• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SMP ISTIQAMAH BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SMP ISTIQAMAH BANDUNG."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SMP ISTIQAMAH BANDUNG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Magister

Ilmu Pendidikan dalam Bidang Pendidikan Umum/Nilai

Oleh:

LISNAWATI

NIM.1005042

(2)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013

HALAMAN PENGESAHAN TESIS

LISNAWATI 1005042

STRATEGI PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SMP ISTIQAMAH BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I

Prof.Dr.H.Dasim Budimansyah, M.Si.

NIP. 196203161988031

Pembimbing II

Dr. Zaenal Alimin, M.Ed.

NIP. 195903241984031002

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pendidikan Umum

Prof.Dr.H.Dasim Budimansyah, M.Si.

(3)

HALAMAN PERNYATAAN

“Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Strategi

Pengembangan Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus di SMP

Istiqamah Bandung” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran

terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.

Bandung, Juli 2013

Yang membuat pernyataan,

(4)

ABSTRAK

Lisnawati, (1005042). Strategi Pengembangan Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus di SMP Istiqamah Bandung. Penelitian ini mengangkat fenomena dari sebuah kasus yang terjadi pada seorang anak berkebutuhan khusus di SMP Istiqamah Bandung yang melibatkan seorang anak berkebutuhan khusus, tiga orang guru dan orang tua siswa. Masalah pokok yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi pengembangan kemandirian anak berkebutuhan khusus yang diterapkan di SMP Istiqamah Bandung. Dalam menjawab pertanyaan tersebut penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Aunillah (2011) bahwa persyaratan untuk mewujudkan kemandirian pada peserta didik adalah sebagai berikut: 1) berilah bekal keterampilan untuk mengurus diri sendiri, 2) bentuklah kegiatan yang merangsang kegiatan sekolah untuk mandiri, 3) mintalah peserta didik untuk membuat program kegiatan positif, 4) biarkan peserta didik mengatur waktunya sendiri, 5) peserta didik diberi tanggungjawab, 6) mewujudkan kondisi badan yang sehat dan kuat, 7) berilah kebebasan peserta didik untuk menentukan tujuannya sendiri, 8) menyadarkan peserta didik bahwa guru tidak selalu ada disisinya. Untuk menjawab permasalahan, penulis merumuskan beberapa pertanyaan penelitian, antara lain; 1) Bagaimana profil SMP Istiqamah Bandung? 2) Bagaimana pihak sekolah memperlakukan anak berkebutuhan khusus? 3) Kendala-kendala apa yang dihadapi selama menangani anak berkebutuhan khusus? 4) Langkah apa saja yang ditempuh dalam mengatasi berbagai kendala selama menangani anak berkebutuhan khusus? 5) Faktor apa saja yang mendukung terciptanya kemandirian anak berkebutuhan khusus? 6) Program apakah yang diterapkan sekolah sehingga tercipta kemandirian anak berkebutuhan khusus?. Analisis data yang digunakan adalah model kualitatif melalui tahap obeservasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil analisis data adalah sebagai berikut: 1) SMP Istiqamah adalah sekolah Islam yang memadukan dua kurikulum, yakni kurikulum Dinas Pendidikan Kota Bandung dan Departemen Agama. 2) Perlakuan sekolah terhadap siswa berkebutuhan khusus mengalami proses perubahan yang meningkat, dimulai dari titik keraguan, berubah menjadi open minded (pikiran terbuka). 3) Kendala yang dihadapi selama menangani anak berkebutuhan khusus terkait masalah motorik kasar dan halus, serta sistem komunikasi yang terganggu. 4) Beberapa langkah yang ditempuh dalam mengatasi kendala selama menangani anak berkebutuhan khusus yakni melalui penerapan pola pendekatan dalam strategi perubahan sikap. 5) Faktor yang mendukung terciptanya kemandirian anak berkebutuhan khusus bersumber dari motivasi, baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik. 6) Program sekolah yang mampu mengembangkan kemandirian anak berkebutuhan khusus terbagi menjadi dua, yakni untuk guru dan peserta didik.

(5)

ABSTRACT

Lisnawati, (1005042). Independence Strategy Development Children with Special Needs in junior Istiqamah Bandung. This study raised the phenomenon of a case which occurred in a child with special needs in junior Istiqamah Bandung involving a child with special needs, three teachers and parents. Principal issue raised in this study is how the independence development strategy adopted children with special needs in junior Istiqamah Bandung. In answering these questions the author uses the theory advanced by Aunillah (2011) that the requirement to achieve independence in the students is as follows: 1) give the skills provision to take care of themselves, 2) form a stimulating activity for independent school activities, 3) ask learners to make positive activities program, 4) let the students set up their own time, 5) learners are given the responsibility, 6) creating conditions for a healthy and strong body, 7) give learners the freedom to define their own goals, 8) sensitize learners that teachers are not always there by his side. To solve the problem, the authors formulate some research questions, among others: 1) What is the profile Istiqamah SMP Bandung? 2) How the school treats children with special needs? 3) what constraints faced during work with children with special needs? 4) What steps should be taken to overcome the obstacles for handling children with special needs? 5) What are the factors that support the creation of a special needs child's independence? 6) whether the program is implemented so as to create independent school children with special needs?. Analysis of the data used is the qualitative model through the stages of observation, interviews, and documentation. Results of data analysis are as follows: 1) SMP Istiqamah is Islamic school curriculum that combines two, namely curriculum Department of Education and Religious Affairs Bandung. 2) Treatment of schools to students with special needs to experience the process of incremental change, starting from the point of doubt, turn out to be open minded (open-minded). 3) Obstacles encountered during handling children with special needs related to gross and fine motor problems, and impaired communication systems. 4) Some of the steps taken to overcome the obstacles for handling children with special needs through the application of a strategic approach to changing attitudes. 5) Factors that support the creation of independent special needs children comes from motivation, both intrinsic and extrinsic motivation. 6) school program that is able to develop independence in children with special needs are divided into two, namely for teachers and learners.

(6)
(7)

DAFTAR ISI

Hal.

PERNYATAAN ………... i

ABSTRAK ……… ii

KATA PENGANTAR ………... iv

DAFTAR ISI ………. v

UCAPAN TERIMA KASIH ……… viii

DAFTAR TABEL ……… xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………... 6

1. Identifikasi Masalah ... 6

2. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Teoritis ……… 9

2. Manfaat Praktis ………. 9

E. Stuktur Organisasi ……….. 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ……….. 12

A. Kemandirian ... 12

1.Pengertian Kemandirian ……… 12

2. Hakekat Kemandirian dalam Pendidikan Umum ………. 14

3. Strategi Pengembangan Kemandirian ……….. 19

B. Pembelajaran dan Pendidikan ……….. 26

1. Makna Pembelajaran ………... 26

2. Hakekat Pendidikan ……….

v

(8)

3. Prinsip dan Pendekatan Pembelajaran Pengembangan sikap .. 35

C. Anak Berkebutuhan Khusus ………. 37

BAB III. METODE PENELITIAN ... 46

A. Pendekatan penelitian ... 46

B. Lokasi Penelitian ... 47

C. Informan Penelitian ... 47

D. Prosedur Penelitian ... 49

E. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian ... 51

1. Teknik pengumpulan data ... 51

a. Observasi ... 51

b. Wawancara ……….. 51

c. Dokumen ... 53

2. Teknik pengembangan Instrumen Penelitian ... 53

F. Pengolahan Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 53

. A. Hasil penelitian ………. 53

1. Profil SMP Istiqamah Bandung ... 56

2. Perlakuan Sekolah terhadap Anak Berkebutuhan Khusus ….. 56

3. Kendala-kendala yang Dihadapi Selama Menangani Anak Berkebutuhan Khusus ………. 69

4. Langkah-langkah yang Ditempuh dalam Mengatasi Berbagai Kendala Selama Menangani Anak Berkebutuhan Khusus ….. 71

5. Faktor-faktor yang Mendukung Terciptanya Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus ………. 74

(9)

B. Pembahasan ……….. 84

1. Profil SMP Istiqamah Bandung ... 84

2. Perlakuan Sekolah terhadap Anak Berkebutuhan Khusus …… 85

3. Kendala-kendala yang Dihadapi Selama Menangani Anak Berkebutuhan Khusus ……….. 87

4. Langkah-langkah yang Ditempuh dalam Mengatasi Berbagai Kendala Selama Menangani Anak Berkebutuhan Khusus ….. 89

5. Faktor-faktor yang Mendukung Terciptanya Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus ………. 90

6. Program yang Diterapkan Sekolah sehingga Tercipta Kemandirian pada Anak Berkebutuhan Khusus……… 92

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….. 95

A. Kesimpulan ……….. 95

1. Kesimpulan Umum ………. 95

2. Kesimpulan Khusus ……… 98

B. Rekomendasi ……… 99 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)
(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan sering kita temukan berbagai macam

permasalahan, salah satunya adalah masalah diskriminasi yang secara tidak

langsung dialami oleh para orang tua yang memiliki anak yang tergolong

disability. Kendala yang dihadapi para orang tua yang memiliki anak disability ini

tidak bertumpu pada masalah diskriminasi saja, melainkan faktor finansial dan

keterbatasan jumlah sekolah luar biasa di daerah-daerah yang jauh dari perkotaan

menghambat keinginan besar mereka untuk mengantarkan anaknya pada kondisi

yang lebih baik lagi. Upaya yang mereka lakukan ini merupakan perwujudan dari

kesungguhan mereka dalam menjalankan amanah dari Allah Swt.

Menurut pandangan Islam mengenai hak anak dalam mendapatkan pendidikan, sebetulnya terkait erat dengan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Orang tua berkewajiban memberikan perhatian kepada anak dan dituntut untuk tidak lalai dalam mendidiknya. Jika anak merupakan amanah dari Allah Swt., otomatis mendidiknya termasuk dari bagian menunaikan amanah-Nya. (Sauri, 2010:87)

Tidak sedikit kasus sosial yang menggambarkan betapa kehidupan

masyarakat berkelas ekonomi rendah sangat rentan pada tumbuhnya komunitas

baru yang di dalamnya terdapat manusia-manusia yang mengalami

keterbelakangan mental maupun fisik. Pola hidup, gizi buruk, sanitasi, serta latar

belakang pendidikan, merupakan faktor-faktor yang secara langsung maupun

tidak sangat memengaruhi munculnya kondisi yang sama sekali tidak pernah

(12)

sama sekali tidak dapat diprediksi oleh pihak manapun, yakni takdir Allah. Fakta

tersebut sejalan dengan kondisi ril di lapangan, yang terungkap dalam sebuah

penelitian Widiati ( http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_

BIASA/195310141987).

Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan angket dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus tidak bersekolah yaitu: a. Faktor Ekonomi Dari 30 responden, semua menyatakan bahwa penyebab ABK tidak sekolah karena orang tuanya miskin. Kebanyakan sebagai buruh tani yang menggarap sawah orang lain dengan upah sehari Rp. 10.000,- kalau ada yang menyuruh, kalau tidak ada ya menganggur. Dengan pendapatan yang tidak menentu, maka anaknya tidak disekolahkan dengan kendala masalah biaya. b. Faktor tempat tinggal. Pada umumnya tempat tinggal ABK adalah jauh dari sekolah umum, apalagi di desa tersebut belum ada SLB. Untuk menuju sekolah diperlukan biaya transportasi dengan ojek yang mahal, sehingga orang tua merasa keberatan menyekolahkan anaknya. c. Faktor Psikologis. Dengan kehadiran anak yang mengalami kecacatan, para orang tua merasa ada beban mental yang berat, sehingga ada yang merasa malu, menolak, dan sebaliknya merasa kasihan dan sangat melindungi atau overproteksi. Akhirnya anak tidak disekolahkan karena menganggap tidak mampu apa-apa. d. Faktor pendidikan orang tua. Kebanyakan orang tua ABK adalah lulusan SD dan malah ada beberapa orang yang tidak lulus SD, sehingga tidak memahami kondisi dan kemampuan anaknya yang cacat, tidak paham akan pentingnya pendidikan bagi ABK, karena mereka juga tidak sekolah. e. Faktor sosial para orang tua merasa malu membawa anaknya yang cacat ke sekolah, takut diejek oleh orang lain, akhirnya anak dibiarkan saja di rumah tidak dapat bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain. f. Faktor guru sekolah umum. Berhubung di kecamatan Sukanagara belum ada SLB, ada beberapa ABK yang mencoba sekolah di sekolah umum, akan tetapi karena guru umum belum memahami cara mengajar ABK, maka pendidikan bagi mereka kurang maksimal, akhirnya ABK keluar lagi dari sekolah.

Era globalisasi yang menuntut lahirnya masyarakat pendukung yang

berkualitas jelas sangat tidak sepadan dengan permasalahan sosial yang sedang

(13)

posisi mereka. Tentu saja harus ditemukan formula ampuh guna mengatasi

kendala sosial yang menghinggapi anak-anak bangsa yang di masa mendatang

akan menjadi agen pembaharu bagi kemajuan bangsa ini.

Sektor pendidikan merupakan sektor paling strategis dalam menentukan

arah kehidupan bangsa di masa yang akan datang, karena dalam proses

pendidikan terdapat beberapa aspek penting yang sangat berpengaruh. Seperti

yang dijabarkan oleh Sauri (2010:90) , bahwa:

Dalam pendidikan setidaknya mengandung aspek-aspek: 1. pembinaan manusia;

2. aktualisasi fitrah (potensi) kemanusiaan, yaitu daya potensial yang sudah tersedia sejak awal penciptaan, yaitu pikir, rasa, karsa, dan keterampilan berbuat;

3. oleh orang yang dapat memberi pengaruh;

4. bertujuan me”manusiawi”kan manusia sebagai diri yang mandiri dan bertanggungjawab;

5. pengakuan hak asasi anak.

Oleh sebab itulah pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui

Permendiknas No.70/2009 tentang Pendidikan Inklusi bagi peserta didik yang

memiliki kelainan dan memiliki potensi atau bakat istimewa. Peraturan ini

mewajibkan setiap kecamatan memiliki satu sekolah dengan setiap jenjang

pendidikan untuk sekolah inklusi. Namun, mulai 2013 setiap sekolah ditargetkan

sudah siap menerima ABK.

SMP Istiqamah, sebuah sekolah Islam di kota Bandung, pada tahun

pelajaran 2011/2012 merupakan salah satu sekolah yang wajib mematuhi

Permendiknas No.70/2009, karena kedatangan seorang tamu istimewa yang

masuk dalam kategori ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Sejak pertama kali

(14)

Baru) yang cukup ketat. Calon peserta didik diwajibkan mengikuti beberapa tahap

seleksi, diantaranya meliputi seleksi akademik, keagamaan, dan psikotes.

Berdasarkan standar serta proses penilaian yang ditetapkan oleh lembaga ini,

calon peserta didik yang telah mengikuti seleksi, baru mendapatkan pernyataan

lulus atau tidak lulus dari pihak sekolah. Ibarat buah simalakama, hasil penilaian

seluruh komponen yang dijalankan oleh tim seleksi ternyata menunjukkan bahwa

ada keganjilan dari salah satu calon peserta didik yang telah mengikuti tes. Hasil

analisis membuktikan bahwa anak tersebut merupakan anak berkebutuhan khusus

yang terlindungi oleh Permendiknas No.70/2009.

Kebijakan lokal yang bertabrakan dengan kebijakan nasional ini tidak bisa

dibiarkan tumbuh dan berkembang menjadi momok yang dapat melemahkan

reputasi lembaga pendidikan yang telah mendapatkan apresiasi yang sangat baik

dari masyarakat sekitar. Keputusan pemangku kebijakan untuk menerima tamu

istimewa ini dilengkapi oleh selembar surat perjanjian yang berlaku selama satu

semester kedepan, mengingat penerimaan peserta didik ini tidak dilengkapi oleh

guru pendamping yang dapat menjamin bahwa anak yang terkategori tunadaksa

tersebut akan mampu bertahan untuk mengikuti program pendidikan di sekolah

yang berdomisili di Jl. Pahlawan no.65 Bandung ini.

Di awal masa sosialisasi, kontroversi pun muncul dari beberapa kalangan

yang belum tahu akan munculnya payung hukum yang melindungi ABK (Anak

Berkebutuhan Khusus). Dimulai dari lingkungan peserta didik, staf pengajar,

sampai orang tua, mempertanyakan perubahan sistem PPDB (Penerimaan Peserta

(15)

bagi pihak sekolah untuk melanggar komitmen yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berpijak pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang memberikan

jaminan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh

layanan pendidikan yang bermutu, sekolah ini berupaya keras untuk

melaksanakan amanat yang telah diberikan negara guna menjalankan program

pendidikan yang terbuka untuk seluruh lapisan sosial. Sesuai dengan pandangan

Islam yang menyatakan bahwa anak adalah sebagai manusia yang mempunyai

watak dasar (fitrah) yang baik, yang dalam perkembangannya sangat dipengaruhi

oleh berbagai faktor yang datang di luar dirinya (Sauri, 2010:88), maka sekolah

ini yakin bahwa melalui penciptaan lingkungan pembelajaran yang baik, maka

perkembangan yang diharapkan muncul dari diri siswa terkait akan muncul.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba untuk

mengembangkan sebuah tulisan dengan judul “Strategi Pengembangan

Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus di SMP Istiqamah Bandung”. Tema

judul tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari pokok bahasan yang hanya

layak disajikan di Program Pendidikan Kebutuhan Khusus. Namun dalam hal ini

penulis beranggapan bahwa tema penelitian tersebut layak pula diangkat di

Program Pendidikan Umum, dengan asumsi bahwa Pendidikan Umum

merupakan pendidikan kepribadian, pendidikan memanusiakan manusia, yakni

pembentukan jati diri manusia sebagai individu, mahluk sosial, dan mahluk

religius (Sauri, 2006:21). Selanjutnya mengenai hal ini Sauri (2006:29)

(16)

…. Pendidikan Umum merupakan suatu fase belajar di mana semua siswa

baik laki-laki maupun perempuan mendapatkan suatu pengalaman yang sama, dan menghadapkan mereka kepada masalah-masalah pribadi dan masalah sosial, tanpa melihat latar belakang minat dan bakat yang dimiliki oleh masing-masing individu siswa, mereka berhak menerima Pendidikan Umum.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dalam menjalankan amanat UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 dan

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khusus untuk

memperoleh layanan pendidikan yang bermutu, sekolah sebagai pelaksana teknis

kerap menemukan berbagai permasalahan, diantaranya:

1. Persepsi masyarakat yang menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus tidak

layak dimasukkan ke dalam lingkungan pendidikan umum.

2. Tidak tersedianya guru pendamping bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah

umum.

3. Sikap pesimis yang muncul di sebagian besar tenaga pendidik akan

keberhasilan sekolah dalam menumbuhkembangkan kemandirian anak

berkebutuhan khusus.

4. Seluruh komponen sekolah dituntut untuk menciptakan kultur pembelajaran

baru bagi anak berkebutuhan khusus, yang pada saat sebelumnya kultur

tersebut belum pernah dilaksanakan.

Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, sekolah umum diharapkan

mampu mencari solusi terbaik dalam menangani anak berkebutuhan khusus agar

(17)

2. Rumusan Masalah

Secara umum penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

“ Bagaimana strategi pengembangan kemandirian anak berkebutuhan khusus

yang diterapkan di SMP Istiqamah Bandung?”

Untuk menjabarkan fokus pada penelitian ini sebagaimana dijelaskan

diatas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana profil SMP Istiqamah Bandung?

2. Bagaimana pihak sekolah memperlakukan anak berkebutuhan khusus?

3. Kendala-kendala apa yang dihadapi selama menangani anak berkebutuhan

khusus?

4. Langkah apa saja yang ditempuh dalam mengatasi berbagai kendala selama

menangani anak berkebutuhan khusus?

5. Faktor apa saja yang mendukung terciptanya kemandirian anak berkebutuhan

khusus?

6. Program apakah yang diterapkan sekolah sehingga tercipta kemandirian anak

berkebutuhan khusus?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan

kemandirian anak berkebutuhan khusus di SMP Istiqamah Bandung, sehingga

dapat terukur keberhasilan sekolah ini dalam menjalankan amanat UUD 1945

(18)

Pendidikan Nasional yang memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak

berkebutuhan khusus untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

a. Memperkenalkan profil SMP Istiqamah Bandung

b. Mengembangkan kemampuan seluruh komponen, khususnya guru di SMP

Istiqamah Bandung dalam memperlakukan anak berkebutuhan khusus selama

proses pembelajaran.

c. Menemukan solusi dari kendala-kendala yang dihadapi selama menangani

anak berkebutuhan khusus.

d. Mengembangkan faktor-faktor pendukung yang membantu terciptanya

kemandirian anak berkebutuhan khusus.

e. Mengkreasikan program kegiatan sekolah yang dapat menciptakan

kemandirian peserta didik, khususnya bagi anak berkebutuhan khusus.

f. Merekomendasikan hasil penelitian untuk dijadikan bahan acuan bagi

pihak-pihak pemangku kebijakan dibidang pendidikan, bahwa keberadaan anak

berkebutuhan khusus di sekolah umum perlu mendapatkan perhatian, sehingga

pada perkembangan selanjutnya peserta didik yang tergolong anak

(19)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dalam kerangka kajian teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

kajian ke arah pengembangan pendidikan nilai di sekolah umum terkait dengan

penanganan kasus anak berkebutuhan khusus. Penelaahan aspek psikologis

sangat membantu dalam menerapkan metode pembelajaran yang berdampak

signifikan terhadap perkembangan kemandirian anak berkebutuhan khusus selama

mengikuti proses pembelajaran di SMP Istiqamah Bandung.

2. Manfaat Praktis

Dalam tataran praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat

sebagai berikut:

a. Memberikan pemahaman kepada masyarakat luas bahwa anak berkebutuhan

khusus memperoleh perlindungan hukum yang jelas untuk menjalani proses

pendidikan di sekolah umum.

b. Mengembangkan potensi pedagogik, kepribadian, psikologis, dan sosial guru,

dengan menggunakan anak berkebutuhan khusus sebagai alat ukurnya.

c. Menumbuhkan perhatian khusus dari pemangku kebijakan di sekolah akan

pentingnya dukungan sarana dan prasarana dalam menumbuhkembangkan

kemandirian anak berkebutuhan khusus.

d. Menggerakkan dukungan dinas terkait terhadap pelaksanaan program

pengembangan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus melalui pemberian

bantuan materil untuk sekolah umum yang menyediakan layanan bagi anak

(20)

E. Struktur Organisasi

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta stuktur

organisasi penulisan tesis.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi konsep-konsep/ teori-teori yang berkaitan dengan

penelitian yang sedang dikaji oleh penulis, yakni terkait “Strategi

Pengembangan Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus di SMP

Istiqamah Bandung”.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian,

antara lain: Pendekatan Penelitian, Lokasi Penelitian, Informan

Penelitian, Prosedur Penelitian, serta Teknik Pengumpulan Data

dan Pengembangan Instrumen Penelitian.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari dua

hal utama, yakni pengolahan atau analisis data yang menghasilkan

temuan berkaitan dengan “Strategi Kemandirian Anak

Berkebutuhan Khusus di SMP Istiqamah Bandung”, serta

pembahasan atau analisis temuan dari permasalahan yang dikaji

(21)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini mengangkat fenomena dari sebuah kasus yang terjadi pada

seorang anak berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan dalam hal motorik

halus dan komunikasi, baik komunikasi ekspresif maupun komunikasi reseptif.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Diharapkan

dengan menggunakan metode ini dapat diperoleh satu gambaran yang menyeluruh

terhadap subjek peneliti. Menurut McMillan (Kusmawan, 2012: 64) bahwa ‘Penelitian kualitatif dilakukan ketika sebuah penelitian menggambarkan dan

menganalisa perilaku, keyakinan, pemikiran, dan persepsi individu atau social

secara kolektif’.

Dalam mengungkapkan satu fenomena, penelitian kualitatif tidak

berdasarkan pada teori atau menguji teori yang ada, seperti yang dikemukakan

oleh Maxwell (Alwasilah, 2006:110) bahwa peneliti berupaya untuk lebih

memahami proses (daripada produk) kejadian atau kegiatan yang dialami.

Berdasarkan pendapat para pakar di atas, maka dalam penelitian ini

penulis penulis lebih cenderung mengamati sebuah proses aktivitas yang berkaitan

dengan perilaku individu yang terlibat langsung dalam interaksi sosial di sebuah

(23)

B. Lokasi Penelitian

Berdasarkan survey lapangan, maka lokasi penelitian yang diambil adalah

SMP Istiqamah Bandung. Alasan utama dipilihnya lembaga pendidikan ini

sebagai lokasi penelitian adalah sistem penerimaan peserta didik yang dilakukan

di luar kebijakan sebelumnya.

Peserta didik yang tergolong berkebutuhan khusus ini diterima

berdasarkan uji coba serta perjanjian hitam di atas putih antara pemangku

kebijakan dengan orang tua siswa terkait. Salah satu anak bangsa yang berobsesi

besar untuk masuk di sekolah Islam Terpadu ini merupakan satu-satunya peserta

didik yang mengalami kekurangan dalam motorik halus serta komunikasi. Namun

karena motivasi serta dukungan kuat dari pihak keluarga, maka siswa yang power

full ini mencoba menjalani proses pembelajaran di tengah komunitas siswa yang

fisiknya normal serta iklim pembelajaran dengan kurikulum yang tidak

menyediakan fasilitas ekslusif baginya.

C. Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitian dinamakan informan,

partisipan, atau sumber. Informan penelitian adalah orang yang diperkirakan

menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta objek penelitian

(24)

Dalam penelitian ini yang dijadikan informan yaitu:

1. Subjek yang bersangkutan:

Yaitu seorang siswa laki-laki yang duduk di kelas VIII (delapan) SMP

Istiqamah Bandung. Peserta didik ini merupakan satu-satunya siswa yang

tergolong disability, namun memiliki motivasi yang kuat untuk memposisikan

dirinya sebanding dengan siswa lainnya yang tergolong normal. informasi

yang penulis gali dari subjek yang bersangkutan terkait aktivitasnya di luar

sekolah, baik di rumah maupun dalam kondisi lain di luar sekolah.

2. Guru:

Guru diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai mengenai kemampuan

komunikasi dari subjek penelitian. Adapun guru yang menjadi key person yaitu

wali kelas, guru BK (Bimbingan Konseling), dan guru Penjaskes, yang terlibat

selama proses pembelajaran di kelas siswa terkait. Selain itu pula penulis

melibatkan guru lain dalam proses perolehan data, terkait sistem pembelajaran

yang diterapkan oleh guru-guru yang terlibat langsung dalam proses

pembelajaran di kelas siswa terkait.

3. Orang Tua Siswa

Untuk memperoleh data mengenai riwayat hidup siswa terkait, maka penulis

membutuhkan informasi yang bersumber dari orang tua yang bersangkutan.

Hal ini dianggap penting karena yang menjadi fokus penelitian ini adalah

(25)

Adapun data dari subjek penelitian sebagai berikut:

Prosedur penelitian adalah langkah dan cara yang dilakukan oleh peneliti

dalam satu penelitian. Langkah penelitian yang akan dilaksanakan yaitu, pertama:

studi pendahuluan mengenai kondisi objektif melalui penelitian kualitatif, ke dua:

merumuskan draf program, ke tiga: validasi dengan melibatkan guru dan orang

tua, dan ke empat: program pengembangan kemandirian anak berkebutuhan

(26)

Langkah-langkah penelitian:

Profil

Sekolah

Studi Lapangan

Perlakuan Sekolah

Studi

Pendahuluan Analisis

Kendala

Solusi Studi

Literatur

Faktor Pendukung

(27)

E. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada studi pendahuluan melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Teknik yang dipergunakan:

a. Observasi

Observasi dilakukan terhadap siswa yang bersangkutan di dalam kelas dan

di lingkungan sekolah.

Tujuan observasi:

1) Mengetahui kondisi objektif perlakuan guru terhadap siswa berkebutuhan

khusus dalam proses pembelajaran.

2) Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru selama menangani anak

berkebutuhan khusus yang menjalani proses pembelajaran di kelas reguler.

3) Mengetahui formula yang digunakan guru dalam mengatasi berbagai kendala

yang dihadapi selama menangani anak berkebutuhan khusus.

b. Wawancara

Teknik lain yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

ini yakni melalui wawancara. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan

teknik wawancara mendalam. Teknik wawancara mendalam bertujuan untuk

mendapatkan informasi terperinci. Data yang diperoleh dari hasil wawancara

diharapkan dapat memberikan gambaran keseluruhan mengenai perkembangan

kemandirian siswa berkebutuhan khusus. Wawancara dilakukan dengan cara tatap

(28)

Wawancara dengan tiga orang guru dilaksanakan dengan rincian data

Setelah dilakukan wawancara terhadap tiga orang guru, proses triangulasi

terus dilakukan, guna memperoleh data yang bersifat jenuh. Informasi yang

diperoleh dirasakan tidak cukup hanya dari tiga orang guru, karena banyak guru

yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran peserta didik terkait. Informasi

yang telah diperoleh dipertegas dengan mengajukan pertanyaan yang sama kepada

staf pengajar lainnya, disamping melakukan pertanyaan ulang terhadap

(29)

c. Dokumen

Teknik dokumentasi yang ditempuh penulis dalam penelitian ini yakni

dengan memanfaatkan media elektronika, antara lain alat perekam suara serta

perekam gambar bergerak (video). Teknik pendokumentasian suara dilakukan

dengan menggunakan hand phone, sehingga durasi waktu yang tersedia tidak

seluas ketika kita memanfaatkan alat perekam suara khusus, misalnya tape

recorder dalam melakukan wawancara. Sedangkan untuk merekam aktivitas

pembelajaran siswa terkait, penulis memanfaatkan hand phone untuk

mendokumentasikan proses pembelajaran siswa bersangkutan pada proses

pembelajaran secara individual di luar kelas.

2. Teknik Pengembangan Instrumen Penelitian

Untuk memperjelas arah dalam observasi dan wawancara, penulis

menyusun sebuah format kisi-kisi.

Tabel: 3.2

KISI-KISI DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

(30)

Tabel: 3.3

PEDOMAN OBSERVASI

No. Kategori Responden Aspek yang digali

1. Strategi

pengembangan kemandirian anak berkebutuhan khusus

a. Guru a. Kurikulum Sekolah

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

c. Proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas

d. Program bimbingan anak berkebutuhan khusus

e. Teknik asesmen untuk anak berkebutuhan khusus

b. Siswa yang bersangkutan

a. Kegiatan belajar di kelas dan di luar kelas.

b. Proses sosialisasi di lingkungan sekolah.

Tabel: 3.4

PEDOMAN WAWANCARA

No. Kategori Responden Aspek yang digali

1. Strategi

b. Kendala-kendala yang dihadapi selama menangani anak berkebutuhan khusus.

c. Langkah-langkah yang ditempuh dalam mengatasi berbagai kendala selama menangani anak berkebutuhan khusus.

d. Faktor-faktor pendukung dalam mengembangkan kemandirian anak berkebutuhan khusus.

b. Orang tua siswa yang bersangkutan

(31)

F. Pengolahan data

Data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi

merupakan data kualitatif. Data kualitatif menurut Burhan Bungin (2007:153)

memiliki dua tujuan, yaitu:

1. Menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh

suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut.

2. Menganalisis makna yang ada di balik informasi, data dan proses suatu

fenomena sosial itu.

Proses pengolahan data dilakukan penulis setelah melakukan wawancara

dengan tiga orang guru sesuai dengan data yang disajikan sebelumnya. Meskipun

bahasa yang terdapat dalam lampiran wawancara merupakan bahasa non baku,

namun dalam hal ini penulis berupaya untuk memaknai seluruh pernyataan yang

disampaikan oleh para informan terkait pertanyaan yang diajukan penulis pada

masing-masing narasumber. Pemaknaan dari seluruh pernyataan itu kemudian

(32)
(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tentang strategi pengembangan

kemandirian anak berkebutuhan khusus di SMP Istiqamah Bandung, maka dapat

dirumuskan kesimpulan dan rekomendasi penelitian sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan penulis pada bab sebelumnya,

maka diperoleh kesimpulan bahwa strategi yang ditempuh SMP Istiqamah

Bandung dalam mengembangkan kemandirian anak berkebutuhan khusus

ditempuh melalui empat aspek, antara lain perlakuan sekolah yang terbuka

terhadap anak berkebutuhan khusus, penggalian solusi dari berbagai kendala yang

dihadapi selama menangani anak berkebutuhan khusus, menumbuhkembangkan

motivasi dari berbagai pihak terkait, dan pelaksanaan program sekolah yang

mendorong terciptanya kemandirian bagi siswa terkait.

Penanganan pihak SMP Istiqamah pada awal penerimaan seorang siswa

berkebutuhan khusus di lembaga ini sangat baik. Hal ini terbukti dengan tidak

tampaknya perbedaan perlakuan yang signifikan antara siswa terkait dengan siswa

lainnya yang tergabung dalam kelas reguler. Kebijakan pemimpin sekolah swasta

Islam Terpadu ini sangat mendukung perjuangan penegakkan Hak Asasi Manusia,

yakni dengan memberi kesempatan seluas-luasnya terhadap siswa berkebutuhan

(34)

normal. Sistem penerimaan warga baru di dunia pendidikan yang syarat dengan

nilai-nilai karakter ini dilakukan atas dasar kemanusiaan, dengan mengedepankan

aspek naluri yang sangat terbuka. Kerjasama yang dilakukan oleh seluruh warga

sekolah, mulai dari tenaga pendidik dan kependidikan sampai pada seluruh

peserta didik untuk bersikap wajar terhadap kondisi riil di lingkungan sekolah,

menunjukkan bahwa proses pendidikan karakter di sekolah ini berjalan dengan

baik.

Kendala yang dihadapi tenaga pendidik dalam menangani siswa

berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran hanya terkait sistem komunikasi

yang terhambat, baik komunikasi verbal maupun non-verbal. Hambatan

komunikasi verbal disebabkan oleh sistem pendengaran siswa terkait yang

mengalami gangguan, sedangkan hambatan komunikasi non verbal (tulisan)

disebabkan oleh terganggunya motorik halus siswa tersebut. Akibat dari gangguan

komunikasi ini adalah kurang lancarnya proses transfering informasi yang

diterima oleh peserta didik terkait. Hal ini berimbas pada teknis penilaian yang

dilakukan guru dalam proses pembelajaran.

Solusi yang ditempuh pihak sekolah dalam mengatasi kendala-kendala

yang dihadapi cukup bervariasi. Pertama, dengan menjalankan komunikasi secara

intensif melalui cara yang sangat persuasif. Komunikasi dua arah dengan

memperhatikan mimik mulut dan tidak melepaskan pandangan mata antara

pelaku yang terlibat dalam proses komunikasi, dinilai mampu meningkatkan

efesiensi dalam proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Kedua,

(35)

pelajaran tertentu yang melibatkan motorik kasar (mata pelajaran penjaskes).

Penggunaan media pembelajaran yang mempermudah siswa berkebutuhan khusus

dalam proses pembelajaran dapat membantu siswa tersebut untuk berinteraksi

dengan lingkungan secara fleksibel. Hambatan motorik sedikit demi sedikit dapat

teratasi dengan melatih kelenturan tubuh siswa terkait. Ketiga, menjalankan

komunikasi intensif dengan orang tua siswa, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Melalui informasi tentang latar belakang peserta didik yang diperoleh

dari orang siswa tersebut dapat membantu pihak sekolah dalam menangani siswa

di sekolah. Proses pemantauan yang dilakukan guru dan orang tua dalam tahun

pertama melalui buku komunikasi dinilai sangat efektif karena kemandirian siswa

berkebutuhan khusus ini mengalami perkembangan yang sangat signifikan.

Terbukti selepas tahun pertama anak tersebut menjalani proses pendidikan di

lembaga ini, buku komunikasi tidak dipergunakan lagi.

Kemandirian yang terbentuk pada diri siswa berkebutuhan khusus di SMP

Istiqamah ini merupakan hasil sinergi dari kekuatan internal dan eksternal siswa

tersebut. Faktor internal berupa motivasi yang tumbuh dari diri siswa terkait

merupakan faktor pendorong paling utama yang mampu mengembangkan

kemandirian siswa berkebutuhan khusus ini. Sedangkan motivasi seluruh warga

sekolah dan orang tua untuk terus membantu siswa terkait dalam menyesuaikan

diri dengan lingkungannya dan dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik

merupakan faktor ekstern yang melengkapi energi internal yang muncul dari

(36)

Program pelayanan yang memberi fasilitas individualized instruction,

seperti program pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk anak yang lambat

melalui salah satu bentuk program remedial (program perbaikan), penyediaan alat

pengajaran dan program pelayanan yang memberi fasilitas individualized

instruction berupa workshop yang memadai, jadwal pelajaran yang fleksibel,

pengembangan program independent study, pengembangan program penyuluhan

dan bimbingan, serta pengembangan team-teaching, merupakan sarana yang

mempercepat proses pengembangan kemandirian anak berkebutuhan khusus di

SMP Istiqamah Bandung.

2. Kesimpulan Khusus

Berdasarkan rumusan kesimpulan umum tersebut di atas, maka disusun

kesimpulan khusus berupa proposisi sebagai berikut:

a. Perlakuan sekolah yang diiringi sikap yang open minded (pikiran terbuka),

keyakinan yang tinggi, serta sikap persuasi yang baik akan mempermudah

terciptanya kemandirian anak berkebutuhan khusus.

b. Untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam menangani anak berkebutuhan

khusus terkait masalah motorik kasar dan halus, serta sistem komunikasi yang

terganggu, langkah yang ditempuh dapat berupa penerapan pola pendekatan

dalam strategi perubahan sikap diantaranya adalah pendekatan yang

berorientasi pada keyakinan (belief oriented approach) dan penerapan empat

(37)

do (belajar untuk melakukan), dan learning to live together (belajar untuk

hidup bersama), learning to be (belajar untuk menjadi diri sendiri),

c. Faktor yang mendukung terciptanya kemandirian anak berkebutuhan khusus

bersumber dari motivasi intrinsik dan ekstrinsik, serta penciptaan lingkungan

pembelajaran yang kondusif.

d. Program kegiatan yang dilaksanakan pihak sekolah, baik untuk guru maupun

peserta didik menjadi mata rantai yang menguatkan upaya sekolah dalam

mengembangkan kemandirian anak berkebutuhan khusus.

B. Rekomendasi

Pada tahap akhir penelitian, penulis merekomendasikan hasil penelitian ini

kepada pihak-pihak yang bersentuhan langsung dengan anak berkebutuhan khusus

dalam proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Pihak-pihak yang

dimaksud yakni Kepala Sekolah, guru, siswa, dan orang tua siswa.

1. Sebagai pemangku kebijakan tertinggi, seyogyanya Kepala Sekolah

mempertahankan idealisme humanisnya melalui kebijakan yang membuka

seluas-luasnya kesempatan bagi anak berkebutuhan khusus untuk bergabung

dalam proses pendidikan di kelas reguler.

2. Selaku tokoh utama dalam proses pembelajaran di sekolah, diharapkan guru

dapat meningkatkan motivasi untuk mengembangkan skill dan terus berperan

aktif dalam meningkatkan kemandirian anak berkebutuhan khusus, sehingga

tujuan pendidikan nasional yang terkandung dalam UU Sisdiknas No.20 tahun

(38)

3. Untuk seluruh siswa SMP Istiqamah Bandung, sebagai generasi penerus

bangsa diharapkan mampu mengemban amanah dengan memegang tongkat

estafet perjuangan dalam mensyukuri nikmat Allah melalui cara mengisi

kemerdekaan bangsa ini dengan meningkatkan kompetensi yang terdapat

dalam diri masing-masing, baik kompetensi intelegensi, sosial, emosional,

maupun spiritual. Jika kompetensi-kompetensi itu berhasil ditingkatkan,

niscaya harapan bangsa ini untuk menjadi bangsa yang mandiri yang terlepas

dari intervensi bangsa lain akan tercapai.

4. Kepada seluruh orang tua yang memiliki anak yang tergolong berkebutuhan

khusus, agar tidak patah arang dalam merawat dan mendidiknya untuk menjadi

anak yang berkompetensi tinggi. Banyak jalan yang Allah SWT berikan

kepada hamba-Nya, manakala kita memiliki niat yang kuat dalam menjalankan

sebuah kebaikan dan dibalik kekurangan yang dimiliki oleh seseorang terselip

intan permata berupa kelebihan-kelebihan yang harus terus diasah agar

terpancar kilauannya.

5. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan penelitian selanjutnya,

sehingga permasalahan kompleks yang ditemukan di lingkungan masyarakat

(39)

DAFTAR PUSTAKA

___________.(2011). Kurikulum SMP Istiqamah Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan.

Alwasilah, A. Chaedar. (2009). Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Ashman, A. Dan Elkins, J. Ed. (1994). Educating Children with Special Needs (Second Ed). Australia: Prentice Hall.

Aunillah, N.I. (2011). Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Laksana.

Bogdan, RC & Biklen, S. (1982). Qualitative Research for Education An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyin and Bacon Inc.

Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kulalitif Kominikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: PT. Kencana.

Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Depdiknas. (2003). Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/ Inklusi Mengenal Pendidikan Terpadu. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa.

Hallahan, D.P. & Kauffman, J.M. (1986). Exceptional Children (Introduction to Special Education). New Jersey: Prentice – Hall inc.

http://eprints.undip.ac.id/10349/iskripsi_pradnya_patriana.pdf.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195310141987

(http://jasafadilahginting.blogspot.com/2011/05pengembangan-pembelajaran-pai-yang.html).

Johnsen, B.H. & Skjorten, M.D. (Eds) (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar. Alih bahasa: Susi S.R. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

(40)

Kartasasmita, G. (2004). Arsitektur Perekonomian Indonesia Berbasis Industri dan Daya Saing Global. Pengantar Diskusi pada Seminar, Jakarta.

Konsep Strategi. (2009). Tersedia: http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/konsep-strategi-definisi-perumusan.html.

Kusmawan, T. (2012). Strategi Pembinaan Karakter Melalui Paskibra. Tesis pada Sps.UPI Bandung; tidak diterbitkan.

Maleong, L.J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, R.( 2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Nasution, S. (1982). Metode Research. Bandung: Jemmars.

Novita, N. (2010). Program pengembangan Kemampuan Komunikasi Ekspresif dan Reseptif pada Anak dengan Gangguan Komunikasi. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Perkembangan Anak Usia Prasekolah. Tersedia: http://forbetterhealth.files.wordpress.com/2009/02/.pdf

Pidarta, M, Dr, Prof. (2005). Perencanaan Pendidikan Partisipatori dengan Menggunakan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Piereangelo, et all. (2007). EDM The Educatots Diagnostic Manual of Disabilities and Disorder. San Francisco: John Wiley & Sons.

Rohani, A. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sauri, S. (2006). Membangun Komunikasi dalam Keluarga Kajian Nilai Religi, Sosial, dan Edukatif. Bandung: PT. Genesindo.

(41)

Sauri, S. & Firmansyah, H. (2010). Meretas Pendidikan Nilai. Bandung: CV. Arfino Raya.

Setiti, S. (2012). Pengembangan Sikap Kemandirian Melalui Pendidikan Kewirausahaan. Disertasi Doktor pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Skjorten, M.D. (2003). Pendidikan Inklusif. Materi perkuliahan Pada Program Pendidikan Kebutuhan Khusus UPI di Bandung. Tahun Akademik 2003/2005.

Strategika.(2007).Tersedia: ttp://strategika.wordpress.com/2007/06/24/pengertian-strategi.

Sumantri, E. (2011). Pendidikan Budaya dan Karakter Suatu Bangsa Keniscayaan Bagi Kesatuan dan Persatuan Bangsa , Pendidikan

Karakter Nilai Inti Bagi Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung:

Widya Aksara Press.

Sunanto, J. (2003). Konsep Pendidikan untuk Semua . Makalah pada Seminar Dies Natalis Pendidikan Luar Biasa “Reorientasi Peran Sekolah untuk Menuju Pendidikan Inklusif UPI, Bandung.

Suryadi, A & Budimansyah, D .(2004). Pendidikan Nasional Menuju Masyarakat Indonesia Baru. Bandung: PT Grasindo.

Suryosubroto, B, Drs. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Gambar

Tabel 3.1 Data Subjek Penelitian
Tabel: 3.2 KISI-KISI DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Tabel: 3.4  PEDOMAN WAWANCARA

Referensi

Dokumen terkait

Work family conflict atau konflik peran ganda wanita yang terjadi akibat adanya konflik antar peran ketika pemenuhan salah satu peran bisa menekan peranan yang lain, baik itu

Bank yang melaksanakan kegiatan usaha Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah

Indonesia Railway Authority, the Province of Lampung Local Transport Authority, Radin Inten II Airport Office, Radin Inten II Railway Station Development Team, the Province of

Biodata Semiloka dan Lokakarya Nasional Tahun 2013 Forum Komunikasi Jurusan/Prodi Pendidikan Luar Sekolah Hotel Pelangi Malang,

Dengan kepelbagaian etnik yang terdapat di Sarawak itu, kajian ini diharap dapat melihat sejauh mana etnik belia di Kuching, Sarawak dapat memahami dan terlibat dalam program G1M

Oleh karena itu, adanya fungsi komunikasi antara pimpinan dan bawahan (downward communication) dan juga fungsi komunikasi antara bawahan terhadap pimpnan

Klas residu dari himpunan bilangan bulat sangat penting dalam pembahasan grup, terutama berkaitan dengan grup berhingga yang komutatif.. Pembahasan mengenai grup ini

Untuk informasi tentang set kabel daya yang sesuai digunakan dengan monitor, lihat Maklumat Produk yang tersedia di disk optik Anda, jika sudah tercakup, atau dalam kit