• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi ABK - Spada UNS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Klasifikasi ABK - Spada UNS"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Klasifikasi ABK

TEMPORER

(2)

ABK TEMPORER (Anak

Berkebutuhan

Khusus Sementara)

anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan

disebabkan oleh faktor-faktor eksternal

(3)

Contoh Anak

Berkebutuhan Khusus Temporer

Contoh 1

Anak sekolah baru yang pindah ke suatu daerah mengalami

kehidupan dua bahasa. Di daerah sebelumnya anak berkomunikasi dalam bahasa batak akan tetapi ketika di sekolah baru di Jawa

menyebabkan munculnya kesulitan dalam belajar atau berkomunikasi dengan temannya.

Anak seperti ini pun dapat dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus sementra (temporer), dan oleh karena itu ia memerlukan

layanan pendidikan yang disesuikan (pendidikan kebutuhan khusus).

Apabila hambatan belajar membaca seeperti itu tidak mendapatkan intervensi yang tepat boleh jadi anak ini akan menjadi anak

berkebutuhan khusus permanen

(4)

Contoh Anak

Berkebutuhan Khusus Temporer

Contoh 2

anak yang yang mengalami gangguan emosi dan kejiwaan karena trauma akibat diperkosa sehingga anak ini tidak dapat belajar.

Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementra

tetapi apabila anak ini tidak memperoleh intervensi

yang tepat boleh jadi akan menjadi permanent

(5)

Anak

Berkebutuhan Khusus Permanen

anak-anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internal dan

akibat langsung dari kondisi kecacatan

(6)

TUNANETRA TUNARUNGU TUNAGRAHITA GIFTED AND TALENTED

TUNADAKSA TUNAWICARA TUNALARAS

SPECIFIC LEARNING DISABILITY

SLOW

LEARNER ANAK AUTIS ADHD TUNA GANDA

KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN

KHUSUS PERMANEN

(7)

ANAK DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (TUNANETRA)

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.

Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision.

Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran.

Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan

pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan

harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan

tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata, sedangkan

media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS.

(8)

Berdasarkan Tingkat Ketajaman Penglihatan

T

unanetra dengan ketajaman penglihatan 6/20m-6/60m atau 20/70 feet-20/200 feet disebut tunanetra kurang lihat (low vision). Pada taraf ini para penderita masih mampu melihat dengan bantuan alat khusus.

– Tunanetra dengan ketajaman penglihatan antara 6/60m atau 2/200 feet atau kurang, dikatakan tunanetra berat atau secara umum dapat dikatakan buta (blind). Kelompok ini masih dapat diklasifikasikan lagi menjadi tunanetra yang masih dapat melihat gerakan tangan dan tunanetra yang hanya dapat membedakan terang dan gelap.

– Tunanetra yang memiliki visus 0. Pada taraf yang terakhir ini, anak

sudah tidak mampu lagi melihat rangsangan cahaya atau dapat

dikatakan tidak dapat melihat apapun dan disebut buta total

(9)

Berdasarkan Saat Terjadinya Ketunanetraan

– Tunanetra sebelum dan sejak lahir

Kelompok ini masih belum mempunyai konsep penglihatan. Oleh karena itu, peran orang tua sangat besar untuk melatih penggunaan indra-indra yang masih dimilikinya.

– Tunanetra batita (di bawah 3 tahun)

Konsep penglihatan yang telah dimiliki lama kelamaan akan hilang sehingga

kesan-kesan visual atau konsep-konsep tentang benda atau lingkungan yang

dimilikinya tidak terlalu bermanfaat bagi kehidupan selanjutnya. Oleh karena

itu, orang-orang di sekitarnya perlu membantu mengulang kembali segala

sesuatu yang telah dimengerti anak, saat ia masih dapat melihat.

(10)

-Tunanetra balita (3-5 tahun)

Konsep penglihatan akan tetap terbentuk dengan cukup berarti sehingga akan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah pendidikannya. Peran orang tua dan guru TK sangat besar artinya dalam membina dan mengarahkan konsep yang telah dimiliki.

- Tunanetra pada usia sekolah (6-12 tahun)

Konsep penglihatan telah terbentuk dan mempunyai kesan-kesan visual yang banyak dan bermanfaat bagi perkembangan pendidikannya.

Namun demikian, mereka harus tetap mendapat perhatian khusus dari orang tua dan gurunya dalam menempuh pendidikannya karena mereka cenderung mengalami guncangan jiwa. Oleh karena itu, tugas para guru adalah menyadarkan mereka agar mau menerima kenyatan sehingga anak dapat berkembang dan menambah pengalamannya dalam ketunanetraannya.

Berdasarkan Saat Terjadinya Ketunanetraan

(11)

– Tunanetra remaja (13-19 tahun)

Anak remaja sudah memiliki kesan-kesan visual yang sangat mendalam. Kesan ini akan bermanfaat dalam mendukung

perkembangan kehidupan selanjutnya. Namun, ketunanetraan pada usia remaja dapat menimbulkan guncangan jiwa yang

sangat berat karena terjadi konflik batin dan jasmani.

– Tunanetra dewasa (19 tahun ke atas)

Pada umumnya di usia dewasa ini mereka sudah memiliki keterampilan dan kemungkinan pekerjaan yang diharapkan

untuk kelangsungan hidupnya dan keluarganya. Ketunanetraan yang dialaminya menjadi pukulan yang sangat berat dan

menimbulkan guncangan jiwa atau putus asa. Oleh karena itu, mereka hendaknya mendapatkan layanan dan bimbingan baik secara jasmani, maupun rohani secara khusus

Berdasarkan Saat Terjadinya Ketunanetraan

(12)

Berdasarkan ketajaman penglihatan (Kirk 1989: 348-349) :

– Ketidakmampuan melihat taraf sedang (moderate visual disability)

Pada taraf ini, mereka dapat melakukan tugas – tugas visual yang dilakukan oleh orang awas dengan menggunakan alat bantu khusus dan dibantu dengan pemberian cahaya yang cukup.

– Ketidakmampuan melihat taraf berat (severe visual disability)

Pada taraf ini, mereka memiliki kemampuan penglihatan yang kurang baik atau kurang akurat meskipun dengan menggunakan alat bantu visual dan modifikasi sehingga mereka membutuhkan lebih banyak waktu dan energi dalam melakukan tugas- tugas visual.

– Ketidakmampuan melihat taraf sangat berat (profound visual disability)

Pada taraf ini, mereka mendapat kesulitan untuk melakukan tugas-tugas visual yang lebih detail, seperti membaca dan menulis huruf awas. Dengan demikian, mereka tidak dapat menggunakan penglihatannnya sebagai alat pendidikan sehingga indra peraba dan pendengaran memegang peranan pentimg dalam menempuh pendidikannya.

(13)

ANAK DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN

(TUNARUNGU)

Tunarungu adalah individu yang memiliki

hambatan dalam pendengaran baik permanen

maupun tidak permanen.

(14)

• Tunarungu ringan (mild hearing loss) anatara 27-40 dB.

Siswa yang mengalami kondisi ini sulit mendengar suara yang jauh sehingga membutuhkan tempat duduk yang strategis.

• Tunarungu sedang (moderate hearing loss) anatara 41-55 dB.

Ia dapat mengerti percakapan dari jarak 3-5 feet secara berhadapan (face to face), tetapi tidak dapat mengikuti diskusi kelas. Ia membutuhkan alat bantu dengar serta terapi bicara.

• Tunarungu agak berat (moderately severe hearing loss) antara 56-70dB.

Ia hanya dapat mendengar suara dari jarak dekat sehingga ia perlu menggunakan hearing aid.

Berdasarkan Tingkat Kehilangan

Pendengaran

(15)

• Tunarungu berat (severe hearing loss) antara 71-90dB.

Ia hanya dapat mendengar suara – suara yang keras dari jarak dekat. Siswa tersebut membutuhkan

pendidikan khusus secara intensif, alat bantu dengar, serta latihan untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasanya.

• Tunarungu berat sekali (profound hearing loss) Pada kondisi ini mengalami kehilangan

pendengaran lebih dari 90dB. Mungkin ia masih

mendengar suara yang keras, tetapi ia lebih menyadari

suara melalui getarannya (vibrations) daripada pola suara.

(16)

Berdasarkan saat Terjadinya

– Ketunarunguan prabahasa (prelingual deafness), yaitu

kehilangan pendengaran yang terjadi sebelum kemampuan bicara dan bahasa berkembang.

– Ketunarunguan pascabahasa (post lingual deafness), yaitu kehilangan pendengaran yang terjadi beberapa tahun setelah kemampuan bicara dan bahasa berkembang.

Berdasarkan Etiologi atau Asal Usulnya

– Tunarungu endogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor genetik (keturunan).

– Tunarungu eksogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh

faktor nongenetik (bukan keturunan).

(17)

Berdasarkan Letak Gangguan Pendengaran Secara Anatomis

– Tunarungu tipe konduktif, yaitu kehilangan pendengaran yang

disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada telinga bagian luar dan tengah yang berfungsi sebagai alat konduksi atau pengantar

getaran suara menuju telinga bagian dalam.

– Tunarungu tipe sensorineural, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada telinga dalam serta saraf

pendengaran (nervus chochlearis).

– Tunarungu tipe campuran yang merupakan gabungan antara tipe

konduktif dan sensorineural, artinya kerusakan terjadi pada telinga

luar / tengah dengan telinga dalam/saraf pendengaran.

(18)

ANAK DENGAN KELAINAN KECERDASAN DI BAWAH RATA-RATA (TUNAGRAHITA)

Klasifikasi tunagrahita yang dikemukakan oleh AAMD sebagai berikut:

Mild mental retardation (tunagrahita IQ-nya 70 – 55 ringan)

Moderate mental retardation (tunagrahita IQ-nya 55 – 40 sedang) – Severe mental retardation (tunagrahita IQ-nya 40 – 25 berat)

Profound mental retardation (tunagrahita IQ-nya 25 ke bawah) (sangat berat).

(19)

Pengelompokkan Tunagrahita Berdasarkan Kelainan Jasmani (Tipe Klinis) :

Down Syndrome (Mongoloid)

Anak tunagrahita jenis ini disebut demikian karena memiliki raut muka menyerupai orang mongol dengan mata sipit dan miring, lidah tebal suka menjulur keluar, telinga kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang baik.

Kretin (Cebol)

Anak ini memperlihatkan ciri-ciri, seperti badan gemuk dan pendek, kaki dan tangan pendek dan bengkok, kulit kering, tebal dan keriput, rambut kering, lidah dan bibir, kelopak mata, telapak tangan dan kaki tebal, pertumbuhan gigi lambat.

Hydrocephal

Anak ini memiliki ciri -ciri kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan pendengaran tidak sempurna, mata kadang-kadang juling.

Microcephal

Anak ini memiliki ukuran kepala yang kecil.

Macrocephal

Anak ini memiliki ukuran kepala yang besar dari ukuran normal.

(20)

ANAK DENGAN

KECERDASAN DAN BAKAT ISTIMEWA

(GIFTED AND TALENTED)

1. Gifted (IQ 140-179 ), yang termasuk dalam golongan ini yaitu mereka yang tidak jenius, tetapi menonjol dan terkenal.

- Anak cerdas istimewa memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

- Membaca pada usia lebih muda, lebih cepat, dan memiliki perbendaharaan kata yang luas.

- Memiliki rasa ingin tahu yang kuat, minat yang cukup tinggi.

- Berinisiatif, kreatif, dan original dalam menunjukkan gagasan.

- Mampu memberikan jawaban-jawaban atau alasan yang logisi, sistematis dan kritis.

- Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati.

- Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi.

- Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah

(21)

2. Genius (IQ 180 ke atas) , pada kelompok ini bakat dan keistimewaannya telah tampak sejak kecil. Misalnya, umur 2 tahun mulai belajar membaca dan pada umur empat tahun belajar bahasa asing. Kelompok ini mempunyai kecerdasan yang sangat luar biasa. Walaupun tidak sekolah, mereka mampu menemukan dan memecahkan masalah. Jumlahnya sangat sedikit, namun terdapat semua ras dan bangsa, semua jenis kelamin, serta dalam semua tingkatan ekonomi.

Contoh orang yang jenius, antara lain: John Stuart Mill (IQ 200), Francis Galton (IQ 200), dan Goethe (IQ 185).

– Ciri-ciri anak jenius

– Punya kemampuan bernalar yang bagus – Bisa belajar dengan cepat.

– Punya perbendaharan kata yang luas.

– Punya kemampuan mengingat yang bagus.

– Bisa konsentrasi lama pada hal-hal yang menarik bagi dirinya.

– Sensitif perasaannya dan mudah merasa “tertusuk”.

– Cepat menunjukkan rasa peduli.

– Perfeksionis dan intensif

(22)

3. Bakat istimewa (talented) anak dengan bakat khusus (akademik atau non akademik.

– Anak yang memiliki potensi kecerdasan istimewa (gifted) dan anak yang memiliki bakat istimewa (talented) adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak seusianya (anak normal)

– Sehingga untuk mengoptimalkan potensinya, diperlukan pelayanan

pendidikan khusus. Anak cerdas dan berbakat istimewa disebut sebagai

”gifted & talented children”.

– Bakat khusus akademik yaitu bakat yang sejak awal sudah ada yang berkaitan dengan intelektual, seperti bakat dalam mata pelajaran matematika, bakat bidang bahasa dan bakat ilmu.

– Bakat khusus non akademik yaitu bakat yang sejak awak sudah ada dan terarah pada suatu lapangan yang terbatas, seperti bakat musik, bakat melukis, dan bakat seni

(23)

ANAK DENGAN GANGGUAN ANGGOTA GERAK

(TUNADAKSA)

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy (kelayuhan otak), amputasi (kehilangan organ tubuh), polio, dan lumpuh.

Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki

keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat

ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan

motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu

memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu

mengontrol gerakan fisik

(24)

Ciri-ciri Anak Tunadaksa Sebagai Berikut :

– Jari tangan kaku dan tidak dapat mengenggam.

Ada bagian anggota gerak yang tidak sempurna/lebih kecil dari biasa.

Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur, bergetar) Terdapat cacat pada anggota gerak

Anggota gerak layu, kaku, lemah/lumpuh.

Anak dengan gangguan anggota gerak (tunadaksa), contohnya:

Anak layuh anggota gerak tubuh (polio)

Poliomyelitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus.

Anak dengan gangguan fungsi syaraf otak (Cerebral palsy) ,

Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat bersifat kronik

(25)

ANAK TUNAWICARA

Anak tunawicara adalah individu yang

mengalami gangguan atau hambatan dalam

dalam komunikasi verbal sehingga mengalami

kesulitan dalam berkomunikasi

(26)

DRS.SARDJONO MENGUTIP (MOH. AMNI DKK,1979,HAL 23) ANAK TUNAWICARA DAPAT TERJADI KARENA GANGGUAN KETIKA:

1. Sebelum anak dilahirkan atau masih di kandungan (pre natal) – Hereditas (keturunan)

apabila anak tunawicara sejak dalam kandungan karena diantara keluarga terdapat tunawicara atau membawa gen tunawicara sehingga ketika lahir anak tersebut memiliki gangguan

tunawicara. Ini disebut dengan tuli genetis. Perbedaan rhesus ayah dan ibu juga dapat menyebabkan abnormalitas pada

kelahiran anak.

– Anoxia

Kekurangan oksigen dalam janin dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan syaraf yang menyebabkan ketidaksempurnaan

organ salah satunya organ bicara seperti pita suara, tenggorokan,

lidah, dan mulut.

(27)

2. Pada waktu kelahiran dan baru dilahirkan (umur neo natal) - Prematur

Bayi-bayi prematur yang lahir dengan berat badan tidak normal dan lahir dengan organ tubuh yang belum sempurna dapat mengakibatkan kebisuan yang kadang

disertai ketulian

3. Setelah dilahirkan ( pos natal) -

Infeksi

Sesudah dilahirkan anak menderita infeksi misalnya campak yang menyebabkan tuli preseftik,virus akan mennyerang cairan koklea, menyebabkan anak

menderita otitis media (koken). Akibat yang sama akan terjadi bila anak menderita scaerlet fever, dipteri, batuk hejang atau tertular sifilis.

-Meningitis (radang selaput otak)

Penderita akan mengalami kelainan pada pusat syaraf pendengaran dan akan mengalami ketulian perseptif.

- Infeksi alat pernafasan

Seseorang dapat menjadi tuna wicara apabila terjadi gangguan pada organ pernafasan seperti paru-paru, laring, atau gangguan pada mulut dan lidah.

(28)

Kelainan bahasa dan bicara seringkali berkaitan dengan kelainan yang lain.

FriedaMangunsong dkk dalam buku Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Basa mengutip Nelson (1993) secara spesifik mengemukakan faktor-faktor yang berkaitan dalam bicara yaitu

:

1. Faktor Sentral yaitu berhubungan dengan susunan syaraf pusat,seperti:

ketidakmampuan berbahasa secara spesifik keterbelakangan mental

luka otak (brain injury) autism

defisit dalam hal perhatian dan hiperaktivitas, dll

2. Periferal yaitu berhubungan dengan gangguan sensoris atau fisik,seperti:

Gangguan pendengaran Gangguan penglihatan Gangguan fisik

Faktor Lingkungan yaitu disebabkan oleh faktor lingkungan dan psikologik, seperti:

Penganiayaan

Masalah perkembangan perilaku dan emosi

(29)

DALAM BUKU ORTOPEDAGOGIK UMUM(1998), HERI PURWANTO MENGEMUKAKAN TUNAWICARA SECARA UMUM DIKLASIFIKASIKAN MENJADI 4 BAGIAN,YAITU:

– Keterlambatan bicara (Delayed speech )

Yaitu seseorang yang mengalami keterlambatan dalam

perkembangan bicaranya jika dibandingkan dengan anak seusianya.

– Gagap (stuttering)

Yaitu kelainan dalam memulai pembicaraan dapat berupa sebagai berikut:

1. Pemanjangan fonom atau suku kata depan (prolongation), 2. Pengulangan suku kata depan (repetition),

3. Gerak mulut berbicara namun tidak keluar suara (silent struggle),

4. Anak dengan kekacauan dalam berbicara (cluttering), biasanya

berupa bicara terlalu cepat, struktur kalimat tidak karuan, repitisi

berlebihan.

(30)

- Kehilangan Kemapuan Berbahasa (Disphasia).

Yaitu kehilangan kemampuan berbahasa mulai dari kesalahan dalam inti pembicaraan sampai tidak dapat bebicara sama sekali.

- Kelainan Suara (Voice Disorder)

Ditandai dengan perbedaan suara dengan anak normal.

Adapun kelainan suara berupa sebagai berikut:

1. Kelainan nada (pitch)

2. Kelainan nada bicara dapat berupa nada terlalu tinggi, terlalu rendah, atau monoton.

3. Kelainan kualitas suara

4. Kelainan keras lembutnya suara.

(31)

ANAK TUNALARAS

(ANAK YANG MENGALAMI GANGGUAN EMOSI DAN PERILAKU)

Anak Tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan prilaku) memiliki ciri-ciri, diantaranya:

– Cenderung membangkang.

– Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.

– Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu.

– Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum.

– Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah, sering bolos,

jarang masuk sekolah.

(32)

ANAK DENGAN KESULITAN BELAJAR SPESIFIK (SPECIFIC

LEARNING DISABILITY)

Kesulitan belajar spesifik merupakan kelainan sistem

saraf yang dialami oleh seseorang yang mengakibatkan pola

pertumbuhan yang tidak seimbang dan kelemahan pada

proses syaraf, sehingga akan mengakibatkan seseorang

kesulitan dalam menyelesaikan tugas akademik dan

pembelajaran. Kesulitan-kesulitan tersbut seperti kesulitan

berfikir, membaca, berhitung, berbicara.

(33)

Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Spesifik

Pada masa kanak-kanak:

– Kesulitan mengekspresikan diri.

– Lambat dalam mengerjakan tugas seperti mengikat sepatu – Tidak perhatian, mudah terganggu

– Ketidakmampuan mengikuti arahan karena ketidakmampuan memahami instruksi lisan.

– Lemah dalam ketrampilan bermain di lapangan.

Pada usia remaja dan dewasa:

– Kesulitan dalam memproses informasi auditori

– Kehilangan barang-barang miliknya, keterampilan mengatur lemah – Lambat dalam membaca, pemahaman rendah

– Kesulitan dalam mengingat nama orang dan tempat – Kesulitan mengatur ide untuk menulis

(34)

ANAK-ANAK YANG TERMASUK KEDALAM KESULITAN BELAJAR SPESIFIK

Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)

Perkembangan kemampuan membaca terlambat

Kemampuan memahami isi bacaan rendah

Serta ketika membaca sering banyak kesalahan.

Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)

Ketika menyalin tulisan sering terlambat selesai, sering salah menulis huruf.

Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca

Tulisannya banyak salah atau terbalik atau huruf hilang

Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.

(35)

 Anak yang kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)

 Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =,

 Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan.

 Sering salah membilang dengan urut.

 Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya.

 Sulit membedakan bangun-bangun geometri.

(36)

ANAK LAMBAN BELAJAR (SLOW LEARNER)

Anak lamban belajar adalah anak yang mengalami

hambatan atau keterlambatan dalam perkembangan mental

(fungsi intelektual di bawah teman-teman seusianya) disertai

ketidakmampuan untuk belajar dan menyesuaikan diri,

sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Masalah-

masalah yang mungkin bisa jadi penyebab anak lamban belajar

antara lain karena masalah tingkat konsentrasinya yang

rendah, daya ingat yang lemah, kognisi, serta masalah sosial

dan emosional.

(37)

ANAK AUTIS

Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain dan tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan.

Berikut beberapa gejala-gejala anak autis:

Tidak bermain dengan teman sebaya dengan cara yang sesuai

Terlambat bicara/tak bisa bicara tanpa kompensasi penggunaan isyarat Penggunaan bahasa yang berulang

Minat yang terbatas dan abnormal dalam intensitas dan focus Sensitifitas berlebihan /kurang sensitive

Terdapat bakat-bakat dibidang membaca, aritmatika, menggambar, mengeja, olahraga, komputer

(38)

KARAKTERISTIK ANAK AUTIS ADALAH ADANYA 6 GEJALA/GANGGUAN, YAITU:

Interaksi sosial:

 Tidak tertarik untuk bermain bersama teman atau lebih suka menyendiri

 Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan

 Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta minum

Komunikasi (bicara, bahasa dan komunikasi):

 Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.

 Senang meniru atau membeo (echolalia)

 Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya

 Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain, bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi

 Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa

(39)

Pola Bermain:

 Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya

 Senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, gasing

 Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya di putar-putar; tidak kreatif, tidak imajinatif

 Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana.

Gangguan Sensoris:

 Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga

 Sering menggunakan indera pencium dan perasanya, seperti senang mencium- cium, menjilat mainan atau benda-benda

 Dapat sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk

 Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.

(40)

- Perkembangan Terlambat Atau Tidak Normal:

 Perkembangan tidak sesuai seperti pada anak normal, khususnya dalam ketrampilan sosial, komunikasi dan kognisi.

 Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya, kemudian menurun atau bahkan sirna,

misalnya pernah dapat bicara kemudian hilang.

- Penampakan Gejala:

 Gejala diatas dapat mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil. Biasanya sebelum usia 3 tahun gejala sudah ada

 Pada beberapa anak sekitar umur 5 – 6 tahun gejala

tampak agak berkurang.

(41)

ADHD (ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER)

ADHD atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

adalah gangguan di mana anak melakukan aktivitas yang sangat banyak, dalam situasi yang jelas tidak sesuai, tidak mampu menghentikan bila diperintahkan, sering hanya bisa melaksanakan tugas dengan kecepatan tertentu saja, dan memiliki masalah lain ( belajar, perilaku, dll).

(42)

– Gejala umum:

a. Mudah terganggu dengan gerakan atau suara yang tidak relevan.

b. Anak tidak mampu memberi perhatian pada detil dan cenderung ceroboh

c. Kurang mampu mengikuti instruksi dengan tuntas dan tepat.

– Penyebab : Kelainan pada struktur otak (aktivitas pada lobus temporal yang lebih kecil dan masalah neurotransmitter) dan genetik (50% anak ADHD memiliki orang tua dengan masalah yang sama).

– Cara menanganinya : Psikoterapi, medikasi, konseling keluarga,

dan pembentukan perilaku di sekolah oleh guru.

(43)

TUNA GANDA

Tunaganda adalah orang yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius ,sehingga dia tidak hanya dapat diatas dengan suatu program pendidikan khusus untuk satu kelainan saja, melaiankan harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai kelainan yang dimiliki.

Macam macam tuna ganda:

· Tunanetra-tunawicara

· Tunanetra-tunarungu

· Tunanetra-tunadaksa

· Tunanetra-tunagrahita

· Tunanetra-tunalaras

· Tunanetra-kesulitan belajar khusus

(44)

- Penyebab Tunaganda:

Tunaganda disebabkan oleh faktor yang variatif, yang dapat terjadi pada saat sebelum kelainan, saat kelahiran, dan atau setelah kelahiran.

1. Faktor Prenatal :

ketidaknormalan kromosom komplikasi-komplikasi pada anak dalam kandungan ketidakcocokan Rh infeksi pada ibu, kekurangan gizi ibu yang sedang mengadung, serta terlalu banyak menkonsumsi obat dan alcohol.

2. Faktor Natal :

Kelahiran prematur kekurangan oksigen, pada saat kelahiran luka pada otak 3. Faktor setelah kelahiran :

Kepala mengalami kecelakaan kendaraan ,jatuh ,dan mendapat pukulan atau siksaan ,

4. Nutrisi yang salah :

Anak tidak dirawat dangan baik, keracunan makanan atau penyakit tertentu yang sama, sehingga dapat berpengaruh tehadap otak (meningitis atau

encephalities)

(45)

Ciri khas tuna ganda :

 Memiliki ketunaan lebih dari satu jenis. Misal: tuna netra dan tunagrahita, tuna netra dan tunarungu-wicara, tunanetra dan tuna daksa dan

tunagrahita dll.

 Ketidakmampuan anak semakin parah atau semakin banya bila tidak cepat mandapatkan batuan. Hal ini disebabkan kegandaannya yang tidak cepat mendapatkan bantuan.

 Sulit untuk mengadakan evaluasi karena keragaman kegandaanya.

 Membutuhkan instruksi atau pemberitahuan yang sangat terperinci.

 Tidak menyamaratakan pendidikan tuna ganda yang satu dengan yang lain walau mempunyai kegandaan yang sama.

(46)

ADD (ATTENTION DEFICIT DISORDER)

ADD adalah anak yang mempunyai perhatian buruk atau pendek dan memiliki impulsivitas tidak sesuai dengan usia anak.

PERBEDAAN ADD DENGAN ADHD:

Anak ADD tidak muncul sikap hiperaktif , anak ADHD memiliki sikap atau menunjukkan hiperaktifnya.

(47)

Pengertian Pendidikan Inklusif

Pendidikan Inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya (Sapon-Shevin dalam O’Neil 1994).

Sekolah inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu. Pada sekolah inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua

diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan

berbagai modifikasi dan atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga pendidikan dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya

(48)

Konsep pendidikan inklusi muncul dimaksudkan untuk memberi solusi, adanya perlakuan diskriminatif dalam layanan pendidikan terutama bagi anak-anak anak-anak yang berkebutuhan khusus.

Pendidikan inklusi memiliki prinsip dasar bahwa selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka. Pendidikan inklusi adalah

pendidikan yang menyertakan semua anak secara bersama-sama dalam suatu iklim dan proses pembelajaran dengan layanan pendidikan yang layak dan

sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa membeda-bedakan anak yang berasal dari latar suku, kondisi sosial, kemampuan ekonomi, politik,

keluarga, bahasa, geografis (keterpencilan) tempat tinggal, jenis kelamin, agama, dan perbedaan kondisi fisik atau mental.

(49)

Jenis-jenis SLB

1. SLB A

Sekolah ini diperuntukkan bagi anak tunanetra. Mereka biasanya memiliki hambatan dalam indra penglihatan, sehingga strategi pembelajaran yang diberikan di sekolah ini harus mampu mendorong mereka memahami materi yang diberikan oleh para guru. Di SLB A ini, media pembelajarannya berupa buku braille serta tape recorder.

2. SLB B

Ini merupakan sekolah yang diperuntukkan bagi anak yang memiliki kekurangan dalam indra pendengaran atau tunarungu. Media pembelajaran yang diberikan di sekolah ini yakni membaca ujaran melalui gerakan bibir yang digabung dengan cued speech yaitu geraka tangan untuk bisa melengkapi gerakan pada bibir. Selain itu, media lainnya yakni melalui pendengaran dengan alat pendengaran yaitu conchlear implant.

3. SLB C

SLB C ditujukan untuk tunagrahita atau individu dengan intelegensi yang di bawah rata-rata serta tidak memiliki kemampuan adaptasi sehingga mereka perlu mendapat pembelajaran tentang bina diri dan sosialisasi. Mereka cenderung menarik diri dari lingkungan dan pergaulan.

(50)

4. SLB D

Ini merupakan sekolah yang diperuntukkan bagi mereka yang memiliki

kekurangan dalam anggota tubuh mereka atau disebut tunadaksa. Pendidikan di SLB D bertujuan mengembangkan potensi diri siswa itu sendiri agar mereka bisa mandiri dan mengurusi diri mereka.

5. SLB E

Sekolah ini diperuntukkan bagi mereka yang bertingkat tidak selaras dengan lingkungan yang ada atau biasa disebut dengan tunalaras. Mereka biasanya tidak bisa mengukur emosi serta kesulitan dalam menjalani fungsi sosialisasi.

6. SLB G

SLB G diperuntukkan bagi tunaganda, yakni mereka yang memiliki kombinasi kelainan. Mereka biasanya kurang untuk berkomunikasi, atau bahkan tidak

berkomunikasi sama sekali. Perkembangan dalam motoriknya terlambat, sehingga butuh media pembelajaran yang berbeda untuk bisa meningkatkan rasa mandiri anak tersebut.

(51)

Keunggulan siswa berkebutuhan khusus di SLB

– Mendapatkan pelayanan khusus yang sesuai dengan kemampuannya – Di kelas kemampuannya disesuaikan dengan teman – temannya, hal ini

memudahkan untuk memberikan asesmen dan memberikan pelayanan – Orangtua lebih memahami dan lebih ikhlas dalam mengasuh karena

kondisinya di SLB beragamnya kondisi sehingga menjadikan orang tua lebih termotivasi

– Mendapatkan program khusus yang sesuai dengan kemampuannya yang sudah di susun dalam kurikulum

Kekurangan dalam penyelenggaraan di SLB

– Siswa hanya mengenal lingkungan yang sama dengan kondisinya, kurang meluas dalam interaksi dan bermasyarakat

– Terkadang karena kekurangan guru, dalam satu kelas masih ada bermacam- macam kemampuan sehingga siswa harus beradaptasi dengan semuanya

– Kurangnya pemantauan pemerintah dalam mengevaluasi hasil pembelajaran di sekolahan

(52)

Kelemahan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi

– Masih banyak sekolah inklusi yang hanya sekedar menerima siswa

berkebutuhan khusus tanpa memberikan fasilitas sarana, prasarana dan mengakomodasi pembelajaran

– Masih banyak sekolah inklusi yang membutuhkan guru pendamping khusus yang lulusan pendidikan luar biasa namun realitasnya banyak diisi dengan lulusan di luar pendidikan luar biasa

– Masih belum akuratnya dalam adanya standarisasi dalam pengelolaan dan pembukaan pendidikan khusus di sekolah reguler

– Masih banyaknya guru guru di sekolah reguler yang belum memahami siswa berkebutuhan khusus dan pendidikan inklusif

– Seringnya terjadi ketumpang tindihan anatar guru, GPK dan orang tua siswa, disamping orang tua terkadang memiliki harapan besar yang kurang sesuai, atau guru yang belum memahami kondisi siswa

– Masih kurangnya aksesibilitas dan sarana yang memadai bagi siswa

berkebutuhan khusus seperti tuna netra dan tuna daksa dalam mendapatkan aksesibilitas di sekolah

(53)

Tabel Perbedaan SI dan SLB

Indikator Sekolah Inklusi (SI) Sekolah Luar Biasa (SLB)

Jenis Sekolah Open Wellcoming School

(Sekolah yang mengintegrasi ABK ke

Sekolah Reguler) Sekolah Khusus ABK

Jenis ABK (Masih bisa mengikuti ATBK)Tertentu Semua

(sesuai Klasifikasi ABK)

Pembelajaran ABK Menyesuaikan Pembelajaran Pembelajaran Menyesuaikan ABK

Kurikulum Integrasi (Nasional) Segregasi (Khusus)

SARPRAS Normal, ditambah penyesuaian jenis

ABK yg masuk ke sekolah Semua berdasarkan kebutuhan ABK

Penilaian Normal, ditambah penyesuaian untuk

ABK (Metode, Waktu) Khusus, menyesuaikan jenis ABK

Guru Guru + Pendamping Khusus Guru yang terdidik dan terlatih secara khusus

(54)

TERIMA

KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi Pendidikan Inklusi bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Menengah Atas (SMA) (Studi Kasus di Sekolah Inklusi SMA Negeri 10 Surabaya); Prahoro Kukuh

2) Program pembelajaran individual merupakan komponen yang sangat penting dalam layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus, dengan alasan 1) semua ABK masih memiliki

Tingkat kemampuan mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus pada guru sekolah inklusi setelah diberikan pelatihan be good teacher on inclusive, semua subjek dapat

Skripsi dengan judul “ Problematika Guru Dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Di Sekolah Inklusi SDN Sumbersari I Malang” adalah hasil karya saya, dan dalam

Pelaksanaan Sekolah Inklusi di Indonesia Sekolah inklusi merupakan salah satu bentuk pemerataan dan bentuk perwujudan pendidikan tanpa diskriminasi dimana anak berkebutuhan khusus dan

Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif harus bisa memenuhi kebutuhan aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus terutama bagi anak tunanetra yang memiliki banyak kesulitan dalam

b Penerimaan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Penyelenggaraan pendidikan inklusif wajib menerima peserta didik berkebutuhan khusus disekolah reguler yang telah ditunjuk oleh

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Anak Berkebutuhan Khusus, Pendidikan Inklusi A.Introduction Education for children with special needs ABK through inclusive education is one way of