebutuhan khusus. Wawancara dilakukan dengan cara tatap
Wawancara dengan tiga orang guru dilaksanakan dengan rincian data
Setelah dilakukan wawancara terhadap tiga orang guru, proses triangulasi
terus dilakukan, guna memperoleh data yang bersifat jenuh. Informasi yang
diperoleh dirasakan tidak cukup hanya dari tiga orang guru, karena banyak guru
yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran peserta didik terkait. Informasi
yang telah diperoleh dipertegas dengan mengajukan pertanyaan yang sama kepada
staf pengajar lainnya, disamping melakukan pertanyaan ulang terhadap
c. Dokumen
Teknik dokumentasi yang ditempuh penulis dalam penelitian ini yakni
dengan memanfaatkan media elektronika, antara lain alat perekam suara serta
perekam gambar bergerak (video). Teknik pendokumentasian suara dilakukan
dengan menggunakan hand phone, sehingga durasi waktu yang tersedia tidak
seluas ketika kita memanfaatkan alat perekam suara khusus, misalnya tape
recorder dalam melakukan wawancara. Sedangkan untuk merekam aktivitas
pembelajaran siswa terkait, penulis memanfaatkan hand phone untuk
mendokumentasikan proses pembelajaran siswa bersangkutan pada proses
pembelajaran secara individual di luar kelas.
2. Teknik Pengembangan Instrumen Penelitian
Untuk memperjelas arah dalam observasi dan wawancara, penulis
menyusun sebuah format kisi-kisi.
Tabel: 3.2
KISI-KISI DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Tabel: 3.3
PEDOMAN OBSERVASI
No. Kategori Responden Aspek yang digali
1. Strategi
pengembangan kemandirian anak berkebutuhan khusus
a. Guru a. Kurikulum Sekolah
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
c. Proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas
d. Program bimbingan anak berkebutuhan khusus
e. Teknik asesmen untuk anak berkebutuhan khusus
b. Siswa yang bersangkutan
a. Kegiatan belajar di kelas dan di luar kelas.
b. Proses sosialisasi di lingkungan sekolah.
Tabel: 3.4
PEDOMAN WAWANCARA
No. Kategori Responden Aspek yang digali
1. Strategi
b. Kendala-kendala yang dihadapi selama menangani anak berkebutuhan khusus.
c. Langkah-langkah yang ditempuh dalam mengatasi berbagai kendala selama menangani anak berkebutuhan khusus.
d. Faktor-faktor pendukung dalam mengembangkan kemandirian anak berkebutuhan khusus.
b. Orang tua siswa yang bersangkutan
F. Pengolahan data
Data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi
merupakan data kualitatif. Data kualitatif menurut Burhan Bungin (2007:153)
memiliki dua tujuan, yaitu:
1. Menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh
suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut.
2. Menganalisis makna yang ada di balik informasi, data dan proses suatu
fenomena sosial itu.
Proses pengolahan data dilakukan penulis setelah melakukan wawancara
dengan tiga orang guru sesuai dengan data yang disajikan sebelumnya. Meskipun
bahasa yang terdapat dalam lampiran wawancara merupakan bahasa non baku,
namun dalam hal ini penulis berupaya untuk memaknai seluruh pernyataan yang
disampaikan oleh para informan terkait pertanyaan yang diajukan penulis pada
masing-masing narasumber. Pemaknaan dari seluruh pernyataan itu kemudian
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tentang strategi pengembangan
kemandirian anak berkebutuhan khusus di SMP Istiqamah Bandung, maka dapat
dirumuskan kesimpulan dan rekomendasi penelitian sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Umum
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan penulis pada bab sebelumnya,
maka diperoleh kesimpulan bahwa strategi yang ditempuh SMP Istiqamah
Bandung dalam mengembangkan kemandirian anak berkebutuhan khusus
ditempuh melalui empat aspek, antara lain perlakuan sekolah yang terbuka
terhadap anak berkebutuhan khusus, penggalian solusi dari berbagai kendala yang
dihadapi selama menangani anak berkebutuhan khusus, menumbuhkembangkan
motivasi dari berbagai pihak terkait, dan pelaksanaan program sekolah yang
mendorong terciptanya kemandirian bagi siswa terkait.
Penanganan pihak SMP Istiqamah pada awal penerimaan seorang siswa
berkebutuhan khusus di lembaga ini sangat baik. Hal ini terbukti dengan tidak
tampaknya perbedaan perlakuan yang signifikan antara siswa terkait dengan siswa
lainnya yang tergabung dalam kelas reguler. Kebijakan pemimpin sekolah swasta
Islam Terpadu ini sangat mendukung perjuangan penegakkan Hak Asasi Manusia,
yakni dengan memberi kesempatan seluas-luasnya terhadap siswa berkebutuhan
normal. Sistem penerimaan warga baru di dunia pendidikan yang syarat dengan
nilai-nilai karakter ini dilakukan atas dasar kemanusiaan, dengan mengedepankan
aspek naluri yang sangat terbuka. Kerjasama yang dilakukan oleh seluruh warga
sekolah, mulai dari tenaga pendidik dan kependidikan sampai pada seluruh
peserta didik untuk bersikap wajar terhadap kondisi riil di lingkungan sekolah,
menunjukkan bahwa proses pendidikan karakter di sekolah ini berjalan dengan
baik.
Kendala yang dihadapi tenaga pendidik dalam menangani siswa
berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran hanya terkait sistem komunikasi
yang terhambat, baik komunikasi verbal maupun non-verbal. Hambatan
komunikasi verbal disebabkan oleh sistem pendengaran siswa terkait yang
mengalami gangguan, sedangkan hambatan komunikasi non verbal (tulisan)
disebabkan oleh terganggunya motorik halus siswa tersebut. Akibat dari gangguan
komunikasi ini adalah kurang lancarnya proses transfering informasi yang
diterima oleh peserta didik terkait. Hal ini berimbas pada teknis penilaian yang
dilakukan guru dalam proses pembelajaran.
Solusi yang ditempuh pihak sekolah dalam mengatasi kendala-kendala
yang dihadapi cukup bervariasi. Pertama, dengan menjalankan komunikasi secara
intensif melalui cara yang sangat persuasif. Komunikasi dua arah dengan
memperhatikan mimik mulut dan tidak melepaskan pandangan mata antara
pelaku yang terlibat dalam proses komunikasi, dinilai mampu meningkatkan
efesiensi dalam proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Kedua,
pelajaran tertentu yang melibatkan motorik kasar (mata pelajaran penjaskes).
Penggunaan media pembelajaran yang mempermudah siswa berkebutuhan khusus
dalam proses pembelajaran dapat membantu siswa tersebut untuk berinteraksi
dengan lingkungan secara fleksibel. Hambatan motorik sedikit demi sedikit dapat
teratasi dengan melatih kelenturan tubuh siswa terkait. Ketiga, menjalankan
komunikasi intensif dengan orang tua siswa, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Melalui informasi tentang latar belakang peserta didik yang diperoleh
dari orang siswa tersebut dapat membantu pihak sekolah dalam menangani siswa
di sekolah. Proses pemantauan yang dilakukan guru dan orang tua dalam tahun
pertama melalui buku komunikasi dinilai sangat efektif karena kemandirian siswa
berkebutuhan khusus ini mengalami perkembangan yang sangat signifikan.
Terbukti selepas tahun pertama anak tersebut menjalani proses pendidikan di
lembaga ini, buku komunikasi tidak dipergunakan lagi.
Kemandirian yang terbentuk pada diri siswa berkebutuhan khusus di SMP
Istiqamah ini merupakan hasil sinergi dari kekuatan internal dan eksternal siswa
tersebut. Faktor internal berupa motivasi yang tumbuh dari diri siswa terkait
merupakan faktor pendorong paling utama yang mampu mengembangkan
kemandirian siswa berkebutuhan khusus ini. Sedangkan motivasi seluruh warga
sekolah dan orang tua untuk terus membantu siswa terkait dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya dan dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik
merupakan faktor ekstern yang melengkapi energi internal yang muncul dari
Program pelayanan yang memberi fasilitas individualized instruction,
seperti program pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk anak yang lambat
melalui salah satu bentuk program remedial (program perbaikan), penyediaan alat
pengajaran dan program pelayanan yang memberi fasilitas individualized
instruction berupa workshop yang memadai, jadwal pelajaran yang fleksibel,
pengembangan program independent study, pengembangan program penyuluhan
dan bimbingan, serta pengembangan team-teaching, merupakan sarana yang
mempercepat proses pengembangan kemandirian anak berkebutuhan khusus di
SMP Istiqamah Bandung.
2. Kesimpulan Khusus
Berdasarkan rumusan kesimpulan umum tersebut di atas, maka disusun
kesimpulan khusus berupa proposisi sebagai berikut:
a. Perlakuan sekolah yang diiringi sikap yang open minded (pikiran terbuka),
keyakinan yang tinggi, serta sikap persuasi yang baik akan mempermudah
terciptanya kemandirian anak berkebutuhan khusus.
b. Untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam menangani anak berkebutuhan
khusus terkait masalah motorik kasar dan halus, serta sistem komunikasi yang
terganggu, langkah yang ditempuh dapat berupa penerapan pola pendekatan
dalam strategi perubahan sikap diantaranya adalah pendekatan yang
berorientasi pada keyakinan (belief oriented approach) dan penerapan empat
do (belajar untuk melakukan), dan learning to live together (belajar untuk
hidup bersama), learning to be (belajar untuk menjadi diri sendiri),
c. Faktor yang mendukung terciptanya kemandirian anak berkebutuhan khusus
bersumber dari motivasi intrinsik dan ekstrinsik, serta penciptaan lingkungan
pembelajaran yang kondusif.
d. Program kegiatan yang dilaksanakan pihak sekolah, baik untuk guru maupun
peserta didik menjadi mata rantai yang menguatkan upaya sekolah dalam
mengembangkan kemandirian anak berkebutuhan khusus.
B. Rekomendasi
Pada tahap akhir penelitian, penulis merekomendasikan hasil penelitian ini
kepada pihak-pihak yang bersentuhan langsung dengan anak berkebutuhan khusus
dalam proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Pihak-pihak yang
dimaksud yakni Kepala Sekolah, guru, siswa, dan orang tua siswa.
1. Sebagai pemangku kebijakan tertinggi, seyogyanya Kepala Sekolah
mempertahankan idealisme humanisnya melalui kebijakan yang membuka
seluas-luasnya kesempatan bagi anak berkebutuhan khusus untuk bergabung
dalam proses pendidikan di kelas reguler.
2. Selaku tokoh utama dalam proses pembelajaran di sekolah, diharapkan guru
dapat meningkatkan motivasi untuk mengembangkan skill dan terus berperan
aktif dalam meningkatkan kemandirian anak berkebutuhan khusus, sehingga
tujuan pendidikan nasional yang terkandung dalam UU Sisdiknas No.20 tahun
3. Untuk seluruh siswa SMP Istiqamah Bandung, sebagai generasi penerus
bangsa diharapkan mampu mengemban amanah dengan memegang tongkat
estafet perjuangan dalam mensyukuri nikmat Allah melalui cara mengisi
kemerdekaan bangsa ini dengan meningkatkan kompetensi yang terdapat
dalam diri masing-masing, baik kompetensi intelegensi, sosial, emosional,
maupun spiritual. Jika kompetensi-kompetensi itu berhasil ditingkatkan,
niscaya harapan bangsa ini untuk menjadi bangsa yang mandiri yang terlepas
dari intervensi bangsa lain akan tercapai.
4. Kepada seluruh orang tua yang memiliki anak yang tergolong berkebutuhan
khusus, agar tidak patah arang dalam merawat dan mendidiknya untuk menjadi
anak yang berkompetensi tinggi. Banyak jalan yang Allah SWT berikan
kepada hamba-Nya, manakala kita memiliki niat yang kuat dalam menjalankan
sebuah kebaikan dan dibalik kekurangan yang dimiliki oleh seseorang terselip
intan permata berupa kelebihan-kelebihan yang harus terus diasah agar
terpancar kilauannya.
5. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan penelitian selanjutnya,
sehingga permasalahan kompleks yang ditemukan di lingkungan masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
___________.(2011). Kurikulum SMP Istiqamah Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan.
Alwasilah, A. Chaedar. (2009). Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Ashman, A. Dan Elkins, J. Ed. (1994). Educating Children with Special Needs (Second Ed). Australia: Prentice Hall.
Aunillah, N.I. (2011). Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Laksana.
Bogdan, RC & Biklen, S. (1982). Qualitative Research for Education An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyin and Bacon Inc.
Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kulalitif – Kominikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: PT. Kencana.
Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Depdiknas. (2003). Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/ Inklusi Mengenal Pendidikan Terpadu. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa.
Hallahan, D.P. & Kauffman, J.M. (1986). Exceptional Children (Introduction to Special Education). New Jersey: Prentice – Hall inc.
http://eprints.undip.ac.id/10349/iskripsi_pradnya_patriana.pdf.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195310141987
(http://jasafadilahginting.blogspot.com/2011/05pengembangan-pembelajaran-pai-yang.html).
Johnsen, B.H. & Skjorten, M.D. (Eds) (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar. Alih bahasa: Susi S.R. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Kartasasmita, G. (2004). Arsitektur Perekonomian Indonesia Berbasis Industri dan Daya Saing Global. Pengantar Diskusi pada Seminar, Jakarta.
Konsep Strategi. (2009). Tersedia: http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/konsep-strategi-definisi-perumusan.html.
Kusmawan, T. (2012). Strategi Pembinaan Karakter Melalui Paskibra. Tesis pada Sps.UPI Bandung; tidak diterbitkan.
Maleong, L.J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, R.( 2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.
Nasution, S. (1982). Metode Research. Bandung: Jemmars.
Novita, N. (2010). Program pengembangan Kemampuan Komunikasi Ekspresif dan Reseptif pada Anak dengan Gangguan Komunikasi. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Perkembangan Anak Usia Prasekolah. Tersedia: http://forbetterhealth.files.wordpress.com/2009/02/.pdf
Pidarta, M, Dr, Prof. (2005). Perencanaan Pendidikan Partisipatori dengan Menggunakan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Piereangelo, et all. (2007). EDM The Educatots Diagnostic Manual of Disabilities and Disorder. San Francisco: John Wiley & Sons.
Rohani, A. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sauri, S. (2006). Membangun Komunikasi dalam Keluarga Kajian Nilai Religi, Sosial, dan Edukatif. Bandung: PT. Genesindo.
Sauri, S. & Firmansyah, H. (2010). Meretas Pendidikan Nilai. Bandung: CV. Arfino Raya.
Setiti, S. (2012). Pengembangan Sikap Kemandirian Melalui Pendidikan Kewirausahaan. Disertasi Doktor pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Skjorten, M.D. (2003). Pendidikan Inklusif. Materi perkuliahan Pada Program Pendidikan Kebutuhan Khusus UPI di Bandung. Tahun Akademik 2003/2005.
Strategika.(2007).Tersedia: ttp://strategika.wordpress.com/2007/06/24/pengertian-strategi.
Sumantri, E. (2011). Pendidikan Budaya dan Karakter Suatu Bangsa Keniscayaan Bagi Kesatuan dan Persatuan Bangsa , Pendidikan
Karakter Nilai Inti Bagi Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung:
Widya Aksara Press.
Sunanto, J. (2003). Konsep Pendidikan untuk Semua . Makalah pada Seminar Dies Natalis Pendidikan Luar Biasa “Reorientasi Peran Sekolah untuk Menuju Pendidikan Inklusif UPI, Bandung.
Suryadi, A & Budimansyah, D .(2004). Pendidikan Nasional Menuju Masyarakat Indonesia Baru. Bandung: PT Grasindo.
Suryosubroto, B, Drs. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.Rineka Cipta.